Anda di halaman 1dari 59

PENETAPAN HARGA

dan
(CASE STUDY)

Apt. Elvina Triana Putri., M.Farm


Pricing
• Tjiptono (2001)
Satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk
barang dan jasa) yang ditukarkan agar memperoleh
hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang atau
jasa
• Kotler (2001)
sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk
atau jasa, atau jumlah dari nilai tukar konsumen atas
manfaat-manfaat karena memiliki atau
menggunakan produk atau jasa tersebut
Penetapan Harga
Suatu proses untuk menentukan seberapa besar
pendapatan yang akan diperoleh atau diterima oleh
perusahan dari produk atau jasa yang di hasilkan.

Penetapan harga telah memiliki fungsi yang sangat


luas di dalam program pemasaran.

Menetapkan harga berarti bagaimana


mempertautkan produk kita dengan aspirasi sasaran
pasar, yang berarti pula harus mempelajari regulasi,
kebutuhan, keinginan, dan harapan konsumen
Harga dan Penetapan Harga
adalah suatu proses yang harus dilakukan oleh perusahaan untuk
memberikan nilai suatu produk atau jasa dengan
mengkalkulasikan terlebih dahulu segala macam biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh keuntungan serta
mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan selain harga
PRICING :
proses menetapkan harga

♣ obat-obatan yang diresepkan (customer


must be advised on the proper way to Apoteker harus
menetapkan
consume or use them)
harga berdasarkan
♣ Obat-obatan tanpa resep (individual “ professional
preference) judgement”, karena
untuk
♣ produk komoditi non obat ( consumers masing2 kategori
are familiar,less effort/services) tsb seharusnya
dibedakan
TUJUAN PENETAPAN HARGA Phillip Kotler dan Kevin Lane Keller. 2009

Kelangsungan
Laba maksimum
hidup
Pertumbuhan
Pendapatan
penjualan
maksimum
maksimum

Skimming pasar Kepemimpinan


maksimum mutu produk

1. Memberikan nilai produk pada pelanggan


2. Memaksimalkan Perolehan profit
 Kelangsungan hidup
Perusahaan dapat mengejar kelangsungan hidup sebagai tujuan
utamanya, jika mengalami kapasitas lebih, persaingan ketat, atau perubahan
keinginan konsumen. Untuk menjaga agar pabrik tetap beroperasi dan
persediaan dapat terus berputar, mereka sering melakukan penurunan harga.
Laba kurang penting dibandingkan kelangsungan hidup. Selama harga dapat
menutup biaya variabel dan sebagian biaya tetap, perusahaan dapat terus
berjalan. Tetapi kelangsungan hidup hanyalah tujuan jangka pendek. Dalam
jangka panjang, perusahaan harus dapat meningkatkan nilainya.

 Laba maksimum
Banyak perusahaan menetapkan harga yang memaksimalkan labanya
sekarang. Mereka memperkirakan bahwa permintaan dan biaya sehubungan
sebagai alternatif harga dan memilih harga yang akan menghasilkan laba, arus
kas, atau pengembalian investasi yang maksimum.
 Pendapatan maksimum
Beberapa perusahaan menetapkan harga yang akan memaksimalkan
pendapatan dari penjualan. Maksimalisasi pendapatan hanya membutuhkan
perkiraan fungsi permintaan. Banyak manajer percaya bahwa maksimalisasi
pendapatan akan menghasikan maksimalisasi laba jangka panjang dan
pertumbuhan pangsa pasar

 Pertumbuhan penjualan maksimum


Perusahaan lainnya ingin memaksimalkan unit penjualan. Mereka
percaya bahwa volume penjualan lebih tinggi akan menghasilka biaya per unit
lebih rendah dan laba jangka panjang yang lebih tinggi. Mereka menetapkan
harga terendah dengan mengasumsikan bahwa pasar sensitif terhadap harga.
Ini disebut penetapan harga penetrasi pasar.
 Skimming pasar maksimum
Skimming pasar hanya mungkin dalam kondisi adanya sejumlah
pembeli yang memiliki permintaan tinggi, biaya per unit untuk memproduksi
volume kecil tidaklah sedemikian tinggi, sehingga dapat mengurangi
keuntungan penetapan harga maksimal yang dapat diserap pasar, harga yang
tinggi tidak menarik lebih banyak pesaing, harga tinggi menyatakan citra
produk superior.

