Anda di halaman 1dari 49

Bentuk sediaan obat

Nama : Rita Susanti


Nim : 1748201145
Semester III JK Farmasi
Bentuk
sediaan obat

Bentuk sediaan obat merupakan sediaan farmasi


dalam bentuk tertentu sesuai dengan kebutuhan,
mengandung satu zat aktif atau lebih dalam pembawa
yang digunakan sebagai obat dalam ataupun obat luar

Bentuk sediaan Bentuk sediaan


Bentuk sediaan padat setengah atau semi Bentuk sediaan cair khusus
Contohnya : Serbuk, padat Contohnya : solutio, Inhalasi/spray/aerosol
tablet, Pil, Kapsul, Contohnya : suspensi, emulsa,
Supositoria eliksir, sirup,
salep/unguentum,
injeksi, gargarisma,
krim, pasta, cerata,
enema,guttae,douc
gel/jelly
he
Bentuk sediaan padat
Serbuk, tablet, Pil, Kapsul, Supositoria
1. Bentuk sediaan padat
A. Serbuk

Campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan untuk pemakaian
dalam secara oral atau untuk pemakaian luar

Serbuk terbagi menjadi 2 yaitu serbuk tidak terbagi-bagi (pulvis) dan


serbuk yang di bagi (pulveres)
1. Pulvis (serbuk tak terbagi)
Pulvis merupakan serbuk tidak terbagi-bagi dan dapat digolongkan
menjadi beberapa jenis yaitu :
 Serbuk adspersorius (Bedak tabur/bedak)
serbuk ringan dengan penggunaan topikal, dapat
dikemas dalam wadah yg bagian atasnya berlubang
halus untuk Memudahkan penggunaan pada kulit,
umumnya serbuk tabur melewati ayakan dengan derajat
halus 100 mesh agar tidak menimbulkan iritasi pada
bagia yg peka
 Serbuk dentrificius (serbuk gigi)
biasanya mengandung karmin sebagai pewarna yang
yg dilarutkan lebih dahulu dalam kloroform atau etanol
90%

 Pulvis sternutatorius (serbuk bersin)


Digunakan untuk dihisapmelalui hidung. Oleh karena itu
Serbuknya harus halus sekali

 Pulvis efervesen
Serbuk biasa yang sebelum diminum dilarutkan dahulu kedalam air
dingi atau air hangat, serbuk ini mengeluarkan gas CO2 yang
kemudian membentuk larutan yang jernih. Serbuk ini merupakan
campuran antara senyawa asam (asam sitrat,asam tartat),dengan
basa(Na-carbonat)
2. Pulveres (serbuk terbagi)

Pulveres adalah serbuk yang di bagi dalam


bobot yg lebih kurang sama, dibungkus dengan
kertas perkamen atau bahan pengemas lain yang
cocok

Cara Peracikan serbuk menurut FI Ed.II


Serbuk diracik dgn cara mencampur obat satu persatu dan sedikit demi sedikit, dimulai
dari obat yg jumlah nya lebih sedikit kemudian diayak dgn ayakan No.60 lalu di
campur lagi. Beberapa peracikan serbuk antara lain :
1. Jika serbuk mengandung lemak diayak dgn ayakan No.44
2. jika bobot <50 mg dilakukan pengenceran menggunakan zat tambahan yg cocok
3. jika obat berupa serbuk kasar terutama simplisia nabati digerus terlebih dahulu
sampai derajat halus yg sesuai dgn yg tertera, setelah itu keringkan pada suhu tidak
lebih dari 50 derajat
4. Jika obat berupa cairan, pelarutnya diuapkan hingga hampir kering dan
diserbukkan dengan zat tambahan yg cocok
5. Jik obat masa lembek maka dilarutkan dgn pelarut yg sesuai dan diserbukkan
dengan zat tambahan yang cocok
6. Jika serbuk obat mengandung bagian yg mudah menguap serbuk itu di keringkan
dengan pertolongan kapur tohor atau bahan pengering lain yg cock
B. Tablet

Sediaan bahan padat yg mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan
pengisi. Bolus adalah tablet besar yg digunakan untuk obat hewan besar

