Anda di halaman 1dari 16

Sebuah grafik bisa memperjelas konsep fungsi pangkat ini, pada gambar 2.

6, contoh fungsi
pangkat di muka, Y = X3 dan Y = 0,5 X, dilukiskan fungsi pertama Y = 0,5X, turunan fungsi ini
adalah dY/dX = 0,5 merupakan sebuah konstanta. Fungsi yang kedua Y = X3 (X pangkat 3)
meningkat jika X bertambah. Turunan fungsi tersebut dY/dX = 3X2 (3 X pangkat 2). Ini
menunjukkan bahwa slope fungsi meningkat.
PENGGUNAAN TURUNAN UNTUK MEMAKSIMUMKAN/MEMINIMUMKAN FUNGSI
Proses optimasi seringkali mengharuskan seseorang untuk mendapatkan nilai maksimum
atau minimum dari suatu fungsi. Jika suatu fungsi berada pada keadaan maksimum atau minimum,
maka slopnya atau nilai marginalnya pasti nol. Turunan suatu fungsi ditunjukkan oleh slip atau
nilai marginal pada suatu titik tertentu. Oleh karena itu, maksimisasi atau minimisasi dari suatu
fungsi terjadi jika turunannya sama dengan nol.

Perhatikan fungsi laba berikut ini :


π = - 10.000 + 400 Q -
2 Q2 (2 Q pangkat
2).
Di sini π = laba total
Q = jumlah output

Jika output sama dengan nol, maka perusahaan tersebut akan rugi sebesar Rp 10.000 (biaya tetap
atau fixed cost adalah Rp 10.000). Tetapi jika output meningkat, maka laba juga akan meningkat.
Titik impas atau break even point (tingkat output yang menghasilkan laba sama dengan nol)
dicapai pada saat output berjumlah 29 unit, laba maksimum dicapai pada saat output sebesar 100
unit dan setelah itu laba menurun.
RISIKO, KETIDAKPASTIAN, DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Dalam teori ekonomi kita sering mengabaikan dua masalah pokok yang sering terjadi
dalam dunia nyata, yaitu masalah ketidaksempurnaan informasi. Kita biasanya selalu menganggap
bahwa harga, biaya, penerimaan, laba dan sebagainya diketahui dengan pasti. Misalnya dalam
pembuatan keputusan produksi, kita menganggap bahwa suatu perusahaan telah mengetahui secara
harga-harga input dan outputnya. Hal ini tentu saja merupakan kasus yang sangat jarang sekali
terjadi. Permintaan dan penawaran input - sebagaimana permintaan dan penawaran output-
keduanya selalu berfluktuasi sepanjang waktu.
Masalahnya sekarang adalah bagaimana cara membuat keputusan produksi dan konsumsi
dalam kondisi ketidakpastian? Cakupan ketidakpastian ini dalam teori ekonomi sangat luas. Oleh
karena itu kita hanya akan membahas beberapa hal yang fundamental, maka kondisi ketidakpastian
tersebut hanya akan kita lihat dalam satu periode saja.
Masalah kedua yang dibahas adalah masalah ketidaksempurnaan informasi. Masalah ini
berhubungan dengan ketidakpastian, tetapi antara keduanya tetap bisa dibedakan. Selama ini kita
selalu mengasumsikan bahwa konsumen, produsen, pekerja dan sebagainya mempunyai informasi
yang lengkap tentang pilihan-pilihan yang cocok buat mereka.
Ekonomi Informasi (Economics information) itu sendiri merupakan suatu komoditi yang
hanya bisa diperoleh dengan mengeluarkan biaya. Ada suatu keadaan di mana konsumen berhenti
mencari harga yang lebih rendah atau seorang pekerja berhenti mencari pekerjaan alternatif karena
besarnya biaya yang harus dikeluarkan. Keadaan seperti ini menjelaskan mengapa produk yang
sama dapat di jual dengan harga yang berbeda atau pekerja dengan kualifikasi yang sama
mempunyai gaji yang berbeda.
KETIDAKPASTIAN, PROBABILITAS DAN NILAI HARAPAN
Istilah Probabilitas digunakan untuk mengukur secara kuantitatif berbagai kemungkinan
kejadian yang tidak pasti. Konsep probabilitas ini dibagi dua yaitu Probabilitas Obyektif dan
Probailitas Subyektif. Probabilitas Obyektif merupakan suatu konsep yang didasarkan pada
frekuensi relatif dalam jangka panjang. Misalkan sebuah kotak yang berisi 3 bola putih, dan 6 bola
merah; ukuran, berat dan sebagainya sama (identik kecuali warna). Kemudian kita kocok katak
tersebut dan mengambil salah satu bola (tanpa melihatnya). Apakah bola yang terambil itu
berwarna merah? Tentu saja kita tidak tahu bola berwarna apa yang kita ambil tersebut, tetapi kita
dapat menunjukkan ketidakpastian itu dengan mengatakan bahwa probabilitas terambilnya bola
putih adalah 1/3 dan Probabilitas terambilnya bola merah adalah 2/3. Oleh karena konsep yang
kita gunakan dalam praktik lebih banyak probabilitas subyektif.
Beberapa pembahasan tentang ketidakpastian dalam ekonomi kita telah menyinggung
konsep Probabilitas Obyektif, untuk menjelaskan hal ini, Frank Knight (1922) menggambarkan
suatu hubungan antara risiko dengan ketidakpastian. Knight melukiskan sebagai suatu keadaan
yang berisiko jika kita dapat menentukan probabilitas obyektif secara pasti terhadap hasil atau
kejadian. Sementara itu, suatu keadaan dianggap mengandung Ketidakpastian jika tidak ada
probabilitas obyektif yang dapat ditentukan. Knight menyimpulkan bahwa keputusan
enterpreneurial dan laba termasuk teori ketidakpastian, bukan teori risiko.
Permasalahan dalam analisis Knight bahwa dia tidak mengembangkan suatu teori
ketidakpastian. Sejak saat Knight menulis bukunya, telah berkembang suatu teori probabilitas yang
didasarkan pada keyakinan-keyakinan obyektif. Dengan demikian keyakinan konsumen dan
produsen dapat diinterpretasikan dengan menggunakan probabilitas. Oleh karena itu, kita akan
menggunakan istilah ketidakpastian untuk menggambarkan setiap keadaan di mana probabilitas
dari suatu hasil tidak sama dengan 0 atau 1. Perbedaan yang dibuat knight tidak lama kemudian
diikuti oleh penulis-penulis lain di bidang ekonomi ketidakpastian (Economics of uncertainty).
Keyakinan subyektif dapat diterjemahkan ke dalam probabilitas dengan menggunakan cara
orang bertaruh, misalkan kita menyaksikan pertandingan sepak bola antara Persib melawan
Persebaya, jika kita mengatakan bahwa :

Probabilitas Persib menang = 1/2


Probabilitas Persebaya menang = 1/4
Probabilitas pertandingan seri
Maka kita bersedia bertaruh 2 banding 1 untuk Persib melawan Persebaya dan kita bertaruh
1 banding 1 untuk pertandingan Persija bila peetandingan seri. Tentu saja, secara konsisten kita
bersedia membayar taruhan 2 banding 1 bila Persib dan Persebaya bermain seri. Ini merupakan
contoh dari suatu taruhan yang tidak menghasilkan suatu rangkaian probabilitas yang mutually
consistent.
Variabel random merupakan variabel yang memiliki nilai yang tidak pasti, tetapi
mempunyai distribusi probabilitas obyektif yang diketahui. Dalam contoh di atas, hasil dari
pertandingan tersebut merupakan suatu variabel random. Misalkan, sebuah perusahaan tidak dapat
meramalkan labanya tetapi dapat memperkirakan laba tersebut dalam probabilitas tertentu, laba
perusahaan tersebut disebut Variabel Random.
Jika variabel random X terdiri dari X1, X2,... Zn dengan probailitas P1, P2, ...On (ingat
bahwa P1 + P2 + ... + On = 1) kemudian nilai harapan (expected value) dari variabel random
dituliskan dengan E(X) maka persamaannya di tulis sebagai berikut :

E(X) = P1.X1 + P2.X2 + ....


Pn.Xn
Untuk lebih jelasnya, misalkan sebuah perusahaan tidak dapat memastikan berapa laba
yang akan diperolehnya pada tahun depan, tetapi perusahaan tersebut yakin mempunyai suatu
peluang yang sama (probabilitasnya) dengan yang mereka peroleh pada tahun ini, dan jika
berubah, perubahannya pun akan sama (probabilitasnya) yakni naik Rp.100 juta atau turun Rp.
100 juta. Bila laba tahun ini sebesar Rp. 400 juta, maka kita dapat menghitung distribusi
probabilitas laba pada tahun depan,
Probabilitas menghasilkan laba Rp. 400 juta = 1/2
Probabilitas menghasilkan laba Rp. 300 juta = 1/4
Probabilitas menfhasilkan laba Rp. 500 juta = 1/4

Laba yang diharapkan adalah :

E (Laba) = 1/2(400) + 1/4(300) + 1/4(500) =

Rp. 400 juta.


SIKAP TERHADAP RISIKO
Pada bagian sebelumnya kita mengatakan bahwa varian laba yang lebih tinggi tidak baik.
Hal ini tidak selalu demikian. Beberapa orang sangat senang mengambil risiko. Bagi mereka risiko
tidaklah "buruk", tetapi sesuatu yang "bagus". Sementara yang lainnya indiferen. Yang terakhir,
ada yang sama sekali tidak suka dengan resiko. Orang-orang seperti ini disebut risk averse.
Misalkan kita bertaruh dengan melemparkan sebuah uang logam, anda akan menerima Rp.
100 ribu, bila yang muncul bagian depan, dan bila bagian belakang yang muncul anda membayar
Rp. 100 ribu. Oleh karena itu, Anda mengharapkan akan memenangkan Rp. 100 ribu dengan
probabilitas 1/2 dan kemungkinan anda kalah Rp. 100 ribu juga 1/2. Nilai harapan (expected
return) anda dari permainan ini adalah :

1/2(100) + 1/2(-100) = 0
Dari permainan ini terdapat taruhan yang fair dan mempunyai nilai harapan = 0
Kemudian akan kelihatan bahwa orang yang menyukai risiko (risk lover) selalu akan
membayar dengan nilai yang positif, seseorang yang netral terhadap Risiko (riak- neutral) akan
membayar 0, artinya dia belum tentu akan ikut dalam permainan ini. Seseorang yang takut dengan
risiko (risk averse) akan meminta uang untuk ikut permainan ini. Sekarang kita bisa memberikan
definisi sebagai berikut :

• Seseorang disebut risk averter bila dia tidak bersedia ikut suatu permainan taruhan yang fair.
• Seseorang disebut risk neutral bila dia tidak bisa dipengaruhi untuk menolak atau mengikuti
suatu permainan taruhan yang fair.
• Seseorang disebut risk lover atau risk seeker jika dia akan senang sekali mengikuti suatu
permainan taruhan yang fair.

Fungsi utilitas (utility function) pendapatan dari ketiga kelompok ini akan berbeda. Kita dapat
menjelaskan perbedaan ini setelah mempelajari suatu teori yang disebut teori utilitas harapan
(expected utility theory)

Misalkan seseorang yang berpendapatan Rp. 800 juta diajak bertaruh. Dia akan menerima
Rp.100 ribu dengan probabilitas 1/2 dan kehilangan Rp. 100 ribu dengan probabilitas 1/2. Utilitas
mula-mula (initial utility) orang tersebut adalah U (Rp. 800 ribu). Setelah selesai bermain orang
ini akan memperoleh utilitas U (Rp. 700 ribu) dengan probabilitas 1/2 dan U (Rp .900 ribu) dengan
probabilitas 1/2 juga. Utilitas yang diharapkan adalah sebagai berikut :

U* = 1/2U(700) + 1/2U(900)
Ketiga keadaan di atas dilukiskan dalam gambar berikut ini, dan dalam setiap kasus, titik A
berhubungan dengan U (Rp 700), titik B berhubungan dengan U (Rp 900). Titik C yang merupakan
titik tengah AB, mempunyai nilai setengah dari jumlah titik A dan B, berhubungan dengan U*.
Titik D berhubungan dengan U (Rp 800). Bagi seorang risk averse, titik D lebih tinggi dari titik C.
Bagi seorang risk neutral kedua titik tersebut sama tingginya. Bagi seorang risk lover titik C lebih
tinggi dari pada titik D.
Teori utilitas harapan (expected utility) pertama kali dirumuskan oleh Daniel Bernoulli
(1738) lebih dari 250 tahun yang lalu. Dia mengamati bahwa orang-orang mempunyai respon yang
berbeda terhadap permainan judi yang sama. Dengan demikian, yang jadi persoalannya bukan nilai
uang dari hadiah yang diharapkan (expected money value of price), tetapi utilitas yang diharapkan
dari nilai uang tersebut. Hipotesis dari maksimisasi utilitas yang diharapkan sangat menarik,
karena hipotesis tersebut dapat menjelaskan suatu fenomena tertentu dari keadaan yang
sesungguhnya
Misalnya Asuransi, merupakan suatu contoh dari permainan yang "tidak fair" karena nilai
uang yang diharapkan dari asuransi tersebut lebih kecil dari pada biaya yang dikeluarkan. Akan
tetapi beberapa orang tetap saja membelinya karena mereka adalah risk averse.

Hipotesi Bernoulli tersebut akhirnya dibuat dengan berdasarkan asumsi-asumsi yang lebih
mendasar tentang prilaku individu dalam menghadapi ketidakpastian oleh Ramsey (1931) dan Von
Newman & Morgenstern (1944). Dalam sebuah surat kabar yang diterbitkan di Perancis pada
tahun 1953, Maurice Allais memberikan beberapa kritik terhadap teori utilitas harapan tersebut.
Masalah ini akhirnya menarik perhatian beberapa ahli psikologi. Misalnya, Kahneman & Tversky
(1981) menemukan bahwa sangat sering aturan-aturan judi "dirancang" agar dapat mempengaruhi
pilihan-pilihan individu untuk mengikuti permainan judi tersebut.
LANGKAH-LANGKAH PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Proses pembuatan keputusan merupakan inti dari setiap masalah yang dihadapi oleh dunia
bisnis. Secara umum, proses pengambilan keputusan dibagi menjadi 6 langkah sebagai berikut :
1. Pembatasan Masalah
Langkah pertama ini intinya diarahkan pada usaha untuk menentukan dengan jelas batasan-
batasan keputusan apa yang akan kita buat. Ini mencakup penentuan alternatif-alternatif apa yang
ada. Pada tahap ini biasanya ditanyakan : masalah apa yang dihadapi, siapa yang akan
memutuskan, bagaimana keadaan yang melatarbelakangi pengambilan keputusan dan bagaimana
pengaruhnya terhadap tujuan-tujuan manajemen.
Keputusan-keputusan tidak dibuat dalam ruang "hampa udara". Banyak keputusan yang lahir
sebagai bagian dari proses perencanaan, sementara sebagian keputusan lainnya timbul karena
adanya peluang atau masalah baru. Oleh karena itu, pembatasan Masalah merupakan suatu
prasyarat untuk permasalahan manajemen.
2. Penentuan Tujuan
Pada tahap ini ada beberapa pertanyaan yang perlu kita jawab : apa tujuan pengambilan
keputusan, bagaimana seharusnya si pengambil keputusan tersebut menilai hasilnya dibandingkan
dengan tujuannya, bagaimana jika si pengambil keputusan tersebut ingin mencapai tujuan yang
bertentangan satu sama lain?
Dalam keputusan ekonomi, kita tidak selalu mendapatkan apa yang kita inginkan. Namun
demikian, dalam keputusan memilih kita harus tahu apa yang kita inginkan, pada sektor swasta,
hampir semua keputusan ditujukan untuk mendapatkan laba, selisih antara total revenue dengan
total cost. Dan bagi sektor pemerintah mempunyai tujuan yang lebih luas. Pertimbangannya
biasanya berdasarkan analisis/kriteria manfaat-biaya.
Pengambilan keputusan senantiasa diperhadapkan unsur risiko dan ketidakpastian, yang
kadang menyulitkan dalam memilih alternatif keputusan. Fluktuasi ekonomi makro, adanya
kebijakan baru dari pemerintah, perubahan musim, semuanya membuat proses pencapaian tujuan
menjadi tidak pasti. Karena faktor risiko dan ketidakpastian, maka perlu dipertimbangkan untuk
dilakukan pengambilan keputusan dengan menggunakan teknik-teknik statistika.
3. Pencarian Alternatif
Pada tahap ini beberapa pertanyaan yang perlu kita ajukan adalah : apa alternatif tindakan
untuk pencapaian tujuan, variabel apa yang dapat kita dikendalikan, apa kendala yang kita hadapi
dalam pencapaian tujuan.
Setelah mengetahui apa yang diinginkan, tentunya akan ditanyakan apa pilihan kita.
Seorang pengambil keputusan yang ideal, akan membeberkan semua kemungkinan pilihan yang
ada dan kemudian memilih satu diantaranya yang akan memberikan hasil yang terbaik bagi
pencapaian tujuannya. Tetapi, mengingat kendala keterbatasan manusia, para pengambil
keputusan tidak bisa mengharapkan untuk dapat mengidentifikasi dan mengevaluasi semua
kemungkinan pilihan. Biayanya akan terlalu tinggi. Namun demikian, beberapa pilihan alternatif
yang paling menarik tetap ada dan harus kita pilih.
4. Peramalan Dampak
Pada tahap ini kita mencoba untuk mengamati : bagaimana konsukuensi dari setiap
alternatif pilihan, jika hasil yang diharapkan tidak pasti bagaimana sifatnya, dapatkan informasi
yang lebih baik diperoleh untuk meramalkan suatu hasil.
Tugas Peramalan konsukuensi ini-- tergantung pada keadaannya bisa dilakukan secara
langsung atau diabaikan sama sekali. Kadang kala, perhitungan secara aritmatis sederhana sudah
cukup. Tetapi bisa juga dengan menggunakan model statistik atau ekonometrika. Atau bisa dengan
model deterministik jika keadaannya pasti, dan dengan menggunakan dek orobabilistik jika
pengambilan keputusan dalam keadaan yang mengandung risiko atau ketidakpastian.
5. Penentuan Pilihan
Setelah semua analisis selesai dilakukan, kita bisa menentukan pilihan yang paling kita
inginkan. Setelah seorang pengambil keputusan menetapkan konteks permasalahan, menetapkan
tujuan, dan mengidentifikasi alternatif-alternatif yang tersedia, bagaimana caranya untuk memilih
satu pilihan yang diinginkan.
Jika semua variabel dalam proses pengambilan keputusan (misalnya tujuan dan hasilnya)
bisa dikuantifikasikan, maka kita dapat menggunakan beberapa metoda tertentu untuk menetapkan
keputusan yang paling optimal. Metoda-metoda tersebut antara lain : analisis marjinal, programasi
linear, pohon keputusan (decision trees), analisis manfaat-biaya dan sebagainya. Pendekatan ini
tidak saja penting untuk penghitungan keputusan yang optimal tetapi juga untuk mengetahui
mengapa keputusan tersebut optimal.
6. Analisis Sensitivitas
Pada tahap terakhir ini ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian : bagaimana sifat
dari masalah yang menentukan pilihan tindakan yang optimal tersebut, bagaimana pengaruh
perubahan keadaan-keadaan tertentu terhadap keputusan yang optimal yang diambil. Apakah
pilihan tersebut peka terhadap peeubahan-perubahan variabel ekonomi utama yang terabaikan oleh
si pengambil keputusan tersebut.
Dalam menyelesaikan suatu masalah, penting bagi kita untuk memahami dan mampu
menjelaskan kepada orang lain mengapa kita memilih keputusan tersebut. Pilihan tersebut tidak
lahir begitu saja. Pilihan tersebut tergantung pada tujuan yang kita pilih, cara kita merumuskan
masalah, dan Metoda peramalan hasilnya. Oleh karena itu, analisis sensitivitas menjelaskan
bagaimana suatu keputusan yang optimal akan berubah jika fakta-fakta ekonomi utama berubah.
Analisis sensitivitas ini mempunyai beberapa kegunaan yaitu (1). Memberikan informasi
faktor-faktor kunci dalam permasalahan yang mempengaruhi keputusan, (2). Menelusuri pengaruh
perubahan-perubahan variabel yang tidak diyakini manajer tersebut, dan (3). Menghasilkan solusi
dalam kasus proses pengulangan pengambilan keputusan jika keadaan-keadaan tertentu
dimodifikasi.

Anda mungkin juga menyukai