 Kepemimpinan mutu produk


Perusahaan mungkin mengarahkan untuk menjadi pemimpin dalam
hal mutu produk dipasar, dengan membuat produk yang bermutu tinggi dan
menetapkan harga yang lebih tinggi dari pesaingnya. Mutu dan harga yang
lebih tinggi akan mendapatkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi dari
ratarata industrinya.
METODE PENETAPAN HARGA

Ada beberapa metode yang dapat digunakan sebagai rancangan dan


variasi, harga dapat ditentukan atau dihitung :

1) Harga didasarkan pada biaya total ditambah laba yang diinginkan (cost plus
pricing method).
2) Harga yang berdasarkan pada keseimbangan antara permintaan dan suplai.
3) Penetapan harga pasar yang ditetapkan atas dasar kekuatan pasar.
4) Harga yang berdasarkan keseimbangan antara suplai dan permintaan.
5) Penetapan harga atas dasar kekuatan pasar.
METODE PENETAPAN HARGA
Fandy Tjiptono (2001)

Metode penentuan harga dapat dikelompokkan menjadi empat kategori utama, yaitu:

A. Metode Penetapan Harga Berbasis Permintaan


Metode ini lebih menekankan faktor-faktor yang mempengaruhi selera dan preferensi pelanggan
daripada faktor-faktor seperti biaya, laba dan persaingan. Terdapat tujuh metode penetapan harga
berbasis permintaan, yaitu sebagai berikut:
1. Pricing
2. Penetration pricing
3. Prestige Pricing
4. Price lining
5. Odd-even pricing
6. Demand-backward pricing
7. Bundle pricing
B. Metode Penetapan Harga Berbasis Biaya

Dalam metode ini faktor penentu harga yang utama adalah aspek
penawaran atau biaya, bukan aspek permintaan. Harga ditentukan berdasarkan
biaya produksi dan pemasaran yang ditambah dengan jumlah tertentu sehingga
dapat menutup biaya-biaya langsung, biaya overhead, dan laba.

Terdapat empat metode dalam penetapan harga berbasis biaya yaitu sebagai
berikut:
1. Standar markup pricing
Dalam standard markup pricing, harga ditentukan dengan jalan menambahkan
persentase tertentu dari biaya pada semua item dalam suatu kelas produk.
Biasanya produk-produk yang tingkat perputarannya tinggi dikenakan markup
yang lebih kecil daripada produk-produk yang tingkat perputarannya rendah.
2. Cost plus percentage of cost pricing
Banyak perusahaan manufaktur, arsitektural, dan konstruksi
yang menggunakan berbagai variasi standard markup pricing. Dalam cost
plus percentage of cost pricing, perusahaan menambahkan persentase
tertentu terhadap biaya produksi atau kontruksi. Misalnya suatu
perusahaan arsitektur menetapkan tarif 15% dari biaya kontruksi sebuah
rumah. Jadi, bila biaya kontruksi sebuah rumah sebesar 100 juta dan fee
arsitek sebesar 15% dari biaya kontruksi (Rp15juta) maka harga akhirnya
sebesar 115 juta rupiah.
3. Cost plus fixed fee pricing
Metode ini banyak diterapkan dalam produk-produk yang sifatnya
sangat teknikal, seperti mobil, pesawat atau satelit. Dalam strategi ini pemasok
atau produsen akan mendapatkan ganti atas semua biaya yang dikeluarkan,
seberapapun besarnya, tetapi produsen tersebut hanya memperoleh fee tertentu
sebagai laba yang besarnya tergantung pada biaya final proyek tersebut yang
disepakati bersama.

4. Experience curve pricing


Metode ini dikembangkan atas dasar konsep efek belajar (learning
effect) yang menyatakan bahwa unit cost barang dan jasa akan menurun antara
10% hingga 30% untuk setiap peningkatan sebesar dua kali lipat pada
pengalaman perusahaaan dalam memproduksi dan menjual barang atau jasa
tersebut.
C. Metode Penetapan Harga Berbasis Laba
Metode ini berusaha menyeimbangkan pendapatan dan biaya dalam
penetapan harganya. Upaya ini dapat dilakukan atas dasar target volume laba
spesifik atau dinyatakan dalam bentuk persentase terhadap penjualan atau
investasi.

