Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit gigi dan mulut adalah suatu penyakit yang tidak kalah pentingnya dengan
penyakit lain. Sakit gigi dapat muncul tiba-tiba. Penyebab paling umum sakit gigi dan banyak
terjadi adalah lubang pada gigi yang disebut karies. Karies gigi merupakan suatu kerusakan
jaringan keras gigi (email, dentin dan sementum) yang bersifat kronis progesif dan disebabkan
aktifitas jasad renik dalam karbohidrat yang dapat diragikan dengan demineralisasi jaringan keras
dan diikuti kerusakan organik. Sakit gigi juga dapat disebabkan oleh hal-hal lain misalnya karena
gingivitis atau periodontitis. Sakit gigi yang berupa nyeri pada gigi, biasanya muncul karena
adanya rangsangan langsung pada gigi. Rangsangan itu bisa berupa minuman/makanan panas,
dingin atau saat mengunyah. Rangsangan-rangsangan seperti itu, menyebabkan peradangan pada
pulpa (pusat syaraf gigi) yang terdapat pada setiap gigi.
Nyeri gigi menempati urutan kedua (17,6%) dibanding dengan nyeri kepala, nyeri
otot,nyeri sendi dan nyeri otot (Afif, 2015). Nyeri gigi dan mulut termasuk masalah di Indonesia
dengan prevalensi yang tinggi, hal ini terbukti meningkat dari tahun 2007 (sebesar 23,2%) ke
tahun 2013 (sebesar 25,9%) diantara mereka terdapat 31,1% masyarakat mendapatkan perawatan
dengan bantuan tenaga kesehatan dan 68,9% masyarakat tidak melakukan perawatan dengan
bantuan tenaga kesehatan (Balitbang, 2013).Berdasarkan hasil Susenas tahun 2009 terdapat 66%
masyarakat yang mengalami nyeri gigi, pusing, sakit maag, batuk, diare melakukan
swamedikasi.Swamedikasiadalah upaya masyarakat melakukan pengobatan sendiri terhadap
tanda dan gejela yang mereka rasakan seperti datang ke apotek atau ketoko terdekat untuk
membeli obat dengan merk dagang yang mereka ketahui.
Analgetik merupakan inhibitor spesifik jalur nyeri dengan mengaktifkan reseptor yang
berada pada neuron sensorik dan susunan syaraf pusat(SSP). Obat analgetikyang dapat digunakan
untuk mengobati penyakit keluhan nyeri adalah Ibuprofen, Asam Mefenamat, Naproxen,
Parasetamol, Aspirin. Obat tersebut dapat digunakan untuk mengobati penyakit dengan keluhan
nyeri. Salah satu penyakit yang dapat disembuhkan dengan obat analgetik adalah nyeri gigi
(Aminoshariae & Terézhalmy,2014).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sakit gigi?
2. Apa faktor penyebab sakit gig?
3. Apa saja jenis sakit gigi?
4. Bagaimana penanganan sakit gigi berdasarkan jenisnya?
5. Apa yang dimaksud dengan swamedikasi?
6. Bagaiamana pemilihan obat untuk swamedikasi?
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Sakit Gigi


Sakit gigi adalah tanda utama karies gigi yang merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
kronis.Karena dampak sosial, sakit gigi merupakan indikator kesehatan mulut. Sakit gigi dapat
disebabkan oleh aktivitas rangsangan terhadap gigi, kimia dan rangsangan termal, atau dapat muncul
secara spontan sehingga dapat menyebabkan peradangan parah pada pulpa gigi (Machado et al.
2014).
Kadang-kadang, sakit gigi mungkin disebabkan oleh masalah yang tidak berasal dari gigi atau
rahang. Sakit di sekitar gigi dan rahang dapat gejala penyakit jantung (seperti angina atau serangan
jantung ), telinga (seperti eksternal infeksi telinga atau bagian dalam), dan sinus (udara bagian-
bagian dari tulang pipi). Misalnya, sakit angina (pasokan darah beroksigen yang tidak memadai ke
otot jantung karena penyempitan pembuluh darah ke jantung) biasanya terletak di bagian dada atau
lengan. Namun, pada beberapa pasien dengan angina, rasa sakit sakit gigi atau rahang adalah satu-
satunya gejala dari masalah hati mereka. Infeksi dan penyakit telinga dan sinus juga dapat
menyebabkan rasa sakit di sekitar gigi dan rahang.

