PENDAHULUAN
untuk
mengatasi
reaksi
alergi
yang
saat
ini
sedang
melakukan pengamatan kadar eosinofil darah tepi pada mencit yang dijadikan
model alergi.
2.
3.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Alergi
Pada tahun 1906 seorang ilmuwan bernama Clemens von Pirquet untuk
pertama kalinya memperkenalkan istilah alergi. Penggunaan istilah tersebut
dimaksudkan untuk menjelaskan suatu perubahan reaksi host apabila
terpapar dengan suatu bahan yang sama untuk yang kedua kalinya atau lebih
(Ring, 2014). Reaksi alergi dapat terjadi hampir di semua jaringan atau organ
dalam tubuh, adapun manifestasi klinis yang muncul tergantung pada organ
target terjadinya reaksi. Manifestasi klinis alergi diantaranya adalah asma,
reaksi anafilaksis, dermatitis atopik, rinitis alergi, dan urtikaria. Asma dan
reaksi anafilaksis termasuk gejala klinis yang paling parah dan dapat
mengancam hidup. Alergi makanan dan dermatitis atopik lebih sering terjadi
pada anak-anak dan berisiko menjadi rhinitis alergi bahkan asma dikemudian
hari apabila reaksi alergi terus berlanjut (Christanto & Oedono, 2011).
2.1.1. Imunopatologi Alergi
Proses terjadinya reaksi alergi melalui beberapa tahapan aktivasi sel-sel
imunokompeten, aktivasi sel-sel struktural, aktivasi dan rekruitmen sel-sel
mast, eosinofil dan basofil, reaksi mediator dengan organ target dan tahap
timbulnya gejala klinis. Alergen yang masuk ke dalam tubuh akan diproses
oleh APC. Peptida dari alergen yang dipresentasikan oleh APC akan
menginduksi aktivasi Limfosit T. Aktivasi Limfosit T oleh APC yang telah
pelepasan
melepaskan
mediator
pre-formed
dan
mediator
newly
synthesized pada individu sensitif (Owen et al., 2013; Paul & Zhu, 2010).
dengan influks
pelepasan
protein dan
eosinophil-derived neurotoxin), dan mereka merupakan sumber dari IL-3, IL5, IL-13 dan GM-CSF (Owen et al., 2013; Paul & Zhu, 2010).
2.1.2. Manifestasi Klinis dan Diagnosis Penyakit Alergi
Berdasarkan pada konsep terbaru mengenai penyakit alergi, dikatakan
bahwa penyakit alergi merupakan suatu penyakit sistemik dengan manifestasi
klinis pada beberapa organ target tergantung jenis alergi yang dialami. Oleh
karena itu, sangat memungkinkan apabila penyakit ini memiliki manifestasi
klinis pada organ hidung, telinga dan tenggorok. Kasus alergi makanan
misalnya dapat mengenai berbagai system organ dalam tubuh seperti kulit,
saluran napas, hidung, tenggorok, telinga, gastrointestinal, kardiovaskuler,
sampai yang terberat berupa syok anafilaktik (Christanto & Oedono, 2011).
Kasus alergi, khususnya terhadap beberapa jenis makanan dapat dibagi
menjadi dua jenis yaitu dengan keterlibatan IgE dan tanpa keterlibatan IgE.
Pada reaksi ini, terdapat penetrasi molekul antigen ke dalam tubuh dan
merangsang reaksi imunologik. Reaksi ini tidak timbul saat kontak pertama
dengan antigen, tetapi gejala akan timbul pada pajanan yang keduakali dengan
alergen yang sama. Beberapa manifestasi klinis yang bisa timbul seperti
10
11
12
c. Imunoterapi
Metode pengobatan alergi dengan cara menginjeksikan substansi
alergen untuk menimbulkan pengaruh toleransi sistem imun terhadap
alergen tersebut. Seorang dokter pertamakali akan menginjeksikan
alergen dengan dosis yang sangat sedikit, kemudian secara perlahan dan
gradual meningkatkan dosis, sehingga mengurangi hipersensitivitas
penderita alergi (Lin et al, 2013).
2.2 Eosinofil
Pada tahun 1879, Paul Enrich melaporkan penemuannya mengenai
subtipe baru dari leukosit darah melalui pewarnaan eosin dan kemudian
menamainya eosinofil. Komponen dasar yang teridentifikasi saat diwarnai
adalah granula eosinofil sebagai major basic protein (MBP), eosinophil
cationic protein (ECP), eosinophil peroxidase (EPO), dan eosinophil-derived
neurotoxin (EDN) (Blanchard & Rothenberg, 2009).
Eosinofil termasuk salah satu sel darah putih (leukosit) dalam sistem
sirkulasi, secara umum leukosit memiliki rupa bening dan tidak berwarna,
bentuknya lebih besar dari sel darah merah, tetapi jumlah sel darah putih
lebih sedikit. Diameter lekosit sekitar 12-14 m. Batas normal jumlah lekosit
berkisar 4.000-10.000/mm darah. Lekosit di dalam tubuh berfungsi untuk
mempertahankan tubuh terhadap bendabenda asing (foreign agents)
termasuk kumankuman penyebab penyakit infeksi (Shamri et al, 2011).
13
14
2.3 Probiotik
Probiotik merupakan mikroorganisme hidup yang mampu memberikan
efek menguntungkan bagi kesehatan hostnya apabila dikonsumsi dalam
jumlah adekuat. Efek yang menguntungkan dari probiotik adalah
memperbaiki keseimbangan mikroflora intestinal pada saat masuk ke dalam
saluran pencernaan. Istilah "probiotik" diperkenalkan oleh Lilly dan Stillwell
pada tahun 1965 sebagai nama bahan yang dihasilkan oleh mikroba yang
mendorong pertumbuhan mikroba lain (FAO, 2006).
pencernaan,
atau
dikonsumsi
dalam
jalur
makanan
yang
15
permukaan
enterosit,
mampu
membentuk
kolonisasi
pada
saluran
biak
dengan
baik,
dan
memberikan
pengaruh
yang
2.3.1
Manfaat probiotik
Probiotik
telah
dimanfaatkan
untuk
penanggulangan
penyakit
kolesterol (Lee et al., 2010), pencegahan kanker kolon dan usus (Liong,
2008), penanggulangan dermatitis atopik pada anak-anak (Torii et al., 2010),
menanggulangi penyakit irritable bowel syndrome (Lyra et al., 2010),
penatalaksanaan alergi (Vanderhoof, 2008), pencegahan dan penanganan
penyakit infeksi
Manfaat probiotik bagi kesehatan tubuh dapat melalui tiga mekanisme
yaitu: (1) fungsi protektif, kemampuannya untuk menghambat patogen dalam
saluran pencernaan. Terbentuknya kolonisasi probiotik dalam saluran
pencernaan akan mengakibatkan kompetisi nutrisi dan lokasi adhesi
(penempelan) antara probiotik dan bakteri lain, khususnya patogen.
Pertumbuhan probiotik juga akan menghasilkan berbagai komponen anti
16
17
18
mikroba. Jadi konsep probiotik pada pencegahan alergi didasari pada induksi
aktif dari respon imunologik yang dimulai dari sistim imun innate dan
mengarah pada pengembalian host pada kondisi Th1-Th2 yang seimbang
(Endaryanto, 2006).
2.4
Dadih
Dadih atau Dadiah dalam bahasa minang merupakan makanan khas
dari Sumatera Barat, produk fermentasi susu kerbau ini diproses secara
tradisional sehingga proses fermentasi terjadi secara alami. Dari hasil
penelitian telah diketahui bahwa bakteri probiotik yang ada dalam dadih
berasal dari bambu, daun pisang dan susu kerbau itu sendiri (Akuzawa &
Surono, 2002).
Gambar 2.4 Probiotik dadih murni (A) dan produk ampiang dadiah (B)
dokumentasi pribadi
19
Terdapat tiga hal pokok dalam proses pembuatan dadih yaitu persiapan
bambu, pemerahan dan proses terjadinya dadih. Bambu yang digunakan
adalah jenis bamboo gombong (Gigantochloa verticilate) dan bambu ampel
(Bambusa vulgaris). Jenis bambu tersebut dipilih karena rasanya pahit
sehingga tidak disukai semut. Selanjutnya dadih ditutup daun talas, daun
pisang, plastik maupun tanpa penutup. Dadih terbentuk karena proses
penggumpalan susu kerbau yang disebabkan oleh adanya asam-asam yang
dihasilkan dari perubahan karbohidrat dalam susu kerbau oleh mikroba
tertentu (Sunarlim, 2009).
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa strain bakteri probiotik dalam
dadih didominasi oleh L. plantarum, serta bakteri gram positif lainnya berupa
L. brevis, S. agalactiae, Bacillus cereus, dan S. uberis, sedangkan kelompok
bakteri gram negatif yang ditemukan yaitu Eschericia coli dan Klebsiela sp
yang dilakukan (Sirait dan Setiyanto, 1995).
2.4.1
20
2.4.2
kolesterol,
bersifat
antimutagenik,
antikarsinogenik,
21
22
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Sel T0
Sel Dendritik
Ovalbumin
Sensitisasi alergen
APC Intestinal
Sel T0
Sel T Reg
Intraperitoneal
Dadih
Sel TH2
IL-9
IL-4
IL-5
Sel B
Sel Mast
Ig E
Eosinofil
Raksi Alergi
Keterangan :
= Variabel diteliti
= Menghambat
23
BAB 4
METODE PENELITIAN
Kedokteran
Universitas
Andalas.
Pemeriksaan
kadar
eosinofil
menggunakan metode hitung jenis leukosit setelah diinduksi alergi dan diberikan
probiotik dadih dilakukan di Laboratorium Sentral Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas.
