Anda di halaman 1dari 10

Masalahnya sekarang adalah bagaimana cara membuat keputusan produksi dan konsumsi dalam

kondisi ketidakpastian? Cakupan ketidakpastian ini dalam teori ekonomi sangat luas, sehingga tidak
mungkin dijelaskan hanya dalam satu bagian saja. Oleh karena kita hanya akan membahasbeberapa
hal yangfundamental saja, maka kondisi ketidakpastian tersebut hanya akan kita lihat dalam satu
periode saja. Masalah pembuatan keputusan untuk dua periode atau lebih akan dibahas dalam
kesempatan lain.

Masalah kedua yang dibahas dalam bab ini adalah ketidaksempurnaan – informasi. Masatah ini
berhubungan dengan ketidakpastian, tetapi antara keduanya tetap bisa dibedakan. Selama ini kita
selalu mengasumsikan bahwa konsumen, produsen, pekerja, dan sebagainya mempunyai informasi
yang lengkap tentang pilihan-pilihan yang cocok buat mereka. Padahal dalam kenyataannya, belum
tentu demikian. Konsumen harus mencari harga yang paling rendah. Pekerja harus mencari
informasi tentang pekerjaan alternatif. Semua persoalan tersebut membentuk suatu bidang studi
yang disebut ekonomi informasi (economics of information). Informasi itu sendiri merupakan suatu
komoditi yang hanya bisa diperoleh dengan mengeluarkan biaya. Ada suatu keadaan di mana
konsumen berhenti mencari harga yang -lebih rendah atau seorang pekerja berhenti mencari
pekerjaan alternatif karena besarnya biaya yang harus dia keluarkan. Keadaan seperti ini
menjelaskan mengapa produk yang sama dapat dijual dengan harga yang berbeda atau pekerja
dengan kualifikasi yang sama mempunyai gaji yang berbeda. Sebelum kita mendiskusikan masalah
ini, terlebih dahulu kita akan

Membahas sedikit tentang konsep probabilitas, nilai 1 harapan (expected value), dan risiko.

KETIDAKPASTIAN, PROBABILITAS, DAN NILAI HARAPAN

Istilah probabilitas digunakan untuk mengukur secara kuantitatif berbagai kemungkinan kejadian
yang tidak pasti. Konsep probabilitas ini dibagi dua yaitu probabilitas obyektif dan probabilitas
subyektif. Probabilitas obyektif merupakan suatu konsep yang didasarkan pada frekuensi relatif

NN gr Bag 3 tusKO, dalam jangka panjang. Misaikan sebuah kotak yang berisi 3 bola putih, dan 6 bola
merah: ukuran, berat, dan sebagainya sama (identik kecuali warna) Kemudian kita kocok kotak
tersebut dan mengambil salah satu bola (tanpa melihatnya). Apakah bola yang terambil itu berwarna
merah? Tentu saja kita tidak tahu bola berwarna apa yang kita ambil tersebut, tetapi kita dapat
menunjukkan ketidakpastian itu dengan mengatakan bahwa probabilitas terambilnya bola putih
adalah 1/3 dan probabilitas terambilnya bola merah adalah 2/3. Apa artinya percobaan ini, kotak
yang dikocok dengan baik, mengambil bola tanpa melihatnya (dan memindahkannya sebelum
mengambil lagi), kemudian memperkirakan 1/3 dari bola yang terambil adalah berwarna putih, dan
2/3 lebihnya berwarna merah. Beberapa persoalan dalam dunia nyata mencakup ketidakpastian
yang tidak sesederhana seperti mengambil sebuah bola dari dalam sebuah kotak tersebut, dan tidak
dikaitkan dengan fenomena berulang. Oleh karena itu, konsep yang kita gunakan dalam praktik lebih
banyak probabilitas subyektif. Pada beberapa pembahasan tentang ketidakpastian dalam ekonomi
kita telah menyinggung konsep probabilitas obyektif. Untuk menjelaskan masalah ini, Frank Knight
(1922) menggambarkan suatu hubungan antara risiko dengan ketidakpastian. Knight melukiskan
suatu keadaan sebagai suatu keadaan yang berisiko jika kita dapat menentukan probabilitas obyektif
secara pasti terhadap hasil atau kejadian. Sementara itu, suatu keadaan dianggap mengandung
ketidakpastian jika tidak ada probabilitas obyektif yang dapat ditentukan. Knight menyimpulkan
bahwa keputusan enterpreneurial dan laba termasuk teori ketidakpastian, bukan teori risiko.
Permasalahan dalam analisis Knight adalah bahwa dia tidak mengembangkan suatu teori
ketidakpastian. Sejak saat Knight menulis bukunya, telah berkembang suatu teori probabilitas yang
didasarkan pada keyakinankeyakinan obyektif. Dengan demikian keyakinan konsumen dan produsen
dapat diinterpretasikan dengan menggunakan probabilitas. Oleh karena itu, kitaakan menggunakan
istilah ketidakpastian untuk menggambarkan setiap keadaan di mana probabilitas dari suatu hasil
tidak sama dengan 0 atau 1. Pembedaan yang dibuat oleh Knight tersebut tidak lama kemudian
diikuti — oleh penulis-penulis lain di bidang ekonomi ketidakpastian (economics of uncertainty).
Keyakinan subyektif dapat diterjemahkan ke dalam probabilitas dengan menggunakan cara orang
bertaruh. Misalkan kita menyaksikan pertan

Dingan sepak bola antara Persib melawan Persebaya. Jika kita mengatakan bahwa

Probabiktas Persebaya menang 514 Probaisitas pertandingan sen -14

Maka kita bersedia bertaruh 2 banding 1 untuk Persib melawan Persebaya day Igta bertaruh 1
banding 1 untuk Persya bia pertandingan seri. Tentu saja, sa cara konsisten kita bersedia membayar
taruhan 2 banding 1 bila Persib dan Persebaya bermain seri. Ini merupakan suatu contoh dari suatu
taruhan yang tdak menghasikan suatu rangkaian probabilitas yang mutually consistent.

Variabel random merupakan variabel yang memiliki nilai yang tidak pasti, tetapi mempunyai
distribusi probabilitas yang diketahui. Dalam contoh di atas, hasi dari pertandingan tersebut
merupakan suatu variabel random. Misalkan sebuah perusahaan tidak dapat meramaikan labanya
tetapi dapat memperkrakan laba tersebut dalam probabilitas tertentu. Laba perusahaan tersebut
disebut variabel random.

Jika vanabel random X terdiri dari X4. Xo.....Xy, dengan probabilitas p4, Po.—-Pn (ingat bahwa p3 #
Pb tt Pn 5 1) kemudian nilai harapan (expected value) dari variabel random dituliskan dengan E(X)
maka persamaannya ditukskan sebagai berikut:

EP9 -pyX4 # Po X0 4 —-t PX

Agar lebih jelas, misalkan sebuah perusahaan tidak dapat memastikan berapa laba yang akan
diperolehnya pada tahun depan, tetapi perusahaan tersebut yakin mempunyai suatu peluang yang
sama (probabilitasnya) dengan yang mereka peroieh pada tahun ini, dan jika berubah,
perubahannya pun akan sama (probabilitasnya) yakni naik Rp100 juta atau turun Rp100 juta. Bila
laba tahun ini sebesar Rp400 juta, maka kita dapat menghitung distribusi probabilitas laba pada
tahun depan Probabilitas menghasilkan laba Rp400 juta – ½ Probabilitas menghasilkan laba Rp300
juta 5 ¼ . Probabilitas menghasilkan laba Rp500 juta – ¼

Laba yang diharapkan adalah

Ellaba) « ½(400) 4 ¼(300) 4 ¼(500) s Rp400 juta

Misalkan perusahaan tersebut memiliki bayangan mengenai investasi alternatif yang mempunyai
distribusi probabilitas laba sebagai

Berikut:

Probabilitas menghasilkan laba Rp400 juta – ½ Probabilitas menghasilkan laba RpO juta -1/4
Probabilitas menghasilkan laba Rp800 juta – ¼

Jika laba berubah, maka perubahannya mempunyai kesempatan yang sama, naik Rp400 juta atau
turun Rp400 juta. Maka

Ellaba) – ½(4000) 4 ¼(0) 4 ¼(800) z Rp400 juta

Jadi, dua kasus di atas sama-sama mempunyai laba yang diharapkan sebesar Rp400 juta, tetapi kasus
yang terakhir berisiko lebih tinggi daripada kasus sebelumnya. Oleh karena itu kita harus mengukur
risiko tersebut. Risiko tersebut ditunjukkan oleh varian dari laba yang diharapkan. Bila kita
menuliskan rata-rata atau laba yang diharapkan dengan x, maka varian V(X) dari variabel random X
adalah

Sudah merupakan kebiasaan untuk menuliskan nilai harapan dengan simbol Matau m (yang berarti
nilai mean) dan varian dengano2. Dalam

Contoh di atas varian laba dari kasus yang pertama adalah: Vilaba) —« 1/210)2 4 ¼(-100)2 4 ¼(100)2

(1002 2
Biasanya akar dari varian disebut simpangan baku (standard deviation), yang digunakan untuk
mengukur risiko. Dalam kasus ini, simpangan baku tersebut adalah 100v2. Sekarang kita akan
menuliskannya dengan aj. Dalam kasus kedua, varian dari laba tersebut adalah 2 ½(0)2 4 ¼(-400)2
41/4(400)2 – tao)” 2

Simpangan baku, yang merupakan akar dari 400V2, kita ganti dengan S2.

Dalam analisis ketidakpastian ini kita akan menggunakan nilai harapan dan varian dari laba, harga,
biaya, dan sebagainya. Biasanya perusahaan dapat menaikkan nilai laba harapan hanya dengan
melakukan investasi yang berisiko lebih tinggi, yang berarti akan menaikkan varian dari labanya.
Akan tetapi, investasi yang berisiko lebih tinggi tidak selalu menaikkan nilai laba harapan dengan
tingkat yang sama dengan risikonya. Hai ini dapat dilihat pada kurva laba tumbal (opportunity profit)
perusahaan yang ditunjukkan oleh Gambar 3.1.

Pada bagian sebelumnya kita mengatakan bahwa varian laba yang lebih tinggi tidak baik. Hal ini tidak
selalu demikian. Beberapa orang sangat senang mengambil risiko. Bagi mereka risiko itu tidaklah
“buruk”, tetapi sesuatu yang “bagus”. Sementara yang lainnya indiferen. Yang terakhir, ada yang
sama sekali tidak suka dengan risiko. Orang-orang seperti ini

Disebut risk averse. Kita akan memberikan suatu difinisi formal tentang masalah ini.

Misalkan kita bertaruh dengan melemparkan sebuah mata uang logam. Anda akan menerima Rp100
ribu bila yang muncul bagian depan, dan bila bagian belakang yang muncul anda membayar Rp100
ribu. Oleh karena itu, Anda mengharapkan akan memenangkan Rp100 ribu dengan probabilitas ½
dan kemungkinan Anda kalah Rp100 ribu juga ½. Nilai harapan (expected retum) Anda dari
permainan ini adalah:

½(100) 4 ½(-100) – 0

Permainan ini disebut taruhan yang fair. Suatu taruhan yang fair mempunyai nilai harapan – 0.
Misalkan Anda menanyakan kepada seseorang berapa dia sanggup membayar taruhan dalam
permainan mata uang ini. Seseorang yang menyukai risiko (risk lover) selalu akan membayar dengan
nilai yang positif, seorang yang netral terhadap risiko (risk-neutral) akan membayar nol, artinya dia
belum tentu akan ikut permainan ini. Seorang yang takut dengan risiko (risk averse) akan meminta
uang untuk ikut permainan ini. Sekarang kita bisa memberikan definisi sebagai berikut:

& Seseorang disebut risk averter bila dia tidak bersedia ikut suatu permainan taruhan yang fair.
£ Seseorang disebut risk neutral bila dia tidak bisa dipengaruhi untuk menolak atau mengikuti suatu
permainan taruhan yang fair.

Z Seseorang disebut risk lover atau risk seeker jika dia akan senan9 sekali mengikuti suatu permainan
taruhan yang fair.

Fungsi utilitas (utility function) pendapatan dari ketiga kelompok ini aka” “beda. Kita dapat
menjelaskan perbedaan ini setelah mempelajari suatu teori yang disebut teori utilitas harapan
(expected utility theory).

Misalkan seseorang yang berpendapatan Rp800 ribu diajak bertaruh. Dia akan menerima Rp100 ribu
dengan probabilitas ½ dan kehilangan Rp100 ribu dengan probabilitas ½. Utilitas mula-mula (initial
utility) orang tersebut adalah U(Rp800 ribu). Setelah selesai bermain orang ini akan memperoleh
utilitas U(Rp700 ribu) dengan probabilitas ½ dan U(Rp900,00) dengan probabilitas ½ juga. Utilitas
yang diharapkan adalah sebagai berikut:

U” — 1/2U(700) 4 1/2U(900)

Ini merupakan rata-rata tertimbang dari kemungkinan-kemungkinan utilitas yang berbeda tersebut.
Akan tetapi, tanpa mengikuti taruhan orang tersebut mempunyai utilitas yang diharapkan sebesar
U(Rp800,00), tentu saja dengan probabilitas —1. Teori utilitas harapan mengatakan bahwa
seseorang akan selalu berperilaku untuk memaksimumkan utilitas yang diharapkannya. Oleh karena
itu, dalam kasus ini jika U(Rp800,00) lebih besar daripada U’, maka orang tersebut tidak akan
mengikuti taruhan. Ini merupakan contoh kasus seorang yang risk averse. Jika U(Rp800,00) dan U’
adalah sama, orang tersebut indiferen, maka orang tersebut bersifat risk neutral. Apabila
U(Rp800,00) lebih kecil dari Udan orang yang bersangkutan tetap masih mau mengikuti taruhan
tersebut, jelas dia adalah seorang risk lover.

Ketiga keadaan di atas dilukiskan pada Gambar 3.4. Dalam setiap kasus, titik A berhubungan dengan
U(Rp700,00). Titik B berhubungan dengan U(Rp900,00). Titik C yang merupakan titik tengah AB,
mempunyainilai setengah dari jumlah titik A dan B, berhubungan dengan U’. Titik D berhubungan
dengan U(Rp800,00). Bagi seorang risk averse, titik D lebih tinggi dari titik C. Bagi seorang risk neutral
kedua titik tersebut sama

Tingginya. Bagi seorang risk lover titik C lebih tinggi daripada titik D. | Teori utilitas harapan
(expected utility) pertama kali dirumuskan oleh Daniel Bemoulli (1738), lebih dari 250 tahun yang
lalu. Dia mengamati bahwa orang-orang mempunyai respons yang berbeda terhadap permainan judi
yang sama. Dengan demikian, yang jadi persoalannya bukan nilai uang dari hadiah yang diharapkan
(expected money value of prize), tetapi utilitas yang diharapkan dari nilai uang tersebut. Hipotesis
dari maksimisasi utilitas yang diharapkan sangat menarik, karena hipotesis tersebut dapat
menjelaskan suatu fenomena tertentu dari keadaan yang sesungguhnya.
Bai Ris-Neuira! Indivoual MISKLOVE KW Misalnya asuransi, merupakan suatu contoh dari permainan
yang “tidak fair”, karena nilai uang yang diharapkan dari asuransi tersebut lebih kecil daripada biaya
yang dikeluarkan. Akan tetapi beberapa orang tetap saja membelinya karena mereka adalah risk
averse.

Hipotesis Bernoulli tersebut akhirnya dibuat dengan berdasarkan asumsi-asumsi yang lebih
mendasar tentang perilaku individu dalam menghadapi ketidakpastian oleh Ramsey (1931) dan von
Newman & Morgenstern (1944). Dalam sebuah surat kabar yang diterbitkan di Perancis pada tahun
1953, Maurice Allais memberikan beberapa kritik terhadap teori utilitas harapan tersebut. Dia
memberikan contoh-contoh untuk membantah karakter intuitif dari sejumiah implikasi dari teori
tersebut. Masalah ini akhirnya menarik perhatian beberapa ahli psikologi. Misalnya, Kahneman &
Tversky (1981) menemukan bahwa sangat sering aturan-aturan judi “dirancang” agar dapat
mempenganuhi pilihan-pilihan individuuntuk mengikuti permainan judi tersebut. Sesuai dengan
teori utilitas harapan, keadaan seperti ini tidak akan membuat adanya perbedaan. Sebagai
gambaran, kita perhatikan dua contoh berikut ini:

Anda diminta untuk membuat dua keputusan. Dan anda harus memilih antara A: memperoleh
secara pasti sebesar Rp240,00 dan HB: 25 persen peluang untuk memperoleh Rp1.000,00 dan 75
persan peluang untuk tdak memperoleh apa-apa. Dalam keputusan kedua, Anda harus merniih C:
kerugian yang sudah pasti Rp750,00 dan D: 75 persen peluang rugi Rp1000,00 dan 25 persen
peluang tidak mengalami kerugian apa-apa. Ketika persoalan ini diberikan kepada 150 orang, 84
persen memilih A, 87 persen memilih D, dan 75 persen memilih kombinasi A dan D. Tetapi kombinasi
B8 dan C lebih banyak daripada kombinasi A dan D seperti ditunjukkan kasus berikut ini.

Memilih antara kombinasi A dan D: Anda mempunyai peluang memenangkan Rp240 ribu dengan
kemungkinan 25 persen, dan peluang kalah Rp760 ribu dengan probabilitas 75 persen. Memilih
kombinasi B dan C: Anda mempunyai peluang sebesar 25 persen untuk menang sebesar Rp250 ribu,
dan 75 persen peluang untuk kalah sebesar Rp750,00. Semua responden kasus ini memilih
kombinasi B dan C.

Secara formal kedua kasus di atas sebenarnya identik.

Berbeda atautidaknya suatujawaban tergantung pada cara menyusun pertanyaan yang diajukan.
Dari contoh di atas kita dapat menyimpulkan bahwa orang-orang yang diberi kuesioner tersebut
tidak dapat menghitung dengan baik. Suatu kasus yang lebih jelas diberikan oleh McNeii dan kawan-
kawan (1982). Beberapa kelompok orang yang berbeda, termasuk sekelompok dokter, diberikan
probabilitas bertahan hidupnya seseorang dari suatu jenis kanker tertentu untuk jangka waktu 1 dan
5 tahun, dengan menggunakan terapi pembedahan dan radiasi. Ternyata 84 persen dokter memilih
pembedahan dan 18 persen memilih radiasi. Kelompok lai yang diberikan kasus yang sama
memberikan jawaban yang berbeda-beda Di samping diberikan tingkat kemungkinan hidup juga
diberikan probabilitas kematian. Tetapi probabilitas kematian lebih kecil satu daripada probabilitas
yang bertahan hidup. Cara perhitungannya juga sepele Akan
Ekonom “ » ge GM —————tetapi proporsi dokter yang lebih memilih pembedahan ketimbang
radiasi turun dari 84 persen menjadi 50 persen. Kita telah menyajikan beberapa contoh untuk
menunjukkan bahwa cara seseorang bereaksi terhadap situasi ketidakpastian adalah tergan. Tung
pada bagaimana ketidakpastian itu disajikan. Ini jelas berlawanan sekali dengan teori utilitas
harapan. Dalam analisis selanjutnya kita akan mengabaikan teori ini. Bukan karena hasilnya tidak
begitu penting dalam perilaku ekonomi. Tetapi karena akan membuat kita semakin jauh dari
masalah pokok yang akan kita bahas selanjutnya. Sebenarnya masih ada teori utilitas harapan
lainnya yang diberikan oleh Loomes & Sugden (1982), tetapi kita tidak akan membahas teori
tersebut.

Proses pembuatan keputusan merupakan inti dari setiap masalah yang dihadapi oleh dunia bisnis.
Bagian ini secara singkat membahas langkahlangkah pengambilan keputusan dalam dunia bisnis
(lihat Samuelson & Marks, 1992). Secara umum, proses pengambilan keputusan dibagi menjadi 6
langkah -seperti ditunjukkan pada Gambar 3.5yaitupembatasan masalah, penentuan tujuan,
pencarian alternatif, peramalan dampak, penentuan pilihan, dan penggunaan analisis sensitivitas.

1. Pembatasan Masalah

Langkah pertama ini Intinya diarahkan pada usaha untuk menentukan dengan jelas batasan-batasan
keputusan apa yang akan kita buat. Ini mencakup penentuan altematif-alternatif apa yang ada.
Padatahapini biasanya ditanyakan: masalah apa yang dihadapi, siapa yang akan memutuskan,
bagaimana keadaan yang melatarbelakangi pengambilan keputusan, dan bagaimana pengaruhnya
terhadap tujuantujuan manajemen.

Keputusan-keputusan tidak dibuat dalam ruang “hampa udara.” Banyak keputusanyang lahir sebagai
bagian dari proses perencanaan, sementara sebagian keputusan lainnya timbul karena adanya
peluang

Atau masalah baru. Oleh karena itu, pembatasan masalah merupakan suatu prasyarat untuk
permasalahan manajemen. Bagian utama dari pembatasan masalah ini adalah pengidentifikasian
latar belakang atau konteks: keputusan sektor swasta atau pemerintah? Pengidentifikasian konteks
pengambilan keputusan ini dan siapa pengambil keputusannya merupakan suatu langkah besar
menuju pemahaman proses pemilihan keputusan.

2 Penentuan Tujuan

Pada tahap ini ada beberapa pertanyaan yang perlu kita jawab: apa tujuan pengambil keputusan,
bagaimana seharusnya si pengambil keputusan tersebut menilai hasilnya dibandingkan dengan
tujuannya, bagaimana jika si pengambil keputusan tersebut ingin mencapai tujuan yang
bertentangan satu sama lain?
Dalam keputusan ekonomi, kita tidak selalu mendapatkan apa yang kita inginkan. Namun demikian,
dalam keputusan memilih kita harus tahu apa yang kita inginkan. Di sektor swasta, hampir semua
keputusan ditujukan untuk mendapatkan laba, selisih antara TR dengan TC. Pencapaian laba
maksimum ini merupakan tujuan alamiah dari sebuah perusahaan swasta. Sementara itu, bagi sektor
pemerintah, mempunyai tujuan yang lebih luas. Pertimbangannya biasanya berdasarkan
analisis/kriteria manfaat-biaya.

Namun demikian, adanya risiko dan ketidakpastian dalam dunia nyata kadang-kadang menyulitkan
seorang pengambil keputusan dalam memilih altematif keputusan. Fluktuasi ekonomi makro,
adanya kebijakan baru dari pemerintah, keadaan musim, semuanya membuat

Proses pencapaian tujuan menjadi tidak pasti. Oleh karena itu, faktor risiko dan ketidakpastian ini
juga harus dipertimbangkan dalam proses pengambilan keputusan. Ini bisa dilakukan dengan teknik-
teknik statistika.

2. Pencarian Altematif

Pada tahap ini beberapa pertanyaan yang perlu kita ajukan adalah: apa alternatif tindakan untuk
pencapaian tujuan, variabel apa saja yang dapat kita kendalikan, apa kendala yang kita hadapi dalam
pen-capaian tujuan.

Setelah mengetahui apa yang diinginkan. Tentunya akan ditanyakan apa pilihan kita. Seorang
pengambil keputusan yang ideal, akan membeberkan semua kemungkinan pilihan yang ada dan
kemudian memilih satu di antaranya yang akan memberikan hasil yang terbaik bagi pencapaian
tujuannya. Tetapi, mengingat kendala keterbatasan manusia, para pengambil keputusan tidak bisa
mengharapkan untuk dapat mengidentifikasi dan mengevaluasi semua kemungkinan pilih

Bitiadatiitatktantutai

An. Biayanya akan terlalu tinggi. Namun demikian, beberapa pilihan alternatif yang paling menarik
tetap ada dan harus kita pilih.

3. Peramalan Dampak
Pada tahap Ini kita mencoba untuk mengamati: bagaimana konsekuensi dari setiap alternatif pilihan,
jika hasil yang diharapkan tidak pasti bagaimana sifatnya, dapatkan informasi yang lebih baik
diperoleh untuk meramaikan suatu hasil.

Tugas peramalan konsekuengi ini -tergantung pada keadaannyabisa dilakukan secara langsung atau
diabaikan sama sekali. Kadang kala, perhitungan secara aritmatis sederhana sudah cukup. Tetapi
bisa juga dengan menggunakan model statistik atau ekonometrika. Atau bisa dengan model
deterministik jika keadaannya pasti, dan dengan model probabilistik jika pengambilan keputusan
dalam keadaan yang mengandung risiko atau ketidakpastian. |

4. Penentuan Pilihan

Setelah semua analisis selesai dilakukan, kita bisa menentukan pilihan yang paling kita inginkan.
Setelah seorang pengambil keputusan menetapkan konteks permasalahan, menetapkan tujuan, dan
mengidentifikasi alternatif-alternatif yang tersedia, bagaimana caranya untuk memilih satu pilihan
yang diinginkan.

Jika semua variabel dalam proses pengambilan keputusan (misalnya tujuan dan hasilnya) bisa
dikuantifikasikan, maka kita dapat menggunakan beberapa metoda tertentu untuk menetapkan
keputusan yang paling optimal. Metoda-metoda tersebut antara lain: analisis marjinal, programasi
linier, pohon keputusan (decision trees), analisis manfaat-biaya, dan sebagainya. Pendekatan ini
tidak saja penting untuk penghitungan keputusan yang optimal tetapi juga untuk mengetahui
mengapa keputusan tersebut optimal.

5. Analisis Sensitivitas

Pada tahap akhir ini ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan: bagaimana sifat dari masalah yang
menentukan pilihan tindakan yang optimal tersebut, bagaimana pengaruh perubahan keadaan-
keadaan

Tertentu terhadap keputusan yang optimal yang diambil, apakah pilihan tersebut peka terhadap
perubahan-perubahan variabel ekonomi utama yang terabaikan oleh si pengambil keputusan
tersebut.

Dalam menyelesaikan suatu masalah, penting bagi kita untuk memahami dan mampu menjelaskan
kepada orang lain mengapa kita memilih keputusan tersebut. Pikhan tersebut tidak lahir begitu saja.
Pilihan tersebut tergantung pada tujuan yang kita pilih, cara kita merumuskan masalah, dan metoda
peramalan hasilnya. Oleh karena itu, analisis sensitivitas menjelaskan bagamana suatu keputusan
yang optimal akan berubah jika fakta-fakta ekonomi utama berubah.
Anaksis sensitvitas ini mempunyai beberapa kegunaan yaitu (1) memberikan informasi faktor-faktor
kunci dalam permasalahan yang mempengaruhi keputusan, (2) menelusuri pengaruh perubahan-
perubahan variabel yang tidak diyakini manajer tersebut, dan (3) menghasilkan solusi dalam kasus
proses pengulangan pengambilan keputusan jika keadaankeadaan tertentu dimodifikasi.

Anda mungkin juga menyukai