Anda di halaman 1dari 39

PERACIKAN SEDIAAN PIL

Definisi
 Pil berasal dari bahasa latin biasa disebut
“pila” yang berarti bola.
 Menurut FI ed III adalah suatu sediaan
berupa massa bulat, mengandung satu
atau lebih bahan obat.
- Menurut Leerboek der Receptuur :
“Pil adalah salah satu bentuk sediaan padat
yg. berbentuk bola kecil dg. berat 100-500
mg.”

SYARAT SEDIAAN PIL YANG BAIK :


a. Homogen : - ukuran
- bentuk
- warna
- dosis
b. Mempunyai : - kekenyalan
- daya rekat tertentu
- kekerasan
c. Mempunyai waktu hancur tertentu
Keuntungan sediaan pil
 Mudah digunakan/ditelan
 Dapat menutupi rasa obat yang tidak
enak.
 Relatif lebih stabil dibandingkan dengan
bentuk sediaan lain yang lebih mudah
kontak dengan udara dan cahaya, seperti
sediaan serbuk dan larutan.
 Sangat baik untuk sediaan yang
dikehendaki dengan penyerapan secara
lambat, misalnya sediaan laksansia
(Katartik Saline).
Kekurangan sediaan pil
Sediaan pil tidak sesuai untuk :
 Obat yang dikehendaki memberikan
reaksi yang cepat.
 Obat yang dalam keadaan larutan pekat
dapat mengiritasi lambung.
 Bahan obat padat/serbuk yang
voluminous dan bahan obat cair dalam
jumlah besar.
Syarat sediaan pil
 Homogen, baik ukuran, bentuk, warna
maupun dosisnya.
 Mempunyai kekenyalan, daya rekat
dan
kekerasan tertentu.
 Mempunyai waktu hancur tertentu, yaitu
dapat larut atau pecah dalam lambung
atau usus (untuk pil salut enterik) dalam
waktu tertentu.
Syarat Pil

 Menurut FI ed III sediaan pil harus


memiliki persyaratan :
 Keseragaman bobot
 Waktu hancur
# Farmakope Indonesia Edisi III :
--> Pil harus memenuhi persyaratan :

A. Keseragaman Bobot
Cara : Timbang 20 pil satu per satu, hitung
bobot rata2. Penyimpangan terbesar yg.
diperbolehkan thd. bobot rata-rata adalah
sbb.:
Bobot rata2 Penyimp. terbesar thd. bobot
rata2 yg. diperbolehkan (%)
18 pil 2 pil
100-250 mg 10% 20%
251-500 mg 7,5% 15%
B. Waktu hancur pil = Waktu hancur tablet
--> tdk. > 15 menit utk. pil tak bersalut
--> tdk. > 60 menit utk. pil bersalut gula dan
bersalut selaput
--> pil bersalut enterik : 3 jam dlm. larutan
0,06 N HCl + tdk. > 60 menit dlm. larutan
dapar pH 6,8

MACAM SEDIAAN PIL


- Bolus : > 300 mg
- Pil : 60 - 300 mg
- Granul : 1/3 - 1 grain (1grain = 64,8mg)
- Parvul : < 1/3 grain
3.3. FORMULA SEDIAAN PIL
1. Formula Umum :
R/ Bahan Obat
Bahan
Tambahan
m.f. pil .....

