Manajemen harga menjadi salah satu kebijakan penting sebual perusahaan yang akan memengaruhi
tingkat penjualan produksi da perusahaan. Penetapan harga jual merupakan salah satu poin penting
g dalam manajemen harga. Pada prinsipnya, harga jual merupakan angk. Yang sudah menutupi biaya
produksi secara utuh dan ditambahkan denga, laba atau keuntungan dalam jumlah yang wajar.
Harga merupakan cerminan pemahaman yang mendalam pihak perusahaan mengenai konsumen,
kompetitor dan biaya perusahaan it, sendiri (Horngren, et al., 2015: 516). Kemampuan untuk
menentukap harga jual yang tepat akan sangat menentukan nasib penjualan produk di pasaran.
Upaya menentukan harga jual di pasaran sebagai salah saty bagian dari manajemen harga perlu
dilakukan dengan memerhatikan banyak faktor. Hal tersebut tentunya untuk mencegah tidak
lakunya barang produksi di pasaran.
Kasus-kasus menarik dapat dicermati dalam dunia praktik. Bagaimana Matahari Departement Store
menetapkan harga dengan terus-menerus mempromosikan diskon. Untuk produk-produk yang
bermasa hidup lama, seperti produk-produk keperluan sehari-hari seperti sabun shampoo, perlu
pemikiran tersendiri dalam menetapkan harganya agar produk tetap laku. Dari pandangan
manajerial, harga yang berlaku lama akan sangat meringankan pekerjaan dalam hal monitoring dan
membantu menjaga hubungan dengan konsumen.
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam menetapkan harga jual di pasaran sebagai
bagian dari manajemen harga di antarany3 adalah sebagai berikut:
Faktor pertama yang memengaruhi manajemen harga adalah soal strategi pemasaran. Semakin baik
strategi pemasaran yang dilakuka” oleh sebuah perusahaan, akan memungkinkan pihak perusahaan
untuk menyajikan tawaran harga yang lebih ramah kepada konsumen. Lab? Akan tertutupi dari
kemampuan dan strategi pemasaran kreatif yang dijalankan oleh pihak perusahaan. Kreativitas
merupakan modal untuk mampu bersaing lebih baik di tengah pasar. Namun apabila pemasara”
yang dilakukan tidak maksimal dan tidak menggunakan cara-cara baru, langkah yang dilakukan
adalah dengan upaya peningkatan harga jual:
Hal ini tentunya akan sedikit berdampak kepada minat konsumen serhadap produk atau layanan jasa
yang ditawarkan.
Bertujuan untuk menutupi biaya produksi yang dikeluarkan untuk menghasilkan sebuah produk
berkualitas.
Harga pesaing
Faktor yang memengaruhi manajemen harga jual yang selanjutnya adalah harga dari produk saingan.
Semakin tinggi tingkat persaingan harga, maka akan semakin sulit bagi perusahaan menetapkan
harga yang menguntungkan bagi perusahaan. Akibatnya perusahaan dituntut lebih kreatif untuk
mencari pasar atau area penjualan baru dengan tingkat pesaing yang masih rendah. Harga pesaing
jika tidak diperhatikan maka akan berdampak pada tidak lakunya produk di pasaran.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam manajemen harga penjualan adalah ketersediaan serta
jumlah harga produk pengganti yang
Ada. Produk pengganti ini adalah pesaing. Semakin banyak tingkat ketersediaan jumlah barang
pengganti serta harganya yang juga terjangkau oleh konsumen, artinya perusahaan harus semakin
bisa
Strategi penetapan harga menjadikan tantangan yang semakin meningkat bagi banyak perusahaan,
karena regulasi, informasi dari pembeli, persaingan global yang ketat, pertumbuhan pasar yang
lambat dan peluang perusahaan untuk meningkatkan posisi pasarnya. Pada akhirnya, harga
Berdampak pada kinerja keuangan dan berpengaruh penting pada nilai penempatan posisi merek di
benak pelanggan. Harga juga bisa menjadi
Sebuah cerminan kualitas produk manakala pelanggan sulit mengevaluasi produk yang kompleks.
Di dalam proses penetapan harga jual suatu produk, perusahaan hendaknya mengikuti prosedur
yang terdiri dari enam langkah pokok, yaitu
1.
Langkah pertama adalah memilih sasaran harga, seperti misalnya bertahan hidup, maksimalisasi
keuntungan jangka pendek, volume penjualan, permintaan pasar, unggul dalam pangsa pasar,
persaingan atau prestise.
Perusahaan bertujuan bertahan hidup akan berusaha dengan menurunkan harga. Laba tidak begitu
dipentingkan, selama harga dapat menutupi biaya variabel dan sebagian biaya tetap. Sasaran ini
hanya untuk jangka pendek dan diharapkan dalam jangka panjang perusahaan.
Sasaran berorientasi pada volume penjualan dilakukan perusahaan dengan mengatur harga
sedemikian rupa untuk meningkatkan volume penjualan.
Perusahaan mengasumsikan bahwa volume penjualan yang lebih tinggi akan menghasilkan biaya per
unit lebih rendah dan laba jangka panjang lebih tinggi serta berasumsi bahwa pasar peka terhadap
harga.
Sasaran urtggul dalam pangsa pasar dilakukan dengan meningkatkan atau memelihara pangsa pasar
tanpa mempertimbangkan fluktuasi penjualan dalam industri. Sasaran unggul dalam pangsa pasar
sering, digunakan perusahaan untuk produk yang mencapai tahap dewasa dalam siklus hidup
produk.
Sasaran permintaan pasar adalah penetapan harga yang dihubungkan dengan harapan pelanggan
dan situasi pembelian yang khusus: Sasaran ini sering dikenal dengan “beri harga dengan apa yang
pasa! Kehendaki”.
Sasaran persaingan merancang harga untuk menandingi atav mengalahkan harga pesaing.
Tujuannya untuk memelihara perseps’ nilai yang baik relatif terhadap pesaing. Tempo Scan
menetapkan harg? Bodrex sedemikian rupa agar dapat berkompetisi dengan pesaing.
Sasaran prestis dilakukan dengan merancang harga yang konsisten dengan sebuah produk yang
mempunyai status yang tinggi ataV
Prestis. Harga ini dirancang dengan sedikit memerhatikan struktur biaya perusahaan atau pesaing.
Menentukan Permintaan
Langkah kedua, perusahaan menentukan permintaan yang akan memperlihatkan jumlah produk
yang akan dibeli di pasar dalam periode tertentu, pada berbagai tingkat harga. Makin inelastis
permintaan, makin mampu perusahaan menaik-turunkan harganya. Menentukan permintaan
dimulai dengan menentukan faktor-faktor yang memengaruhi kepekaan harga.
Selanjutnya perusahaan perlu untuk mengetahui elastisitas permintaan terhadap perubahan harga.
Jika permintaan hampir tidak berubah dengan adanya perubahan kecil terhadap harga, maka
permintaan itu disebut inelastis, tetapi jika permintaan itu berubah banyak maka permintaan itu
disebut elastis. Permintaan kurang elastis bila terdapat hanya sedikit atau bahkan tidak ada barang
pengganti atau pesaing, pembeli tidak segera menyadari harga tinggi tersebut, pembeli lambat
dalam mengubah kebiasaan membelinya dan mencari harga yang lebih rendah, dan pembeli berpikir
bahwa harga yang lebih tinggi itu pantas karena peningkatan kualitas, inflasi secara normal, dan lain
sebagainya. Pertimbangan penurunan harga dilakukan jika permintaan tersebut elastis.
Memperkirakan Biaya
Langkah ketiga ialah perusahaan memperkirakan perilaku biaya pada berbagai tingkat produksi dan
perilaku biaya dalam kurva pengalamannya. Biaya perusahaan ada duajenis, yaitu biaya tetap dan
biaya variabel. Biaya tetap (overhead) adalah biaya yang tidak bervariasi dengan produksi atau
penjualan, misalnya gaji karyawan. Biaya variabel
Merupakan biaya yang bervariasi langsung dengan tingkat produksi, misalnya biaya bahan untuk
produksi. Biaya total merupakan biaya tetap dan biaya variabel untuk tingkat produksi. Sedangkan
biaya rata-rata adalah biaya per unit untuk tingkat produksi atau total biaya dibagi produksi.
Perusahaan harus mengetahui bagaimana biaya bervariasi dengan berbagai tingkat produksi agar
dapat menetapkan harga yang tepat. Perusahaan Jepang sering menggunakan metode yang disebut
penetapan biaya sasaran (target costing) yaitu biaya ditentukan dari hasil riset pasar untuk
menentukan fungsi-fungsi yang diinginkan dari produk, kemudian menentukan harga jual produk
tersebut sesuai dengan daya tariknya dan harga pesaingnya. Selanjutnya mengurangi margin laba
dari harga ini, sehingga diperoleh biaya sasaran yang harus dicapai dan meneliti biaya setiap unsur,
misalnya desain, rekayasa, produksi, penjualan, dan lainnya serta memecahkan dalam unsur yang
lebih kecil, merekayasa ulang komponen, menghilangkan beberapa fungsi, menurunkan biaya
pemasok agar proyeksi biaya akhir sesuai dengan kisaran biaya sasaran.
Perusahaan dapat menggunakan analisis biaya, permintaan pasar, biaya pesaing, harga pesaing dan
kemungkinan reaksi pesaing sebagai dasar penetapan harga. Perusahaan juga perlu untuk
membandingkan biayanya dengan biaya pesaing, apakah biaya produksinya lebih rendah atau lebih
tinggi dan juga harga dan kualitas penawaran pesaing. Dengan mengetahui biaya, harga dan kualitas
pesaing, perusahaan dapat menggunakan sebagai titik orientasi untuk menetapkan harga.
Perusahaan harus menetapkan harga dekat dengan harga pesaing, jika pesaing itu merupakan
pesaing utama. Jika kualitas kualitas penawaran lebih tinggi dari pesaing, maka perusahaan dapat
menetapkan harga lebih tinggi dari harga pesaing, tetapi jika kualitas penawaran lebih rendah dari
pesaing, maka perusahaan hendaknya menetapkan harga lebih rendah dari pesaing. Meskipun
demikian, tidak menutup kemungkinan pesaing mengubah harganya sebagai tanggapan terhadap
harga yang ditetapkan perusahaan.
Kelima, perusahaan memilih salah satu dari berbagai metode harga yaitu: maksimalisasi laba, tingkat
pengembalian atas modal yang digunakan, biaya konversi, margin kontribusi dan biaya standar.
6. Memilih Harga Akhir
Harga merupakan keputusan penting perusahaan yang menyangkut banyak hal antara lain:
kemampuan menutup biaya, kemampulabaan, kinerja dan kemampuan penetrasi pasar.
Secara umum, tujuan didirikannya sebuah perusahaan adalah untuk menghasilkan laba maksimal
dalam jangka panjang. Laba usaha per unit produk yang besar tetapi tidak diimbangi dengan volume
penjualan produk yang optimal, jelas hanya akan menghasilkan laba usaha total yang tidak optimal.
Sebaliknya, laba usaha per unit produk yang kecil tetapi diimbangi dengan penjualan produk dalam
volume yang besar, mungkin juga tidak akan menghasilkan laba usaha total seperti yang diharapkan.
Kombinasi antara harga jual dan volume penjualan yang paling menguntungkan harus dipilih untuk
melihat dampak optimalnya terhadap perolehan laba usaha perusahaan.
Metode ini menetapkan harga dengan menetapkan terlebih dulu tingkat pengembalian atas modal
yang ditanamkan, Tingkat pengembalian modal tersebut juga merupakan tingkat laba minimal yang
harus diperoleh
Perusahaan. Mowen, Hansen, & Heitger (2014: 596) menyebutnya sebagai mark-up, Dengan
demikian, metode ini dapat disebur
Metode ini dilakukan oleh perusahaan memproduksi barang atau jasa dengan biaya yang sudah
ditarget, karena harga juga ditarget. Harga tersebut adalah harga yang bersedia dikeluarkan oleh
konsumen untuk
Membeli produk tersebut. Misalnya, pada produksi mobil murah. Dari survei, yang dianggap mobil
murah adalah mobil dengan harga di bawah
Rp100 juta. Oleh karena itu, perusahaan otomotif berlomba membuat mobil dengan biaya
sedemikian rupa, jika mobil dijual dengan harga Rp99 juta, perusahaan dapat menutup biaya
sekaligus mendapat laba.
Harga Transfer (Transfer Pricing) adalah biaya (cost) atau harga (price) yang dibebankan atas
pemindahan (transfer) suatu barang atau jasa dari satu divisi ke divisi lain dalam suatu perusahaan
(Horngren, et al., 2015: 846). Dalam hal ini dapat digambarkan adanya transaksi jual beli antar divisi
secara internal perusahaan.
Harga transfer lazimnya dipraktikkan oleh perusahaan yang organisasinya berbentuk desentralisasi
dan pertanggungjawaban dilakukan melalui pusat laba (profit center) atau pusat investasi
(investment center). Ingat bahwa harga merupakan cerminan pendapatan, sehingga jika sebuah unit
atau divisi yang kinerjanya ditentukan oleh banyaknya penjualan maka harga merupakan faktor
penting. Pertimbangan manajerial menjadi penting karena di dalamnya memerlukan kebijakan yang
seimbang antara penetapan harga bagi divisi penjual agar mendapat keuntungan dengan tetap
memerhatikan kepentingan divisi pembeli agar mendapat harga lebih rendah daripada jika membeli
dari luar organisasi. Contohnya jika Astra Automobile yang merakit kendaraan, memerlukan produk
dari Astra Autopart yang memproduksi sparepart. Kedua organisasi adalah SBU (single business unit)
yang dinilai kinerjanya dari keuntungan. Tetapi untuk kepentingan holding sangat mungkin, Astra
Autopart akan memberikan ‘harga khusus’ bagi rekannya. Harga khusus tersebut disebut transfer
pricing.
Karena organisasi perusahaan bersifat desentralisasi maka I ‘ nutusan untuk menentukan biaya
produksi dan harga jual produk adalah, nenjadi wewenang masing-masing divisi, meskipun tidak
mutlak. Untuk itu, dalam hal terjadinya transaksi antar divisi (transfer pricing) sebaiknya perusahaan
(kantor pusat) tidak melakukan intervensi, karena masing-masing div1s! Akan diukur kinerjanya dari
perolehan laba masing-masing divisi.
Harga transfer yang terjadi antar divisi harus mencapai beberapa tujuan, antara lain:
1. ‘ Memberi informasi yang relevan kepada masing-masing divisi untuk menentukan imbal
balik yang optlMum antara biaya dan pendapatan perusahaan.
2. Menghasilkan keputusan yang selaras dengan cita-cita (meningkatkan laba divisi namun juga
dapat meningkatkan laba perusahaan).
3. Membantu pengukuran kinerja ekonomi dari divisi individual. 4. Sistem tersebut harus
mudah dimengerti dan dikelola.
Harga transfer sering memicu masalah terutama pada penentuan harga kesepakatannya, karena
melibatkan dua unit, yaitu unit pembeli dan unit penjual, dan harga transfer juga memengaruhi
pengukuran laba unit, harga transfer yang tinggi akan merugikan unit pembeli sedangkan harga
transfer yang terlalu rendah akan merugikan unit penjual, maka penentuan harga transfer menjadi
hal yang sangat penting.
Secara umum harga transfer dapat ditentukan dengan menggunakan metode-metode berikut: (1)
harga transfer berdasarkan pasar (marketbased transfer prices), (2) harga transfer berdasarkan biaya
(cost-based transfer
Prices), hybrid transfer prices, dan (3) harga transfer negoisasi. Berikut ini akan dijelaskan masing-
masing metode tersebut.
Harga transfer berdasarkan harga pasar dipandang sebagai penentuan harga transfer yang paling
independen. Barang-barang yang diproduksi unit penjual dihargai sama dengan harga yang berlaku
di pasar, pada sisi divisi penjual ada kemungkinan untuk memperoleh profit, pada sisi pembeli harga
yang dibayarkan adalah harga yang sewajarnya.
Namun yang menjadi kelemahan utama dari sistem ini adalah jika
Harga suatu produk ternyata tidak tersedia di pasar. Tidak semua barangbarang yang
diperjualbelikan antar divisi tersedia di pasar, misalnya pada
Jika divisi penjual harus mengirim kertas yang setengah jadi ke divisi lain, pasar tidak menyediakan
harga kertas mentah atau setengah jadi, Namun, jika harga pasar tersedia atau dapat diperkirakan
maka ada baiknya
Menggunakan harga pasar. Meskipun demikian, jika tidak ada cara untuk memperkirakan harga
kompetitif, pilihan lainnya adalah mengembangkan harga transfer berdasarkan biaya (cost-based
transfer price).
“ pr Pe”
Per botol. Sebenarnya tanpa membeli dari Segara, Lazizi dapat membeli sari kedelai dari pemasok
luar dengan harga Rp3.600 per botol. Namun kenapa Lazizi bersedia membeli sari kedelai tersebut
dari Segara, padahal harga dari pemasok lebih rendah dibanding dengan harga jual Segara.
Dalam beberapa skema penetapan harga, transfer pricing akan diturunkan sampai Rp3.600 dan
Lazizi akan diarahkan untuk membeli dari Segara sepanjang Segara bersedia menjual.
Berikut adalah rumusan harga transfer dari perspektif penjual dan pembeli:
Can sana AN ee 2
H T arga ransfer » Biaya Variabel Per Unit: t 3 umlah unit yang Ditrans er
Perspektif Pembeli: Harga Transfer & Biaya yang Dibayarkan Kepada Pemasok Luar pa Tt Bejeu OOT
TN MEN en an NON
Berdasarkan soal Lazizi dan Segara, maka divisi Segara sebagai penjual akan tertarik pada dua kondisi
sebagai berikut.
Divisi Penjual: Memiliki Kapasitas Menganggur Jika divisi penjual memiliki kapasitas menganggur,
maka tidak akan ada
Kehilangan penjualan reguler. Pada contoh soal maka harga transfer dari
RP 2 000” 8
Dari sisi divisi pembeli, dapat membeli sari kedelai dari penjual luar seharga Rp3.600. Oleh karena itu
divisi pembeli tidak akan bersedia membayar lebih dari Rp3.600 per botol.
Rp1.600 s harga transfer s Rp3.600 Divisi Penjual: Tidak Memiliki Kapasitas Menganggur
Jika divisi Segara menjual ke konsumen luar sebanyak 9.000 botol dan pihak divisi pembeli atau
Lazizi masih membutuhkan sari kedelai sebanyak 2.000 botol, maka untuk memenuhi kebutuhan
divisi Lazizi, divisi Segara harus kehilangan 1.000 botol sari kedelai yang dijual pada konsumen luar.
Sehingga dapat dihitung margin konrtibusi untuk kehilangan penjualan reguler Segara adalah
sebagai berikut:
Sehingga, harga transfer dari perspektif penjual atau divisi Segara adalah sebesar:
Harga transfer penjual z Rp1.600 – R2, 000.000 Harga transfer penjual z Rp2.800 |
Dari sisi divisi pembeli, dapat membeli sari kedelai dari penjual luar seharga Rp3.600.
Mengkombinasikan persyaratan-persyaratan divisi penjual maupun divisi pembeli, jangkauan harga-
harga transfer yang dapat diterima dalam situasi ini adalah:
Rp2.800 & harga transfer s Rp3.600
Perusahaan menggunakan metode penetapan harga transfer atas dasar biaya yang ditimbulkan oleh
divisi penjual dalam memproduksi barang
Atau jasa, penetapan harga transfer metode ini relatif mudah diterapkan namun memiliki beberapa
kekurangan yaitu:
Keputusan yang buruk, jika seandainya unit penjual tidak dapat memproduksi dengan optimal
sehingga menghasilkan biaya yang
Lebih tinggi daripada harga pasar, maka dapat terjadi kecenderungan pembelian barang dari luar.
Jika biaya digunakan sebagai harga transfer, divisi penjual tidak akan pernah menghasilkan laba dari
setiap transaksi internal.
Penentuan harga transfer yang berdasarkan biaya berarti tidak ada insentif bagi orang yang
bertanggung jawab mengendalikan biaya.
Umumnya perusahaan menetapkan harga transfer atas biaya berdasarkan biaya variabel dan atau
biaya tetap dalam bentuk: biaya penuh (full cost), biaya penuh ditambah mark-up (full cost plus
markup) dan
Gabungan antara biaya variabel dan tetap (variable cost plus fixed fee). Contoh Soal:
PT Anugerah sebuah perusahaan yang memiliki divisi Furniture dan divisi Matras. Divisi furniture
membutuhkan matras sebagai pelengkap produk
Tempat tidur. Adapun biaya pembuatan matras di divisi Matras biayanya adalah sebagai berikut
(dalam Rupiah):
Bahan baku langsung 450.000 Tenaga kerja langsung 150.000 Biaya overhead variabel 90.000
Maka dengan mudah, jika divisi Furnitur dan divisi Matras sepakat menggunakan cost based pricing
maka harga matras dari divisi Matras adalah Rp840.000. Tetapi harga ini tidak menguntungkan bagi
divisi Matras karena tidak mendapat laba. Bisa jadi divisi Matras meminta laba sebesar 1076 dari
Total biaya. Jika hal ini disetujui, maka harga transfer matras dari divisi Matras ke divisi Furnitur akan
sebesar:
Dalam ketiadaan harga, beberapa perusahaan memperkenankan divisidivisi dalam perusahaan yang
berkepentingan dengan transfer pricing untuk
Menegosiasikan harga transfer yang diinginkan. Harga transfer negosiasi memiliki beberapa
kelebihan, yakni:
a. Pendekatan ini melindungi otonomi divisi dan konsisten dengan semangat desentralisasi.
Biaya dan laba potensial atas transfer dibanding pihak-pihak lain dalam perusahaan.
Harga transfer negosiasi mencerminkan perspektif kontrolabilitas yang inheren dalam pusat-pusat
pertanggungjawaban karena setiap divisi yang berkepentingan tersebut pada akhirnya yang akan
bertanggung jawab atas harga transfer yang dinegosiasikan. Namun transfer pricing ini tidak begitu
mudah untuk ditentukan karena posisinya pada situasi sulit yang bisa menimbulkan conflict of
interest di antara kedua belah pihak yang terlibat, yaitu divisi penjual dan divisi pembeli. Artinya,
tidak akan ada
Satu metode transfer price yang terbaik, yang akan diterima mutlak oleh kedua belah pihak.