Anda di halaman 1dari 19

Tugas 2.

Nutrasetikal Vitamin
dan Mineral

FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN
Disusun oleh : TEKNOLOGI NASIONAL
Een Tri Septi Cahyati TAHUN PELAJARAN
Nim : 18330720 2020/2021

Dosen : Dr. Refdanita, M.Si, Apt


Penyebab masalah gizi sangat beragam,
diantaranya yaitu kurangnya asupan
makanan, penyakit yang diderita, pola asuh
dan masih banyak penyebab lainnya. Salah
satu masalah pola asuh yang sering terjadi
ialah anak tidak ditimbang secara teratur.
 Balita mengalami siklus pertumbuhan dan perkembangan yang membutuhkan
zat gizi yang lebih besar dibanding dengan kelompok umur yang lain, sehingga
balita lebih rentan mengalami masalah gizi (Notoatmojo, 2003).
 Penyebab kondisi tersebut antara lain karena pada saat fase balita terjadi
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, disamping itu balita juga
biasanya memiliki gangguan nafsu makan, serta mendapat asupan zat gizi yang
tidak sesuai kuantitas atau kualitasnya (Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 2006).
 Gizi kurang (underweight) dan gizi buruk dapat menyebabkan gangguan
jasmani dan kesehatan pada balita (Yanti, 2015). Kejadian gizi buruk akan
menyebabkan daya tahan tubuh anak menurun dan anak juga akan lebih
mudah terkena penyakit infeksi. Gizi buruk yang terjadi pada anak apabila
tidak ditangani dengan baik dan cepat karena dapat mempengaruhi kualitas
generasi selanjutnya (Yanti, 2015).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2013 menunjukkan bahwa prevalensi
underweight (berat-kurang) secara nasional
pada balita adalah sebesar 19,6% yang terdiri dari
5,7% persen gizi buruk dan 13,6% balita yang
mengalami gizi kurang.
Prevalensi tersebut meningkat jika dibandingkan
dengan prevalensi underweight pada tahun 2007
yaitu sebesar 18,4% dan pada tahun 2010 sebesar
17,9% (Kemenkes RI, 2013). Prevalensi ini juga
melebihi target millenium development goals
(MDG’s) sendiri pada tahun 2015 yaitu sebesar
15,5% untuk underweight, sehingga perlu
dilakukan upaya penurunan angka underweight
untuk mencapai target tersebut (Kemenkes RI,
2013).
Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi
kebugaran jasmani, antara lain aktifitas fisik/
latihan fisik, status gizi, psikologi, umur, jenis
kelamin serta faktor lainnya, yaitu status
kesehatan, kebiasaan merokok, dan kebiasaan

Akan tetapi bagi olahragawan faktor yang


paling berpengaruh terhadap tingkat kebugaran
jasmani adalah status gizi berdasarkan Indeks
Massa Tubuh (IMT) dan usia (Depkes RI, 2005).
Indeks massa tubuh
Indeks Massa Tubuh (IMT)
merupakan hasil akhir
dari keseimbangan antara
makanan masuk ke dalam
tubuh dengan kebutuhan
zat gizi yang berguna
sebagai metabolisme
tubuh (Supariasa, dkk.,
2002). Status IMT kurang
dapat berdampak pada
tingkat kebugaran jasmani
seseorang (Setyawan,
2011).
Zat gizi