Penggolongan obat

Berdasarkan distribusi obat


Berdasarkan metode dalam tubuh
pembuatan -bekerja lokal : tablet hisap untuk Berdasarkan jenis bahan
- Tablet cetak : dibuat dari bahan pengobatan pada rongga mulut. penyalut
obat dan bahan pengisi yg umumnya Ovula atau tablet vagina pengobatan - Tablet salut biasa/salut gula
mengandung laktosa dan serbuk pada infeksi di vagina
(dragee)
sukrosa dalam berbagai - Bekerja iskemik : per oral dapat
-Tablet salut selaput
perbandingan dibedakan menjadi
-Tablet salut kempa
- Tablet kempa :memberikan *yang bekerja short acting (jangka
tekanan tinggi pada serbuk atau pendek ) -Tablet salut enterik
granul menggunakan cetakan baja *yang bekerja long acting (jangka -Tablet lepas lambat
panjang)
Syarat tablet menurut Farmakope indonesia
1. Keseragaman ukuran (FI ed. III)
Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 kali tebalnya tablet.
2. Keseragaman Bobot (FI ed III) dan Keseragaman sediaan (FI ed. IV)
Penyimpangan bobot rata-rata dalam %
Bobot rata-rata tablet
A B
< 25mg 15 30
26 - 150 mg 10 20
151 - 300 mg 7,5 15
>300 mg 5 10

3. Waktu Hancur dan Disolusi


4. Kekerasan Tablet
Untuk mengetahui kekerasanny a agar tablet tidak rapuh atau terlalu keras
5. Keregasan Tablet
Penentuan keregasan ataun kerapuhan tablet dilakukan terutama pada waktu tablet
akan dilapisi (coating)
C. Pil

Pil berasal dari bahasa latin “pila” : bola• FI III : Pil adalah suatu sediaan
berupa masa bulat mengandung satu atau lebih bahan padat

SYARAT SEDIAAN PIL YANG BAIK


• Homogen (ukuran, bentuk, warna, dosis) • Mempunyai kekenyalan, daya
rekat dan kekerasan tertentu • Mempunyai waktu hancur tertentu

Kelebihan dan kekurangan pil

• Dapat menutupi rasa dan bau yang tidak enak


dari bahan obat, memberikan obat dalam dosis
Kelebihan tertentu

• Obat yang dikehendaki memberikan aksi yang


cepat• Obat yang dalam keadaan larutan pekat
Kekurangan dapat mengiritasi lambung• BO padat/serbuk
yang voluminous dan BO cair dalam jumlah besar
Pengujian keseragaman bobot pil
timbang 20 pil satu persatu kemudian hitung bobot rata-rata. Penyimpangan terbesar
yang diperbolehkan terhadap bobot rata-rata dapat dilihat pada tabel

Penyimpangan terbesar terhadap bobot


Bobot rata- rata-rata yang diperbolehkan (%)
rata tablet
18 pil 2 pil
100 - 250 mg 10 % 20%
251-500 mg 7,5% 15%
D. Kapsul
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang
keras atau lunak yang dapat larut

Keuntungan dan kerugian kapsul

• Bentuk menarik dan praktis


• Tidak terasa sehingga bisa menutup rasa dan bau dari
obat yang kurang enak
• Mudah ditelan dan cepat hancur/larut dalam perut,
sehingga bahan cepat segera diabsorbsi (diserap)
dalam usus.
Keuntungan • Dokter dapat memberikan resep dengan kombinasi
dari bermacam-macam bahan obat dan dengan dosis
yang berbeda-beda menurut kebutuhan seorang pasien
• Kapsul dapat diisi dengan cepat tidak memerlukan
bahan penolong seperti pada pembuatan pil atau tablet
yang mungkin mempengaruhi absorbsi bahan obatnya.

• Tidak bisa untuk zat-zat mudah menguap sebab pori-pori


cangkang tidak menahan penguapan
• Tidak untuk zat-zat yang higroskopis
Kerugian • Tidak unutk zat-zat yang bereaksi dengan cangkang kapsul
• Tidak unutk Balita
• Tidak bisa Dibagi (misal ½ kapsul)
Macam-macam bentuk sediaan kapsul

2. Berdasarkan Cara
1. Berdasarkan Pemakaian : 3. Berdasarkan
Konsistensi : - per oral Tujuan Pemakaian :
- kapsul keras - per rektal - untuk manusia
- kapsul lunak - per vaginal - untuk hewan
- topikal
A. Kapsul Keras
Bahan Penyusun cangkang kapsul keras :
* Bahan dasar : - gelatin
- gula --> pengeras
- air (10-15%)
* Bhn. tambahan : - pewarna
- pengawet (mis. SO2)
- pemburam (mis. TiO2)
- flavoring agent