Metode ini dibagi menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut:

1) Target profit pricing: Target profit pricingumumya berupa ketetapan atas besarnya target
laba tahunan yang dinyatakan secara spesifik.
2) Target return on sales pricing: Dalam metode ini, perusahaan menetapkan tingkat harga
tertentu yang dapat menghasilkan laba dalam persentase tertentu terhadap volume
penjualan.Biasanya metode ini digunakan oleh jaringan-jaringan supermarket.
3) Target return on investment pricing (ROI): Dalam metode ini, perusahaan menetapkan
besarnya suatu target ROI tahunan, yaitu rasio antara laba dengan investasi total yang
ditanamkan perusahaan pada fasilitas produksi dan aset yang mendukung produk tertentu.
Kemudian harga ditentukan agar dapat mencapai target ROI tersebut.
D. Metode Penetapan Harga Berbasis
Persaingan Selain berdasarkan pada pertimbangan biaya, permintaan,
atau, laba, harga dapat ditetapkan atas dasar persaingan, yaitu apa yang
dilakukan pesaing. Metode penetapan harga berbasis persaingan terdiri atas
empat macam yaitu sebagai berikut:

1) Costumary pricing
Metode ini digunakan untuk produk-produk yang harganya ditentukan oleh faktor-faktor seperti
tradisi, saluran distribusi yang terstandarisasi, atau faktor persaingan lainnya. Penetapan harga
yang dilakukan berpegang teguh pada tingkat harga tradisional. Perusahaaan berusaha untuk tidak
mengubah harga di luar batas-batas yang diterima. Untuk itu perusahaan menyesuaikan ukuran
dan isi produk guna mempertahankan harga.

2) Above, at, or below market pricing


Umunya sangat sulit untuk mengidentifikasikan harga pasar spesifik untuk suatu produk atau
kelas produk tertentu. Oleh karena itu, seringkali ada perusahaan yang menggunakan pendekatan
subjektif dalam memperkirakan harga pesaing atau harga pasar. Berdasarkan patokan subyektif
tersebut, kemudian perusahaan secara cermat memilih strategi penetapan harga yang berada
diatas, sama, atau dibawah harga pasar.
3) Loss leader pricing

Kadangkala untuk keperluan promosi khusus, ada perusahaan yang menjual harga suatu produk
dibawah biayanya. Tujuannya bukan untuk meningkatkan penjualan produk yang bersangkutan,
tetapi untuk menarik konsumen supaya datang ke toko dan membeli pula produk-produk lainnya,
khususnya produk-produk yang bermarkup cukup tinggi. Jadi, suatu produk dijadikan semacam
penglaris (pancingan) agar produk lainnya juga laku. Penetapan harga penglaris (loss-leader
pricing) merupakan alat untuk mempromosikan pengecer (retailer) dan bukan produknya,
sehingga kebanyakan produsen tidak suka bila produk-produknya dijadikan penglaris.

4) Sealed bid pricing


Metode ini menggunakan sistem penawaran harga dan biasanya melibatkan agen pembelian
(buying agency). Jadi, bila ada perusahaan atau lembaga yang ingin membeli suatu produk, maka
yang bersangkutan menggunakan jasa agen pembelian untuk menyampaikan spesifikasi produk
yang dibutuhkan kepada para calon produsen. Setiap calon produsen diminta untuk
menyampaikan harga penawarannya untuk kuantitas yang dibutuhkan. Harga penawaran tersebut
harus diajukan dalam jangka waktu tertentu, kemudian diadakan
STRATEGI PENETAPAN HARGA

Strategi penetapan harga adalah tahapan dimana perusahaan mengklasifikasikan dan


menggolongkan produk atau jasa yang dihasilkannya merupakan „produk baru‟ yang belum
memiliki konsumen loyal/tetap atau „produk yang telah beredar‟ yang telah memiliki pangsa pasar
tersendiri. Strategi penetapan harga ini juga berhubungan dengan siklus kehidupan produk
(Product Life Cycle) dimana suatu produk memiliki empat tahapan
STRATEGI PENETAPAN HARGA
1. Produk Baru
Dalam menetapkan strategi penetapan harga yang efektif untuk
produk baru atau tahap perkenalan ini terdapat 2 (dua) alternatif
strategi penetapan harga, yaitu:

a. Harga Mengapung (Skimming Price)


