Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY “S” DENGAN KELUHAN DEVISIT


NUTRISI DIRUANG RAWAT INAP PUSKESMAS NARMADA KABUPATEN
LOMBOK BARAT

DISUSUN OLEH :

NUR HIKMA
037STYC20

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
MATARAM
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Laporan Kasus Kebutuhan Dasar Manusia Diruang Rawat Inap
Puskesmas Narmada Kabupaten Lombok Barat Telah mendapatkan pengesahan pada :

Hari :

Tanggal :

Mengetahui

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Lahan

(Elisa Oktaviana.,S.Kep.,Ners.,M.Kep) (M. Bukri.,S.Kep.,Ners)


KONSEP DASAR

KEBUTUHAN NURISI

A. Pengertian Nutrisi
Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan kesehatan
dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima
makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-
bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan zat sisa.
Nutrisi dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat lain yang
terkandung, aksi, reaksi, keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan
penyakit (Tarwoto & Wartonah. 2006). Nutrien adalah suatu unsur yang dibutuhkan
untuk proses dan fungsi tubuh.
Nutrisi  berfungsi untuk membentuk dan memelihara jaringan tubuh,
mengatur proses-proses dalam tubuh sebagai sumber tenaga, serta untuk melindungi
tubuh dari serangan penyakit. Dengan demikian, fungsi utama nutrisi adalah untuk
memberikan energi bagi aktivitas tubuh, membentuk struktur kerangka dan jaringan
tubuh, serta mengatur berbagai proses kimia dalam tubuh (Suitor & Hunter, 1980).
B. Komponen-Komponen Nutrien
Nutrien memiliki enam komponen utama, yaitu karbohidrat, lemak, protein, air,
vitamin, dan mineral.

1. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam diet. Tiap gram
karbohidrat menghasilkan 4 kilokalori (kkal). Karbohidrat terutama diperoleh
dari tumbuhan, kecuali laktosa (gula susu). Karbohidrat diklasifikasikan
menurut unit atau sakarida. Monosakarida, seperti glukosa (dekstrosa) atau
fruktosa tidak dapat dipecah menjadi unit gula
yang lebih dasar. Disakarida seperti sukrosa, laktosa, dan maltose dibentuk dari
banyak unit gula. Mereka tidak dapat dilarutkan dalam air dan dicerna untuk
beragam tingkatan (Potter & Perry, 2006). Dalam mendapatkan jumlah
karbohidrat yang cukup maka dapat diperoleh dari susu, padi-padian, buah-
buahan, sirup, sukrosa, tepung, dan sayu-sayuran (Hidayat, 2006).
2. Lemak
Lemak merupakan zat gizi yang berperan dalam pengangkut vitamin A,
D, E, K yang larut dalam lemak. Menurut sumbernya lemak berasal dari nabati
dan hewani. Lemak nabati mengandung lebih banyak asam lemak tak jenuh
seperti terdapat pada kacang-kacangan, kelapa dan lain-lainnya. Sedangkan
Lemak hewani banyak mengandung asam lemak jenuh dengan rantai panjang
seperti pada daging sapi, kambing dan lainnya (Hidayat, 2006).
3. Protein
Protein merupakan zat gizi dasar yang berguna dalam pembentukan
protoplasma sel. Selain itu tersedianya protein dalam jumlah yang cukup,
penting untuk pertumbuhan dan perbaikan sel jaringan serta sebagai larutan
untuk keseimbangan osmotik. Protein ini terdiri dari 24 asam amino,
diantaranya 9 asam amino esensial (yang tidak dapat dibuat didalam tubuh,
sehingga harus didatangkan dari luar) dan selebihnya asam amino non-esensial
(Pudjiadi, 2001)
4. Air
Air merupakan sebagian besar zat pembentuk tubuh manusia. Jumlah air
sekitar 73% dari bagian tubuh seseorang tanpa jaringan lemak (lean body mass).
Air mempunyai berbagai fungsi dalam proses vital tubuh, antara lain sebagai
pelarut dan alat angkut zat-zat gizi, katalisator berbagai reaksi biologi sel,
pelumas cairan sendi-sendi tubuh, fasilitator pertumbuhan, pengatur suhu, dan
peredam benturan (Yuniasatuti, 2008).
5. Vitamin
Vitamin merupakan senyawa organik yang digunakan untuk
mengkatalisator metabolisme sel yang dapat berguna untuk pertumbuhan dan
perkembangan serta dapat mempertahankan organisme. Vitamin yang
dibutuhkan antara lain vitamin A, B, B2, B12, C, D, E, dan K. (Pudjiadi, 2001).
6. Mineral
Mineral merupakan komponen zat gizi yang tersedia dalam kelompok
mikro yang terdiri dari kalsium, klorida, kromium, kobalt, tembaga, flourin,
iodium, besi, magnesium, mangan, fosfor, kalium, natriun, sulfur, dan seng.
Semuanya harus tersedia dalam jumlah yang cukup (Hidayat, 2006).
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi
Beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi, diantaranya perkembangan,
jenis kelamin, kesehatan, dan umur.
1. Perkembangan
Individu yang sedang dalam masa pertumbuhan yang cepat (pada bayi &
remaja) memiliki kebutuhan nutrisi yang meningkat. Disisi lain, lansia
memerlukan sedikit kalori dan perubahan diet mengingat risiko penyakit jantung
korononer, osteoporosis, dan hipertensi.
2. Jenis Kelamin
Kebutuhan nutrisi berbeda bagi pria dan wanita karena komposisi tubuh
dan fungsi reproduksi. Masa otot yang lebih besar pada pria menjelaskan
besarnya kebutuhan kalori dan protein. Karena menstruasi, wanita memerlukan
lebih banyak zat besi dibandingkan pria sebelum menopause. Wanita hamil dan
menyusui memiliki peningkatan kebutuhan kalori dan cairan.
3. Kesehatan
Status kesehatan individu sangat memengaruhi kebiasaan makan dan
status nutrisi. Gigi tanggal, gigi goyang, atau sariawan mempersulit mengunyah
makanan. Kesulitan menelan (disfagia) akibat inflamasi tenggorokan yang
menyakitkan atau karena struktur esofagus dapat menghambat seseorang untuk
mendapat nutrisi yang memadai (Kozier, dkk. 2010).
4. Umur
Kebutuhan nutrisi pada usia muda lebih tinggi dari pada usia tua. Waktu
lahir akan meningkat kebutuhan nutrisi hingga umur dua tahun dan akan
berangsur menurun untuk meningkat lagi pada saat remaja (Almatsier, 2001).
D. Karakteristik Status Nutrisi
Karaktristik status nutrisi ditentukan dengan adanya Body Mass Index (BMI)
dan Ideal Body Image Weight (IBW).
a. Body Mass Index (BMI)
Body Mass Index atau indeks masa tubuh merupakan ukuran dari
gambaran berat badan seseorang dengan tinggi badan. BMI dihubungkan dengan
total lemak dalam tubuh dan sebagai panduan untuk mengkaji kelebihan berat
badan (over weight) dan obesitas.
Indeks Masa Tubuh =

Tabel: batas ambang indeks masa tubuh (IMT) di Indonesia

Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kekurangan berat badan tingkat sedang 17,0 ─ 18,5
Normal 18,5 ─ 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan >25,0 – 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat >27,0
(Sumber: Depkes 2002, dalam Asmadi, 2008)

b. Ideal Body Weight (IBW)


Ideal body weight atau berat badan ideal merupakan perhitungan berat
badan optimal dalam fungsi tubuh yang sehat. Berat badan ideal adalah jumlah
tinggi badan dalam sentimeter dikurangi dengan 100 dan dikurangi 10% dari
jumlah itu.

Berat badan ideal (kg) = [Tinggi badan (cm) – 100] –


[10% (Tinggi badan – 100)]

(Sumber: Repository USU)


E. Konsep Asuhan Keperawatan
Konsep asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan kebutuhan nutrisi meliputi
pengkajian fokus, diagnosa keperawatan, dan perencanaan keperawatan.
1. Pengkajian Fokus
a. Riwayat keperawatan dan diet.
1) Anggaran makan, makanan kesukaan, waktu makan.
2) Apakah ada diet yang dilakukan secara khusus.
3) Adakah penurunan dan peningkatan berat badan dan berapa lama periode
waktunya?
4) Adakah status fisik pasien yang dapat meningkatkan diet seperti luka
bakar dan demam?
5) Adakah toleransi makanan atau minumam tertentu?
b. Faktor yang memengaruhi diet
1) Status kesehatan
2) Kultur dan kepercayaan
3) Status sosial ekonomi.
4) Faktor psikologis
5) Informasi yang salah tentang makanan dan cara berdiet.
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan fisik: apatis, lesu
2) Berat badan: obesitas, kurus (underweight).
3) Otot: flaksia / lemah, tonus kurang, tenderness, tidak mampu bekerja.
4) Sistem saraf: bigung, rasa terbakar, parestbesia, reflek menurun.
5) Fungsi gastrointestinal: anoreksia, konstipasi, diare, pembesaran liver.
6) Kardiovaskuler: denyut nadi lebih dari 100 x/menit, irama abnormal,
tekanan darah  rendah/tinggi.
7) Rambut: kusam, kering, pudar, kemerahan, tipis, pecah/patah-patah.
8) Kulit: kering, pucat, iritasi, petekhie, lemak di subkutan tidak ada.
9) Bibir: kering, pecah-pecah, bengkak, lesi, stomatitis, membran mukosa
pucat.
10) Gusi: perdarahan, peradangan.
11) Lidah: edema, hiperemasis.
12) Gigi: karies, nyeri, kotor.
13) Mata: konjungtiva pucat,kering,exotalmus,tanda-tanda infeksi.
14) Kuku: mudah patah.
15) Pengukuran antopometri:
a) Berat badan ideal: (TB ̶ 100) ± 10%

b) BMI (Body Mass Index):

c) Lingkar pergelangan tangan

d) Lingkar lengan atas (MAC):


Nilai normal Wanita : 28,5 cm
Pria : 28,3 cm
e) Lipatan kulit pada otot trisep (TSF)
Nilai normal Wanita : 16,5 ─ 18 cm
Pria : 12,5 ─ 16,5 cm
d. Laboratorium
1) Albumin (N: 4─ 5,5 mg/100ml)
2) Transferin (N:170 ─ 25 mg/100 ml)
3) Hb (N: 12 mg %)
4) BUN (N:10 ─ 20 mg/100ml)
5) Ekskresi kreatinin untuk 24 jam (N: laki-lak: 0,6 ─ 1,3 mg/100 ml,
wanita: 0,5 ─ 1,0 mg/100 ml)
(Tarwoto & Wartonah, 2006)

2. Diagnosa Keperawatan
a. Devisit nutrisi berhubungan dengan proses penyakit gastristis ditandai
dengan nafsu makan menurun
b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan proses penyakit gastristis ditandai
dengan pasien mengeluh sulit tidur
(SDKI, 2016)

3. Intervensi keperawatan
No SDKI (Diagnosa) SLKI (Tujuan dan Kriteria hasil) SIKI (Intervensi)

1 Devisit nutrisi Setelah dilakukanya tindakan 2x Observasi


berhubungan dengan 24 jam diharapkan pasien : a. Identifikasi status nutrisi
proses penyakit a) Porsi makanan yang b. Identifikasi elergi dan
dihabiskan intoteransi makanan.
gastristis ditandai
b) Pengetahuan tentang pilihan c. Identifikasi makanan
dengan nafsu makan disukai
makanan dan minuman yang
menurun sehat meningkat. d. Identifikasi kebutuhan
c) Pengetahuan tntang standar kalori dan jenis nutrien
asupan nutrisi yang tepat e. Monitor asupan makanan
meningkat. f. Monitor berat badan.
d) Pengetahuan dan penyiapan
makanan yang aman Terapeutik
meningkat. a. Lakukan oral hygiene
e) Nyeri abdomen menurun. sebelum makan, jika perlu.
f) Berat badan indeks massa b. Sajikan makanan secara
tubuh (IMT) membaik
menarik dan suhu yang
g) Frekuesi makanan membaik
h) Napsu makan membaik sesuai.
i) Bising usus membaik c. Berikan makanan yang
j) Membran mukosa membaik.
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
d. Berikan makanan yang
tinggu kalori dan tinngi
protein.
e. Berikan sublemen
makanan, jika perlu.
Edukasi
a. Ajurkan posisi duduk,jika
mampu
b. Ajarkan diet yang
diprogramkan.
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan,
jika perlu
b. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan,jika perlu.

2 Gangguan pola tidur Setelah dilakukanya tindakan 2x Observasi


berhubungan dengan 24 jam diharapkan pasien : 1) Identifikasi pola aktivitas
colik abdomen ditandai a. Keluhan sulit tidur menurun dan tidur
dengan pasien b. Keluhan sering terjaga 2) Identifikasi faktor
mengeluh sulit tidur menurun pengganggu tidur
c. Keluhan tidak puas tidur 3) Identifikasi obat yang
menurun dikonsumsi
d. Keluhan pola tidur berubah Teraupeotik
menurun
1) Sesuaikan jadwal
e. Keluhan istirahat tidak cukup
pemberian obat dan atau
menurun
tindakan untuk menunjang
f. Kemampuan beraktivitas
siklus tidur terjaga
meningkat
Edukasi

1) Jelaskan pentingnya tidur


cukup selama sakit
2) Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
3) Anjurkan menghindari
makanan atau minuman
yang mengganggu tidur

4. Implementasi
Hr / Tgl / Jam Dx Implementasi Respon Hasil TTD
1 Observasi
a) Identifikasi status nutrisi
b) Identifikasi elergi dan
intoteransi makanan.
c) Identifikasi makanan
disukai
d) Identifikasi kebutuhan
kalori dan jenis nutrien
e) Monitor asupan makanan
f) Monitor berat badan.
Terapeutik
a) Lakukan oral hygiene
sebelum makan, jika perlu.
b) Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai.
c) Berikan makanan yang
tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
d) Berikan makanan yang
tinggu kalori dan tinngi
protein.
e) Berikan sublemen makanan,
jika perlu.
Edukasi
a) Ajurkan posisi duduk,jika
mampu
b) Ajarkan diet yang
diprogramkan.
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan,
jika perlu
b) Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan,jika perlu.
2 Observasi 1) Pasien masih kesulitan
1) Mengidentifikasi pola untuk tidur
aktivitas dan tidur 2) Rasa nyeri sehingga
2) Mengidentifikasi faktor menimbulkan rasa
pengganggu tidur ketidaknyamanan
3) Mengidentifikasi obat yang 3) Pasien mengonsumsi
dikonsumsi obat yang dianjurkan,
Teraupeotik asetisestik 3x1, B
1) Menyesuaikan jadwal complek 2x1, antasida
pemberian obat dan atau 3x1
tindakan untuk menunjang Teraupeotik
siklus tidur terjaga
Injeksi ranitidin 2x1, injeksi
Edukasi
metoc 2x1, injeksi dipel 2x1
1) Menjelaskan pentingnya
tidur cukup selama sakit Edukasi
2) Meganjurkan menepati
1) Pasien mengatakan
kebiasaan waktu tidur
sudah memahami terkait
3) Menganjurkan menghindari
pentingya tidur yang
makanan atau minuman
cukup
yang mengganggu tidur
2) Pasien masih berusaha
mengatur waktu tidurnya
3) Pasien hanya makan
makananan yang
dianjurkan oleh dokter
saja

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap dimana proses keperawatan menYangkut
pengumpulan data obyektif dan subyektif yang dapat menunjukan masalah apa
yang terselesaikan, apa yang perlu dikaji dan direncanakan, dilaksanakan dan
dinilai apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum,sebagian tercapai
atau belum, sebagian tercapai atau timbul masalah baru.

DAFTAR PUSTAKA

Kozier, dkk. 2010. Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, dan
praktik Volume 2, Edisi 7. Jakarta : EGC.

NANDA Internasional Inc. 2015. Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi


2015-2017, Edisi 10. Jakarta: EGC.

Tarwoto & Wartonah. 2006.  Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan, Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.

Repository USU. Chapter II.pdf

Anda mungkin juga menyukai