Zat gizi terdiri dari zat gizi mikro dan zat gizi
makro. Zat gizi mikro yaitu vitamin dan mineral.
Apabila seseorang tidak memiliki kebutuhan zat
besi yang cukup dapat menyebabkan
berkurangnya kemampuan untuk belajar dan
konsentrasi, penurunan daya ingat serta
kebugaran jasmani
Sumber zat besi
Sumber zat besi adalah makanan hewani dan nabati
seperti daging, (dianjurkan daging yang tidak
berlemak), ayam, ikan, telur, serealia, kacang-kacangan,
sayuran hijau dan buah pisang (Widiastuti, dkk., 2009).
Konsumsi zat besi yang kurang menyebabkan
penurunan kadar hemoglobin sehingga
mengakibatkan gangguan pengangkutan oksigen
ke otot dan memengaruhi nilai VO2 Max.
Konsentrasi hemoglobin yang tinggi dapat
memengaruhi kandungan oksigen dalam darah
sehingga mampu mengantarkan oksigen lebih
banyak ke otot (McMurray dan Ondrak, 2008).
Kadar zat besi yang terlalu rendah dapat
menyebabkan anemia zat besi ditandai dengan
tubuh terasa lemah, pusing, mudah lelah,
meningkatnya sensitifitas tubuh terhadap udara
dingin dan wajah terlihat pucat (Widiastuti, dkk.,
2009).
Vitamin
Jika seseorang merupakan atlet lebih diutamakan
mengonsumsi vitamin larut air, yaitu vitamin B dan C
(Mustika, 2011).
Vitamin larut air adalah komponen sistem enzim yang
banyak terlibat dalam membantu metabolisme energi
(Halimah, dkk., 2014).
Konsumsi vitamin C yang cukup dapat mengurangi stres
fisiologis (Syafrizar dan Wilda, 2009). Asupan vitamin C
yaitu 200 mg per hari disesuaikan dengan aktifitas yang
dilakukan (Kemenkes RI, 2014).

Fungsi vitamin C pada setiap aktifitas fisik antara lain


stimulasi sistem imun, meningkatkan performa,
mengurangi kelelahan dan kelemahan otot, serta
melindungi sel dari ancaman radikal bebas (Chen, 2000).
Kekurangan dari vitamin C dapat mengakibatkan
turunnya daya tahan tubuh dan kontraksi otot
melemah sehingga terjadi kelelahan pada otot. Hal
tersebut dapat ditandai dengan kemunduran
penampilan fisik (William, 2005). Sumber vitamin C
terdapat pada pangan nabati, sayur-sayuran, dan
buah terutama buah asam seperti jeruk, nanas,
rambutan, pepaya, dan tomat (Syafrizar dan Wilda,
2009).
 Nutrien merupakan unsur yang diperlukan tanaman sebagai sumber energi yang
digunakan untuk menyusun berbagai komponen sel selama proses pertumbuhan dan
perkembangannya, (Budiyani et al. 2012).

 Studi sebelumnya pada Acaudina sp. telah menunjukkan kaya vitamin dan mineral,
(Chen 2003). Perubahan musim siklus reproduksi juga berpengarauh terhadap
kandungan nutrisinya, (Syafril et al. 2004).

 Kebutuhan vitamin A pada tubuh manusia perhari berbeda beda disetiap usia. Pada
pria dewasa sebanyak 5000 IU, wanita dewasa 800 IU dan pada ibu menyusui 6000 IU,
(Sartika 2017).

 Asupan vitamin A berperan penting dalam berbagai fungsi normal tubuh, diantaranya
penglihatan, kekebalan tubuh, reproduksi, serta pertumbuhan dan perkembangan
tubuh, (Sizer dan Whitney 2002).

 Vitamin disimpan di liver sampai lebih dari dua tahun, dimana dapat mengakibatkan
toksisitas jika pasien mengkonsumsi dengan dosis yang besar, (Kamiensky et al. 2006).
Vitamin B12
Makanan laut merupakan sumber vitamin B12.
Selain itu vitamin ini juga ditemukan dalam
susu, daging, ikan, dan telur, (Gaman dan
Sherrington 2002).
Bentuk utama vitamin B12 dalam makanan
adalah adenosilkobalamin, metilkobalamin,
dan hidroksikobalamin, (Almatsier 2001).
Vitamin B12 berfungsi dalam metabolisme
asam amino serta biosintesis protein dan asam
nukleat,
 Pada jenis Moluska diantaranya cumi, kerang, dan tiram
memiliki kandungan vitamin B12 yang lebih tinggi dibandingkan
ikan.

 Vitamin B12 diperlukan untuk mengubah folat menjadi bentuk


aktif dan fungsi normal tubuh terutama jaringan syaraf serta
merupakan kofaktor enzim.

 Jumlah harian vitamin B12 yang diperbolehkan bagi orang


dewasa adalah sebesar 2,4 IU/hari.

 Kekurangan vitamin B12 dapat menyebabkan pernicious anemia


(anemia karena kekurangan folat). Penyakit ini hampir selalu
disebabkan oleh gangguan penyerapan vitamin dari pada
defesiensi, (Sizer dan Whitney 2002).
Mineral
 Mineral merupakan bagian dari tubuh dan memegang
peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik
pada tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh
secara keseluruhan, (Almatsier 2001).

 Peran mineral begitu penting dalam mengatur proses


fisiologi (pengatur tekanan osmotik, transport oksigen,
kontraksi otot, dan kepekaan syaraf terhadap
rangsangan), elemen essensial bagi enzim serta
diperlukan dalam proses pengaturan dan pertumbuhan
jaringan dan tulang, (Nabrzyski 2007). Menurut Lewerisa
(2014), menyatakan substrat pasir perairan timur
indonesia kaya akan kandungan zat besi, magnesium,
kalsium, natrium, phospor serat mineralnya.
• Mineral makro

Mineral makro adalah unsur mineral yang dibutuhkan dalam


jumlah besar, yaitu lebih dari 100 mg sehari.

Kelompok mineral makro terdiri dari natrium, kalium, kalsium,


magnesium, sodium, potassium, dan fosfor, (Nabrzyski 2007).

Mineral makro berperan sebagai zat pembangun tubuh, selain


itu mineral ini juga berperan dalam mempertahankan tekanan
osmotik dan keseimbangan asam basa tubuh, (Biziuk dan
Kuczynska 2007).
• Mineral mikro
Mineral mikro adalah unsur mineral pada tubuh
manusia yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit.

Mineral mikro dibutuhkan tubuh dalam jumlah


kurang dari 100 mg/sehari.
Kelompok mineral mikro terdiri dari besi, seng,
tembaga, selenium, iodium, mangan, seng, kobalt,
dan fluor, (Nabrzyski 2007).

Mineral mikro berfungsi dalam proses


metabolisme tubuh serta merupakan bagian dari
enzim, hormon dan vitamin, (Biziuk dan
Kuczynska 2007).
 Besi (Fe)

Besi adalah salah satu mineral mikro yang paling


banyak terdapat dalam tubuh manusia.
Besi tergolong zat gizi essensial sehingga harus disuplai
dari makanan.
Zat besi dalam tubuh diperlukan perhari sebesar 15
mg/hari sangat sedikit tetapi penting untuk diperhatikan
untuk keperluan tubuh,efek dari kekurangan zat besi
antara lain anemia.
Menurut Ikedai et al. (2002), Kekurangan zat besi
menyebabkan anemia yang paling umum terjadi pada
manusia. Penderita anemia banyak terjadi pada atlet
wanita dari pada atlet laki-laki hal ini dikarnakan
kebocoran mioglobin, kerugian keringat, dan
menstruasi, (Williams 2005).
Daftar pustaka
 Dewi, I,K & Wirjatmadi, B. 2017. Relationship Between Vitamin C And Iron
Adequacy With Physical Fitness Of Pencak Silat Athletes IPSI Lamongan.
Media Gizi Indonesia, Universitas Airlangga, Surabaya. Vol. 12, No. 2 Juli–
Desember 2017: hlm. 134–140

 Muliah, N & Wardoyo, A.S.2017. Relationship between Weighing Frequency,


Use of Iodized Salt, and Vitamin A Supplementation with Underweight among
Children Under Five in East Java. Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat,
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya

 Syah, M & R. Putri, S, M ,.2019. Craracterization of the Vitamins and


Minerals Paracaudina australis from Pelawan and Tanjung Melolo Beach,
Karimun, Riau Islands. Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas
Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas . MARINADE Vol. 02(01) : 39 – 52
(April 2019) e-ISSN : 2654-4415

Anda mungkin juga menyukai