Memberikan harga tinggi untuk menutup biaya dan menghasilkan labamaksimum
(perusahaan dapat meyakinkan konsumen bahwa produknya berbeda dengan produk sejenis yang
lain.) Pendekatan skimming sangat efektif jika terdapat diferensiasi harga pada segmen tertentu dan
pesaing relatif sedikit. Skimming juga dapat dimanfaatkan untuk membatasi permintaan sampai
perusahaan merasa siap untuk melakukan produksi masal. Apalagi skimming dapat meningkatkan
nilai produk menjadi sangat prestisius.

b. Harga Penetrasi
Memberikan harga rendah untuk menciptakan pangsa pasar dan permintaan, strategi ini dapat
diterapankan pada situasi pasar tidak terfragmentasi ke dalam segmen yang berbeda, serta produk
tersebut tidak mempunyai nilai simbolis yang tinggi. Pendekatan ini juga efektif terhadap sasaran pasar
yang sensitif harga.
STRATEGI PENETAPAN HARGA
2. Produk Yang Telah Beredar

Strategi penetapan harga untuk produk yang telah beredar ini tentunya
tidak terlepas dari posisi produk atau jasa tersebut dari siklus kehidupan produk,
dalam hal ini tahapan siklusnya berada pada 3 (tiga) tingkatan berikutnya setelah
perkenalan yakni:

a. Tahap Pertumbuhan

Pada tahap pertumbuhan ini ditandai dengan penjualan meningkat


disertai munculnya pesaing. Pada awalnya terjadi pertumbuhan yang cepat,
strategi yang diterapkan adalah tetap mempertahankan harga produk/pasar. Ketika
pertumbuhan melambat, terapkan strategi harga agresif ; menurunkan harga untuk
mendorong penjualan sekaligus menghadapi persaingan yang semakin ketat
b. Tahap Kematangan
Pada tahap kematangan, fleksibilitas harga merupakan kunci efektivitas
strategi penetapan harga. Pada tahapan ini perusahaan harus benar-benar responsif
terhadap situasi pasar, konsumen maupun pesaing. Strategi penetapan harga dapat
menggunakan „psikologis konsumen‟ maupun „pemotongan harga‟ (diskon), sehingga
perusahaan dapat menjaga loyalitas konsumen (pangsa pasar) dan meningkatkan
jumlah permintaan dan keuntungan yang diperoleh.

c. Tahap Penurunan
Tahap penurunan produk atau jasa ditandai dengan menurunnya jumlah
permintaan secara terus-menerus, sebagai tahap terakhir daur hidup produk
terdapat dua alternatif langkah utama yang dapat dipilih. Pertama, strategi
diskonting (pemotongan harga) Kedua, mempertahankan harga tetapi memotong
biaya-biaya yang berhubungan dengan produk, terutama pengeluaran untuk
promosi.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENETAPAN HARGA
Philip Kotler dan Kevin Lane Keller,2012

1. Faktor Internal
a. Tujuan Pemasaran Perusahaan

Makimalisasi laba, mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, meraih pangsa pasar


yang besar, menciptakan kepeminpinan dlm hal kualitas, mengatasi persaingan, melaksanakan tanggung
jawab sosial, dll
b. Strategi Buran Pemasaran

Harga perlu dikoordinasikan dan saling menduung dengan bauran pemasaran lainya yaitu pruduk,
ditribusi dan promosi
c. Biaya

Merupakan faktor yang paling menetukan harga minimalvyang harus ditetapkan agar perusahaan
tidak mengalami kerugian, dalam hal ini biaya tetap dan variable
d. Organisasi

1) Manajemen perlu memutuskan siapa di dalam organisasi yang harus


menetapkan harga.
2) Setiap perusahaan menangani masalahpenetapan harga menurut caranya
masing-masing.
3) Pada perusahaan kecil, umumnya harga ditetapkan oleh manajemen
puncak.
4) Pada perusahaan besar, seringkali masalah penetapan harga ditangani
oleh devisi atau manajer suatu lini produk.
2. Faktor Ekternal

a. Sifat Pasar dan Permintaan


Setiap perusahaan perlu memahami sifat dan permintaan yang dihadapinya,
apakah termasuk pasar persingan sempurna, persaingan monopolistik, oligopoli, atau
monopoli. Faktor lain yang tdk kalah pentingnya adalah elastisitas permintaan
Penetapan Harga

• Mencegah harga terlalu tinggi  keterjangkauan masyarakat.


