Anda di halaman 1dari 11

Sweeping Imunisasi Pada Balita Di Posyandu Balita Diponegoro

Latar belakang

Pos pelayanan terpadu (Posyandu) ini merupakan wadah titik temu antara pelayanan
professional dari petugas kesehatan dan peran serta masyarakat dalam menanggulangi masalah
kesehatan, penyelenggaraanya dilaksanakan oleh kader yang telah dilatih di bidang kesehatan dan KB,
dimana anggotanya berasal dari PKK, tokoh masyarakat dan pemudi.

Posyandu balita di Lima Kaum berjumlah 42 Posyandu, salah satunya Posyandu Balita Balai
Labuah Bawah. Kegiatan posyandu ini bertujuan untuk memantau tumbuh kembang anak, menilai status
gizi, dan menambah pengetahuan orang tua tentang tumbuh kembang dan kebutuhan gizi anaknya,
sehingga dapat mendeteksi sedini mungkin masalah-masalah pada anak dan dapat ditatalaksana dengan
cepat dan tepat.

Imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit menular khususnya penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yang diberikan kepada tidak hanya anak sejak bayi hingga
remaja tetapi juga pada dewasa. Kegiatan Imunisasi diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956.
Mulai tahun 1977 kegiatan Imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi (PPI) dalam
rangka pencegahan penularan terhadap beberapa Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
yaitu Tuberkulosis,Difteri, Pertusis, Campak, Polio, Tetanus serta Hepatitis B. Beberapa penyakit yang
saat ini menjadi perhatian dunia dan merupakan komitmen global yang wajib diikuti oleh semua negara
adalah eradikasi polio (ERAPO), eliminasi campak dan rubela dan Eliminasi Tetanus Maternal dan
Neonatal (ETMN)

Permasalahan

 Di Indonesia diperkirakan setiap tahun terjadi 5% (1,7 juta) kematian pada anak balita
akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I)
 Adanya orang tua yang anti-vaksin sehingga tidak mau anaknya di imunisasi
Rencana intervensi

 Melakukan penyuluhan kepada orang tua tentang pentingnya imunisasi pada anak
 Melakukan imunisasi pada anak sesuai dengan umur
 Melakukan imunisasi catch-up pada anak yang terlambat mendapat imunisasi

Pelaksanaan intervensi

Pada kegiatan Posyandu Balita diponegoro tanggal 8 Juli 2019, dilakukan sweeping
imunisasi pada seluruh balita yang menjadi peserta posyandu, dilakukan pemberian imunisasi dasar,
imunisasi booster, dan imunisasi cacth-up, serta dilakukan penyuluhan tentang pentingnya imunisasi pada
anak

Evaluasi

 Kegiatan posyandu balita di diponegoro dilakukan tiap bulan, sehingga dapat dilakukan sweeping
imunisasi setiap bulan
 Diharapkan masyarakat lebih peduli terhadap kesehatan anaknya sehingga dengan suka rela
datang ke posyandu balita tiap bulan
Penyuluhan Tentang Bahaya Narkoba Di Rutan Kelas IIB Batusangkar

Latar belakang

Pembinaan sebagian besar narapidana dibina didalam Lembaga Pemasyarakatan/Rutan.


Sebenarnya narapidana harus dipidana dan dibina hanya di Lembaga Pemasyarakatan saja, tidak di Rutan
(Rumah Tahanan Negara). Karena rutan hanya diperuntukkan bagi para tahanan. Tetapi karena tidak
disetiap kota kabupaten mempunyai Lembaga Pemasyarakatan, maka sebagian narapidana terpaksa
dipidana di Rutan.

Berdasarkan PP No 58 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor


27 Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana pasal 1 Angka 2, Rumah
tahanan negara selanjutnya disebut RUTAN adalah tempat tersangka atau terdakwa ditahan selama
proses penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan disidang pengadilan. Rumah Tahanan Negara Kelas IIB
Batusangkar merupakan salah satu rumah tahanan negara yang selain melakukan pembinaan terhadap
tahanan tapi juga melakukan pembinaan terhadap narapidana.

Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Istilah ini sering
digunakan oleh aparat penegak hukum seperti Polisi,
Jaksa, Hakim dan petugas permasyarakat. Narkoba sering disalah gunakan penggunaannya karena narko
ba dapat menolong mereka yang sedang mengalami masalah dalam kehidupannya. Narkoba memiliki
sifat yang apabila dikonsumsi tidak sesuai oleh penggunanya maka akan berakibat fatal, seperti rusaknya
sistem saraf yang berujung dengan kematian.

Masalah

 Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Sumatera Barat, jumlah pengguna
narkoba di Sumbar mencapai 66.612 orang, jumlah ini meningkat dibanding tahun 2016 yaitu
sekitar 63 ribu orang dan pada tahun 2015 sekitar 59 ribu orang
 Provinsi Sumbar menduduki posisi ke-13 dari seluruh provinsi di Indonesia dalam hal
penyalahgunaan narkoba, dimana penyalahgunaan narkoba di Sumbar dilakukan oleh masyarakat
dengan kategori umur 10 hingga 59 tahun

Rencana

 Melakukan penyuluhan tentang bahaya narkoba pada narapidana rutan Kelas IIB Batusangkar
 Tanya jawab seputar masalah bahaya dan alasan penyalahgunaan narkoba narapidana rutan Kelas
IIB Batusangkar

Intervensi

Pada tanggal 6 Juli 2019, dilakukan penyuluhan tentang bahaya narkoba dan tanya jawab
seputar masalah bahaya dan alasan penyalahgunaan narkoba pada narapidana rutan Kelas IIB Batusangkar

Evaluasi

 Penyuluhan sebaiknya tidak hanya pada narapidana tapi juga kepada masyarakat terutama pelajar
 Sebaiknya selain dilakukan penyuluhan, dilakukan juga pengecekan kadar narkoba pada urin
 Diharapkan penegak hukum terutama polisi dan BNN dapat lebih gencar memberantas dan
mengawasi penyalahgunaan narkoba di Sumatera Barat

Penilaian status gizi Lansia Di Posyandu Lansia malana


Latar belakang

Pos pelayanan terpadu (Posyandu) ini merupakan wadah titik temu antara pelayanan
professional dari petugas kesehatan dan peran serta masyarakat dalam menanggulangi masalah
kesehatan, penyelenggaraanya dilaksanakan oleh kader yang telah dilatih di bidang kesehatan dan KB,
dimana anggotanya berasal dari PKK, tokoh masyarakat dan pemudi. Posyandu yang ada di tanah datar
terdiri dari posyandu balita dan posyandu lansia. Salah satu posyandu lansia yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Lima Kaum 1 adalah Posyandu Lansia Malana.

Usia lanjut adalah orang yang berumur 60 tahun keatas. Masalah kesehatan pada lanjut
usia berawal dari kemunduran sel-sel tubuh, sehingga fungsi dan daya tahan tubuh menurun serta faktor
resiko terhadap penyakit pun meningkat. Masalah kesehatan yang sering dialami lanjut usia adalah
malnutrisi, gangguan keseimbangan, kebingungan mendadak, dll. Selain itu, beberapa penyakit yang
sering terjadi pada lanjut usia antara lain hipertensi, gangguan pendengaran dan penglihatan, demensia,
osteoporosis, dan sebagainya.

Permasalahan

 Lansia di Kabupaten Tanah Datar tahun 2017 berjumlah 51.007 orang dan mendapat pelayanan
kesehatan sebanyak 25.005 orang atau 49,02%
 Jumlah lansia di wilayah kerja Puskesmas Lima Kaum 1 tahun 2017 berjumlah 2.482 orang dan
yang mendapatkan pelayanan kesehatan hanya 861 orang atau 34,69%

Rencana intervensi
 Melakukan penyuluhan kepada lansia tentang kebutuhan gizi di usia lanjut dan bahaya
dislipidemia saat usia lanjut
 Melakukan pengukuran berat badan, tinggi badan, dan lingkar perut pada lansia
 Melakukan konsultasi seputar masalah-masalah kesehatan pada lansia

Pelaksanaan intervensi

Pada kegiatan Posyandu Lansia malana tanggal 19 Juni 2019, dilakukan pengukuran berat
badan, tinggi badan, dan lingkar perut pada seluruh lansia yang menjadi peserta posyandu, konsultasi
kesehatan, serta dilakukan penyuluhan tentang kebutuhan gizi di usia lanjut dan bahaya dislipidemia saat
usia lanjut

