Anda di halaman 1dari 34

FARMAKOTERAPI LANJUTAN

SystemIc Lupus
Erythematosus (SLE)
Dosen : Sulina Kristiono, Dra. MS.

DISUSUN OLEH :
NABILA CHOIRUNNISA
(21340134)
KELAS C
Pendahuluan
Systemic Erythematosus Lupus (SLE) , merupakan penyakit autoimun
yang ditandai dengan kerusakan jaringan dan sel oleh autoantibodi
patogen dan kompleks imun (Kasper, et al, 2006). Kerusakan jaringan
dan sel ini menyebabkan terjadinya manifestasi klins yang beragam,
seperti manifestasi kulit, sendi, ginjal dan lain-lain, sehingga pada
pengobatannya diperlukan beberapa obat sekaligus untuk mengatasi
manifestasi klinis penyakit SLE tersebut.
● Menurut kamus kedokteran Dorland, Lupus Eritematosus Sistemik adalah
gangguan jaringan penyambung generalisata kronik yang dapat bersifat ringan
hingga fulminans dimana adanya temuan autoantibodi yang menyerang
komponen sitoplasma dan inti sel,-ditandai oleh adanya erupsi kulit, atralgia,
arthritis, nefritis, pleuritis, pericarditis, leucopenia atau trombositopenia,
anemia hemolitik, lesi organ, manifestasi neurologik, limfadenopati, demam
dan berbagai gejala konstitusional lainnya.

● Menurut buku ajar Ilmu Penyakit Dalam, LES adalah prototipe penyakit
autoimun yang ditandai oleh produksi antibodi terhadap komponen-komponen
inti sel yang berhubungan dengan manifestasi klinis yang luas.
PATOGENESIS LUPUS (SLE)
Penyebab Lupus hingga saat ini belum sepenuhnya diketahui secara pasti, tetapi terdapat banyak
bukti bahwa pathogenesis SLE bersifat m ultifactor, seperti faktor genetic, faktor lingkungan dan
faktor hormonal