Ukuran & Kapasitas Cangkang Kapsul Keras


1. Ukuran :
- Untuk manusia : 000, 00, 0, 1, 2, 3, 4, 5
- Untuk hewan : 10, 11, 12
B. kapsul lunak
• Bahan Penyusun Cangkang Kapsul Lunak :
a. Bahan dasar :
- gelatin
- bahan pelunak (poly-ol)
- gula
- air : 6 - 13%

b. Bahan tambahan :
- pengawet
- pewarna
- pemburam
- flavor
- penyalut enterik
Perbedaan kapsul keras dan kapsul lunak
E. Suppositoria

• Menurut Farmakope Indonesia Ed. IV


suppositoria adalah sediaan padat dalam
berbagai bobot dan bentuk, yang
diberikan melalui rektal, vagina atau
uretra.
• Umumnya meleleh, melunak atau melarut
pada suhu tubuh
Jenis-jenis suppositoria

Suppositoria rectal, sering Supositoria kempa atau Supositoria uretra (bacilli,

Suppositoria Vaginal
Suppositoria Rektal

(Bougie)
Suppositoria Uretra
disebut sebagai supositoria supositoria sisipan adalah bougies) digunakan lewat
saja, berbentuk peluru, supositoria vaginal yang uretra, berbentuk batang
digunakan lewat rektum dibuat dengan cara dengan panjang antara 7-14
atau anus. mengempa massa serbuk cm.
Menurut FI edisi III menjadi bentuk yang
bobotnya antara 2-3 gram, sesuai, atau dengan cara
pengkapsulan dalam Supositoria saluran urin
yaitu untuk dewasa 3 g dan pria bergaris tengah 3-6
anak 2 g, sedangkan gelatin lunak.
mm dengan panjang ± 140
menurut FI edisi IV kurang Berbentuk bola lonjong mm, walaupun ukuran ini
lebih 2 g. seperti kerucut, digunakan masih bervariasi satu
lewat vagina, berat antara dengan yang lainnya.
3-5 g, menurut FI III 3-6 g, Apabila basisnya Oleum
umumnya 5 g. Cacao maka beratnya ± 4 g.
Supositoria untuk saluran
urin wanita panjang dan
beratnya 2 g
Kelebihan dan kekurangan suppositoria

1. Dapat menghindari terjadinya 1. Pemakaian kurang praktis


iritasi obat pada lambung. 2. Daerah absorbsinya lebih kecil
2. Dapat menghindari kerusakan 3. Cairan dalam rectum relatif
obat oleh enzim pencernaan. sedikit dibandingkan dengan
3. Obat dapat masuk langsung cairan saluran cerna (lambung
dalam saluran darah sehingga dan usus) kekurangan cairan
obat dapat memberi efek lebih dalam rectum menghambat proses
cepat daripada penggunaan obat desintegrasi dan absorbsi.
peroral. 4. Absorbsi obat dari suppositoria
4. Efektif bagi pasien yang mudah tidak konsisten
muntah atau tidak sadar
Bentuk sediaan setengah
atau semi padat
(Salep, Krim, Pasta, Cerata, Gel)
A. Salep

Sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan


digunakan sebagai obat luar. Bahan obatnya harus larut
atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok

Persyaratan salep

• Pemerian : tidak boleh berbau tengik


• Kadar : kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang
mengandung obat keras atau narkotik kadar bahan obat
adalah 10%
• Dasar salep : kecuali dinyatakan lain, sebagai bahan dasar
salep (basis salep) digunakan vaselin putih(vaselin album).
Tergantung sifat bahan obat dan tujuan pemakaian salep.
• Homogenitas : jika dioleskan pada sekeping kaca harus
menunjukkan susunan yg homogen
• Penandaan : pada etiket harus tertera”obat luar”.
Fungsi salep
Sebagai
bahan
pembawa
substansi
obat untuk
pengobatan
kulit

Sebagai
bahan
pelumas
pada kulit
Sebagai pelindung
untuk kulit yaitu
mencegah kontak
permukaan kulit
dengan larutan
berair dan rangsang
kulit.
Penggunaan salep
• Anti puritik (menghilangkan gatal) ex: mentol, camphor, phenol
1