Evaluasi

 Kegiatan posyandu lansia di malana dilakukan tiap bulan, sehingga lansia mau melakukan
pemeriksaan kesehatan berkala
 Diharapkan lansia lebih peduli terhadap kesehatannya sehingga dengan suka rela datang ke
posyandu lansia tiap bulan

Screening Penyakit Katarak Pada Warga Di Daerah Malana


Latar belakang

Katarak merupakan penyebab kebutaan yang paling besar (0,78 %) di antara penyebab
kebutaan lainnya. Buta katarak merupakan suatu penyakit degeneratif yang umumnya terjadi pada usia
lanjut, namun 16 % dari buta katarak di Indonesia terdapat pada usia produktif (40-54 tahun). Berdasarkan
penelitian World Health Organization (WHO), kurang lebih 37 juta penduduk dunia mengalami kebutaan,
dan 47,8 % dari jumlah tersebut disebabkan oleh katarak.

Etiologi katarak masih tidak jelas dan mekanisme terjadinya masih belum sepenuhnya
dimengerti. Faktor penyebab katarak dapat berasal dari dalam tubuh sendiri (faktor intrinsik) dan faktor-
faktor dari luar tubuh (faktor ekstrinsik) termasuk faktor demografik dan lingkungan. 2 Faktor intrinsik
antara lain adalah faktor usia, jenis kelamin, etnis dan genetik. Faktor ekstrinsik antara lain adalah faktor
pajanan kronis terhadap ultra violet, infra merah, atau sinar matahari, merokok, nutrisi, alkohol, derajat
sosial ekonomi, status pendidikan dan multivitamin.

Permasalahan

 Berdasarkan survei Kebutaan dan Kesehatan Mata Provinsi Sumatera Barat tahun 2008, dari
seluruh angka kebutaan di Sumatera Barat 14,8 % disebabkan oleh katarak.
 Berdasarkan distribusi umur, di Sumatera Barat umur di atas 50 tahun memiliki resiko 2,4 kali
untuk mendapatkan kebutaan dibanding umur lebih muda (40-50 tahun).

Rencana

 Melakukan pemeriksaan visus atau ketajaman penglihatan pada warga di daerah Malana
 Melakukan screening penyakit katarak pada warga di daerah Malana

Intervensi

Pada tanggal 21 Juni 2019 dilakukan pemeriksaan visus atau ketajaman penglihatan pada
warga di daerah malana, serta dilakukan screening penyakit katarak dan pencatatan data warga di daerah
malana

Evaluasi

 Sebaiknya dilakukan pemeriksaan mata dan screening penyakit katarak secara berkala
 Diharapkan warga semakin peduli terhadap kesehatan mata dan segera memeriksakan matanya
ketika ada masalah

Sharing Ilmu Bersama Ibu Hamil Di Kelas Ibu Hamil Piliang


Latar Belakang

Kelas ibu hamil merupakan sarana untuk belajar bersama tentang kesehatan bagi ibu hamil,
dalam bentuk tatap muka dalam kelompok yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan ibu-ibu mengenai kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, perawatan nifas, perawatan
bayi baru lahir, mitos, dan penyakit menular.

Tingginya angka kematian ibu (AKI) adalah indikator kritis status kesehatan para perempuan,
kematian seorang ibu dalam keluarga memiliki dampak hebat, tidak hanya dalam hal kehilangan suatu
kehidupan namun juga karena efeknya pada kesehatan dan usia hidup anggota keluarga yang ditinggalkan.

Departemen kesehatan menyebutkan angka kematian ibu di Indonesia tahun 2012 mencapai
359/100.000 kelahiran hidup. Penyebab langsung kematian ibu sebesar 90% terjadi pada saat persalinan
dan segera setelah persalinan. Penyebab langsung kematian ibu yaitu perdarahan sebesar 28%, eklamsia
sebesar 24%, dan infeksi sebesar 11%, sedangkan penyebab tidak langsung kematian ibu adalah Kurang
Energi Kronik (KEK) pada saat kehamilan sebesar 37%, dan anemia pada saat kehamilan sebesar 40%.