Faktor Genetik Faktor Hormonal Laws of motion

• Interaksi banyak gen • Perempuan usia • Stress Psikologis


• Riwayat Keluarga produktif lebih sering • Paparan Sinar UV
Berpengaruh • Estrogen dan prolaktin • Polusi
diduga berperan • Asap Rokok
• Infeksi
• Obat-Obatan
• Zat Kimia
PATOGENESIS LUPUS (SLE)
PATOGENESIS LUPUS (SLE)
● Kelainan mendasar pada LES adalah kegagalan mempertahankan
toleransi-diri. Akibatnya terdapat autoantibodi dalam jumlah besar yang
dapat merusak jaringan secara langsung ataupun dalam bentuk endapan
kompleks imun.
● Proses ini diawali dengan faktor pencetus yang ada dilingkungan, dapat
berupa infeksi, sinar ultraviolet atau bahan kimia
● Hal ini menimbulkan abnormalitas respon imun di dalam tubuh yaitu :
1. Sel T dan sel B menjadi autoreaktif
2. Pembentukan sitokin yang berlebihan
3. Hilangnya regulasi kontrol pada sistem imun,
Model pathogenesis LES
Sumber : Vinay Kumar, 2009
Patogenesis SLE terdiri dari tiga fase, yaitu fase inisiasi, fase propagasi, dan fase puncak (flares).
● Inisiasi lupus dimulai dari kejadian yang menginisiasi kematian sel secara apoptosis dalam konteks
proimun. Kejadian ini disebabkan oleh berbagai agen yang sebenarnya merupakan pajanan yang
cukup sering ditemukan pada manusia, namun dapat menginisiasi penyakit karena kerentanan yang
dimiliki oleh pasien SLE.
● Fase profagase ditandai dengan aktivitas autoantibodi dalam menyebabkan cedera jaringan.
Autoantibodi pada lupus dapat menyebabkan cedera jaringan dengan cara (1) pembentukan dan
generasi kompleks imun, (2) berikatan dengan molekul ekstrasel pada organ target dan
mengaktivasi fungsi efektor inflamasi di tempat tersebut, dan (3) secara langsung menginduksi
kematian sel dengan ligasi molekul permukaan atau penetrasi ke sel
● Fase puncak merefleksikan memori imunologis, muncul sebagai respon untuk melawan sistem imun
dengan antigen yang pertama muncul. Apoptosis tidak hanya terjadi selama pembentukan dan
homeostatis sel namun juga pada berbagai penyakit, termasuk SLE. Jadi, berbagai stimulus dapat
memprovokasi puncak penyakit
PATOFISIOLOGI
• Abnormalitas imun pada LES terbagi menjadi 2 fase yaitu
a. meningkatnya serum antinuklear dan autoantibodi anti-glomerular,
b. terbentuknya kompleks imun pada organ target yang menyebabkan
kerusakan organ
• LES ditandai dengan adanya produksi autoantibodi, terbentuknya kompleks
imun, dan aktivasi komplemen yang tidak terkendali.
• LES disebabkan oleh interaksi antara gen dan faktor lingkungan sehingga
menghasilkan respon imun yang abnormal
Respon tersebut terdiri dari hiperaktivitas sel T helper sehingga terjadi
hiperaktivitas sel B. Terjadi gangguan mekanisme downregulating yang
menimbulkan respon imun abnormal
● Pada LES penanganan pada komplek imun terganggu, dapat
berupa gangguan pemprosesan kompleks imun dalam hati
dan penurun uptake kompleks imun pada limfa
● Gangguan-gangguan ini memungkinkan terbentuknya
deposit kompleks imun diluar sistem fagosit mononuclear
● Kompleks imun ini akan mengendap pada berbagai macam
organ dan terjadi fiksasi komplemen pada organ tersebut
● Peristiwa ini menyebabkan aktivasi komplemen yang
menghasilkan substansi penyebab timbulnya reaksi inflamasi
● Reaksi inflamasi inilah yang menyebabkan timbulnya
keluhan atau gejala atau pada organ atau tempat yang
bersangkutan seperti ginjal, sendi, pleura, kulit dan
sebagainya
JENIS PENYAKIT LUPUS
Lupus Eritematosus Kemunculan gejala pada berbagai organ (sistemik)
Sistemik (LES)

Lupus Eritematosus Hanya melibatkan kulit, tidak ada keterlibatan


kutaneus (CLE) sistemik

Gejala Klinis LES, dicetuskan oleh obat-obatan


Lupus Imbas Obat

Sindroma Overlap, UCTD Gejala LES disertai gejala penyakit autoimun lain
dan MCTD (contoh : artritis rheumatoid, scleroderma, myositis)
GEJALA
KLINIS
GEJALA DAN TANDA KLINIK
Gejala awal dari LES kerap mirip dengan penyakit lain sehingga mempersulit proses
diagnosis. Gejala lupus yang paling sering muncul dari semua pasien tanpa memandang jenis
kelamin adalah :
Keletihan, sakit kepala, nyeri atau bengkak sendi, demam, anemia, nyeri dada ketika menarik
nafas panjang, ruam kemerahan pada pipi hingga hidung dengan pola seperti kupu-kupu,
sensitif terhadap cahaya matahari, rambut rontok sampai kebotakan (alopecia), pendarahan
yang tidak biasa, jari-jari berubah pucat atau kebiruan ketika dingin, sariawan di mulut atau
perlukaan di hidung.

