Anda di halaman 1dari 9

HERPES SIMPLEX & HERPES ZOSTER

1. PENGERTIAN

Herpes adalah kelompok virus yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia. Infeksi virus
herpes umumnya ditandai dengan kulit kering, luka lepuh, atau luka terbuka yang
berair. Herpes simplex virus (HSV) dan varicella- zoster virus adalah dua jenis virus herpes
yang cukup sering menyerang manusia.
Virus ini dapat menyerang siapa saja. Adanya riwayat kontak dengan penderita infeksi
virus ini dan memiliki sistem kekebalan tubuh yang sedang lemah adalah faktor yang bisa
meningkatkan risiko seseorang terinfeksi virus herpes.
Secara keseluruhan, virus herpes terbagi ke dalam tiga kelompok. Pembagian kelompok
virus herpes adalah sebagai berikut:
- Alfa herpesvirus
Kelompok virus ini memiliki siklus berkembang biak yang cepat, memiliki fase infeksi
laten (tersembunyi tanpa gejala), dan bisa kambuh. Contoh alfa herpesvirus adalah HSV
tipe 1 dan 2, serta varicella-zoster virus.
- Beta herpesvirus
Kelompok virus ini memiliki siklus berkembang biak yang panjang. Sel yang terinfeksi
sering kali membengkak dan virus dapat tersembunyi di dalam tubuh. Beberapa sel yang
sering terinfeksi virus ini adalah sel darah merah, ginjal, dan kelenjar sekretori.
Contoh beta herpesvirus adalah cytomegalovirus, herpesvirus 6, dan herpesvirus 7.
- Gamma herpesvirus
Kelompok virus ini khusus menyerang bagian sel atau limfosit T atau B pada tubuh
manusia. Contoh gamma herpesvirus adalah Epstein-Barr virus dan human herpesvirus
8. 

2. JENIS KUMAN DAN CARA PENULARAN 

- Herpes simplex virus type 1 (HSV 1)


HSV 1 merupakan jenis virus herpes yang sering menyebabkan herpes oral (mulut) atau
herpes labial (bibir). Akan tetapi, HSV 1 juga dapat menyebar dari mulut ke alat kelamin
dan menyebabkan terjadinya herpes kelamin (genital) pada orang yang menerima seks
oral dari penderita herpes oral.
HSV 1 dapat menyebar melalui kontak langsung dari penderita herpes ke orang yang
sehat. Contohnya adalah lewat berciuman, berbagi pakai peralatan makan, atau berbagi
kosmetik bibir, seperti lipstik.

- Herpes simplex virus type 2 (HSV 2)


HSV 2 merupakan penyebab utama penyakit herpes genital. Infeksi virus ini bisa
kambuh, frekuensi kekambuhannya akan bervariasi pada tiap penderitanya.
Virus HSV 2 menyebar melalui kontak langsung dengan luka yang dimiliki penderita
herpes, misalnya saat hubungan seksual. Selain itu, HSV 2 juga dapat ditularkan dari ibu
kepada bayinya pada saat persalinan. 
- Varicella-zoster virus (VZV)
VZV merupakan virus yang menjadi penyebab cacar air (varicella) dan cacar ular (herpes
zoster). Cacar air terjadi ketika varicella-zoster virus menginfeksi seorang untuk pertama
kali. Sedangkan, herpes zoster atau dikenal juga dengan herpes kulit terjadi saat virus
VZV yang mengalami fase laten kambuh kembali atau saat seseorang terinfeksi virus ini
dari seseorang yang sedang menderita herpes zoster.
VZV utamanya menular melalui kontak langsung dengan penderita cacar air. Infeksi
virus ini dapat dikenali dengan timbulnya bintil kulit yang berisi cairan (vesikel). VZV
juga dapat menular melalui kontak langsung dengan cairan yang ada di dalam vesikel
atau percikan liur yang keluar saat penderita bersin atau batuk.
3. PATOFISIOLOGI
a. PATOFISIOLOGI HERPES SIMPLEX
Patofisiologi herpes simpleks dimulai dengan infeksi virus, namun cara transmisi virus
sedikit berbeda antara Herpes simplex virus (HSV) tipe 1 dan tipe 2. Infeksi virus HSV
tipe 1 terutama ditularkan melalui kontak langsung dengan saliva yang terkontaminasi
atau sekret tubuh  orang yang terinfeksi. Sementara HSV Tipe 2 terutama menular saat
hubungan seksual.
Virus HSV sangat pandai mengelabui sistem imun tubuh manusia melalui beberapa
mekanisme. Salah satunya adalah dengan menginduksi terakumulasinya molekul CD1d
pada antigen presenting cells. Normalnya, molekul-molekul CD1d akan ditransportasikan
ke permukaan sel, dimana antigen dipresentasikan sebagai reaksi dari stimulasi natural
killer T-cells yang kemudian memediasi respon imun. Ketika molekul CD1d terkumpul di
dalam sel, respon imun menjadi terhalang.
HSV juga memiliki beberapa mekanisme lain yang dapat menurunkan regulasi berbagai
macam sel imun dan sitokin. HSV mampu menyebabkan infeksi cytolytic, sehingga
terjadi perubahan patologis  karena nekrosis sel dan reaksi inflamasi. Cairan berkumpul
di antara lapisan epidermis dan dermis, sehingga terjadi pembentukan vesikel. Cairan
kemudian diabsorbsi dan meninggalkan keropeng. Penyembuhan dapat terjadi tanpa
meninggalkan parut. Dapat pula terbentuk ulkus dangkal akibat ruptur vesikel pada
membran mukosa.

b. PATOFISIOLOGI HERPES ZOSTER


Patofisiologi herpes zoster adalah melalui infeksi laten dan reaktivasi varicella-
zoster virus (VZV).
Infeksi Primer VZV

Infeksi VZV primer menyebabkan varicella atau cacar air (chickenpox) yang ditandai


dengan ruam kulit dan vesikel, yang umumnya bersifat ringan dan self limiting.  VZV
ditularkan melalui droplet (airborne) atau kontak langsung dengan lesi.

4. GEJALA DAN TANDA 

Infeksi herpes biasanya terjadi dalam beberapa tahapan. Gejala atau keluhan yang bisa
timbul pada tiap tahapan dapat berbeda-beda. Jika diuraikan lebih lanjut, berikut adalah
tahapan-tahapan infeksi herpes:

- Stadium primer
Stadium primer terjadi pada hari ke-2 hingga ke-8 setelah terjadinya infeksi herpes.
Gejala yang muncul pada fase ini adalah blister, vesikel, atau ruam lepuh pada kulit yang
berukuran kecil dan terasa sakit.
Blister biasanya berisi cairan berwarna bening atau keruh. Blister dapat pecah sehingga
menimbulkan luka terbuka. Daerah di sekitar blister juga akan berwarna kemerahan.

- Stadium laten
Pada stadium ini, blister dan luka yang sebelumnya muncul akan mereda. Namun, pada
fase ini, virus sedang berkembang dan menyebar ke saraf dekat saraf tulang belakang
yang ada di bawah kulit.

- Stadium peluruhan
Virus mulai berkembang biak pada ujung saraf organ tubuh. Jika ujung saraf yang
terinfeksi terletak pada organ tubuh yang menghasilkan cairan, seperti testis atau vagina,
maka virus herpes dapat terkandung dalam cairan tubuh seperti air mani dan lendir
vagina. Biasanya, pada fase ini, penderita tidak mengeluhkan gejala khusus.

- Stadium rekurensi (muncul kembali)


Pada stadium ini, blister pada kulit yang terjadi di stadium primer dapat muncul kembali,
tapi biasanya tidak separah lepuhan dan luka yang sebelumnya. Gejala lain yang bisa
timbul pada stadium rekurensi ini adalah gatal, kesemutan, dan nyeri di daerah infeksi
pada stadium pertama.   
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, gejala atau keluhan saat terinfeksi virus herpes
bisa bervariasi, tergantung pada fase yang sedang terjadi, jenis virus yang menginfeksi,
dan bagaimana sistem kekebalan tubuh penderita.
Perlu diingat, bahwa tidak semua penderita herpes akan mengalami gejala yang sama.
Pada beberapa orang, kondisi ini kadang tidak menimbulkan gejala apa pun.
Saat mengalami infeksi virus herpes, akan muncul gejala umum penyakit infeksi.
Beberapa gejala atau keluhan tersebut adalah:

 Demam
 Kelelahan
 Sakit kepala
 Nyeri otot
 Penurunan nafsu makan
 Pembengkakan kelenjar getah bening
Selanjutnya, akan muncul gejala sesuai dengan jenis virus herpes yang menginfeksi dan
lokasi atau bagian tubuh yang terinfeksi. Pada infeksi HSV 1 atau herpes oral, gejala akan
timbul pada mulut dan area di sekitarnya. Gejala yang dapat muncul adalah:

 Nyeri, gatal, rasa terbakar atau ditusuk pada tempat infeksi


 Blister, yaitu lesi kulit seperti melepuh berukuran kecil dan berwarna abu kemerahan
yang dapat pecah dan mengering dalam beberapa hari
 Blister yang pecah dapat menimbulkan luka dengan rasa nyeri sehingga bisa mengganggu
proses makan

Untuk penderita infeksi HSV 2 atau herpes genital, beberapa gejala yang umumnya
dialami adalah:

 Pembengkakan pada kulit kelamin atau area di sekitarnya yang terasa gatal, nyeri, dan
disertai sensasi terbakar
 Luka yang menyakitkan pada kemaluan, pantat, anus, atau paha
 Sakit pada saat buang air kecil
 Keluarnya cairan dari vagina
 Kulit penis kering, perih, dan gatal   

Sedangkan saat terinfeksi herpes zoster virus yang menyebabkan cacar air, akan muncul
ruam kulit berisi cairan (vesikel) yang gatal. Ruam cacar air ini akan tersebar di seluruh
tubuh.
Jika penderita cacar air yang sudah sembuh kemudian mengalami herpes zoster, akan
muncul keluhan dan gejala, seperti rasa nyeri, panas, yang diikuti dengan munculnya
lepuh, pada kulit di salah satu sisi bagian tubuh.

Komplikasi Herpes 
Secara umum, infeksi akibat virus herpes jarang menimbulkan komplikasi serius.
Komplikasi infeksi virus herpes umumnya terjadi pada kondisi tertentu. Misalnya,
penderita herpes simpleks yang juga menderita HIV biasanya mengalami gejala herpes
yang lebih parah dan lebih sering kambuh.
Komplikasi akibat infeksi virus herpes juga bisa tergantung pada jenis virus yang
menginfeksi. Saat terinfeksi virus herpes simpleks, berikut ini adalah beberapa
komplikasi yang bisa timbul:

 Penyebaran infeksi ke bagian tubuh lain


 Hepatitis
 Radang paru-paru
 Radang otak dan selaput otak
 Esofagitis
 Kematian jaringan retina mata

Jika dialami oleh ibu hamil, cacar air yang tidak ditangani dengan benar dapat
meningkatkan risiko terjadinya gangguan pada bayi yang dikandungnya. Gangguan
tersebut bisa berupa gangguan penglihatan, retardasi mental, pertumbuhan lambat, atau
kepala yang memiliki ukuran lebih kecil.
Sementara itu, komplikasi yang bisa terjadi saat mengalami herpes zoster adalah:

 Post herpetic neuralgia, yaitu nyeri yang masih dirasakan walaupun lesi pada kulit sudah
menghilang
 Infeksi bakteri pada lokasi ruam
 Nyeri dan ruam yang menjalar hingga ke mata
 Sindrom Ramsay-Hunt, yaitu kondisi yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada wajah
dan gangguan pendengaran

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Untuk mendiagnosis herpes, dokter akan melakukan tanya jawab mengenai gejala,
riwayat aktivitas, dan riwayat kesehatan pasien. Selanjutnya, dokter akan melakukan
pemeriksaan untuk melihat ada tidaknya demam, jenis ruam atau lesi kulit yang timbul,
serta pola penyebaran lesi.
Dokter dapat mendiagnosis herpes melalui tanya jawab dan hasil pemeriksaan fisik yang
telah dilakukan. Namun, pada beberapa kasus, untuk memperkuat diagnosis dan
memastikan jenis virus herpes yang menginfeksi, dokter bisa melakukan beberapa
pemeriksaan lanjutan, seperti:

- Kultur virus
Kultur virus herpes bertujuan untuk mendiagnosis adanya virus herpes. Kultur virus
herpes dilakukan dengan mengambil sampel melalui metode swab dari area kulit atau
genital yang terinfeksi, untuk selanjutnya di periksa di laboratorium. Pemeriksaan kultur
virus ini terutama dilakukan untuk mendeteksi atau mengkonfirmasi keberadaan virus
herpes, sekaligus menentukan jenis virus herpes yang menginfeksi.

- Pemeriksaan Tzank
Pemeriksaan Tzank dilakukan dengan mengambil sampel dari ruam kulit untuk
selanjutnya diperiksa di bawah mikroskop. Hasil pemeriksaan ini bisa menentukan
apakah lesi yang timbul disebabkan oleh virus herpes. Kendati demikian, pemeriksaan ini
tidak bisa mengidentifikasi jenis virus herpes yang menyebabkan infeksi.

- Tes antibodi
Saat terserang virus, tubuh memproduksi antibodi sebagai perlawanan. Tes antibodi
bertujuan untuk mendeteksi ada tidaknya antibodi terhadap virus herpes. Tes antibodi
dilakukan dengan mengambil sampel darah, kemudian dianalisis di laboratorium untuk
dicek keberadaan antibodi yang terbentuk akibat infeksi virus herpes. Hasil tes
antibodi akan sangat membantu diagnosis pada pasien yang tidak mengalami luka atau
lepuhan pada kulit. Pemeriksaan ini sering digunakan mendiagnosis infeksi  HSV 1 atau
pun HSV 2. Selain tes yang disebutkan di atas, pada beberapa kasus, dokter bisa
mempertimbangkan pemeriksaan PCR (polymerase chain reaction), untuk mendeteksi
infeksi virus herpes, terutama yang telah menyebabkan infeksi pada mata atau sistem
saraf pusat.

6. PENGOBATAN DAN TINDAKAN

Pada umumnya, luka dan lepuhan akibat herpes dapat sembuh dengan sendirinya dalam
waktu 2–4 minggu. Hanya saja, virus masih mungkin tetap ada di dalam tubuh penderita
tanpa menimbulkan keluhan atau gejala. Hingga kini, belum ada metode pengobatan
yang dapat menghilangkan virus herpes dari dalam tubuh.
Fokus pengobatan herpes adalah untuk membantu meredakan keluhan, mencegah
penyebaran herpes, serta menurunkan risiko terjadinya komplikasi Beberapa obat-obatan
antivirus dapat digunakan untuk mengatasi infeksi virus herpes adalah:

 Acyclovir
 Valacyclovir
 Famciclovir

Selain obat antivirus, ada beberapa hal yang bisa Anda dilakukan untuk meredakan
keluhan dan mempercepat pemulihan akibat infeksi virus herpes, yaitu:

 Konsumsi paracetamol atau ibuprofen sebagai obat pereda nyeri.


 Gunakan air suam kuku untuk mandi.
 Kompres ruam kulit dengan air hangat atau atau air dingin.
 Gunakan pakaian dalam berbahan katun.
 Gunakan pakaian longgar.
 Jaga area luka tetap kering dan bersih.

7. PENCEGAHAN

Untuk mencegah penyebaran virus herpes ke orang lain, dapat dilakukan dengan
langkah-langkah berikut ini:

 Sebisa mungkin hindari kontak fisik dengan orang lain, terutama yang memiliki luka
terbuka.
 Selalu cuci tangan secara rutin.
 Jika diberikan obat oles untuk mengatasi ruam, oleskan obat dengan menggunakan kapas
agar kulit tangan tidak menyentuh daerah yang terinfeksi virus herpes.
 Jangan berbagi pakai barang-barang yang dapat menyebarkan virus, seperti gelas,
cangkir, handuk, pakaian, dan peralatan makeup.
 Jangan melakukan oral seks, ciuman atau aktivitas seksual lainnya, selama munculnya
gejala penyakit herpes.

Khusus bagi penderita herpes genital, segala bentuk aktivitas seksual selama masa
munculnya gejala herpes harus dihindari. Perlu diingat bahwa meskipun sudah
menggunakan kondom, virus herpes tetap dapat menyebar melalui kontak kulit yang
tidak terlindungi kondom.

8. KLASIFIKASI KODING
B00-B09 Viral infections characterized by skin and mucous membrane lesions

Anda mungkin juga menyukai