• Keratoplastik (menebalkan lapisan tanduk) ex: as. Sal 1-2%


2

• Keratolitik (melunakkan lapisan tanduk) ex: resorsinol


3

• Emolient (melunakkan lapisan kulit) ex: cold cream


4

• Anti parasitic (menghilangkan parasit) ex: benzyl benzoat


5

• Anti eksem : hidrocortison


6

• Anti bakteri anti fungi : vioform


7

• Protektif ( melindungi kulit terhadap kelembaban udara dan zat kimia) ex: ZnO
8
Penggolongan salep

Menurut konsistensi:
Unguenta : konsistensi spt mentega,
tidak mencair pd suhu biasa, mudah
dioleskan tanpa tenaga.
Cream : berupa emulsi mgd air tidak
kurang dari 60%, mudah diserap . Menurut efek terapi
kulit.
Salep Epidermik : dgunakan pd
Pasta : mgd lebih dari 50 % zat padat permukaan kulit, efek lokal, bahan Menurut dasar salepnya
(serbuk), karena merupakan obat tidak diabsorbsi. Salep hydropobic : salep dg dasar
penutup atau pelindung bagian kulit
Salep endodermik : obatnya berlemak, tidak dapat dicuci dengan
yang diolesi.
menembus ke dalam kulit dan air. Ex: minyak lemak, malam.
Cerata : salep berlemak mgd diabsorbsi sebagian. Salep hydrophillic : salep yang suka
persentase tinggi lilin, sehingga
Salep diadermik : obatnya air Ex: emulsi M/A
konsistensinya lebih keras.
menembus kedalam melalui kulit,
Jelly : salep yang lebih halus, diabsorbsi seluruhnya.
umumnya cair dan mgd sedikit
/tanpa mukosa. Sebagai pelicin atau
basis biasanya campuran dari
minyak dan lemak dengan titik lebur
rendah.
Dasar salep
• Tidak berair, tidak suka air, tidak larut dalam air
Ds. Hidrokarbon/ Ds.
berminyak • Tidak bisa dicuci dg air. Ex: Vaselin putih,
Vaselin kuning.

• Berair, tidak suka air, tdk larut dalam air


Ds. Serap/absorpsi
• Tidak bisa dicuci dg air Ex: Adeps Lanae

Ds. Dapat dicuci air (emulsi • Berair, suka air, tidak larut dalam air,
M/A) • Mudah dicuci dg air Ex: Vanishing cream

• Tidak berair, tidak berlemak,, suka air, larut


dalam air
Ds. Larut air
• mudah dicuci dg air Ex: P.E.G
Kualitas dasar yang baik:
• Stabil
• Lunak
• Mudah dipakai
• Dasar salep cocok
• Dapat terdistribusi merata
Ketentuan umum cara
pembuatan salep
• zat yang dapat larut dalam campuran lemak,
Peraturan pertama dilarutkan kedalamnya, jika perlu dengan
pemanasan.”

• bahan-bahan yg larut dlm air jika tdk ada


Peraturan kedua peraturan lain dilarutkan dlm air.

• bahan-bahan yang sukar atau hanya sebagian dapat


larut dalam lemak dan air harus diserbukkan lebih
Peraturan ketiga dahulu, kemudian diayak dengan pengayak No.B40

• salep-salep yang dibuat dengan cara mencairkan,


campurannya harus digerus sampai dingin”bahan-
Peraturan keempat bahan yang ikut dilebur, penimbangannya harus
dilebihkan 10-20% untuk mencegah kekurangan
bobotnya.
B. Krim

Bentuk sediaan setengah padat berupa emulsi yang mengandung satu


atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang
sesuai(mengandung air tidak kurang dari 60%)
Menggunakan zat pengemulsi, berupa surfaktan anionik, kationik, dan
nonionik.

Tipe Krim

Tipe A/M digunakan : Tipe M/A digunakan

sabun polivalen, Span, Sabun monovalen seperti


Adeps lanae, cholesterol, triethanolamin stearat, natrium
stearat, kalium stearat, ammonium
cera. stearat. Tween, natrium
laurylsulaft, CMC.
• Stabilitas krim
1. krim akan rusak jika sistem campurannya terganggu oleh perubahan
komposisi (adanya penambahan salah satu fase secara berlebihan)
2. Untuk penstabilan krim ditambah zat antioksidan dan zat
pengawet(nipagin 0,12-0,18%; Nipasol 0,02-0,05%)
• Bahan pengemulsi krim : harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim
yang dikehendaki. Ex: emulgid, lemka bulu domba, setasium, setil alkohol,
stearil alkohol, golongan sorbitan, polisorbat, PEG dan sabun.
• Bahan pengawet : metil paraben (nipagen) 0,12-0,18%, propil paraben
(nipasol) 0,02-0,05%.
Cara pembuatan krim