Keparahan dapat bervariasi dari ringan ke sedang hingga parah atau bahkan membahayakan
hidup
GEJALA DAN TANDA KLINIK
● Dapat muncul pada berbagai sistem organ :
- Muskuloskeletal (Anggota Gerak) : nyeri sendi, peradangan sendi
- Mukokutan (Kulit): ruam pada pipi, sensitifitas terhadap sinar matahari, ulkus
oral/sariawan
- Ginjal : bengkak seluruh tubuh, BAK keruh/berbusa/kemerahan, gangguan
fungsi ginjal
- Hematologi (Sel-Sel Darah) : anemia, leukopenia, trombositopenia
- Neuropsikiatri (Sistem Saraf)
- Kardiorespirasi (Jantung dan Paru)
● Gejala yang pertama muncul dapat berbeda pada setiap orang
● Lesi Diskoid ● Sariawan pada langit-langit mulut

GEJALA MUKOKUTAN
● Lesi Kulit Akut

● Ruam Kupu-Kupu

● Lesi Kulit Sub Akut

● Livido Reticularis ● Eritema


periungual
DIAGNOSIS
DIAGNOSIS
Kriteria diagnosis yang digunakan adalah dari American College of Rheumatology 1997 yang terdiri dari 11 kriteria,
dikatakan pasien tersebut SLE jika ditemukan 4 dari 11 kriteria yang ada.
Diagnosa Derajat Penyakit SLE
●  Kategori SLE Ringan
Pasien dikategorikan SLE Ringan, apabila mengalami (PRI, 2011) :
- Tenang secara klinis
- Tidak terdapat gejala atau tanda yang mengancam nyawa
- Fungsi organ normal
Contoh kategor SLE Ringan yaitu dengan manifestasi kulit dan arthritis
● Kategori SLE Sedang
Pasien dikategorikan SLE Sedang, apabila mengalami (PRI, 2011) :
- Nefritis ringan sampai sedang
- Trombosit anta 20-50 x /
- Serositis mayor
● Kategori SLE Berat
Pasien dikategorikan SLE Sedang, apabila mengalami (PRI, 2011) :
- Terjadi gangguan pada organ tubuh, seperti jantung, paru-paru, ginjal, dan otak
- Gastrointestinal terjadi gangguan seperti pankreatitis dan vasculitis mesenterika
- Kulit mengalami vasculitis berat dan ruam difus yang disertai ulkus atau melepuh
- Terjadi gangguan neurologi, seperti stroke, koma, kejang, sindroma demielinasi, mononeuritis dan polyneuritis
- Gngguan hematologi, seperti anemia hemolitik, neutropenin
PENGOBATA
N
PENATALAKSANAAN PENGOBATAN
SLE
TUJUAN
 Meningkatkan kesintasan dan kualitas hidup pasien LES melalui pengenalan dini dan pengobatan
yang paripurna
 Tujuan khusus pengobatan SLE adalah
a. mendapatkan masa remisi yang panjang
b. menurunkan aktivitas penyakit seringan mungkin
c. Mengurangi rasa nyeri dan memelihara fungsi organ agar aktivitas hidup keseharian tetap baik guna
mencapai kualitas hidup yang optimal.
PILAR PENGOBATAN LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK
 Edukasi dan konseling
 Program rehabilitasi
 Terapi farmakologi (OAINS, Anti malaria, steroid, Imunosupresan / Sitotoksik)
PENGOBATAN SLE BERDASARKAN AKTIVITAS
PENYAKITNYA

Pilar pengobatan pada SLE ringan dijalankan secara bersamaan dan berkesinambungan
serta ditekankan pada beberapa hal yang penting agar tujuan tercapai
Obat-Obatan :
● Analgetik seperti paracetamol 3 x 500 mg, bila diperlukan.
● Obat anti inflamasi non steroidal (OAINS), sesuai panduan diagnosis dan
pengelolaan nyeri dan inflamasi.
● Glukokortikoid topikal untuk mengatasi ruam (gunakan preparat dengan potensi ringan)
● Klorokuin basa 3,5-4,0 mg/kg BB/hari (150-300 mg/hari) (1 tablet klorokuin 250mg
mengandung 150 mg klorokuin basa)
● Kortikortikosteroid dosis rendah seperti prednison < 10 mg / hari atau yang setara
● Tabir surya: Gunakan tabir surya topikal dengan sun protection faktor sekurang-
kurangnya 15 (SPF 15)
Pilar penatalaksanaan LES sedang sama seperti pada LES ringan kecuali pada pengobatan. Pada
LES sedang diperlukan beberapa rejimen obat- obatan tertentu serta mengikuti protokol pengobatan
yang telah ada. Misal pada serosistis yang refrakter: 20 mg / hari prednison atau yang setara
(Pathak,S.2011).

Pilar pengobatan sama seperti pada LES ringan kecuali pada penggunaan obat-obatannya. Pada LES
berat atau yang mengancam nyawa diperlukan obat-obatan sebagaimana tercantum pada bagan
Algoritma
Penatalaksanaan
SLE berdasarkan
Beratnya
Jenis dan Dosis Obat Yang Dipakai Pada SLE
Terapi Lain
● Intra vena imunoglobulin terutama IgG, dosis 400 mg/kgBB/hari selama 5hari, terutama pada
pasien SLE dengan trombositopenia, anemia hemilitik, nefritis, neuropsikiatrik SLE, manifestasi
mukokutaneus, atau demam yang refrakter dengan terapi konvensional
● Plasmaferesis pada pasien SLE dengan sitopeni, krioglobulinemia dan lupus serberitis
● Thalidomide 25-50 mg/hari pada lupus discoid
● Danazol pada trombositopenia refrakter.
● Dehydroepiandrosterone (DHEA) dikatakan memiliki steroid-sparring eff ect pada SLE ringan
● Dapson dan derivat retinoid pada SLE dengan manifestasi kulit yang refrakter dengan obat
lainnya.
● Rituximab suatu monoklonal antibodi kimerik dapat diberikan pada SLE yang berat
● Belimumab suatu monoklonal antibodi yang menghambat aktivitas stimulator limfosit sel B telah
dilaporkan efektif dalam terapi SLE42 (saat ini belum tersedia di Indonesia)
● Terapi eksperimental diantaranya antibodi monoklonal terhadap ligan CD40 (CD40LmAb)
● Dialisis, transplantasi autologus stem-cell
Kortikosteroid
Kortikosteroid digunakan sebagai pengobatan utama pada pasien dengan SLE.Meski
dihubungkan dengan munculnya banyak laporan efek samping, kortikosteroid tetap
merupakan obat yang banyak dipakai sebagai anti inflamasi dan imunosupresi.
Indikasi Pemberian Kortikortikosteroid ;
- Dosis rendah sampai sedang digunakan pada SLE yang relatif tenang.
- Dosis sedang sampai tinggi berguna untuk SLE yang aktif.
- Dosis sangat tinggi dan terapi pulse diberikan untuk krisis akut yang berat seperti pada
vaskulitis luas, nephritis lupus, lupus
Efek samping kortikortikosteroid tergantung kepada dosis dan waktu, dengan meminimalkan
jumlah kortikortikosteroid, akan meminimalkan juga risiko efek samping .
Obat Imunosupresan atau Sitotoksik
Kortikosteroid digunakan sebagai pengobatan utama pada pasien dengan SLE.Meski
dihubungkan dengan munculnya banyak laporan efek samping, kortikosteroid tetap
merupakan obat yang banyak dipakai sebagai anti inflamasi dan imunosupresi.
Indikasi Pemberian Kortikortikosteroid ;
- Dosis rendah sampai sedang digunakan pada SLE yang relatif tenang.
- Dosis sedang sampai tinggi berguna untuk SLE yang aktif.
- Dosis sangat tinggi dan terapi pulse diberikan untuk krisis akut yang berat seperti pada
vaskulitis luas, nephritis lupus, lupus
Efek samping kortikortikosteroid tergantung kepada dosis dan waktu, dengan meminimalkan
jumlah kortikortikosteroid, akan meminimalkan juga risiko efek samping .
TERAPI NON FARMAKOLOGI
a. Meminimalkan paparan faktor pencetus, seperti kelelahan, paparan sinar matahari
secara langsung, stress, infeksi, obat-obatan pemicu SLE, diusahakan aktivitas banyak
dikala sore hari
b. Menjaga kondisi tubuh (makan makanan sehat dan teratur, olahraga ringan, dll)
c. Melindungi sendi dari benturan
d. Menghentikan kebiasaan merokok karena hydrazines dalam asap rokok dapat memicu
terjadinya lupus
e. Keluarga dan orang-orang terdekat selalu mendukung dan memberi pandangan positif
f. Kontrol kondisi rutin ke dokter
Pola Hidup Bagi Pasien SLE
AKTIVITAS FISIK
● Tetap aktif dan kurangi tirah baring berlebihan
● Latihan secara berkesinambungan
● Tujuan: mengurangi gejala kelelahan, gangguan tidur, risiko penyakit jantung
● Contoh: berenang, berjalan kaki, bersepeda, dan aerobik low impact
PENGATURAN MAKANAN
● Nutrisi seimbang
● Kandungan: kalori, protein, lemak tak jenuh, serat, mikronutrien (vitamin)
● Pasien berat badan berlebih dan berisiko penyakit jantung pengurangan jumlah kalori sesuai
aturan
KEBIASAAN YANG PERLU DIHINDARI
● Hindar Aktivitas merokok dan paparan asap rokok dari orang lain
● Hindari paparan sinar matahari berlebih, Gunakan tabir surya (SPF ≥30) 15 menit sebelum
beraktivitas di luar ruangan, Pakai pakaian yang melindungi dari paparan sinar matahari,
Beraktivitas di luar ruangan sebelum jam 10.00 atau setelah jam 16.00
KESIMPULAN
● Lupus eritematosus sistemik (LES) ditujukan kepada bentuk penyakit LE yang melibatkan sistem organ multipel,
merupakan penyakit autoimun yang menyebabkan inflamasi sistemik pada berbagai sistem organ bersifat kronis
disertai serangkaian eksaserbasi dan remisi yang silih berganti
● Penyebab terjadinya LES belum diketahui pasti. Interaksi antara faktor genetik, faktor yang didapat dan faktor
lingkungan dianggap berperan penting dalam disregulasi sistem imun. Hasil akhirnya adalah gangguan imunitas
yang ditandai oleh persistensi limfosit B dan T yang bersifat autoreaktif
● Gejala sistemik meliputi lemah, anoreksia, demam, fatigue, dan menurunnya berat badan. Gejala di kulit dan
mukosa bisa berupa ruam malar (butterfly rash), fotosensitivitas, purpura, bercak diskoid, alopesia, fenomena
Raynaud, dan atau ulkus di mukosa.
● Penatalaksanaan LES tergantung dari berat ringannya penyakit, dan melibatkan banyak ahli (multidisipliner)..
Tujuan pengobatan adalah mengontrol manifestasi penyakit, sehingga dapat memiliki kualitas hidup yang baik
tanpa eksaserbasi berat, sekaligus mencegah kerusakan organ serius yang dapat menyebabkan kematian.
● Pasien lupus sebaiknya tetap beraktivitas normal. Olah raga diperlukan untuk mempertahankan densitas tulang dan
berat badan normal. Tetapi tidak boleh berlebihan karena lelah dan stress sering dihubungkan dengan kekambuhan.
DAFTAR PUSTAKA
● Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S, editors. Buku ajar ilmu penyakit
dalam. Jilid II. 4th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006.
● Manson JJ, Rahman A. Systemic lupus erythematosus. Orphanet Encyclopedia.2005
● Yoga I Kasjmir, et all. Rekomendasi Perhimpunan Reumatologi Indonesia Untuk Diagnosis dan
Pengelolaan Lupus Eritematosus Sistemik. Perhimpunan Rheumatologi Indonesia. 2011

Anda mungkin juga menyukai