• Mencegah harga terlalu rendah  profit bagi apotek.

SK Menkes No. 280 Tahun 1981 Pasal 24  penetapan struktur harga obat
dan jasa apotek
Struktur harga obat

• HPP (harga pokok produksi) = biaya bahan baku+biaya operasional


• HJP (harga jual pabrik) = HPP+biaya marketing+laba
• HNA (harga netto apotek) = HJP+biaya distribusi
• HJA (harga jual apotek) = HNA+PPN+laba apotek
• HET (harga eceran tertinggi) = batas maksimum HJA
HET
Harga Eceran Tertinggi

a. HET = HNA + Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 10% + Margin apotek


25%
b. HET adalah harga eceran tertinggi yang ditetapkan berdasarkan
Kepmenkes 69/2006 tentang Pencantuman HET pada Label Obat yang
berguna untuk melindungi konsumen dari harga yang mahal.
c. HET adalah harga jual tertinggi di apotek, rumah sakit, klinik, dan
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang berlaku untuk seluruh
Indonesia (Kepmenkes 92/2012 tentang HET Obat Generik Tahun 2012).
d. HNA ≤ 74% HET (Kepmenkes 92/2012 tentang HET Obat Generik
Tahun 2012).
Kebijakan pencantuman HET
• Latar belakang :
- terdapat perbedaan harga yang sangat signifikan antar berbagai merek
obat dan perbedaannya beragam untuk tiap item obat (rata-rata perbedaan
harga mencapai 44,25%)
- Penelitian WHO : perbandingan harga antara satu nama dagang dengan
nama dagang yang lain untuk obat yang sama, berkisar 1:2 sampai 1:5
• Kebijakan :
- Kepmenkes No. 69/2006 tentang Pencantuman Harga Eceran Tertinggi di
Label Obat
- HET dihitung berdasarkan Harga Netto Apotik (HNA) ditambah PPN
10% dan margin apotik sebesar 25%
HJA
Harga Jual Apotek

Besarnya HJA kepada pasien tidak boleh lebih tinggi dari HET. Secara garis
besar, cara untuk menentukan HJA menggunakan rumus sebagai berikut:

HJA = ( HNA + PPN ) x I + E + T


I = Indeks/ Keuntungan (berkisar 1,1-1,25)
E = Embalase (harga wadah pembungkus obat dan peralatan lain, misalnya
plastik, salinan resep)
T = Tuslah ( merupakan besaran balas jasa pelayanan farmasi )
YANG HARUS DIPERHATIKAN PADA PENETAPAN HARGA DI APOTEK
• Biaya pelayanan (harga produk, biaya fasilitas, gaji/upah SDM)
• Kompetisi/persaingan (memperhatikan harga di apotek pesaing dan
menganalisa kelebihan/kekurangan pelayanan yang diberikan)
• Pandangan/kesan konsumen terhadap apotek (ditentukan oleh harga dan
kualitas pelayanan)
- keajegan harga
- keajegan kualitas pelayanan
• Tujuan apotek memaksimalkan laba jangka panjang (harus mempertahankan
konsumen dengan memberikan harga yang menarik)
• Klasifikasi harga berdasarkan jenisnya :
- obat yang permintaannya tinggi diberikan harga relatif rendah (obat untuk
penyakit kronis, analgesik, pil KB)
- obat OTC diberikan harga rendah karena adanya pesaing yang banyak
(apotek lain dan toko obat/warung) sehingga pasien sering membandingkan
- obat-obat resep diberi harga relatif tinggi karena pasien tidak banyak
mengetahui dan ada tambahan biaya pelayanan
Jenis komoditi
Contoh penetapan harga di Apotek
Penetapan harga
Sediaan farmasi
Obat OTC (HNA+PPN) x 1,1 s.d 1,15
Obat OWA (HNA+PPN) x 1,2
Obat ethical (HNA+PPN) x 1,25
Alat kesehatan (HNA+PPN) x 1,15
Tuslah dan embalase
Service resep non racikan Rp. 500 tiap R/