A. Bahan
Obat/Medikam
en
--> Wujud : -
- bhn. pengisi
padat - bhn. penabur
- bhn. pengikat
- 1/2 - bhn. pemecah*
- bhn. pembasah
pad - bhn. penyalut*
at
Formula dan Cara
Pembuatan
Secara umum, formula sediaan pil terdiri
atas bahan obat dan bahan tambahan.
1.Bahan obat
Bahan obat dapat berupa :
- bahan padat, misalnya kinin sulfat
-bahan setengah padat, misalnya ekstrak
belladon
- Bahan cair misalnya tinctura opii
 Selain bahan obat tersebut, formula pil juga
mengandung bahan tambahan yang dapat
berupa bahan pengisi, pengikat, pembasah,
penabur, pemecah serta penyalut.
 Bahan ini tidak selalu seluruhnya digunakan,
tergantung dari sifat dan jumlah bahan
obatnya.
2. Bahan pengisi
 Bahan pengisi diperlukan, terutama jika
bobot bahan obat terlalu kecil untuk dibuat
sediaan pil.
 Jadi fungsinya hanyalah untuk
memperbesar massa pil.
 Pengisi yang umum digunakan adalah
Liquiritae Radix. Untuk pil yang berwarna
putih dapat digunakan Saccharum album,
sedangkan untuk bahan obat yang
bersifat oksidator dapat digunakan Bolus
Alba.
Jumlah pengisi yang umum digunakan adalah :
 Untuk bahan obat jumlah kecil, bobot Radix
yang digunakan minimal dua kali jumlah
Succus.
 Untuk bahan obat jumlah besar, digunakan
pulvis pro pillulae (campuran Radix dan
Succus sama banyak).
 Bahan obat golongan oksidator atau senyawa
garam timbal (Pb), digunakan Bolus Alba
100 mg/pil.
3. Bahan pengikat
 Bahan obat umunya bersifat non kohesif,
sehingga dalam pembuatan pil diperlukan
bahan pengikat untuk mendapatkan massa
pil yang baik.
 Bahan pengikat yang umum digunakan
dalam pembuatan pil adalah :
 Succus Liquiritae, 2 gram untuk 60 pil.
 Pulvis Gummosus, 500 mg untuk 60 pil
 Untuk bahan obat yang voluminous, 1-1,5 gram
untul 60 pil.
 Succus dan Saccharum album sama banyak , 75
gram untuk 1000 pil (berfungsi sekaligus sebagai
pengisi dan pengikat).
 Glicerinum cum tragacantha (larutan 10%
tragakan dalam gliserin) secukupnya.
 Adeps lanae atau vaselin album secukupnya,
digunakan untuk pil yang bahan obatnya bersifat
saling bereaksi dengan adanya air, dapat terurai
dengan adanya air, oksidator dan merupakan
garam-garam timbal (Pb).
4. Bahan pembasah
 Untuk membuat massa pil yang
baik, umumnya diperlukan bahan
pembasah yang umumnya dapat
digunakan :
◦ Air
◦ Aqua glyserinata (air dan gliserin sama
banyak)
◦ Sirupus simpleks
◦ Madu
◦ Adeps lanae atau vaselin album
(sebagai pengikat sekaligus pembasah)
5. Bahan pemecah
 Sediaan pil yang diracik dengan menggunakan
bahan pengikat adeps lanae atau vaselin album
yang bersifat hidrofob menjadi sukar
larut/pecah di lambung.
 Untuk mengatasi hal tersebut, perlu
ditambahkan bahan pemecah.
 Bahan pemecah yang dapat
digunakan adalah
natrium bikarbonat.
 Saat pil masuk ke dalam lambung, akan terjadi
reaksi antara natrium bikarbonat dengan HCl
yang ada pada asam lambung dan
menghasilkan gas CO2. gas inilah yang dapat
menyebabkan pil menjadi pecah.
Lanjutan………………….
 NaHCO3 + NaCl +
HCL H2CO3

CO2
H2O
6. Bahan penabur

 Bahan penabur dalam sediaan pil, digunakan agar pil


tidak lengket pada alat saat pembuatannya, dan
tidak lengket satu dan lainnya dalam wadah selama
penyimpanan.
 Jenis bahan penabur yang dapat digunakan
diantaranya
 Likopodium, untuk pil yang berwarna
 Talk, untuk bahan pil yang mengandung bahan bersifat
oksidator atau mengandung garam Pb, pil yang berwarna putih
atau pil yang akan disalut.
 Amilum Oryzae
 Magnesium karbonat
 Radix liquiritae pulv.
7. Bahan penyalut

 Dalam hal tertentu, perlu dilakukan


penyalutan pada sediaan pil yang berfungsi
untuk :
 menjaga stabilitas bahan obat
 menutupi rasa dan bau bahan obat yang tidak
enak
 memperbaiki penampilan pil
 mencegah pecahnya pil dalam lambung
 Berdasarkan sifat kimia
fisikanya, bahan penyalut pil
dapat dibedakan menjadi tiga
yaitu:

 Penyalut gula : Saccharum album


 Penyalut selaput : CMC-Na, Balsamum
Tolutanum, Carbowax 6000
 Penyalut enterik : Salol, Schelac,
Cellulose
Acetate Phtalat
Cara Pembuatan Sediaan
Pil
a. Tahapan pembuatan pil
1. Pembuatan massa pil
 Tentukan bobot bahan obat untuk satu pil
 Tentukan macam dan jumlah bahan tambahan
yang dibutuhkan sesuai dengan jumlah dan sifat
bahan obat.
 Lakukan pencampuran bahan sesuai dengan
aturan yang berlaku.
 Tambahkan bahan pembasah sedikit demi sedikit
ke dalam campuran sambil digilas kuat sampai
terbentuk massa pil yang baik (elastis, tidak
lengket di motir dan tidak pecah saat digulung).

2. Pemotongan pil
 Massa pil yang telah jadi, dibentuk silinder dengan
panjang yang sesuai dengan jumlah pil yang akan
dibuat, menggunakan pemotong pil dengan ukuran
yang sesuai dan ditambahkan bahan penabur.
 Massa pil yang sudah berbentuk silinder dipotong
dengan pemotong pil. Bila perlu dapat ditambahkan
penabur.
3. Pembulatan pil
 Potongan massa pil dipindahkan ke alat pembulat pil
yang sudah diberi bahan penabur selanjutnya
dibulatkan.
 Masukkan pil yang sudah bulat ke dalam wadah
melalui lubang yang ada pada alat pembulat pil
dan hitung jumlahnya.

4. Penyalutan pil
 Bila pil memerlukan penyalutan, lakukan
penyalutan sesuai dengan jenis bahan yang
digunakan.
Cara pembuatan berdasar macam
obat
 Bahan obat padat
 Bahan obat padat yang tidak memiliki sifat khusus
dapat langsung diracik sesuai tahapan peracikan pil
dengan ketentuan :
 Bobot bahan obat 2 g untuk 30 pil,
digunakan
 bahan tambahan :
 Succus 1 g
 Radix 1-2 g
 Aqua glycerinata q.s.
 Bobot bahan obat 2-4 g untuk 30 pil,digunakan
bahan tambahan :
 Succus 1 g
 Radix 0,5 g
 P.G.A. 0,25 g
 Aqua glycerinata q.s.
 Bobot bahan obat > 4 g untuk 30 pil,digunakan
bahan tambahan :
 Succus 0,5 g
 Radix 0,5
 Glycerin cum tragacanth 0,25-0,5 g
 Aqua glycerinata q.s.
Bahan obat setengah padat

 Bahan obat setengah padat umumnya adalah


ekstrak kental.
1. Jika jumlah bahan obat kecil (berkhasiat
keras)
 Bahan obat ditambahkan pelarut yang sesuai sampai
tepat larut kemudian ditambahkan pengisi yang
warnanya kontras, bahan pengikat dan pembasah.
 Bahan obat, Radix, Succus dan Aqua glycerinata
dengan jumlah yang sama seperti pada bahan obat
jumlah kecil.
2. Jika jumlah bahan obat besar
 Bahan obat langsung ditambahkan radix q.s.
Bahan obat cair

 Untuk bahan berupa ekstrak cair :


1. Jika jumlahnya kecil ( 0,5 g untuk 30 pil)
 Ditambahkan Succus dan Radix dengan
perbandingan 1 : 0,5 g tanpa aqua glycerinata.
2. Jika jumlah besar ( > 0,5 g untuk 30 pil)
 Bahan obat diuapkan sampai 1/3 bobotnya
(kental), kemudian ditambahkan radix sampai
terbentuk massa pil. Cara lain yang dapat
dilakukan adalah mengganti dengan bentuk
keringnya kemudian ditambahkan Radix, Succus
dan Aqua glycerinata seperti pada bahan obat
tanpa sifat khusus.
Untuk bahan berair :

1. Jika jumlahnya kecil ( 0,5 g untuk 30 pil)


 Langsung dibuat pil tanpa bahan pembasah.
2. Jika jumlah besar ( > 0,5 g untuk 30 pil)
 Cara pembuatan pil sama dengan pada ekstrak
cair.
Peracikan bahan obat bersifat
khusus
1. Bahan obat bersifat higroskopis dan
deliquescent
 Penambahan aqua glycerinata dilakukan sedikit
demi sedikit dan hati-hati.
 Bila banyak menyerap air, tidak perlu
penambahan aqua glycerinata.
 Untuk kalium asetat, CaCl2 dan FeCl3
ditambahkan Succus dan Radix.
 Untuk Na salisilat, KBr dan KI :
Dikerjakan dalam mortir hangat
Ditambahkan Succus 1,5 g untuk 7 g bahan
Radix 0,5 g untuk 7 g bahan
Aqua q.s.
2. Bahan obat mengandung air
kristal
 Bahan obat ini dapat diganti dengan bentuk
kering/anhidratnya. Untuk FeCl3 tidak dapat
diganti, sehingga perlu penambahan Bolus alba
100mg/pil
3. Bahan obat oksidator.
 Jika bahan ini diracik menjadi pil, dengan adanya
air, bahan ini tidak akan tercampurkan dengan
Radix dan Succus. Untuk itu perlu ditambahkan :
 bahan pengisi Bolus Alba 100mg/pil
 bahan pembasah dan pengikat adeps lanae atau
vaselin album q.s.
 bahan pemecah NaHCO3 sama banyak dengan
bahan obat.
4. Bahan obat ekstrak kering

 Untuk ekstrak kering berkhasiat keras, karena


pemakaiannya dalam jumlah kecil, maka
pengerjaannya sama seperti pada bahan obat
tanpa sifat khusus.
 Untuk ekstrak yang tidak berkhasiat keras,
karena pemakaian dalam jumlah besar, hanya
perlu penambahan Radix dan Aqua glycerinata.
5. Bahan obat tidak tahan air
 Untuk bahan obat yang terurai dengan adanya air,
perlu ditambahkan bahan pengisi Radix, pengikat
adeps lanae, dan bahan pemecah NaHCO3.
 Untuk bahan yang bereaksi dengan bahan pembantu
dengan adanya air, misalnya garam Pb, digunakan
bahan pengisi Bolus alba, pengikat adeps lanae, dan
bahan pemecah NaHCO3.
 Untuk bahan obat yang saling bereaksi dengan
adanya air, dihindari pemakaian air, sehingga bahan
pengikat yang digunakan adalah adeps lanae atau
vaselin album, dengan bahan pengisi Radix atau
Bolus alba untuk bahan oksidator. Bahan yang seperti
ini juga dapat disiapkan dalam dua pil, dengan
menyesuaikan aturan pemakaiannya.
Penyalutan sediaan pil
 Penyalutan sediaan pil memiliki tujuan :
 Melindungi bahan obat dari pengaruh lingkungan
(cahaya, oksigen dan kelembaban)
 Menutupi rasa bahan obat yang tidak enak : salut
gula. Misalnya kloramfenikol.
 Memperbaiki penampilan pil : salut selaput.
 Mencegah pelepasan bahan obat di lambung :
salut enterik. Hal ini dilakukan karena bahan
obatnya :
 Dapat mengiritasi mukosa lambung.
 Dapat rusak atau menjadi inaktif karena kontak
dengan asam lambung.
 Dapat menyebabkan rasa mual dan muntah.
 Diinginkan mencapai usus halus dalam jumlah
besar.
 Diinginkan aksi obat yang ditunda atau
diperpanjang.
Cara penyalutan
 Proses penyalutan sediaan pil dilakukan
dengan cara yang berbeda-beda tergantung
dari bahan penyalut yang digunakan.
a. Gula
 Pil digulingkan ke dalam sedikit sirupus simpleks,
kemudian dikeringkan dengan cara
menggulingkan dalam campuran saccharum
pulv., amilum tritici dan gom arab dengan
perbandingan 1:2:1,5.
b. Gelatin
 Pil ditusuk dengan jarum, dicelupkan ke dalam
larutan gelatin panas (20% gelatin dalam air).
Setelah dingin, lubang bekas tusukan ditutup
dengan cara menotolkan batang pengaduk panas
pada lubang tersebut.
c. Tolubalsem
 Pil diletakkan dalam cawan yang berisi larutan
tolubalsem dalam kloroform (10%), digoyang-
goyang sampai seluruh kloroform menguap,
kemudian pil dipindahkan ke wadah lain dan
dibiarkan sampai kering. Pil yang dihasilkan
harus mengkilap.
d. Salol
 Pil dimasukkan dalam cawan yang berisi lelehan
salol (20 g salol/60 pil) sampai seluruh
permukaannya terbasahi secara merata,
kemudian dipindahkan ke wadah yang lain dan
dibiarkan sampai salol memadat kembali.
e. Schellak
 Pil disalut dengan larutan 10% schellak dalam
spiritus, setelah kering disalut lagi dengan
campuran schellak, asam stearat dan aether cum
spiritus dengan perbandingan 5:2,5:50.

Anda mungkin juga menyukai