1TEORI EKONOMIKA
Secara garis besar,teori ekonomika dibagi menjadi teori makro ekonomika
(macroeconomics theory) dan teori mikroekonomika (microeconomics theory).Teori
mikroekonomika disebut juga teori harga (price theory) karena menjelaskan terciptanya
harga.
Harga sebuah produk adalah hasil akhir dari interaksi dan kekuatan,yakni permintaan
dan penawaran produk tersebut.Teori Permintaan mengatakan bahwa jumlah produk
yang diminta oleh pembeli (pelanggan) pada suatu periode waktu tertentu bergantung
pada harga produk itu.Semakin tinggi harga,semakin sedikitlah jumlah unit produk yang
diminta.Sebaliknya,semakin rendah harga,semakin banyaklah jumlah unit produk yang
diminta.Teori Penawaran mengatakan bahwa jumlah produk yang ditawarkan oleh
penjual pada suatu periode waktu tertentu bergantung pada harga produk itu.Semakin
tinggi harga,semakin banyak jumlah unit produk yang ditawarkan penjual,sebaliknya
semakin rendah harga,semakin sedikit pula jumlah unit produk yang ditawarkan.
Elastisitas Permintaan
Harga jual adalah sejumlah kompensasi (uang ataupun barang)yang di butuhkan untuk
mendapatkan sejumlah kombinasi barang atau jasa.Perusahaan selalu menetapkan harga
produknya dengan harapan produk tersebut laku terjual dan boleh memperoleh laba yang
maksimal.
Hansen dan Mowen(2001:633) mendefinisikan ‘harga jual adalah jumlah moneter yang di
bebankan oleh suatu unit usaha kepada pembeli atau pelanggan atas barang atau jasa yang di
jual atau diserahkan”.
Menurut mulyadi(2001:78)”pada prinsipnya harga jual harus dapat menutupi biaya penuh di
tambah dengan laba yang wajar .Harga jual sama dengan biaya produksi ditambah mark-up.”
Jadi dapat di simpulkan bahw harga jual adalah sejumlah biaya yang di keluarkan perusahaan
untuk memproduksi suatu barang atau jasa ditambah dengan persentase laba yang diinginkan
perusahaan,oleh karena itu untuk mencapai laba yang diinginkan oleh perusahaan salah satu
cara yang dilakukan untuk menarik minat konsumen adalah dengan cara menentukan harga
yang tepat untuk produk yang terjual.Harga yang tepat adalah harga yang sesuai dengan
kualitas produk suatu barang dan harga tersebut dapat memberikan kepuasaan kepada
konsumen.
4. Meningkatkan Penjualan
Oleh karena itu perusahaan perlu menentukan tujuan utama agar fokus
perusahaan menjadi lebih jelas.Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut diatas ada
beberapa hal yang perlu dipertimbangkan tersebut akan diuraikan lebih lanjut pada
sub bab di bawah ini.
1. COST-PLUS PRICING
Dalam jangka panjang,harga jual produk harus dapat menutup seluruh kos.Jika
tidak,maka perusahaan tidak mampu mempertahankan hidupnya.Dalam jangka
panjang,seluruh laba yang diinginkan dapat tercapai.
kos adalah relevan untuk menentukan harga jual dan harus dipertimbangkan secara
eksplisit agar tujuan laba jangka panjang dapat tercapai.
Pendekatan yang lazim untuk menentukan harga jual produk standar adalah
menerapkan formula cost-plus.Menurut pendekatan ini,harga jual adalah cost ditambah
dengan markup sebesar presentase tertentu dari cost tersebut.Markup harus ditentukan
sedemikian rupa,sehingga laba yang diinginkan dapat tercapai.
Salah satu dasar yang digunakan untuk menentukan harga jual produk
adalah kos produk yang dihitung dengan pendekatan absorption costing (full
costing).Menurut pendekatan ini,kos produk terdiri atas kos bahan baku,kos
tenaga kerja langsung,dan overhead pabrik tetap dan variabel.Harga jual yang
ditargetkan adalah kos produk ditambah dengan markup.
KOS PENUH
Dasar lain yang dapat digunakan untuk menetukan harga jual adalah full
cost.Full cost adalah seluruh kos baik kos produksi maupun kos nonproduksi
.Pendekatan ini sulit diterapkan apabila produk yang dibuat oleh perusahaan
terdiri atas pelbagi jenis.
Dasar ketiga yang dapat digunakan untuk menentukan harga jual adalah
kos produk yang dihitung dengan pendekatan variable costing.Menurut
pendekatan ini,kos produk hanya terdiri atas kos variabel yang diperlukan untuk
memproduksi barang atau jasa.Elemen kos produk hanya meliputi kos bahan
baku,kos tenaga kerja langsung,dan kos overhead pabrik variabel.Kos overhead
pabrik tetap dianggap bukan kos produksi,melainkan kos perioda (period cost).
KOS VARIABEL
Apabila markup ditetapkan 100% maka terget harga jual per unit
adalah Rp3.000 + Rp3.000 = Rp6.000 seperti perhitungan berikut,
Markup dibentuk untuk menutup: (1) kos selain kos yang menjadi dasar
perhitungan,dan (2) laba yang diinginkan.Jika salah menentukan persentase markup,maka
kos tersebut dan laba yang diinginkan tidak dapat ditutup oleh harga jual.Return on
investment (ROI) adalah salah satu cara untuk menentukan besarnya markup.Berikut ini
empat buah untuk menentukan besarnya persentase markup.Semua formula akan
menggunakan data di bawah ini.
Rp20.000.000
=
Rp40.000.000
= 50%
Dengan menggunakan data taksiran di atas,maka harga jual per unit produk yang
ditargetkan adalah
Jika perusahaan dapat menjual seluruh produksinya (10.000 unit) dengan harga jual
per unit Rp6.000,maka taksiran labanya tahun depan tampak seperti berikut ini.
Laba Penjualan
ROI = x
Rp 14.000.000 Rp 60.000.000
= x
Rp 60.000.000 Rp 50.000.000
= 0,233 x 1,2
= 28%
% markup =
10.000 x Rp4.000
Rp 20.000.000
Rp 40.000.000
= 50%
Dari angka ini terbukti bahwa markup sebesar 50% atau Rp 20.000.000 yang akan
digunakan untuk menutup kos pemasaran dan administrasi Rp 6.000.000 dan laba
bersih yang dikehendaki sebesar Rp 14.000.000,yakni ROI sebesar 28% dari rerata
investasi Rp 50 juta.
Target ROI
% markup =
28% x Rp 50.000.000
10.000 x Rp4.600
Rp 14.000.000
Rp 46.000.000
= 30,43%
Harga jual per unit dengan data di atas adalah Rp 2.600 + (130,77% x
Rp2.600) = Rp 6.000.
=
10.000 x Rp3.000
Rp30.000.000
=
Rp30.000.000
= 100%
Dari data di atas,maka harga jual produk per unit adalah Rp3.000 + (100% x
Rp 3.000) = Rp6.000
Dengan menggunakan data yang sama,harga jual per unit adalah Rp6.000
walaupun formula yang digunakan dan besarnya markup berbeda-
beda.Markup berbeda-beda karena dasar yang digunakan untuk menentukan
markup berbeda-beda.Harga jualnya sama karena ROI yang diinginkan adalah
sama,yaitu 28%.Perhatikan tabel berikut,
Pendekatan penentuan harga waktu dan bahan (time and material pricing)
menggunakan dua buah tarif penentuan harga jual.Tarif pertama mendasarkan pada
waktu tenaga kerja langsung,dan yang kedua mendasarkan pada bahan.Tarif tersebut
dibentuk untuk menutup kos administrasi dan pemasaran,kos tak langsung lainnya,dan
laba yang diinginkan.Penentuan harga jual dengan metode ini lazim digunakan oleh
bengkel reparasi mobi dan motor,perusahaan percetakan,dan perusahaan-perusahaan lain
yang bergerak di bidang jasa.Metoda ini juga digunakan oleh pelbagi persekutuan para
ahli,seperti akuntan,pengacara,dokter,dan konsultan.
Komponen waktu dinyatakan secara khusus sebagai tarif per jam tenaga kerja
langsung.Tarif ini dihitung dari penjumlahan tiga elemen berikut : (1) kos tenaga kerja
langsung,termasuk gaji dan tunjangan tambahan; (2) kos penjualan dan administrasi; dan
(3) laba yang diinginkan.
Adapun komponen bahan meliputi harga beli bahan yang digunakan selama
pengerjaan ditambah material loading charge (MLC).MLC dimaksudkan untuk menutup
kos pemasaran,handling dan penyimpanan bahan,plus margin laba untuk bahan itu
sendiri.
Penyusutan 7.300.000
Jumlah Rp22.500.000
Tenaga kerja langsung dalam sebuah bekerja selama 2.500 jam.Jika dikehendaki laba
per jam sebesar Rp7.000,maka harga kepada pemesan (pelanggan) per jam adalah
sebagai berikut,
Kos pemesanan dan penyimpanan diperkirakan 25% dari harga faktur pembelian
bahan.Laba yang diinginkan atas bahan ini adalah 15%.Seandainya dari data di
atas,ada seorang pelanggan yang mendapat jasa reparasi selama 2,5 jam dan
membutuhkan komponen motor (bahan) yang harga belinya sebesar Rp 100.000,maka
ia akan dikenakan harga sebagai berikut,
OLEH KELOMPOK 6
1. MARIA CLEMENTINA WEA
2. SRI MURNIYATI
3. ANNA YANINA ANUL
4. CHANDRA ALIM
UNIVERSITAS FLORES
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI
TAHUN AJARAN 2018/2019