Service resep racikan Rp. 1.000 tiap R/


Service pulveres/kapsul Rp. 100 tiap bungkus

Kertas pulveres-cangkang kapsul/pot Rp. 50 per lembar/


salep-botol Rp. 500 s.d 1.000

Service sediaan topikal/cairan Rp. 1.000 tiap sediaan

Embalase (plastik etiket dan tas) Rp. 200 s.d 500


RUMUS & PERHITUNGAN FAKTOR JUAL

HARGA JUAL APOTEK = ( HARGA BELI + % MARGIN dari HJA) + PPN 10%
= HNA + PPN + Margin
(X) = (Rp.1000,- + 25% dari X ) + PPN 10%
X – 0,25X = Rp.1000,- + PPN 10%
0,75 X = Rp.1000,-
X = Rp.1000,- = Rp.1333,33 = Rp.1333,33 + PPN 10%
0,75
HJA + PPN 10% = Rp.1466,66= Rp.1467
FAKTOR JUAL = Rp.1333,33 = 1,33
Rp.1000,-

HARGA POKOK PENJUALAN:

PEMBELIAN + STOK AWAL – STOK AKHIR X 100 %


P E N J UALAN
MARGIN = PENJUALAN – HPP
atau MARGIN = Biaya operasional + Profit
25 % = 100 % - HPP
HPP = 75%  Faktor Jual : 100 = 1,33
75
RUMUS & PERHITUNGAN FAKTOR JUAL

HARGA JUAL = Faktor jual x harga beli

Faktor jual atau Indeks penjualan = harga jual


harga beli

HARGA POKOK PENJUALAN:

PEMBELIAN + STOK AWAL – STOK AKHIR X 100 %


P E N J UALAN
MARGIN = PENJUALAN – HPP
atau MARGIN = Biaya operasional + Profit
25 % = 100 % - HPP
HPP = 75%  Faktor Jual : 100 = 1,33
75
APAKAH MARGIN = LABA/PROFIT ?

PPENJUALAN = HPP + MARGIN


LABA = MARGIN – B.OPERASIONAL
MARGIN = PENJUALAN – HPP

LABA = PENJUALAN – HPP – B.OPERASIONAL


% LABA = HARGA JUAL – HARGA BELI X 100 %
HARGA BELI
Rencana Anggaran Perusahaan ( A )

uraian FRONT DISPENSARY total (%)


SHOP (RESEP)
(OTC)
PENJUALAN 600.000. 400.000. 1.000.000. 100,00
COST OF GOOD 450.000. 240.000 690.000. 69,00
SOLD
(HPP) ( 75 % ) ( 60 %)
GROSS MARGIN 150.000. 160.000. 310.000. 31,00

(25%) (40%) (31%)


WAGES 140.000. 14,00
(Gaji PEGAWAI)
Occupancy 30.000. 3,00
(sewa gedung)
BIAYA LAIN2 80.000. 8,00

Total biaya 250.000. 25,00


NET PROFIT 60.000. 6,00
Margin (%) =
Penjualan - HPP

MARGIN OTC =
600.000 – 450.000
• Penjualan R/ =
HPP + margin
• Resep: • HPP = Penj –
margin
• 240.000 +
160.000 = • HPP = 400.000 –
400.000 160.000
• 240.000

HPP HPP HPP


SIM
• Suatu alat yang bisa menghasilkan informasi dalam
mengambil keputusan

SIM Informasi Keputusan


Manager
(Decision
Maker)
Planning
Organizing
Decision Executing
Controlling

Information + Model

SIM Explicit Implicit

DATA
Pajak
• Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-
Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besar kemakmuran
rakyat (KUP No.28 Tahun 2007).

• Wajib pajak  orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak,


pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan
kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
Wajib pajak  wajib mendaftarkan diri
 NPWP
• Tanda pengenal atau identitas bagi setiap
wajib pajak
• Sarana dalam administrasi perpajakan
• Menjaga ketertiban dan pengawasan
• Dicantumkan dalam setiap lembar
dokumen wajib pajak.
Pajak di APOTEK

• PPN
• PPh 21
• PPh 25 (Angsuran)
• PPh 28 (Kelebihan)
• PPh 29 (Kekurangan)
• PBB
• Pajak Kendraan Bermotor
• Pajak Reklame
Tarif pasal 17
• PPh pegawai dan usaha perseorangan
Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