Permasalahan

 Kabupaten Tanah Datar pada tahun 2015 terdapat 7 (tujuh) kasus kematian ibu atau 137 %. Di
tahun 2017 terdapat 6 (enam) kasus kematian ibu.
 Ibu hamil yang datang memeriksakan kehamilan ke dokter pada tahun 2017 berjumlah 5.682
orang (80.33%) dari 7.073 ibu hamil
 Ibu hamil yang bersalin di tolong oleh tenaga kesehatan tahun 2017 berjumlah 4,844 orang
(71.75%) dari 6,751 ibu hamil

Rencana

 Berbagi ilmu dengan ibu hamil tentang kehamilan, persalinan, dan perawatan ibu hamil
 Berbagi ilmu dengan ibu hamil tentang pentingnya bersalin di bantu oleh tenaga kesehatan
 Berbagi ilmu dengan ibu hamil tentang mitos – mitos selama kehamilan

Intervensi

Pada tanggal 22 Juli 2019 telah dilakukan kelas ibu hamil di Piliang, kegiatan yang dilakukan
berupa diskusi dan tukar pikiran bersama ibu hamil tentang kehamilan, bersalin, nutrisi dan mitos-mitos
selama kehamilan. Para ibu hamil saling berbagi pengalaman tentang riwayat kehamilan sebelumnya.

Evaluasi

 Sebaiknya kelas ibu hamil lebih sering diadakan, sehingga ibu yang baru hamil lebih mengerti
tentang kehamilan dan dapat belajar dari riwayat kehamilan ibu-ibu yang lain
 Sebaiknya para ibu hamil mau dan lebih antusias untuk mengikuti kelas ibu hamil

Sosialisasi Gerakan Senam Hamil Pada Kelas Ibu Hamil Koto Beranjak

Latar belakang
Latihan senam hamil yang dilakukan secara teratur baik ditempat latihan maupun di rumah
dalam waktu senggang dapat menuntun ibu hamil ke arah persalinan yang fisiologis selama tidak ada
keadaan patologis yang menyertai kehamilan. Senam hamil bukan hanya sekedar senam seperti olahraga
biasa yang membuat tubuh menjadi segar dan bugar, namun senam hamil terbukti dapat membantu
dalam perubahan metabolisme tubuh selama kehamilan dan sangat membantu dalam proses persalinan.

Senam hamil serta latihan pernafasan yang terkoordinasi, diharapkan dapat membantu
persalinan dilakukan secara normal, ibu tidak terlalu takut, mengurangi rasa sakit dan mempunyai
kepercayaan diri yang mantap. Melalui senam hamil diperoleh keadaan prima dengan melatih dan
mempertahankan kekuatan otot dinding perut, otot dasar panggul serta jaringan penyangga untuk
berfungsi saat bersalin berlangsung. Senam juga meningkatkan kemampuan mengkoordinasikan kekuatan
kontraksi otot rahim sehingga tercapai hasil optimal menuju jalan lahir, dan meningkatkan kesegaran
rohani dan jasmani ibu hamil.

Permasalahan

 Kabupaten Tanah Datar pada tahun 2015 terdapat 7 (tujuh) kasus kematian ibu atau 137 %. Di
tahun 2017 terdapat 6 (enam) kasus kematian ibu.
 Ibu hamil yang datang memeriksakan kehamilan ke dokter pada tahun 2017 berjumlah 5.682
orang (80.33%) dari 7.073 ibu hamil
 Ibu hamil yang bersalin di tolong oleh tenaga kesehatan tahun 2017 berjumlah 4,844 orang
(71.75%) dari 6,751 ibu hamil
Rencana

 Mengajarkan gerakan-gerakan senam hamil pada kelas ibu hamil


 Mengajarkan latihan pernafasan yang terkoordinasi dan benar pada kelas ibu hamil

Intervensi

Pada tanggal 27 Juli 2019 telah dilakukan kelas ibu hamil di Koto Beranjak, kegiatan yang
dilakukan berupa mengajarkan gerakan-gerakan senam hamil dan mengajak ibu hamil untuk
mempraktekan gerakan-gerakan senam hamil. Mengajarkan latihan pernafasan yang terkoordinasi
kepada ibu hamil, sehingga nantinya ketika ibu hamil bersalin secara normal tidak lagi mengejan secara
salah dan ibu hamil dapat lebih percaya diri ketika persalinan berlangsung.

Evaluasi

 Sebaiknya kelas ibu hamil lebih sering diadakan, sehingga ibu yang baru hamil lebih mengerti
tentang kehamilan dan dapat belajar dari riwayat kehamilan ibu-ibu yang lain
 Sebaiknya para ibu hamil mau dan lebih antusias untuk mengikuti kelas ibu hamil

Pemberian Vitamin A Pada Bayi dan Balita Di Posyandu Balita Baringin

Latar Belakang
Vitamin A merupakan salah satu zat gizi penting yang larut dalam lemak dan disimpan dalam
hati, serta tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus dipenuhi dari luar (esensial). Vitamin ini berfungsi
untuk penglihatan, pertumbuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit.

Hasil kajian berbagai studi menyatakan bahwa vitamin A merupakan zat gizi yang esensial bagi
manusia. Karena zat gizi ini sangat penting dan konsumsi makanan kita cenderung belum mencukupi dan
masih rendah sehingga harus dipenuhi dari luar. Pada anak balita, KVA (Kekurangan Vitamin A) akan
meningkatkan kesakitan dan kematian, serta mudah terkena penyakit infeksi seperti diare, radang paru-
paru, pneumonia, dan akhirnya kematian. Akibat lain yang berdampak sangat serius dari KVA adalah buta
senja dan manifestasi lain dari xeropthalmia termasuk kerusakan kornea dan kebutaan.

Adapun alasan mengapa kekurangan vitamin A masih dianggap sebagai suatu masalah ialah
karena penyakit ini masih menjadi salah satu dari empat masalah gizi utama yang dihadapi Indonesia saat
ini. Keempat masalah gizi utama tersebut antara lain kurang kalori protein dan obesitas (masalah gizi
ganda), kurang vitamin A, gangguan akibat kurang iodium (GAKI), dan anemia zat besi.

Cakupan suplementasi vitamin A pada anak pra sekolah di Indonesia sebesar 81,70% dengan
jumlah anak pra sekolah yang memperoleh vitamin A sebanyak 15.068.779 anak. Cakupan ini secara
nasional sudah memenuhi standar yaitu 80% sesuai dengan indikator Indonesia Sehat 2010. Namun pada
beberapa provinsi cakupan suplementasi vitamin A-nya masih tergolong rendah. Ditambah lagi cakupan
tahun 2010 merupakan yang paling rendah selama empat tahun terakhir untuk pemberian vitamin A pada
anak pra sekolah.

Permasalahan

 Bayi berusia 6 – 11 bulan di Kabupaten Tanah Datar berjumlah 6,151 orang, yang mendapatkan
vitamin A hanya 3,026 ( 49.20%) orang
 Balita berusia 12 – 59 bulan di Kabupaten Tanah Datar berjumlah 25,333 anak, yang mendapatkan
vitamin A 19,191 (75.75%) anak
 Cakupan ini secara nasional belum memenuhi standar yaitu 80% sesuai dengan indikator
Indonesia Sehat 2010

Rencana

 Memberikan penyuluhan pentingnya vitamin A bagi kesehatan anak


 Memberikan vitamin A pada bayi dan anak balita

Intervensi

Pada kegiatan posyandu balita baringin tanggal 12 Agustus 2019, telah dilakukan pemberian
penyuluhan tentang pentingnya vitamin A bagi anak kepada orang tua, dan dilakukan pemberian vitamin
A sesuai kebutuhan berdasarkan umur kepada setiap anak yang datang ke posyandu balita baringin.

Evaluasi

 Kegiatan posyandu balita di baringin dilakukan tiap bulan, sehingga dapat dilakukan pemantauan
status gizi balita
 Diharapkan masyarakat lebih peduli terhadap kesehatan anaknya sehingga dengan suka rela
datang ke posyandu balita tiap bulan

Pemberian Obat Cacing Pada Balita Di Posyandu Balita Jati

Latar Belakang
Cacingan masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.
Prevalensi penyakit cacingan berkisar 60% - 90% tergantung lokasi, higine, sanitasi peribadi dan lingkungan
penderita. Tingginya prevalensi ini disebabkan oleh iklim tropis dan kelembaban udara yang tinggi di
Indonesia selain higine dan sanitasi yang rendah sehingga menjadi lingkungan yang baik untuk
perkembangan cacing.

Infeksi cacing usus merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap penurunan
kualitas sumber daya manusia, dalam hal ini, akan menghambat pertumbuhan fisik, perkembangan, dan
kecerdasan bagi anak yang terinfeksi.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak usia sekolah dasar merupakan golongan yang
sering terkena infeksi cacing usus karena sering berhubungan dengan tanah. Kebiasaan hidup kurang
higienis menyebabkan angka terjadinya penyakit masih cukup tinggi.

Permasalahan

 Kasus kecacingan di Indonesia masih tinggi


 Prevalensi penyakit kecacingan di Indonesia pada tahun 2015 adalah 28,12%

Rencana

 Memberikan penyuluhan pentingnya pemberian obat cacing bagi kesehatan anak


 Memberikan obat cacing pada anak balita

Intervensi

Pada kegiatan posyandu balita Jati tanggal 10 Agustus 2019, telah dilakukan pemberian
penyuluhan tentang pentingnya obat cacing bagi anak kepada orang tua, dan dilakukan pemberian obat
cacing sesuai kebutuhan berdasarkan umur kepada setiap anak yang datang ke posyandu balita Jati.

Evaluasi

 Kegiatan posyandu balita di Jati dilakukan tiap bulan, sehingga dapat dilakukan pemantauan status
gizi balita
 Diharapkan masyarakat lebih peduli terhadap kesehatan anaknya sehingga dengan suka rela
datang ke posyandu balita tiap bulan

Penyuluhan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) Pada Masyarakat Jati

Latar Belakang
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) merupakan suatu tindakan sistematis
dan terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa dengan
kesadaran, kemauan dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup.
Pelaksanaan GERMAS harus dimulai dari keluarga, karena keluarga adalah bagian terkecil dari
masyarakat yang membentuk kepribadian.

GERMAS merupakan gerakan nasional yang diprakarsai oleh Presiden RI yang


mengedepankan upaya promotif dan preventif, tanpa mengesampingkan upaya kuratif-
rehabilitatif dengan melibatkan seluruh komponen bangsa dalam memasyarakatkan paradigma
sehat. Untuk menyukseskan GERMAS, tidak bisa hanya mengandalkan peran sektor kesehatan
saja. Peran Kementerian dan Lembaga di sektor lainnya juga turut menentukan, dan ditunjang
peran serta seluruh lapisan masyarakat. Mulai dari individu, keluarga, dan masyarakat dalam
mempraktekkan pola hidup sehat, akademisi, dunia usaha, organisasi kemasyarakatan, dan
organisasi profesi dalam menggerakkan anggotanya untuk berperilaku sehat; serta Pemerintah
baik di tingkat pusat maupun daerah dalam menyiapkan sarana dan prasarana pendukung,
memantau dan mengevaluasi pelaksanaannya.

Dalam kehidupan sehari-hari, praktik hidup sehat merupakan salah satu wujud
Revolusi Mental. GERMAS mengajak masyarakat untuk membudayakan hidup sehat, agar mampu
mengubah kebiasaan-kebiasaan atau perilaku tidak sehat. Saat ini, Indonesia tengah menghadapi
tantangan besar yakni masalah kesehatan triple burden, karena masih adanya penyakit infeksi,
meningkatnya penyakit tidak menular (PTM) dan penyakit-penyakit yang seharusnya sudah
teratasi muncul kembali. Pada era 1990, penyakit menular seperti ISPA, Tuberkulosis dan Diare
merupakan penyakit terbanyak dalam pelayanan kesehatan. Namun, perubahan gaya hidup
masyarakat menjadi salah satu penyebab terjadinya pergeseran pola penyakit (transisi
epidemiologi). Tahun 2015, PTM seperti Stroke, Penyakit Jantung Koroner (PJK), Kanker dan
Diabetes justru menduduki peringkat tertinggi.

Permasalahan

 Masih rendahnya pengetahuan masyarakat tentang pola hidup sehat


 Masih tingginya angka ibu hamil yang bersalin tidak dengan tenaga kesehatan, Ibu hamil
yang bersalin di tolong oleh tenaga kesehatan tahun 2017 berjumlah 4,844 orang (71.75%)
dari 6,751 ibu hamil
 Masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit menular dan penyakit yang
dapat di cegah dengan imunisasi
 Masih kurangnya kesadaran masyarakat akan kesehatan dan semakin tingginya angka
penderita penyakit tidak menular

Rencana

Melakukan penyuluhan tentang GERMAS (gerakan masyarakat hidup sehat) dan sosialisasi
kegiatan-kegiatan kesehatan

Interfensi

Pada tanggal 14 Agustus 2019, telah dilakukan penyuluhan GERMAS (gerakan masyarakat hidup
sehat) pada 25 orang warga Jati, dihadiri juga oleh Wali Jorong dan niniak mamak. Selain
melakukan penyuluhan dilakukan juga sosialisasi kesehatan kepada warga dan tanya jawab
seputar kesehatan.

Evaluasi

 Diharapkan timbul kegiatan ini dapat menimbulkan kesadaran masyarakat akan


kesehatan
 Susahnya mengubah pola hidup masyarakat dari pola hidup tidak sehat menjadi pola
hidup sehat
 Diharapkan warga yang mengikuti sosialisasi menjadi motor penggerak dan menyebarkan
ilmu yang didapat ketika sosialisasi

Pemeriksaan Kesehatan dan Pengobatan Penyakit Tidak Menular Di Daerah Balai Labuah Atas

Pemeriksaan Kesehatan dan Pengobatan Penyakit Tidak Menular Di Daerah Bukit Gombak

Pemeriksaan Kesehatan dan Pengobatan Penyakit Tidak Menular Di Daerah Baringin

Pemeriksaan Kesehatan dan Pengobatan Penyakit Tidak Menular Di Rutan Kelas IIB
Batusangkar

Latar belakang

Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat penting
dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Dengan pemberian pelayanan
kesehatan dasar secara cepat dan tepat, diharapkan sebagian besar masalah kesehatan
masyarakat sudah dapat diatasi.
Penyakit tidak menular (PTM) telah menjadi masalah besar di masyarakat Indonesia.
Penyakit tidak menular cenderung terus meningkat secara global dan nasional telah menduduki
sepuluh besar penyakit penyebab kematian. Meningkatnya Penyakit Tidak Menular (PTM) tidak
saja berdampak pada meningkatnya morbiditas, mortalitas, dan disabilitas di kalangan
masyarakat, melainkan juga berdampak pada meningkatnya beban ekonomi baik di tingkat
individu maupun di tingkat negara pada skala nasional.
PTM berakibat pada 63% atau 57 juta kematian di seluruh dunia setiap tahun. data terkini
menunjukkan bahwa kematian pada kelompok usia dewasa disebabkan PTM, seperti : penyakit
jantung, stroke, kanker, diabetes melitus dan penyakit saluran pernafasan. Kompleksitas
penyebab masalah PTM ada dua kelompok besar faktor risiko penyakit tidak menular. Pertama,
adalah faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan, yaitu faktor usia, Kedua, penyakit metabolik
lain pada usia dewasa. Anak-anak yang dilahirkan dengan gangguan pertumbuhan mempunyai
risiko lebih besar untuk mengalami gangguan metabolik, terutama gangguan metabolik lemak,
protein dan karbohidrat yang akan meningkatkan risiko PTM di usia dewasa. Anak yang dilahirkan
normal dan tumbuh baik pada masa kanak-kanak, akibat faktor gaya hidup yang tidak sehat,
seperti makan tidak seimbang dan aktivitas rendah akan meningkat faktor risikonya terhadap
PTM.

Permasalahan

 Semakin tingginya kasus penyakit tidak menular di masyarakat dan tingginya angka
kematian akibat penyakit tidak menular
 Kurangnya kesadaran masyarakat akan kesehatan sehingga tidak memeriksakan
kesehatannya secara rutin

Perencanaan

 Melakukan pemeriksaan kesehatan, kadar gula darah, dan kolesterol


 Memberikan pengobatan sesuai diagnosa

Intervensi

Pada tanggal 18 Juli/21 Agustus/8 Agustus/5 Juli 2019 di Balai Labuah Atas/Bukit
Gombak/Baringin/Rutan Kelas IIB Batusangkar, dilakukan pemeriksaan kesehatan dan
pengobatan penyakit tidak menular pada warga yang datang ke tempat pemeriksaan. Selain itu
dilakukan juga pemeriksaan kadar gula darah dan kolesterol serta pengukuran status gizi pada
warga.
Evaluasi

 Diharapkan timbul kegiatan ini dapat menimbulkan kesadaran masyarakat akan


kesehatan
 Susahnya mengubah pola hidup masyarakat dari pola hidup tidak sehat menjadi pola
hidup sehat

Anda mungkin juga menyukai