B. Faktor Penyebab Sakit Gigi


Dalam kesehatan, gigi merespon rasa sakit karena kepekaan terhadap rangsangan dingin, panas,
stimulus manis atau fisik (saat menggosok gigi atau pada saat menggunakan tusuk gigi) atau dengan
peradangan dari zat kimia (Renton 2011).

C. Jenis Sakit Gigi


1. Infeksi gigi
Infeksi gigi adalah infeksi yang terjadi pada pulpa dan peripekal sehinggamenyebabkan adanya
penumpukan nanah yang kemudian menyebar dari gigi yang sakit ke jaringan yang berada
didekat gigi.
 Penyebab
Abses gigi disebabkan karena adanya aliran nanah yang berasal dari gigi yang terkena
infeksi menuju gusi sehingga gusi yang berada didekat gigi infeksi membengkak.
 Gambaran klinis
a. Terdapat pembekakan di area sekitar gigi yang terkena infeksi
b. Pembekakan gusi dapat terjadi hingga kelopak mata apabila yang infeksi adalah gigi
bagian atas, terjadi pembekakan hingga pipi apabila yang infeksi gigi bagian belakang,
dan terjadi pembekakan hingga telinga dan dagu disebabkan infeksi gigi bagian bawah
c. Terkadang timbul demam
d. Mulut susah dibuka lebar
e. Sakit saat mengunyah karea terdapat gigi yang goyah
 Diagnosis
Adanya pembengkakan gusi dan peradangan pada area gigi yang sakit.
 Penatalaksanaan
Pengobatan simptomatik dapat diberikan parasetamol atau ibuprofen atau asam mefenamat.
2. Pulpitis akut (gigi berlubang)
Pulpitis merupakan peradangan yang terjadi pasa pulpa yang dapat menimbulkan rasa nyeri
akibat dari reaksi toksin bakteri pada karies gigi.
 Penyebab
Pulpitis disebabkan karena adanya pembusukan gigi atau cedera. Semakin besarnya
tekanan didalam gigi dapat mendorong pulpa melalui ujung akar, keadaan ini bisa melukai
tulang rahang dan jaringan sekitar gigi.
 Gambaran klinis
a. Apabila ada makanan yang masuk gigi yang terkena pulpitis akan merespon sakit
karena ada rangsang manis, asam, dingin, atau panas. Peradangan yang telah mencapai
jaringan periapekal ditandai dengan sakit saat mengunyah.
b. Gigi berlubang dan pulpa yang terbuka
 Diagnosis
Nyeri dan tanda peradangan
 Penatalaksanaan
Pemberian obat analgetik
3. Gingivitis (gusi bengkak)
Gingivitis adalah inflamasi pada bagian gingiva marginal atau gusi mengalami peradangan.
 Penyebab
Radang gusi ini dapat disebabkan oleh faktor lokal maupun faktor sistemik. Faktor lokal
diantaranya karang gigi, bakteri, sisa makanan (plak), pemakaian sikat gigi yang salah,
rokok, tambalan yang kurang baik. Faktor sistemik meliputi Diabetes Melitus (DM),
ketidakseimbangan hormon (saat menstruasi, kehamilan, menopause, atau pemakaian
kontrasepsi), keracunan logam, dan sebagainya.
 Gambaran klinis
a. Mulut bau, gusi bengkak mudah berdarah tanpa nyeri, terkadang terasa gatal
b. Gingivitis herpes biasanya disertai gejala herpes simpleks. Tidak disertai bau mulut
c. Salah satu bentuk radang gusi adalah perikoronitis yang gejalanya demam dan sukar
membuka mulut
 Diagnosis
Peradangan pada gusi
 Penatalaksanaan
a. Menjaga kebersihan mulut dan berkumur dengan segelas air hangat ditambah 1 sendok
teh garam, atau dengan povidon iodin kumur setiap 8 jam selama 3 hari.
b. Bila keadaan belum membaik, rujuk ke rumah sakit untuk perawatan selanjutnya.
c. Perikoronitis memerlukan antibiotik selama 5 hari : amoksisilin 500 mg setiap 8 jam.
d. Pasien dirujuk ke dokter gigi untuk penanganan selanjutnya untuk membersihkan
karang gigi.
4. Periodontitis (pelepasan gigi karena rusaknya gusi)
Peradangan jaringan periodontium yang lebih dalam yang merupakan lanjutan dari peradangan
gingiva.
 Penyebab
Sebagian besar periodontits merupakan akibat dari penumpukan plak dankarang gigi
(tartar) diantara gigi dan gusi. Akan terbentuk kantong diantara gigi dan gusi, dan meluas
ke bawah diantara akar gigi dan tulang dibawahnya. Kantong ini mengumpulkan plak
dalam suatu lingkungan bebas oksigen yang mempermudah pertumbuhaan bakteri sehingga
pada akhirnya dapat menyebabkan gigi tersebut tanggal.
 Gambaran klinis
a. Perdarahan gusi
b. Perubahan warna gusi
c. Bau mulut
 Diagnosis
Nyeri pada gingiva atau gusi
 Penatalaksanaan
a. Karang gigi dibersihkan
b. Pemberian antibiotik amoksisilin 500 mg dan metronidazol 250 mg setiap 8 jam
selama 5 hari
c. Pasien dianjurkan berkumur selama ½-1 menit dengan larutan povidon 1%, setiap 8
jam
d. Bila sudah sangat goyah, gigi harus dicabut
e. Analgesik juga dioerlukan
5. Perikoronitis akus (infeksi gusi)
Peradangan jaringan lunak sekitar mahkota gigi yang sedang erupsi, terjadi pada molar ketiga
yang sedang erupsi.
 Penyebab
Bengkak pada gusi di sekitar mahkota gigi akibat dari penumpukanplak dan sisa makanan
diantara gigi dan gusi.
 Gambaran klinis
a. Perdarahan gusi
b. Perubahan warna gusi
c. Bau mulut
 Diagnosis
Adanya riwayat sakit gigi, peradangan di gusi sekitar mahkota gigi
 Penatalaksanaan
a. Pemberian antibiotik amoksisilin 500 mg dan metronidazole 250 mg setiap 8 jam
selama 5 hari
b. Pasien dianjurkan berkumur selama ½-1 menit dengan larutan povidon iodin 1%
setiap 8 jam
c. Pemberian parasetamol atau analgesik lain
d. Jika gejala belum sembuh dianjurkan ke dokter
6. Trauma gigi dan jaringan penyangga
Trauma gigi adalah hilangnya kontinuitas jaringan keras gigi dan atauperiodontal karena sebab
mekanis seperti ketika menggunakan sikat gigi dan tusuk gigi.
 Penyebab
Penyebab trauma gigi paling sering adalah jatuh saat bermain,berolahraga, kecelakaan lalu
lintas dan perkelahian
 Gambaran klinis
a. Perdarahan pada gusi
b. Pembekakan atau luka pada wajah
 Diagnosis
Adanya riwayat benturan dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung, trauma gigi
secara langsung terjadi ketika benda keras langsung mengenai gigi, sedangkan trauma gigi
secara tidak langsung terjadi ketika benturan yang mengenai dagu menyebabkan gigi
rahang bawah membentur gigi rahang atas dengan kekuatan tekanan besar dan tiba-tiba.
 Penatalaksanaan
a. Perawatan luka pada wajah atau mulut
b. Pembersihan dan irigasi yang perlahan dengan saline akan membantu mengurangi
jumlah jaringan yang mati dan resiko adanya keadaan anaerobik. Antiseptic
permukaan juga digunakan untuk mengurangi jumlah bakteri.
c. Pemberian antibiotic profilaksis bila terdapa luka pada jaringan lunak sekitar
d. Pemberian obat analgesik
e. Bila keadaan belum membaik, hubungi dokter.

D. Swamedikasi
Swamedikasi adalah spektrum kegiatan kesehatan untuk mengobati diri sendiri dengan obat-
obatan menggunakan informasi yang diperoleh dari pengalaman masa lalu kesehatan, buku, nasihat,
software, website, iklan kesehatan, radio atau program televisi. Obat-obatan untuk pengobatan
sendiri sering disebut obat non resep atau over the counter (OTC) dan tersedia tanpa resep dokter
melalui apotek (Aditya 2013).

E. Pemilihan Obat Swamedikasi


Dalam swamedikasi terdapat beberapa cara dalam pemilihan obat, yaitu :
1. Berdasarkan keluhan dan gejala penyakit
2. Perhatikan nama obat, zat aktif yang berkhasiat, indikasi, kontraindikasi yang tertera pada
kemasan atau brosur
3. Pemilihan obat ditanyakan pada apoteker
BAB III

KASUS

Seorang ibu muda berusia 25 tahun sedang hamil 6 bulan datang ke apotek dengan keluhan giginya sakit,
karena giginya berlubang dan sedikit bengkak. Sebelumnya pernah mengalami penyakit ini tapi dalam
keadaan belum hamil, tidak memiliki riwayat penyakit lain maupun alergi juga berat badan tidak berlebih.

 Identifikasi
Nama pasien : Ny. Lina
Umur : 25 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga

 Subject
Pasien mengeluh giginya sakit karena terdapat lubang dan bengkak

 Background
a. Pasien mengeluh sakkt gigi sudah 2 hari namun baru memulai untuk mengobatinya
b. Pasien sebelumya telah mengalami sakit gigi serupa saat masih gadis namun sembuh dengan
meminum obat
c. Diketahui saat masih gadis pasien jarang menyikat gigi saat malam hari sehingga menyebabkan
giginya berlubang dan sakit
d. Setelah menikah dan hamil, pasien jarang sikat gigi malam karena ketiduran di malam harinya
sehingga menyebabkan sakit giginya kambuh kembali

 Assessment
Pasien mengalami sakit gigi akibat giginya berlubang dan jarang sikat gigi malam, karena sisa
makanan yang dimakan menekan gigi yang berlubang sehingga menimbulkan respon sakit.

 Plan
Terapi nonfarmakologi
 Mengompres pipi yang bengkak dengan air hangat
 Memilih pasta gigi yang tepat
 Rajin menjaga kesehatan gigi dan mulut minimal 2 kali dam sehari
 Menyikat gigi dengan benar
 Membatasi makanan dan minuman yang mengandung gula
 Memeriksa gigi secara teratur
 Berkumur dengan air garam
 Menempel gigi dengan minyak cengkeh

Terapi farmakologi

Terapi farmakologi untuk sakit gigi dapat menggunakan obat analgetik untuk mengurangi rasa nyeri
yang ditimbulkan. Obat analgetik yang paling aman diberikan untuk ibu hamil adalah parasetamol.

PARESETAMOL

Dosis : 500 mg setiap 6-8 jam.

Aturan pakai : diminum setelah makan. Jika nyeri menghilang, obat dapat dihentikan

Kategori kehamilan :B
DIALOG SWAMEDIKASI

Apoteker : selamat pagi bu, saya linda apoteker disini. Ada yang bisa saya bantu?

Pasien : iya ini bu saya mau cari obat sakit gigi

Apoteker : mohon maaf bu sebelumnya untuk kelengkapan data pasien di apotek ini, boleh saya
tahu dengan ibu siapa, umur berapa dan tinggal di mana?

Pasien : saya anisa, umur 25 tahun tinggal di mojosongo bu

Apoteker : baik bu, terima kasih

Pasien : iya bu sama-sama

Apoteker : ibu tadi menegeluh sakit gigi ya, itu yang sakit gigi atau gusinya bu?

Pasien : sakitnya di gigi bu, karena gigi saya ada yang berlubang

Apoteker : sakit giginya baru pertama kali bu?

Pasien : dulu sebelum menikah saya pernah sakit gigi begini bu, tapi langsung sembuh setelah
saya meminum obat asam mefenamat

Apoteker : ohh begitu ya bu. Kalau boleh tahu sakitnya sudah berapa lama bu?

Pasien : sakitnya dari kemarin bu

Apoteker : ibu ini sedang hamil ya, boleh saya tau umur kandungannya berapa?

Pasien : umur kandungan saya sudah masuk bulan keenam bu

Apoteker : ibu ada riwayat alergi obat?

Pasien : tidak ada bu

Apoteker : baik bu, sebentar saya ambilkan obatnya

Pasien : iya bu

Apoteker : ibu ini obatnya parasetamol, untuk mengobati nyerinya. Obatnya diminum 3 kali
sehari, setelah makan. Kalau nyerinya sudah hilang, obatnya bisa berhenti diminum.
Pasien : kenapa tidak pakai asam mefenamat saja bu? Dulu saya manjur menggunakan asam
mefenamat

Apoteker : dalam kondisi hamil, tidak semua obat aman untuk diminum bu. Ada beberapa obat
yang dapat mempengaruhi kandungan. Oleh karena itu jangan sembarangan meminum obat saat
merasakan sakit. Nah, salah satunya obat antinyeri ini bu, paracetamol merupakan obat nyeri yang
paling aman untuk ibu hamil, kalau asam mefenamat tingkat keamanannya di bawah parasetamol.

Pasien : ohh begitu ya bu

Apoteker : iya bu. Parasetamol ini aktivitas antinyerinya memang tidak terlalu kuat dibandingkan
asam mefenamat, jadi ibu nanti untuk mempercepat penyembuhan bisa menggunakan obat alami,
seperti berkumur menggunakan air garam atau menempelkan minyak cengkeh pada gigi yang
berlubang. Minyak cengkeh dan garam tersebut memiliki aktivitas antibakteri dan antiseptik yang
dapat membantu penyembuhan.

Pasien : ohh iyaya bu. Minyak cengkeh dan air garamnya bisa digunakan kapan saja ya bu?

Apoteker : bisa kapan saja bu, tapi akan lebih baik setelah menyikat gigi.

Pasien : ohh iya bu

Apoteker : oh iya bu, satu lagi yang penting. Ibu harus rajin menjaga kebersihan gigi, minimal
menyikat gigi 2 kali sehari, terutama setelah memakan makanan yang manis dan sebelum tidur.

Pasien : baik bu.

Apoteker : apa ibu sudah mengerti atau ada yang ditanyakan?

Pasien : sudah mengerti bu

Apoteker : baik bu, boleh ibu menceritakan kembali tentang pengobatan yang saya sampaikan?

Pasien : oh iya bu. Obat parasetamol diminum 3 kali sehari 1 tablet setelah makan, kalau nyeri
sudah hilang, bisa berhenti minum. Untuk obat alaminya bisa menggunakan air garam atau minyak
cengkeh.

Apoteker : baik bu, ini nanti obatnya bisa bayar di kasir ya. Semoga lekas sembuh bu

Pasien : iya bu, terima kasih


BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Dari pembahasan makalah dan kasus di atas, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Sakit gigi yang dapat diswamedikasi, yaitu periodontitis, gingivitis dan gigi berlubang
2. Obat sakit gigi yang direkomendasikan untuk ibu hamil adalah parasetamol.
DAFTAR PUSTAKA

Aditya S., 2013,Self Medication Among Dental Undergraduate Students A Growing,International


Journal of Pharmaceutical Sciences and Research, 4 (4), 1460–1465.

Afif, Ahmad. 2015. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Ketepatan Penggunaan Obat Analgetik Pada
Swamedikasi Nyeri Di Masyarakat Kabupaten Demak. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Aminoshariae, A. dan Terézhalmy, G. T. (2014) „Pharmacology of Analgesics : Clinical Considerations‟,


Dentalcare.com Continuing Education, p. 25.

Balitbang, Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS.Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.

Kemenkes RI. 2012. Pedoman Paket Dasar Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut di Puskesmas.
Kementrian Kesehatan RI direktorat Jendral Bina Upaya Kesehatan. Jakarta.

Machado G.C.M., Daher A. and Costa L.R., 2014, Factors Associated with No Dental Treatment in
Preschoolers with Toothache : A Cross-Sectional Study in Outpatient Public Emergency Services,
International Journal of Environmental Research and Public Health, 8058–8068.

Renton T., 2011, Dental (Odontogenic) Pain., Reviews in pain, 5 (1), 2–7.
MAKALAH STUDY KASUS
PRAKTIK COMPOUNDING DAN DISPENSING
SWAMEDIKASI

DISUSUN OLEH :
ANGKATAN KELAS C
ROSMALINDA UTAMI (1920384289)

PROGRAM STUDI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2019

Anda mungkin juga menyukai