Sampai dengan Rp. 50.000.000 5%

Di atas Rp. 50.000.000 s.d. Rp. 250.000.000 15%

Di atas Rp. 250.000.000 s.d. Rp. 500.000.000 25%

Di atas Rp. 500.000.000 30%


Tarif pajak penghasilan badan
• Badan Usaha yang memiliki pendapatan bruto sampai 4,8 Milyar per
tahun, dikenakan tarif pajak PPh final yaitu PPh Pasal 4 ayat 2 dengan
perhitungan pajak yaitu 0,5% dikalikan dengan seluruh pendapatan bruto
dari hasil usaha perseroan.
• Badan Usaha yang memiliki pendapatan bruto lebih besar dari 50 Milyar
per Tahun, besarnya tarif pajak penghasilan PPh badan dikenakan tarif
pajak tunggal 25% dikalikan dengan laba bersih sebelum pajak.
• Badan Usaha yang memiliki pendapatan bruto lebih besar dari 4,8
Milyar dan kurang dari 50 Milyar per setahun, dikenakan 2 tarif
perhitungan pajak dengan cara sebagai berikut: tarif sebesar 12,5% untuk
pajak penghasilan yang mendapatkan fasilitas (pendapatan bruto sampai
dengan 4.8 Milyar), dan tarif 25% untuk pajak penghasilan yang tidak
mendapatkan fasilitas (pendapatan bruto 4,8 – 50 Milyar).
Penghitungan PPh Karyawan
Gaji/Honor/Tunjangan
-
PTKP

Penghasilan Kena Pajak


X
Tarif pasal 17

Pajak Terutang
-
Kredit Pajak (bukti potong)

Pajak yang masih harus dibayar


Penghitungan PPh Perseorangan
(Melakukan Usaha)
Omzet/Penghasilan Bruto
-
HPP + Biaya/beban usaha

Penghasilan Neto
-
PTKP

Penghasilan Kena Pajak


X
Tarif pasal 17

Pajak Terutang
-
Kredit Pajak (bukti potong)

Pajak yang masih harus dibayar


Penghitungan PPh Badan

Omzet/Penghasilan Bruto
x 0.5%
Penghitungan PPh Badan
Omzet/Penghasilan Bruto
-
HPP + Biaya/beban usaha

Penghasilan Neto
X
Tarif pasal 17

Pajak Terutang
-
Kredit Pajak (bukti potong)

Pajak yang masih harus dibayar


Tugas :
1. Nilai stok barang suatu apotek pada awal tahun 2016 adalah
Rp 153 juta dan nilai pembelian selama tahun 2016 tercatat
Rp 98.2 juta. Nilai stok barang pada akhir tahun 2016 setelah
dihitung adalah Rp 102 juta dengan omset rata – rata selama
satu tahun mencapai angka Rp 211 juta (faktor harga jual =
1.25). Berapa HPP apotek tsb di tahun 2016 ?
2. Seorang apoteker di apotek membeli fenofibrat dengan
jumlah 1 box yang berisi 30 kapsul, pada faktur obat tertera
harga Rp. 345.000 dengan potongan harga 20% belum
termasuk ppn. Apoteker akan menjual dengan keuntungan
15%. Berapa harga fenofibrat per kapsul ?
3. Apotek melakukan stok opname rutin, stok awal,
Rp.600.000, pembelian Rp. 1.400.000.000, stok akhir
400.000.000, penjualan Rp.2.2.000.000.000, Berapa
HPP ?
4. Apotek melakukan pembelian 10 box bedak asam
salisilat yang masing – masing berisi 5 botol @
Rp.6000. PBF memberikan diskon 5 % setiap
pembelian 10 botol. Berapa total diskon ?
Cont_
5. Seorang apoteker ingin menentukan harga jual
sirup ekstrak meniran. Pada faktur, tertera harga
sirup 100 ml adalah Rp.27.500 ditmbah PPN 10%.
Apoteker memutuskan margin yang diambil 20%,
berapa harga jualnya ?
6. Sebuah apotek membeli tablet tertentu dari PBF
dengan harga Rp.5000/tablet, belum termasuk PPN
10%. Apotek tsb akan menjual dengan harga Rp.
6500/tab, Berapa %laba yang diterima apotek ?


TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai