“ HIPERSENSITIVITAS 1 DAN 2”
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
1. ASRITA
2. MARIANTI NATALIA
3. NUR ULFA
4. ARLIANA
5. RISNAWATI
6. FATRIANI
7. AKHRIANTO
8. NUR FITRA LAUDIRA
9. BOBY LALAN PIRI
10. RACHMAT HIDAYAT
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas
kasih dan karunianya makalah pendidikan kesehatan ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Walaupun ada beberapa halangan yang menggangu proses pembuatan
makalah ini, namun penulis dapat mengatasinya tentu atas campur tangan Tuhan Yang
Maha Kuasa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, penulis berharap
adanya kritik dan saran dari berbagai pihak untuk perbaikan makalah ini pada masa
yang akan datang. Akhir kata dari penulis berterima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini sehingga menjadi bermanfaat
bagi kita semua.
(Penulis)
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
PEMBAHASAN
A. Hipersensitivitas
1. Pengertian
a. Hipersensitivitas adalah peningkatan reaktivitas atau sensitivitas terhadap
antigen yang pernah dipajankan atau dikenal sebelumnya (Baratawidjaja
dan Rengganis, 2014)
b. Istilah hipersensitivitas berkenaan dengan ketidaktepatan reaksi
imunologis, daripada usaha untuk menyembuhkan, reaksi ini menciptakan
kerusakan jaringan dan merupakan suatu bentuk penting dalam proses
perjalana penyakit secara keseluruhan (Mohanty dan Leela, 2014).
Walaupun secara umum dikatakan bahwa sistem imun baik spesifik
maupun nonspesifik merupakan suatu sistem pertahanan terhadap invasi
benda asing (Baratawidjaja dan Rengganis, 2014), namun kenyataanya
tidak selalu demikian, karena ketika respon imun berusaha untuk
mengeliminasi antigen tanpa menyebabkan kerusakan yang luas, pada saat
yang sama respon imun dapat menghasilkan efek merusak yang memicu
kerusakan jaringan (subowo, 1993) bahkan sampai menimbulkan kematian
(Stevens, 2010).
2. Klasifikasi Reaksi Hipersensitivitas
a. Klasifikasi menurut waktu timbulnya reaksi (Baratawidjaja dan Rengganis,
2014):
Hipersensitivitas Tipe II
Kerusakan sel yang dimediasi antibodi dapat terjadi melalui proses lain yaitu
Secara klinis, reaksi yang diperantarai oleh antibodi terjadi pada keadaan sebagai
berikut:
Reaksi transfusi, sel darah merah dari seorang donor yang tidak sesuai dirusak
setelah diikat oleh antibodi resipien yangdiarahkan untuk melawan antigen
darah donor. Reaksi dapat cepat atau lambat. Reaksi cepat biasanya disebabkan
olehinkompatibilitas golongan darah ABO yang dipacu oleh IgM. Antibodi
golongan ini menimbulkan aglutinasi, aktivasikomplemen, dan hemolisis
intravaskular.Dalam beberapa jam hemoglobin bebas dapat ditemukan dalam
plasma dan disaring melalui ginjal (hemoglobinuria). Beberapa hemoglobin
diubah menjadi bilirubin yang pada kadar tinggi dapat bersifat toksik. Gejala
khasnya dapat berupa demam, menggigil, nausea, demam, nyeri pinggang dan
hemoglubinuria.
Hal serupa terjadi pada hemolytic diseases of the newborn (HDN) akibat
ketidaksesuaian faktor Rhesus (Rhesus Incompatibility) dimana anti-D IgG
yang berasal dari ibu menembus plasenta masuk ke dalam sirkulasi darah janin
danmelapisi permukaan eritrosit janin kemudian mencetuskan reaksi
hipersensitivitas tipe II. HDN terjadi apabila seorangibu Rh- mempunyai janin
Rh+. Sensitisasi pada ibu umumnya terjadi pada saat persalinan pertama, karena
itu HDNumumnya tidak timbul pada bayi pertama. Baru pada kehamilan
berikutnya limfosit ibu akan membentuk anti-D IgGyang dapat menembus
plasenta dan mengadakan interaksi dengan faktor Rh pada permukaan eritrosit
janin(eritroblastosis fetalis).
Anemia hemolitik autoimun, agranulositosis, atau trombositopenia yang
disebabkan oleh antibodi yang dihasilkan olehseorang individu yang
menghasilkan antibodi terhadap sel darah merahnya sendiri.
Reaksi obat, antibodi diarahkan untuk melawan obat tertentu (atau
metabolitnya) yang secara nonspesifik diabsorpsi pada permukaan sel
(contohnya adalah hemolisis yang dapat terjadi setelah pemberian penisilin)
2. Inflamasi yang diperantarai Komplemen dan Fc Receptor
Tipe kedua dari reaksi hipersensitivitas biasa disebut reaksi hipersensitivitas sitotoksik,
di mana sel tubuh yang normal secara keliru dimusnahkan oleh sistem kekebalan tubuh
sendiri. Reaksi ini melibatkan antibodi imunoglobulin G (IgG) atau imunoglobulin M
(IgM).
Contoh dari reaksi hipersensitivitas jenis ini adalah anemia hemolitik autoimun,
penolakan transplantasi organ, dan penyakit Hashimoto .
DAFTAR PUSTAKA