Tambahkan bagian
Bagian lemak dilebur
airnya dengan zat
diatas penangas air
pengemulsi

Aduk sampai sampai


terbentuk krim.
C. Pasta

• Sediaan semi padat (massa lembek) yang mengandung


satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk
pemakaian topikal.
• Bahan padatnya lebih dari 50%
• Merupakan suatu salep yang tebal, keras dan tidak
meleleh pada suhu
• Bahan dasar pasta :Vaselin, adeps lanae, ungt.simplek,
minyak lemak dan parafin liq. Yang sudah atau belum
bercampur dengan sabun.
Macam-macam pasta
• Pasta berlemak: acidi salicyl zinci oxydi pasta,
zinci pasta.
• Pasta kering : suatu pasta bebas lemak
mengandung kurang lebih 60% zat padat
• Pasta pendingin : campuran serbuk minyak
lemak dan cairan berair.
• Pasta gigi (dentififriciae) : suatu campuran
kental terdiri dari serbuk dan glycerinum yang
digunakan untuk pembersih gigi.
D. Cerata

Suatu salep berlemak yang mengandung kadar lilin tinggi


(wax). Hingga konsistensinya jadi lebih keras
Contoh : CMN (Ceratum Labiale).
E. Jelly / Gel

Salep yang lebih halus, umumnya cair dan mengandung sedikit atau tanpa
lilin. Dipergunakan untuk membran mukosa.
Sebagai pelicin atau dasar salep terdiri dari:
Campuran sederhana dari minyak dan lemak dengan titik lebur yang
rendah.

Penyimpanan Gel

• Dalam wadah tertutup baik, dalam botol mulut lebar terlindung dari cahaya,
ditempat sejuk.
• Catatan : pada etiket harus tertera “kocok dahulu”
Bentuk sediaan cair
solutio, suspensi, emulsa, eliksir, sirup,
injeksi, gargarisma, enema,guttae,douche
A. Solutio

Sediaan cair yang mengandung bahan obat terlarut atau tercampur debgan
pelarutnya
Bahan pembawa : air, alkohol, propilen glikol, atau pelarut yang cocok
Oral, topikal (LotioSediaan
Berbentuklarutan, Obat-oral dapat langsung diabsorpsi disaluran cerna,
Obat harus bersifat stabil ,sediaan oral diberikan dengan sendok( Cth & C )
atau ukuran volume
Cth = 5 ml
C = 15 ml
B. Suspensi

• Bahan obat berbentuk padat, halus tidak larut atau sebagian larut dan
terdispersi dalam cairan bahan pembawa
• Umumnya mengandung stabilisator(p.g.a., tween, bentonit, dll)
• Manfaat stabilistor : agar cairan mudah homogen dan bahan padat tidak
menjadi caking cara penggunaan perlu gojog dulu
• Absorpsi obat-oral atau penetrasi obat-topikal targantung dari ukuran
partikel obat yang terdispersi
C. Emulsi

• Dua bahan cair yang tak dapat bercampur (bahan berminyak dan air)
dan dapat bercampur (terdispersi) homogen
• Memerlukan stabilisator : emulgator (p.g.a., tween, cera alba,
trietanolamine, dll)
• Ada dua tipe: -air terdispersi dalam minyak( A/O
• -minyakterdispersidalamair ( O/A
• Kurang stabil dalam suasana panas, lingkungan asam
• Miningkatkan absorpsi obat–oral yang bersifat/ sepertiminyak
• Cara penggunaan perlu gojog terlebih duhulu
D. Eliksir

Sediaan cair yang mempunyai rasa dan bau yang enak


Obat dalam
Pelarut etanol, glyserin dan air
Mengandung obat tunggal
Contoh : Batugin, Bisolvon, Brondilex, Mucopect

E. Sirup

Sediaan cair yang mengandung saccharosa 64-66%


Kadar saccharosa 65% sirup simpleks corrigens saporis, Bj =
1,3
Contoh : Sirup Simpleks, sirup Thymi
F. Injeksi

Sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi atau serbuk yang harus
dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu, disuntukkan dengan merobek
jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit.

