Anda di halaman 1dari 46

Bentuk-Bentuk Obat yang Beredar di

Pasaran Global & Indonesia


Oleh :
Tim Dosen Farmakologi (RMIK-D3)
Tujuan Pembelajaran
• Tujuan Intruksional Umum
• Mahasiswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran diharapkan
mampu menjelaskan dan menganalisis bentuk obat yang beredar
di Indonesia dan Internasional
• Tujuan Instruksional Khusus
• Mahasiswa akan mampu menjawab dan menjelaskan tentang
bentuk obat.
• Mahasiswa akan mampu menjawab dan menjelaskan tentang
kelengkapan berkas rekam medis yang bermuatan ragam obat.
Apa saja yang akan dipelajari ???
1. Definisi dari Macam Bentuk Obat
2. Jenis bentuk Obat
3. Analisis kelengkapan DRM pada farmasi
Penggolongan Bentuk Obat
• Bentuk obat atau bentuk sediaan obat adalah wujud obat yang
diberikan kepada pasien.
• Bentuk obat yg diberikan pada pasien: pil, kapsul, suspensi,
serbuk, salep, obat tetes.
• Efek dari bentuk sediaan obat yg diberipakan akan berpengaruh
terhadap kecepatan dan takaran jumlah obat yang diserap oleh
tubuh; berpengaruh pada kegunaan terapi obat.
• Macam bentuk sediaan obat:
• Sediaan Padat
• Sediaan Cair
• Sediaan Gas
Mengapa Perlu Dibuat Bahan Sediaan
Obat ?
Macam BSO (Bahan Sediaan Obat) Padat

Serbuk atau powder


(Pulvis & Pulveres)

Granul (Granual atau


Dry Granule)

Tablet (compressi)

Kapsul (capsulae)
1. Bentuk Obat Padat: Tablet
• Tablet merupakan sediaan obat berbentuk bundar atau
pipih.
• Tablet tidak sepenuhnya berisi obat, biasanya tablet
juga dilengkapi dengan zat pelengkap atau zat
tambahan yang berguna untuk menunjang agar obat
tepat sasaran.
• Zat tambahan yg dipakai tablet:
• Zat pengisi  memperbesar volume tablet
• Zat pengikat  untuk mempertahankan bentuk tablet agar
tidak pecah atau retak, dan merekatkan zat-zat yang ada di
dalam obat tablet.
• Zat penghancur  berfungsi memudahkan hancurnya obat
dalam perut/lambung sehingga dapat dengan mudah diserap
oleh tubuh
• Zat pelicin  berguna untuk mencegah agar tablet tidak
lengket pada cetakan. Biasanya zat pelicin yang digunakan
dalam industri obat tablet adalah:
Bentuk & Penggolongan Tablet
1. Berdasarkan Teknik Pembuatannya dikenal 2 macam (Anonim, 1995):
 Tablet Kempa (Compressed Tablets/CT)
 Tablet Cetak
2. Berdasarkan Penggunaan ( Anonim, 1995):
 Tablet Buccal
 Tablet Sublingual
 Tablet Hisap (Troche atau Lozenges)
 Tablet Kunyah (Chewable tablet)
 Tablet bukal
 Tablet Effervescent
 Tablet Hipodermik
 Tablet Triturat (tablet yang diremukan)
 Bolus
3. Berdasarkan Formulasinya Tablet Dibedakan:
 Tablet Salut Gula (Dragee, Sugar Coated Tablet)
 Tablet Salut Film ( Film Coated Tablet)
 Tablet Salut Enterik ( Enteric Coated Tablet)
 Sediaan Retard (Sustained Release, Form Prolonge Action)
4. Berdasarkan Bentuknya Tablet Dibedakan:
 A. Bulat pipih dengan kedua permukaannya plat/rata atau cembung (TABLET)
 B. Silindris seperti kapsul dalam perdagangan disebut KAPLET.
Macam Tablet
Tablet Biasa
• Tablet dicetak tanpa diberi lapisan apapun, pada umumnya obat tablet ini akan diserap pada saluran pencernaan
sehingga efek pengobatannya pun cepat dirasakan

Tablet hipodermik
• Tablet yang diproduksi dengan bahan-bahan yang mudah larut dalam air. Contoh: atropin sulfat

Tablet sublingual
• Tablet yang diminum dengan cara diletakan dibawah lidah. Contoh: nitrogliserin

Tablet bukal
• Tablet yang diminum dengan cara meletakan obat di antara pipi dan gusi. Contoh: progesteron

Tablet effervescent
• Sediaan obat berbentuk tablet yang akan berbuih jika terkena cairan, biasanya disimpan ditempat tertutup untuk
menjaga kelembabannya.

Tablet salut gula


• Bentuk sediaan obat berbentuk tablet yang dilapisi dengan lapisan gula
Capsulae (Kapsul)
Sediaan padat, bahan aktifnya berbentuk padat atau setengah
padat dengan/tanpa bahan tambahan dan terbungkus suatu
cangkang yang keras atau lunak yang dapat larut.

 Ukuran kapsul 000, 00, 0, 1, 2, 3, 4, 5. Ukuran 000 mempunyai


volume terbesar (1,36 ml) dan ukuran 5 mempunyai volume
terkecil (0,12 ml).

 Macam
1. Kapsul cangkang keras (Hard capsule)
2. Kapsul cangkang lunak (Soft capsule)

 Cara Penggunaan
Kapsul ditelan secara utuh. Sediaan ini dapat digunakan dalam
campuran sediaan pulveres bila isi di dalamnya berbentuk padat
(puyer).
Kapsul, Kaplet, dan Pil
Kapsul
• Kapsul merupakan sediaan obat padat dikemas ke dalam sebuah cangkang berbentuk
tabung keras maupun lunak yang dapat larut. Tabung kapsulin biasanya terbuat dari
gelatin, pati, dan lain-lain
• Contoh: kapsida, incidal, dan lain-lain.

Kaplet
• Bentuk sediaan obat kaplet (kapsul tablet) merupakan sediaan berbentuk tablet yang
dibungkus dengan lapisan gula dan pewarna menarik.
• Lapisan warna dan gula ini bertujuan untuk menjaga kelembaban dan menjaga agar
tidak tekontaminas dengan HCL di lambung

Pil
• Sediaan obat berbentuk bundar dengan ukuran yang kecil.
• Ada beberapa variasi dari pil, antara lain: granulae, pilulae, dan boli.
BSO Bentuk Serbuk/Powder
• Campuran kering bahan obat atau zat kimia.
• Diameter 1,2 – 1,7 μm dengan atau tanpa vehikulum serta untuk penggunaan oral
atau topikal
• Macam serbuk:
1. Serbuk terbagi
Pulveres (divided powder), dikemas dalam suatu bungkus/sachet untuk dosis tungal
2. Serbuk tak terbagi
* Bulk powder tersedia sebagai sirup oral antibiotik dan serbuk kering lainnya yang
tidak poten (antasida, makanan diet). Untuk multiple dose.
* Pulvis adspersorium (serbuk tabur)
* Powder for injection (serbuk injeksi)
• Cara Penggunaan
• Pulveres dan bulk powder dilarutkan atau disuspensikan dalam aquadest sebelum
diminum.
• Pulvis adspersorius (serbuk tabur), ditaburkan pada kulit.
• Serbuk injeksi, dilarutkan atau disuspensikan dalam aqua pro injeksi
BSO bentuk Granul
Sediaan bentuk padat,
Berupa partikel serbuk dengan diameter 2-4 μm,
Dengan atau Tanpa
Vehikulum.
 Macam granul:
1. Bulk granules
Tersedia sebagai sirup oral/dry sirup untuk multiple dose
2. Divided granules
Dikemas dalam bungkus/sachet untuk single dose. Dikenal pula
sediaan effervescent granules.

 Cara Penggunaan
Sebelum diminum, dilarutkan/disuspensikan dulu dalam air
atau pelarut yang sesuai
Obat Serbuk (Puyer) & Suppositoria
Serbuk/Puyer
• Sediaan obat yang berbentuk remahan yang merupakan campuran kering obat dan zat kimia
yang dihaluskan.
• Serbuk terbagi menjadi serbuk granulae dan serbuk effervescent.
• Sama seperti tablet effervescent, serbuk effervescent juga akan mengeluarkan buih ketika
bercampur dengan air.
• Contoh: adem sari, jesscool, dan lain-lain.

Suppositoria
• Merupakan sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rektal,
vagina atau uretra, umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh.
• Tujuan pengobatan yaitu:
• Penggunaan lokal bertujuan untuk memudahkan defekasi serta mengobati gatal, iritasi, dan
inflamasi karena hemoroid
• Penggunaan sistemik seperti: aminofilin dan teofilin untuk asma, chlorprozamin untuk anti
muntah, chloral hydariat untuk sedatif dan hipnotif, aspirin untuk analgenik antipiretik.
SEDIAAN CAIR
1.Solutiones (larutan)

2.Suspensiones
(suspensi)

3.Emulsa (emulsi).
KEUNTUNGAN SEDIAAN CAIR:
1. Cocok untuk penderita yang sukar menelan
2. Absorpsi > cepat dibandingkan sediaan oral lain.
3. Homogenitas lebih terjamin.
4. Dosis/takaran dapat disesuaikan
5. Dosis obat lebih seragam dibandingkan sediaan padat,
terutama bentuk larutan. Untuk suspensi dan emulsi,
keseragaman dosis tergantung pada pengocokan
6. Cocok untuk obat yg mengiritasi mukosa lambung atau
dirusak cairan lambung karena faktor pengenceran. Hal
ini biasanya terjadi pada obat bentuk sediaan padat
KERUGIAAN SEDIAAN CAIR:
Tidak untuk obat yang tidak stabil dalam air
obat pahit/baunya tidak enak sukar ditutupi.
Sediaan tidak praktis dibawa
Takaran obat tidak dalam dosis terbagi kecuali sediaan
dosis
tunggal, dan harus menggunakan alat khusus.
Air merupakan media pertumbuhan bakteri dan
merupakan
katalis reaksi.
Pemberian obat menggunakan alat khusus/orang khusus
(sediaan parenteral).
SEDIAAN CAIR ORAL
Sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral,
mengandung satu atau lebih zat dengan atau
tanpa bahan pengaroma, pemanis atau pewarna
yang larut dalam air atau campuran kosolven-air.

 Macam:
1. Potiones (obat minum)
2. Elixir :
Sediaan larutan yang mengandung bahan obat dan bahan
tambahan yang memiliki bau dan rasa yang sedap dan pelarut
digunakan campuran air-etanol. Etanol yang digunakan etanol
90% dengan kadar 5–15%

18
SEDIAAN CAIR ORAL
• 3. Sirup
Suatu larutan obat yang mengandung satu atau lebih jenis obat
dengan zat tambahan dan sukrosa sebagai pemanis.
Sukrosa yang digunakan dalam bentuk sirup simplex yang
mengandung 65% sukrosa dalam larutan nipagin 0,25%.

• 4. Guttae (drop)
Sediaan cair (umumnya larutan), apabila tidak dinyatakan lain
dimaksudkan untuk obat dalam. Digunakan dengan cara
meneteskan

19
SEDIAAN CAIR TOPIKAL
Sediaan cair yang biasanya
mengandung air, tetapi seringkali
juga pelarut lain, misalnya etanol
untuk penggunaan topikal pada
kulit dan untuk penggunaan topikal
pada mukosa mulut.

20
SEDIAAN CAIR TOPIKAL
• 1. Collyrium (kolirium)
* Sediaan berupa larutan steril, jernih, bebas zarah asing, isotonis,
digunakan untuk membersihkan mata, dapat mengandung zat
dapar dan zat pengawet.
* Kolirium yang tidak mengandung zat pengawet digunakan
paling lama 24 jam setelah botol dibuka tutupnya.
* Kolirium yang mengandung pengawet digunakan paling lama
tujuh hari setelah botol dibuka.

• 2. Guttae ophthalmicae (tetes mata)


* Larutan steril bebas partikel asing dan digunakan pada mata.
* Hanya boleh digunakan selama 30 hari setelah tutupnya dibuka.
* Digunakan dengan cara meneteskan ke dalam lekuk atau ke
permukaan selaput bening mata.
SEDIAAN CAIR TOPIKAL
• 3. Gargarisma (Gargle)
* Sediaan berupa larutan umumnya dalam keadaan pekat dan
harus diencerkan sebelum digunakan, mengandung antiseptik
* Digunakan untuk pencegahan atau pengobataninfeksi
tenggorokan, juga digunakan untuk merawat atau mengubah
faring dan nasofaring dengan menekan udara dari paru-paru
akibat dari penahanan sediaan dalam tenggorokan

• 4. Mouthwash (Pencuci mulut)


* Larutan yang digunakan dengan cara dikumur-kumur dalam
mulut tetapi tidak sampai tenggorokan.
* Biasanya hanya mengandung zat-zat untuk membersihkan
mulut dan memperbaiki bau.
22
SEDIAAN CAIR TOPIKAL
• 5. Guttae Nasales (Tetes Hidung)
* Obat yang digunakan untuk hidung dengan cara meneteskan
obat ke dalam rongga hidung, dapat mengandung zat
pensuspensi, pendapar dan pengawet.
* Minyak lemak dan minyak mineral tidak boleh digunakan
sebagai cairan pembawa.
* Pada umumnya zat aktif berkhasiat dekongestan, anestetik lokal
atau antiseptik.

• 6. Guttae Auricuralis (Tetes Telinga)


* Sediaan cair yang digunakan untuk telinga yang berupa larutan/
suspensi yang digunakan dengan meneteskan ke dalam telinga.
* Bahan pembawanya sebaiknya minyak lemak atau sejenisnya
yang mempunyai kekentalan yang cocok sehingga dapat
menempel pada liang telinga.
23
SEDIAAN CAIR TOPIKAL
• 7. irigationes (irigasi)
* Larutan steril yang digunakan untuk mencuci atau
membersihkan luka terbuka atau rongga-rongga tubuh.
* Pemakaiannya secara topikal, tidak boleh digunakan parenteral.

• 8. Inhalatoines (Inhalasi)
* Sediaan obat atau larutan atau suspensi terdiri atas satu atau
lebih bahan obat yang diberikan melalui saluran napas hidung
atau mulut untuk memperoleh efek lokal atau sistemik.
* Sediaan dimaksudkan untuk disedot hidung atau mulut, atau
disemprotkan ke dalam saluran pernapasan.
* Tetesan butiran kabut harus seragam dan sangat halus sehingga
dapat mencapai bronkioli.
* Inhalasi merupakan larutan dalam air atau gas.
24
SEDIAAN CAIR
TOPIKAL
• 9. Epithema (Obat Kompres)
* Cairan yang dipakai untuk endapatkan rasa dingin pada tempat-
tempat yang sakit dan panas karena radang atau berdasarkan sifat
perbedaan tekanan osmose
* Digunakan untuk luka bernanah.

• 10. Lotion
* Sediaan cair yang dimaksudkan untuk pemakaian luar pada kulit
(Ansel, 1989; Anonim, 1995).
* Kebanyakan lotion mengandung bahan serbuk halus yang tidak
larut dalam media dispersi dan disuspensikan dengan
menggunakan zat pensuspensi dan zat pendispersi.
* Pada umumnya pembawa dari lotion adalah air
25
SEDIAAN CAIR TOPIKAL
• 11. Linimentum (Liniment)
* Bentuk sediaan kental atau cair yang dioleskan pada kulit.
* Liniment dapat berupa larutan zat berkhasiat dalam
minyak/lemak atau berupa emulsi, yaitu hasil proses
penyabunan yang banyak mengandung air sehingga bila
dioleskan pada kulit memberikan perasaan sejuk

26
SEDIAAN CAIR
REKTAL/VAGINAL
1. Lavament/Clysma/Enema
* Cairan yang pemakaiannya melalui rektum/ kolon berguna
untuk membersihkan atau menghasilkan efek lokal atau sistemik
* Digunakan untuk membersihkan atau penolong pada sembelit
atau pembersih feces sebelum operasi.
* Enema juga berfungsi sebagai karminativa, emollient, diagnostik,
sedatif, antelmintik, dll.
* Enema diberikan dalam jumlah bervariasi tergantung pada
umur dan keadaan penderita.

2. Douche
* Larutan zat dalam air yang dimasukkan dengan suatu alat ke
dalam vagina, baik untuk pengobatan maupun untuk
membersihkan, karenanya larutan ini mengandung bahan obat
atau antiseptik.
* Biasanya berupa larutan kental yang diencerkan seperlunya
sebelum digunakan.
27
SEDIAAN INJEKSI
(INJECTIONES)
Sediaan steril,
berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang
harus dilarutkan terlebih dahulu sebelum digunakan
secara parenteral,
disuntikkan dengan cara menembus atau
merobek jaringan ke dalam atau
melalui kulit atau selaput lendir.

SYARAT UTAMA
Obat tersebut harus steril dan
disimpan dalam wadah yang menjamin
sterilitas.

28
Macam Obat Bentuk Cair (Sediaan)
Larutan (Solutio)
• Solutio merupakan larutan obat yang merupakan campuran homogen yang terdiri dari 2 zat kimia obat atau
lebih

Elixir
• suatu larutan yang mengandung alkohol dan diberi pemanis, mengandung obat dan diberi bahan pembau

Sirup
• larutan zat kimia obat yang dikombinasikan dengan larutan gula sebagai perasa manis. Biasa digunakan untuk
obat dan suplemen anak-anak.

Emulsi
• campuran dari zat kimia yang larut dalam minyak dan larut dalam air.

Suspensi
• Merupakan campuran obat berupa zat padat yang kemudian terdispersi dalam cairan.
• Biasanya pada petunjuk penggunaan obat terdapat keterangan: “dikocok dahulu”.
• Suspensi terbagi ke dalam berbagai jenis berdasarkan cara pemakaiannya: suspensi oral, suspensi topikal,
suspensi optalmik, dan lain-lain
Macam Obat bentuk Gas/Uap
• Obat dengan bentuk sediaan gas/uap biasanya
digunakan untuk pengobatan penyakit pernapasan dan
cara pemakaiannya dengan inhalasi.
• Bentuk sediaan gas/uap dibuat agar partikel obat
menjadi kecil sehingga lebih mudah dan cepat
diabsorbsi melalui alveoli dalam paru-paru dan
membran mukus dalam saluran pernapasan.
• Obat dengan sediaan bentuk gas biasanya dibungkus
dengan alat khusus seperti vaporizer dan nebulizer.
SEDIAAN INJEKSI
(INJECTIONES)
Sediaan steril,
berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang
harus dilarutkan terlebih dahulu sebelum digunakan
secara parenteral,
disuntikkan dengan cara menembus atau
merobek jaringan ke dalam atau
melalui kulit atau selaput lendir.

SYARAT UTAMA
Obat tersebut harus steril dan
disimpan dalam wadah yang menjamin
sterilitas.

31
KEUNTUNGAN INJEKSI:
1. Onset cepat.
2. Efek dapat diramalkan dengan pasti.
3. Bioavailabilitas sempurna atau hampir sempurna.
4. Kerusakan obat dalam GE dihindarkan.
5. Dapat diberikan pada penderita sakit keras atau
koma.

32
KERUGIAN SEDIAAN BENTUK
INJEKSI
1. Nyeri saat pemberian, bila sering diberikan.
2. Efek psikologis bagi yang takut disuntik.
3. Kekeliruan obat atau dosis tidak dapat
diperbaiki.
4. Obat hanya diberikan oleh tenaga ahli
tertentu.

33
SEDIAAN SETENGAH PADAT
Sediaan setengah padat pada umumnya hanya
digunakan sebagai obat luar, dioleskan pada kulit untuk
keperluan terapi atau berfungsi sebagai pelindung kulit.

 Keuntungan sediaan setengah padat dibandingkan


sediaan cair:
1. Dapat diatur daya penetrasi dari zat berkhasiat dengan
memodifikasi basisnya.
2. Kontak sediaan dengan kulit lebih lama.
3. Lebih sedikit mengandung air sehingga lebih sulit ditumbuhi
bakteri.
4. Lebih mudah digunakan tanpa memerlukan alat bantu.

34
KERUSAKAN PADA SEDIAAN
SETENGAH PADAT:
 Terjadi ketengik terutama untuk sediaan-
sediaan dengan
basis lemak tak jenuh.
 Terbentuk kristal atau keluarnya fase padat dari
basisnya.
 Terjadinya perubahan warna.

35
CREMORES (KRIM)
Bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih
bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang
sesuai.

 Umumnya berbentuk emulsi minyak dalam air


atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau
alkohol berantai panjang dalam air.
 Lebih mudah dibersihkan dari kulit dibandingkan
dengan salep

36
JELLY (GEL)
 Jernih & tembus cahaya yang mengandung zat-zat aktif
dalam keadaan terlarut lebih encer dari salep, mengandung
sedikit/tidak lilin,
 Digunakan pada membran mukosa dan untuk tujuan pelicin
atau sebagai basis bahan obat,
 Umumnya adalah campuran sederhana dari minyak dan
lemak dengan titik leleh rendah.
 Dapat dicuci karena mengandung mucilago, gum atau bahan
pensuspensi sebagai basis.

37
PASTAE (PASTA)
 Sediaan yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang
ditujukan untuk pemakaian topikal.
 Konsistensi lebih kenyal dari unguentum.
 Tidak memberikan rasa berminyak seperti unguentum.
 Mengandung bahan serbuk (padat) antara 40 % - 50 %

 Beberapa keuntungan bentuk sediaan pasta:


a. Mengikat cairan sekret lebih baik dari unguentum
b. Lebih melekat pada kulit

38
UNGUENTA (SALEP)
 Sediaan setengah padat dengan konsistensi
menyerupai lemak
 Mudah dioleskan tanpa perlu pemanasan,
ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit
atau selaput lendir
 Bahan obat harus larut/terdispersi homogen
dalam dasar salep yang cocok.
 Secara umum salep dioleskan tipis-tipis pada
daerah luka dan banyaknya salep yang
digunakan tergantung dari luasnya luka/lesi.
39
RANCANGAN
BENTUK
SEDIAAN OBAT

Sifat Fisikokimia Faktor Pasien


Bahan Obat

Pemilihan
Bentuk Sediaan

PREFORMULASI

40
FAKTOR BAHAN OBAT:
 Sifat fisiko-kimia bahan obat:

1. Bahan obat higroskopis seperti Natrii Bromidum diberikan


dalam bentuk solutio
2. Bahan obat tidak larut air diberikan dalam bentuk padat tidak
dalam sediaan cair kecuali yang digunakan bentuk lainnya
misalnya bentuk ester pada klomfenikol yang sifat larut air.
3. Bahan obat dirusak oleh getah lambung maka diberikan
dalam bentuk injeksi
Contoh: Penicillin G
4. Bahan obat yang tidak diabsorbsi bila diberikan melalui oral
maka obat akan diberikan melalui injeksi atau topikal.
Contoh: Gentamisin

41
FAKTOR BAHAN OBAT:
 Hubungan aktivitas/struktur kimia obat (SAR)
Contoh:
1. Derivat barbiturat Thiopental (ultra-shortacting) diberikan
bentuk injeksi
2. Derivat barbiturat Fenobarbital (long acting) diberikan
melalui oral dalam bentuk tablet, kapsul dan puyer

 Sifat farmakokinetik bahan obat


Obat yang mengalami “first pass effect” pada hati kurang
efektif bila diberikan melalui oral misalnya nitrogliserin dan
isosorbid dinitrat maka diberikan tablet sublingual

 Bentuk sediaan yang paling stabil


Contoh: vitamin C tidak stabil dalam bentuk cairan maka
pilihannya adalah bentuk padat yang sifatnya lebih stabil

42
FAKTOR PENDERITA:
1. Umur penderita
a. Anak-anak
b. Dewasa
c. Geriatrik

2. Lokasi/bagian tubuh di mana obat harus bekerja


a. Efek lokal: bentuk sediaan yang dipilih adalah solutio, mixtura,
unguentum, krim, pasta.
b. Penyerapan atau penetrasi obat melalui kulit: bentuk sediaan injeksi,
linimentum, unguentum, krim dengan vehikulum tertentu
c. Efek sistemik : bentuk sediaan injeksi,bentuk sediaan cair atau padat
yang diberikan per oral atau rektal.
Penggunaan oral lebih mudah digunakan bagi penderita daripada
cara rektal

43
FAKTOR PENDERITA :
3. Kecepatan atau lama kerja obat yang dikehendaki:
 Obat bentuk injeksi lebih cepat diabsorpsi daripada bentuk sediaan
per oral atau per rektal.
Contoh: kecepatan penyerapan aminofillin dari berbagai bentuk
sediaan injeksi > solutio > pulveres > kapsul

 Obat sustained release (kapsul atau tablet) bekerja lebih lama


daripada tablet atau kapsul biasa; pemberian obat cukup satu atau
dua kali dalam sehari

4. Keadaan umum penderita


 Penderita tidak sadar dipilih bentuk sediaan injeksi atau rektal
 Penderita sadar maka lebih baik diberikan bentuk sediaan oral
 Penderita sadar tetapi tidak dapat diberikan pengobatan secara per
oral seperti pada pasien hiper-emesis, post-operasi saluran cerna
maka pilihlah bentuk sediaan injeksi atau rektal

44
FAKTOR PENDERITA :
5. Bentuk terapeutik obat yang optimal dan efek samping
yang minimal bagi penderita:
 Emetin HCl, morfin HCl diberikan dalam bentuk injeksi tidak dalam
bentuk oral
 Vitamin C dalam bentuk cair akan lebih mudah terurai maka diberikan
dalam bentuk padat

6. Bentuk sediaan paling enak/cocok bagi penderita:


 Sangat pahit (mudah larut) tidak diberikan bentuk obat minum (cair)
atau kecuali bentuk esternya yang tidak pahit spt kloramfenikol
 Berasa “amis” maka dipilih kapsul atau tablet atau lebih baik lagi
dragee, misalnya berbagai garam Fe2+ bila bentuk solutio akan berasa
seperti “besi karatan” maka diberikan bentuk kapsul atau tablet.
Oleum Yecoris aseli (amis) lebih baik diberikan kapsul cangkang lunak
atau emulsi 45
Next ????

•Berlanjut di Pertemuan berikutnya....


•Anda sekarang latihan soal dulu ya.......

Anda mungkin juga menyukai