Penelitian ini berlangsung selama 28 hari, dengan rincian waktu adaptasi
selama 7 hari dan pemberian probiotik dadih termasuk induksi alergi selama 21
hari. Pelaksanaan penelitian dimulai pada Maret hingga November 2015 mulai
dari penyusunan proposal hingga menyelesaikan penelitian.
24
25
Antigen yang berasal dari putih telur ayam dan berpotensi menimbulkan
reaksi alergi. Pada penelitian ini digunakan antigen dengan dosis terkecil
yang dapat menimbulkan reaksi alergi yang dapat diamati dengan mudah
yaitu 10% b/v (Aldi, 2009).
2. Kadar eosinofil darah
Darah mencit diambil dari ekor mencit, kemudian dilakukan hitung jumlah
sel eosinofil secara manual menggunakan hapusan darah dengan metode
pan-optic stainning Wright Giemsa. Hapusan darah dicat dengan Wright
dan sebagai pengganti buffer dipakai cat Giemsa yang telah diencerkan
dengan larutan penyangga, lalu diperiksa tiap zona hapusan darah dibawah
mikroskop dengan perbesaran 400x (Gandasoebrata, 2001). Jumlah
eosinofil dihitung rata-rata dari 5 lapang pandang.
3. Probiotik dadih
Makanan khas Sumatra Barat yang terbuat dari susu kerbau yang
difermentasikan selama 24-48 jam dalam suhu ruangan yang mengandung
bakteri Lactobacillus sebagai bakteri probiotik. Pada penelitian ini
diberikan dadih dengan dosis 56 dan 112 mg/20gBB pada hewan
percobaan (Dosis dadih ditentukan dengan perkiraan porsi orang dewasa
(70 kg) dalam satu hari yaitu sekitar 100-400 gram).
Dua puluh delapan (28) ekor mencit yang memenuhi kriteria inklusi
Pakan standar
Sekam
Alkohol 70%
Air
26
Putih telur ayam ras
- Aquadest
NaCl fisiologis
- Dadih
Difenhidramin
4.5.3. Bahan Pemeriksaan Hitung Eosinofil
Cat Wright dan Giemsa
Darah tepi mencit yang diambil dari ekor
Aquades
4.6
Instrumen Penelitian
Spuit 1 mL
Jarum suntik 27 G
Wadah Kecil
Papan bedah
Minor Set
Jarum suntik 27 G
Spuit 1 mL
4.6.4. Instrumen untuk Pembuatan Preparat Slide Hitung Eosinofil
Rak pewarnaan
Object glass
Cover glass
Pipet tetes
Bak pewarnaan
Masker
Alkohol
27
Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok 4
Untuk semua kelompok perlakuan akan diberikan pakan standar dan minum
secara ad libitum setiap harinya.
4.7.2 Perencanaan Dosis
1. Dosis Antigen
Putih telur ayam (ovalbumin) dengan konsentrasi 10% b/v yang dilarutkan
dalam NaCl fisiologis 0,9%.
28
29
30
K-1
(Kontrol
Positif)
K-2
(Dadih
56 mg/kgBB)
K-4
(Kontrol
Pembanding)
K-3
(Dadih
112 mg/kgBB)
Sensitisasi secara intra peritoneal dengan OVA 0,2 ml/20gBB pada hari ke-1 kemudian diulangi
lagi secara subkutan pada hari ke-7 dan ke-14
Pemberian NaCl
fisiologis secara oral
pada hari ke-15sd 20
Pemberian dadih
secara oral pada hari
ke-15 sd 20
Pemberian difenhidramin
1,625 mg/kgBB secara oral
pada hari ke-15 sd 20
Pengambilan darah hewan coba dan pembuatan slide apus darah tepi pada hari ke 21.
Hitung jumlah eosinofil menggunakan mikroskop
Bagan 4.1 Rencana Kerja Penelitian
31
DAFTAR PUSTAKA
Akuzawa R and IS Surono, 2002. Fermented milks of Asia. in: encyclopedia of
dairy sciences. Academic Press Ltd., London, UK, pp. 1045-1048.
Aldi Y, Salman, 2009. Aktivitas skopoletin dari ekstrak etanol buah mengkudu
(Morinda citrifolia, L.) terhadap IgE, IL-4 dan IL-10 pada keadaan alergi.
http://repository.unand.ac.id. Diakses pada tanggal 16 Maret 2015.
Blanchard C, Rothenberg ME, 2009. Biology of the eosinophil. Adv Immunol
101: 81121.
Borchers AT, Selmi C, Meyers FJ, Keen CL, Gershwin ME, 2009. Probiotics and
immunity. J Gastroenterol 44:26-46.
Buelow
B,
2015.
Immediate
hypersensitivity
reaction.
http://emedicine.medscape.com/article/136217-overview#a0104. Diakses
pada tanggal 21 Agustus 2015.
32
33
34
35