Tujuan Penggunaan Injeksi

• Dikehendaki kerja obat segera


1

• Penderita tidak dapat diberi obat melalui mulut


2
• Obat dirusak atau tidak diserap jika diberi per-oral contoh : insulin,
3 epinephrine, streptomycin

• Dikehendaki kerja obat secara lokal


4
Syarat injeksi
• Steril
• Isotonis atau hypertonis
• Bebas pyrogen
• Tidak boleh diberi zat warna
• Yang berupa larutan harus jernih
• Yang berupa suspensi harus halus

Pembawa yg digunakan
• Aquadest
• Minyak
• Propilen glikol
• Glyserin
• Alkohol
Jenis sediaan injeksi
• Serbuk kering, menjaga stabilitas obat dan menghindari peruraian
▫ Contoh injeksi Streptomycin
• Larutan dalam air
▫ Contoh Inj Vit Bcomp, Inj Papaverin
• Suspensi dalam air,
▫ Contoh Inj Cortison Acetat
• Suspensi dalam minyak
▫ Contoh Inj Procain Penicillin in oil

Vial ( flacon )
untuk dosis
ganda atau
dosis tunggal Botol (
larutan
Ampul untuk
injeksi
dosis tunggal
volume
besar)

Wadah
untuk
inejksi
G. Gargarisma

• Sediaan berupa larutan yang pada umumnya dalam keadaan pekat


dan harus diencerkan dahulu sebelum digunakan (dikumurkan)
• Tujuan : Pencegahan atau pengobatan infeksi tenggorok.
• Gargarisma kedalam tenggorok
• Collutoria rongga mulut
• Contoh : Betadine Gargle and Mouthwash
H. Enema

Penggunaannya dimasukkan ke dalam rektum dan kolon lewat anus


Terapi lokal dan sistemik
Umumnya diberikan volume 500 ml – 1000 ml, kadang 100 ml – 200 ml atau lebih
kecil tergantung umur atau keadaan penderita

Tujuan Pemberian Enema

• Kejang karena sembelit


• Memacu pengeluaran isi usus
• Membersihkan usus bagian bawah sebelum melakukan operasi
• Penderita yang mual atau muntah yang tdk mungkin diberi lewat oral
• Anestesi sistemik untuk mengurangi mual pada penderita yang dioperasi
• Topikal karena inflamasi pada daerah anus
▫ Contoh :Microlax enema, Stesolid rectal tube
• Bahan kontras pada proses radiologi
▫ mis Barium Sulfat
I. Guttae

• Sediaan cair yang cara penggunaannya diteteskan


• Alatpenetes: -pipet ukur ( 1 tetes= 0,05 ml)
-volume pipet (ukuran ml 0,3, 0,6, 0,5, 1 ml)
• Dapat berbentuk larutan, suspensi, atau emulsi
• Volume pemberian sediaan oral kecil, cocok untuk bayi
• Macam: -TETES –ORAL (Oral-drops)
-TETES MATA (Guttaeophthalmicae, eye-drops)
-TETES TELINGA (Guttaeauricularis, ear-drops)
-TETES HIDUNG (Guttaenasales, nasal-drops)
• Gunakan sediaan jadi/paten dalam preskrips
J. Dounch

• Larutan dalam air yang langsung digunakan kedalam lubang pada tubuh
• Guna : pembersih atau antiseptik
• Macam
▫ Eye douche
▫ Nasal douche
▫ Vaginal douche
Bentuk sediaan khusus
Inhalasi/spray/aerosol
A. Inhalasi

• Disedot melalui hidung atau mulut atau disemprotkan dalam bentuk kabut
kedalam saluran pernafasan dengan alat semprot mekanik
• Tujuan : melegakan bronkhi dan penyumbatan pada hidung
• Contoh : Viks Inhaler, Vibrosil spray.

Tidak mengalami efek first-pass di hati


Bioavailabilitas inhalasi Paru-paru bertindak sebagai tempat first-
pass karena dapat di ekskresi di paru-paru
Availabilitas obat <100 %
Daftar perpustakaan
• Anief,M., 1987., Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press.,
Yogyakarta.
• Anief, M., 1993., Farmasetika., Gadjah Mada University Press., Yogyakarta.
• Syamsuni, A., 2006., Ilmu Resep., EGC., Jakarta.
• Joenoes, N.Z., ARS Prescribendi (Resep yang Rasional) Edisi 2., Airlangga
University Press., Surabaya.
• Syamsuni, A., 2006., Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi., EGC.,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai