PENDAHULUAN
Seiring dengan perkembangan ilmiah di bidang medis dan biologi molekular, bukti-bukti
medis menunjukkan bahwa RDA belum mencukupi untuk menjaga fungsi optimal tubuh dan
mencegah atau membantu penanganan penyakit kronis. Bukti-bukti medis menunjukkan
bahwa akar dari banyak penyakit kronis adalah stres oksidatif yang disebabkan oleh
berlebihnya radikal bebas di dalam tubuh. Penggunaan nutrisi dalam level yang optimal,
dikenal dengan Optimal Daily Allowance (ODA), terbukti dapat mencegah dan menangani
stres oksidatif sehingga membantu pencegahan penyakit kronis. Level optimal ini dapat
dicapai bila jumlah dan komposisi nutrisi yang digunakan tepat. Dalam penanganan penyakit,
penggunaan nutrisi sebagai pengobatan komplementer dapat membantu efektifitas dari
pengobatan dan pada saat yang bersamaan mengatasi efek samping dari pengobatan. Karena
itu, nutrisi / gizi sangat erat kaitannya dengan kesehatan yang optimal dan peningkatan
kualitas hidup. Hasil ukur bisa dilakukan dengan metode antropometri.
1
1.2 Rumusan Masalah
A. Apa Pengertian Nutrisi?
B. Apa saja Komponen-komponen Nutrient?
C. Apa saja Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nutrisi?
D. Apa Fungsi dari Zat Gizi?
E. Bagaimana Karakteristik Zat Gizi?
F. Apa saja Masalah Kebutuhan Nutrisi?
G. Konsep Asuhan Keperawatan?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Nutrisi
Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan
penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan
atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut
untuk aktivitas penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan zat sisa. Nutrisi dapat
dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat lain yang terkandung, aksi,
reaksi, keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit (Tarwoto &
Wartonah. 2006). Nutrien adalah suatu unsur yang dibutuhkan untuk proses dan fungsi
tubuh.
Nutrisi berfungsi untuk membentuk dan memelihara jaringan tubuh, mengatur
proses-proses dalam tubuh sebagai sumber tenaga, serta untuk melindungi tubuh dari
serangan penyakit. Dengan demikian, fungsi utama nutrisi adalah untuk memberikan
energi bagi aktivitas tubuh, membentuk struktur kerangka dan jaringan tubuh, serta
mengatur berbagai proses kimia dalam tubuh (Suitor & Hunter, 1980).
B. Komponen-Komponen Nutrien
Nutrien memiliki enam komponen utama, yaitu karbohidrat, lemak, protein, air, vitamin,
dan mineral.
1. Karbohidrat
Karbohidrat adalah komposisi yang terdiri dari elemen karbon, hidrogen dan oksigen.
Karbohidrat dibagi atas :
a) Karbohidrat sederhana (gula) ; bisa berupa monosakarida (molekul tunggal yang terdiri
dari glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Juga bisa berupa disakarida (molekul ganda), contoh
sukrosa (glukosa + fruktosa), maltosa (glukosa + glukosa), laktosa (glukosa + galaktosa).
b) Karbohidrat kompleks (amilum) adalah polisakarida karena disusun banyak molekul
glukosa.
3
c) Serat adalah jenis karbohidrat yang diperoleh dari tumbuh-tumbuhan, tidak dapat
dicerna oleh tubuh dengan sedikit atau tidak menghasilkan kalori tetapi dapat meningkatkan
volume feces.
Karbohidrat memiliki berbagai fungsi dalam tubuh makhluk hidup, terutama sebagai bahan
bakar (misalnya glukosa), cadangan makanan (misalnya pati pada tumbuhan dan glikogen
pada hewan), dan materi pembangun (misalnya selulosa pada tumbuhan, kitin pada hewan
dan jamur). Kebutuhan karbohidrat 60-75% dari kebutuhan energi total. (Hidayat, 2006).
2. Lemak
Lemak merupakan zat gizi yang berperan dalam pengangkut vitamin A, D, E,
K yang larut dalam lemak. Menurut sumbernya lemak berasal dari nabati dan hewani.
Lemak nabati mengandung lebih banyak asam lemak tak jenuh seperti terdapat pada
kacang-kacangan, kelapa, alpukat, minyak kelapa, mentega dan lain-lainnya.
Sedangkan Lemak hewani banyak mengandung asam lemak jenuh dengan rantai
panjang seperti pada daging sapi, kambing, kerbau, ikan laut, daging, susu, minyak
ikan dan lainnya (Hidayat, 2006).
3. Protein
Protein merupakan zat gizi dasar yang berguna dalam pembentukan
protoplasma sel. Selain itu tersedianya protein dalam jumlah yang cukup, penting
untuk pertumbuhan dan perbaikan sel jaringan serta sebagai larutan untuk
keseimbangan osmotik. Protein ini terdiri dari 24 asam amino, diantaranya 9 asam
amino esensial (yang tidak dapat dibuat didalam tubuh, sehingga harus didatangkan
dari luar) dan selebihnya asam amino non-esensial. Contoh protein antara lain: telur,
tempe, ikan, tahu, susu. (Pudjiadi, 2001)
4. Air
Air merupakan sebagian besar zat pembentuk tubuh manusia. Jumlah air
sekitar 73% dari bagian tubuh seseorang tanpa jaringan lemak (lean body mass). Air
mempunyai berbagai fungsi dalam proses vital tubuh, antara lain sebagai pelarut dan
alat angkut zat-zat gizi, katalisator berbagai reaksi biologi sel, pelumas cairan sendi-
sendi tubuh, fasilitator pertumbuhan, pengatur suhu, dan peredam benturan
(Yuniasatuti, 2008).
4
5. Vitamin
Vitamin merupakan senyawa organik yang digunakan untuk mengkatalisator
metabolisme sel yang dapat berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan serta
dapat mempertahankan organisme. Vitamin yang dibutuhkan antara lain vitamin A, B,
B2, B12, C, D, E, dan K. (Pudjiadi, 2001)
6. Mineral
Mineral merupakan komponen zat gizi yang tersedia dalam kelompok mikro
yang terdiri dari kalsium, klorida, kromium, kobalt, tembaga, flourin, iodium, besi,
magnesium, mangan, fosfor, kalium, natriun, sulfur, dan seng. Semuanya harus
tersedia dalam jumlah yang cukup (Hidayat, 2006).
1. Perkembangan
Individu yang sedang dalam masa pertumbuhan yang cepat (pada bayi &
remaja) memiliki kebutuhan nutrisi yang meningkat. Disisi lain, lansia memerlukan
sedikit kalori dan perubahan diet mengingat risiko penyakit jantung korononer,
osteoporosis, dan hipertensi.
5
Mineral. Karena pertumbuhan tulang yang pesat di masa remaja, maka
asupan kalsium (Ca) pada remaja menjadi sangat penting. Setiap harinya
remaja membutuhkan sekitar 1300 mg kalsium per hari. Zat besi (Fe) dan
seng (zinc) juga merupakan mineral yang sangat penting untuk
pertumbuhannya.
Serat, yang berperan penting untuk menjaga fungsi normal usus, mencegah
penyakit jantung koroner, dan diabetes.
1. Protein
Massa otot berkurang menjadi 27% dari total massa tubuh, hal ini
menunjukkan penurunan ukuran dan kekuatan dari seluruh otot rangka.
Pada lansia, ketidakcukupan masukan protein yang berkepanjangan akan
menurunkan fungsi imun tubuh, menurunkan kekuatan otot, dan
penyembuhan luka yang buruk. Individu yang berusia diatas 50 tahun
harus mendapatkan asupan protein sebanyak 0.8 g per kilogram berat
badan per hari. Sumber protein yang paling baik untuk lansia berasal
dari daging dan ikan. Makanan ini harus dikukus, bukan digoreng.
Daging dan ikan yang dikukus akan lebih mudah dicerna daripada
digoreng.
2. Karbohidrat
6
karbohidrat sederhana. Lebih lanjut, masukan karbohidrat sebanyak 130
gram per hari dianjurkan pada lansia yang berusia diatas 70 tahun.
3. Lemak
4. Air
Air, nutrisi paling penting dalam makanan, penting untuk seluruh fungsi
tubuh. Kehilangan cairan tubuh harus diseimbangi dengan masukan
cairan yang cukup dari minuman, sop, dan makanan lainnya seperti
buah-buahan. Jika kehilangan cairan melebihi masukan, dehidrasi kronis
akan terjadi. Pasien lansia terutama lebih rentan terhadap kehilangan
cairan. Hal ini sering disebabkan oleh kehilangan cairan berlebihan
akibat penurunan fungsi ginjal. Kebutuhan cairan pada individu pria
dewasa rata-rata sebanyak 2.900 ml cairan per hari, dan pada wanita
dewasa rata-rata sebanyak 2.200 ml per hari, dalam bentuk yang tidak
berkafein, sop, dan makanan.
5. Serat
Tidak ada acuan untuk asupan serat makanan yang diperlukan sehari-
hari pada individu dewasa ataupun pada lansia. Pada beberapa studi,
makanan yang kaya serat berhubungan dengan penurunan angka
kejadian kanker dan penyakit jantung. Peningkatan asupan serat
diperlukan untuk penanganan beberapa penyakit terutama pada lansia,
7
terutama pada konstipasi, hemoroid, diverticulosis, hernia, varises vena,
kencing manis dan obesitas. Direkomendasikan sebanyak 14 gram serat
tiap 1000 kalori yang dikonsumsi setiap harinya.
6 Vitamin
Kebutuhan nutrisi pada individu lanjut usia sama dengan individu yang
lebih muda. Individu lanjut usia lebih sering mengalami kekurangan
nutrisi tertentu. Diperlukan 700-900 IU vitamin A, 2,4 mikrogram
vitamin B-12, 75-90 mg vitamin C, 800 IU vitamin D, 8-11 mg Zinc, 8
mg zat besi, 1.200 mg kalsium, 1,2 gram protein per kilogram berat
badan dan 400 mikrogram asam folat per hari nya.
Vitamin C (asam askorbat) adalah vitamin yang larut dalam air dan
banyak ditemukan pada buah-buahan dan sayur-sayuran, stroberi,
melon, tomat, brokoli. Kekurangan vitamin C akan menyebabkan
penyakit scurvy. Diperlukan 75-90 mg vitamin C per harinya pada
individu lanjut usia. Vitamin E mempunyai karakteristik sebagai
antioksidan. Kekurangan vitamin E jarang ditemukan dan terutama
ditemukan pada keadaan yang disebabkan malabsorpsi lemak.
Kekurangan vitamin B12 terjadi pada 5-20% individu lanjut usia, tetapi
jarang dikenali oleh karena gejala klinisnya yang sukar dikenali.
Suplementasi vitamin D bersama dengan kalsium, terbukti dapat
menurunkan angka kejadian patah tulang pada individu lanjut usia.
7. Garam
8
2. Jenis Kelamin
Kebutuhan nutrisi berbeda bagi pria dan wanita karena komposisi tubuh dan
fungsi reproduksi. Masa otot yang lebih besar pada pria menjelaskan besarnya
kebutuhan kalori dan protein. Karena menstruasi, wanita memerlukan lebih banyak
zat besi dibandingkan pria sebelum menopause. Wanita hamil dan menyusui memiliki
peningkatan kebutuhan kalori dan cairan.
3. Kesehatan
Status kesehatan individu sangat memengaruhi kebiasaan makan dan status
nutrisi. Gigi tanggal, gigi goyang, atau sariawan mempersulit mengunyah makanan.
Kesulitan menelan (disfagia) akibat inflamasi tenggorokan yang menyakitkan atau
karena struktur esofagus dapat menghambat seseorang untuk mendapat nutrisi yang
memadai (Kozier, dkk. 2010).
4. Umur
Kebutuhan nutrisi pada usia muda lebih tinggi dari pada usia tua. Waktu lahir
akan meningkat kebutuhan nutrisi hingga umur dua tahun dan akan berangsur
menurun untuk meningkat lagi pada saat remaja (Almatsier, 2001).
9
Body Mass Index atau indeks masa tubuh merupakan ukuran dari gambaran berat
badan seseorang dengan tinggi badan. BMI dihubungkan dengan total lemak dalam
tubuh dan sebagai panduan untuk mengkaji kelebihan berat badan (over weight) dan
obesitas.
BB (kg) BB (kg)
Indeks Masa Tubuh =
TB × TB (m) TB × TB (m)
Kategori IMT
11
Konsep asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan kebutuhan nutrisi meliputi
pengkajian fokus, diagnosa keperawatan, dan perencanaan keperawatan.
1. Pengkajian Fokus
a. Riwayat keperawatan dan diet.
1) Anggaran makan, makanan kesukaan, waktu makan.
2) Apakah ada diet yang dilakukan secara khusus.
3) Adakah penurunan dan peningkatan berat badan dan berapa lama periode
waktunya?
4) Adakah status fisik pasien yang dapat meningkatkan diet seperti luka bakar
dan demam?
5) Adakah toleransi makanan atau minumam tertentu?
b. Faktor yang memengaruhi diet
1) Status kesehatan
2) Kultur dan kepercayaan
3) Status sosial ekonomi.
4) Faktor psikologis
5) Informasi yang salah tentang makanan dan cara berdiet.
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan fisik: apatis, lesu
2) Berat badan: obesitas, kurus (underweight).
3) Otot: flaksia / lemah, tonus kurang, tenderness, tidak mampu bekerja.
4) Sistem saraf: bigung, rasa terbakar, parestbesia, reflek menurun.
5) Fungsi gastrointestinal: anoreksia, konstipasi, diare, pembesaran liver.
6) Kardiovaskuler: denyut nadi lebih dari 100 x/menit, irama abnormal, tekanan
darah rendah/tinggi.
7) Rambut: kusam, kering, pudar, kemerahan, tipis, pecah/patah-patah.
8) Kulit: kering, pucat, iritasi, petekhie, lemak di subkutan tidak ada.
9) Bibir: kering, pecah-pecah, bengkak, lesi, stomatitis, membran mukosa pucat.
10) Gusi: perdarahan, peradangan.
11) Lidah: edema, hiperemasis.
12) Gigi: karies, nyeri, kotor.
13) Mata: konjungtiva pucat,kering,exotalmus,tanda-tanda infeksi.
14) Kuku: mudah patah.
15) Pengukuran antopometri:
12
a) Berat badan ideal: (TB ̶ 100) ± 10%
BB (kg)
b) BMI (Body Mass Index):
TB × TB (m)
c) Lingkar pergelangan tangan
d) Lingkar lengan atas (MAC):
Nilai normal Wanita : 28,5 cm
Pria : 28,3 cm
e) Lipatan kulit pada otot trisep (TSF)
Nilai normal Wanita : 16,5 ─ 18 cm
Pria : 12,5 ─ 16,5 cm
d. Laboratorium
1) Albumin (N: 4─ 5,5 mg/100ml)
2) Transferin (N:170 ─ 25 mg/100 ml)
3) Hb (N: 12 mg %)
4) BUN (N:10 ─ 20 mg/100ml)
5) Ekskresi kreatinin untuk 24 jam (N: laki-lak: 0,6 ─ 1,3 mg/100 ml, wanita: 0,5
─ 1,0 mg/100 ml)
(Tarwoto & Wartonah, 2006)
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik
Batasan Karakteristik:
1) Berat badan 20% atau lebih dibawah rentang berat badan ideal
2) Bising usus hiperaktif
3) Cepat kenyang setelah makan
4) Diare
5) Gangguan sensasi rasa
6) Kehilangan rambut berlebihan
7) Kelemahan otot pengunyah
8) Kelemahan otot untuk menelan
9) Kerapuhan kapiler
10) Kesalahan informasi
13
11) Kesalahan persepsi
12) Ketidakmampuan memakan makanan
13) Kram abdomen
14) Kurang informasi
15) Kurang minat pada makanan
16) Membran mukosa pucat
17) Nyeri abdomen
18) Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat
19) Sariawan rongga mulut
20) Tonus otot menurun
Batasan Karakterisitik:
1) Lipatan kulit tricep lebih dari 25 mm untuk wanita dan 15 mm untuk pria
2) BB diatas 20 % diatas tubuh ideal untuk tinggi dan kerangka tubuh ideal
3) Makan dengan respon eksternal (misalnya: situasi sosial, sepanjang hari)
4) Dilaporkan atau diobservasi adanya disfungsi pola makan (misalnya:
memasangkan makanan dengan aktivitas yang lain)
5) Tingkat aktivitas yang menetap
6) Konsentrasi intake makanan yang menjelang malam
14
Intake yang berlebihan dalam hubungannya dengan kebutuhan metabolisme
tubuh.
3. Rencana Keperawatan’
a. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
15
4. Sajikan makanan yang 4. Meningkatkan selera
mudah dicerna, dalam makan dan intake makan
keadaan hangat, tertutup,
dan berikan sedikit-sedikit
tapi sering
5. Selingi makan dengan 5. Memudahkan makanan
minum masuk
6. Hindari makanan yang 6. Mengurangi rasa nyaman
banyak mengandung gas
7. Ukur intake makanan dan 7. Observasi kebutuhan
timbang berat badan nutrisi
8. Lakukan latihan pasif dan 8. Menambah nafsu makan
aktif
9. Kaji tanda vital, sensori, 9. Membantu mengkaji
bising usus keadaan pasien
10. Monitor hasil lab, seperti 10. Monitor status nutrisi
glukosa, elektrolit,
albumin, hemoglobin,
kolaborasi dengan dokter
Kriteria Hasil:
1) Teridentifikasi kebutuhan nutrisi dan berat badan yang terkontrol
2) Perencanaan kontrol berat badan untuk yang akan datang
3) Tidak terjadinya penurunan berat badan yang berlebihan
16
dengan kelebihan makan
3. Diskusikan motivasi 3. Membantu memecahkan
untuk menurunkan berat masalah
badan
4. Kolaborasi dengan ahli 4. Menentukan makanan yang
diet yang tepat sesuai dengan pasien
5. Ukur intake makanan 5. Mengetahui jumlah kalori
dalam 24 jam yang masuk
6. Buat program latihan 6. Meningkatkan kebutuhan
untuk olahraga energi
7. Hindari makanan yang 7. Makanan berlemak banyak
banyak mengandung menghasilkan energi
lemak
8. Berikan pengetahuan 8. Memberikan informasi dan
kesehatan tentang: mengurangi komplikasi
a. Program diet yang
benar
b. Akibat yang mungkin
timbul akibat
kelebihan berat badan
17
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN Ny. S DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN NUTRISI
DI BANGSAL CEMPAKA ATAS RSUD SUKOHARJO
A. Pengakajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 15 Juni 2013 pukul 11.40 di bangsal cempaka atas
RSUD Sukoharjo oleh perawat. Pengkajian dilakukan dengan metode anamnesa dan
observasi. Sumber data berasal dari pasien, keluarga pasien dan catatan medis.
1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama : Ny. S
Umur : 28 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Tawangsari, Sukoharjo
No. Registrasi : 173896
Tanggal masuk : 15 Juni 2013
Dx. Medis : Diabetes Militus & Skizoprenia
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Tn. D
Hubungan : Ayah Kandung
18
Alamat : Tawangsari, Sukoharjo
2. Keluhan utama
Pasien tidak mau makan ± 1 minggu
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesahatan sekarang
Pasien tidak mau makan kurang lebih 1 minggu, jika dipaksa pasien menangis dan
memberontak. Pasien kemudian dibawa ke RSJ karena sebelumnya pernah mengalami
gangguan kejiwaan. Tetapi kemudian oleh RSJ dirujuk ke RSUD Sukoharjo karena gula
darah pasien yang tinggi. Pasien masuk IGD RSUD Sukoharjo pada tanggal 15 Juni 2013
pukul 11.15. Saat dilakukan pengkajian keadaan umum pasien lemas dengan kesadaran
composmentis dan TTV adalah TD = 110/80 mmHg, N = 80 x/mnt, S = 36° C, R = 16 x/ mnt
19
Hemoglobin 13 – 16 (L) g/l
12 – 14 (P)
MCH 26,1 27 – 31 Pg
MCHC 35,3 32 – 36 g/dl
GDS 365 < 150 Mg/dl
20
Keluarga pasien mengatakan pasien belum mandi, gosok gigi dan
menyisir rambut selama beberapa hari
Analisa Data
No Data Fokus Problem Etiologi
1. DS Pasien Ketidakseimbangan Ketidakmampuan
= merasa lemas nutrisi kurang dari untuk
Pasien kebutuhan tubuh memasukkan
tidak mau atau mencerna
makan ± 1 nutrisi oleh
minggu dan karena faktor
Pasien psikologis
tidak nafsu
makan
Keluarga
pasien
mengatakan
pasien
menangis
dan
memberontak
jika dipaksa
21
untuk makan
DO GDS =
= 365 g/dl
IMT =
13,14
Turgor
kulit jelek
Kulit
kering,
kusam
Mulut
kering,
pecah-pecah
Pasien
mempunyai
riwayat
skizoprenia
2. DS Pasien Intoleransi aktivitas Kelemahan
= merasa lemas
DO Otot
= lembek
Tonus
otot jelek
Aktivitas
hanya
disekitar
tempat tidur
3. DS Keluarga Defisit perawatan Kerusakan
= mengatakan diri persepsi/kognitif
sudah
beberapa hari
pasien tidak
mandi,
22
menggosok
gigi dan
menata
rambut
DO Rambut
= tidak tertata,
kering,
kusam
Gigi kotor
Mulut
berbau
Kuku
kotor
Pasien
mempunyai
riwayat
skizoprenia
C. Diagnosa
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk memasukan atau mencerna nutrisi oleh karena faktor psikologis
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan persepsi/kognitif.
D. Intervensi
No Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Dx.
1. Setelah dilakukan1. Peningkatan nafsu1. Kaji pola makan pasien
tindakan makan dan diet harian pasien
keperawatan 2. Kebutuhan intake2. Monitor adanya
selama 5 x 24 jam oral adekuat penurunan BB dan gula
nutrisi kurang3. BB dalam rentang darah
23
dapat terpenuhi normal 3. Monitor intake nutrisi
4. Turgor kulit baik 4. Monitor turgor kulit
5. Membran mukosa dan membran mukosa
tidak kering 5. Motivasi pasien untuk
makan
6. Atur posisi semi fowler
atau fowler tinggi
selama makan
7. Anjurkan pasien untuk
makan selagi hangat
8. Anjurkan tidak makan
makanan tinggi gula
9. Kolaborasi dengan
dokter untuk pemberian
penambah nafsu makan
2. Selama dilakukan1. Berpartisipasi dalam1. Monitor TTV
tindakan aktivitas fisik tanpa2. Monitor intake nutrisi
keperawatan disertai peningkatan3. Kaji adanya faktor
selama 3x24 jam, tekanan darah, nadi yang menyebabkan
pasien bertoleransi dan RR kelelahan
terhadap aktivitas 2. Mampu melakukan4. Bantu klien untuk
aktivitas sehari-hari melakukan ADL’s yang
(ADL’s) secara mungkin untuk pasien
mandiri 5. Anjurkan keluarga
untuk membantu pasien
dalam pemenuhan
ADL’s
24
kering bantu kebersihan diri,
3. Rambut klien bersih berpakaian, berhias,
dan rapi toileting dan makan
4. Pasien menyatakan3. Sediakan bantuan
kenyamanan terhadap sampai klien mampu
kemampuan secara untuk melakukan
melakukan ADL’s self care
5. Dapat melakukan4. Dorong klien untuk
ADL’s dengan melakukan ADL’s
bantuan secara mandiri tapi beri
bantuan ketika klien
tidak mampu melakukan
5. Anjurkan pasien /
keluarga untuk
memberikan
kemandirian untuk
memberikan bantuan
jika pasien tidak mampu
melakukannnya
E. Implementasi
Hari/ Jam No.D Implementasi Respon Para
tgl x. f
Sabtu, 11.5 1 Memberikan obat injeksi S : pasien
15-6- 0 IV mengatakan
13 - Ranitidin 50 mg masih lemas
- Ceftrixone 1 gr O : pasien Nur
gelisah saat
diberikan
injeksi obat IV
12.1 1 Memberikan terapi obat S : pasien tidak
0 oral merasa pusing
- Metformin 500 mg O : pasien
25
minum obat
oral dengan ¼
gelas air putih
12.4 1 Memonitor reaksi obat S : pasien
0 merasa masih
lemas
Pasien
mengatakan
perutnya perih
O : pasien tidak
menunjukan
gejala
hipoglikemi
Pasien tidak
mau makan
walau sudah
dibujuk
14.2 1 Memonitor adanya S : keluarga
0 penurunan BB mengatakan
pasien memang
sudah kurus
dari dulu, tapi
selama sakit
semakin kurus
Pasien merasa
lemas dan harus
dibatu jika
berdiri
O : BB = 32 kg
16.0 1,2 Memonitor intake nutrisi S : pasien
0 mengatakan
tidak lapar
ketika dibujuk
26
untuk makan
O : pasien tidak
mau makan
sama sekali
Pasien minum
± 1500 cc/ hari
16.0 1 Mengkaji pola makan S : keluarga
5 pasien dan diet harian pasien
pasien mengatakan
selama masuk
RS pasien
belum makan
sama sekali
Pasien
mengatakan
suka minum jus
buah
O : pasien
tampak lemas
16.1 1 Memberikan injeksi obat S : pasien
0 ranitidin 50 mg mengatakan
ceftriaxone 1 gr perutnya perih
O : pasien
memegangi
perut
17.0 3 Memonitor kemampuan S : pasien
0 pasien untuk perawatan merasa tidak
diri secaramandiri nyaman saat
akan digantikan
baju oleh
keluarganya
O : pasien
menolak untuk
27
ganti baju
18.1 1 Memotivasi pasien untuk S : pasien tidak
5 makan merasa lapar
O : pasien
menolak untuk
makan
Mingg 00.3 1 Memberi injeksi obat IV: S : pasien
u, 16- 0 - ranitidin 50 mg masih
6-13 - ceftriaxone 1 gr merasakan
lemas
O : pasien
tenang saat
diberikan
injeksi obat
05.0 2 Memonitor TD S : pasien
0 merasa lemas
O : TD =
110/80 mmhg
08.0 1 Memberikan obat injeksi S : pasien
0 IV merasa lemas
ranitidin 50 mg O : pasien
ceftriaxone 1 gr gelisah saat
diberikan
injeksi obat
08.3 1 Memonitor reaksi obat S : pasien
0 mengatakan
perutnya masih
terasa nyeri
O : nyeri
dibagian
epigastrik
12.1 1 Memotivasi pasien untuk S : pasien
0 makan mengatakan
28
tidak lapar
O : pasien
menolak untuk
makan
Pasien minum
¼ gelas (± 60
cc)
17.0 1 Memberikan injeksi obat S : pasien
0 IV mengatakan
ranitidin 50 mg perutnya masih
ceftriaxone 1 gr sakit
O : pasien
gelisah saat
diberikan
injeksi obat
18.0 1 Memberikan obat injeksi S : pasien
0 im merasa sakit
-lodomer saat diberikan
della injeksi obat
O : ekspresi
wajah pasien
meringis
21.1 2,3 Menganjurkan keluarga S : pasien tidak
5 untuk membantu pasien mau dilakukan
dalam pemenuhan ADL’s ADL’s oleh
keluarganya
O : pasien
memberontak
saat keluarga
mencoba
anjuran perawat
Senin, 05.0 2 Memonitor TD S : pasien
17-6- 0 merasa lemas
29
13 O : TD =
100/70 mmHg
06.4 3 Memonitor kebutuhan S : keluarga
5 pasien untuk kebersihan mengatakan
diri mempunyai
sisir, sabun
mandi, sikat
dan pasta gihi
serta baju ganti
untuk pasien
O : alat
kebersihan
pasien tersedia
06.5 3 Menyediakan bantuan S : pasien
5 sampai pasien mampu merasa lemas
secara utuh untuk O : pasien
melakukan self-care menolak
dilakukan self
care oleh
perawat dan
keluarga
07.1 3 Mendorong klien untuk S : pasien
0 melakukan self-care merasa lemas
secara mandiri O : pasien
belum mampu
melakukan
ADL’s secara
mandiri
07.2 3 Mengajarkan pasien/ S : keluarga
0 jeluarga untuk mendorong pasien
kemandirian mengatakan
mengarti pada
penjelasan
30
perawat
O : keluarga
memperhatikan
penjelasan
perawat
08.1 1 Memberikan injeksi S : pasien
0 obat iv ranitidin 50 mg mengatakan
ceftriaxone 1 gr masih nyeri
O : nyeri
dibagian
epigastrik
08.5 1 Memonitor respon obat S : Pasien
5 mengatakan
nyeri berkurang
O : skala nyeri
4
11.1 1 Memotivasi pasien untuk S : pasien
5 makan mengatakan
hanya haus saja
dan tidak lapar
O : pasien
minum sari
kacang hijau ±
240 cc
31
O : GDS = 278
g/dl
17.1 1 Memberi terapi obat S : pasien
0 injeksi IV: mengatakan
Ranitidin 50 mg nyeri sudah
Ceftriaxone 1 gr berkurang
O : skala nyeri
3
17.1 1 Memberikan terapi obat S : pasien
5 injeksi IM : merasa lemas
Lodomer O : pasien
della tampak
meringis ssaat
diberikan
injeksi
Selasa, 05.3 2 Memonitor TTV S : pasien
18-6- 0 merasa lemas
13 O : TD =
110/90 mmHg
N = 80 X / mnt
R = 22 X / mnt
S = 37,6 ° C
07.3 2,3 Membantu klien untuk S : - pasien
5 melakukan ADL’s yang merasa lebih
mungkin untuk pasien nyaman setelah
dilakukan
ADL’s
pasien
merasa masih
lemas
O : - gigi pasien
lebih bersih
rambut
32
pasien rapi
kulit pasien
tidak kering
bau badan
berkurang
08.1 1 Memberikan terapi injeksi S : pasien
0 IV : mengatakan
ranitidin 50 mg kadang
ceftriaxone 1 gr perutnya masih
terasa perih
O : nyeri hilang
timbul dengan
durasi sebentar
08.4 1 Memonitor reaksi obat S : pasien
0 mengatakan
sudah tidak
nyeri
O :skala nyeri 0
13.0 1 Memotivasi pasien untuk S : pasien
5 makan merasa sudah
kenyang setelah
makan 2
sendok bubur
O : pasien
mempu makan
sendiri
pasien
makan 2
sendok bubur
16.5 1 Memberi terapi injeksi S : pasien
0 IV: mengatakan
ranitidin 50 mg sudah tidak
ceftriaxone 1 gr nyeri
33
O : Pasien tidak
gelisah saat
diberi injeksi
obat IV
16.5 1 Memberikan injeksi IM: S : pasien
5 -lodomer masih merasa
- della lemas
O : pasien
meringis saat
diberikan
injeksi
Rabu, 05.0 2 Memonitor TTV S : pasien
19-6- 5 meraa lemas
13 O : TD =
110/70 mmhg
N = 80 x/ mnt
R= 18 x/ mnt
S = 35,7° C
34
minum 25 ml
air putih dan
tidak mau
makan
08.1 1 Memberikan terpi injeksi S : pasien
0 Iv merasa nyeri
ranitidin 50 mg sedikit
ceftriaxon 1 gr O : pasien
tenag saat
diberikan obat
11.2 1 Memonitor gula darah S : pasien
5 engatakan
sudah tidak
lemas ketika
duduk
O : GDS = 295
g/dl
13.1 1,2 Memonitor intake nutrisi S : pasien
5 mengatakan
lapar tapi tidak
mau makan
O : pasien
hanya minum
jus jambu ±
240 ml
17.1 3 Memonitor kemampuan S : pasien
5 klien untuk melakukan mengatakan
perawatan diri mau melakukan
sendiri
O : rambut
pasien tertata
setelah disisir
18.1 1 memotivasi pasien untuk S : pasien
35
0 makan mengatakan
mau makan
sendiri
O : pasien
makan ½ porsi
bubur
23.5 1 Memberi terapi injeksi Iv S : pasien
0 ranitidin 50 mg sudah tidak
Ceftriaxone 1 gr mersa nyeri
O : skala nyeri
0
Kamis, 05.0 2 Memonitor TTV S : pasien
20-6- 0 masih sedikit
13 lemas
O : TD =
110/70 mmHg
N = 90 x/ mnt
S = 36,8 °C
R = 20 x/ mnt
36
bubur
14.3 1 Menganjurkan untuk S = keluarga
0 menghindari makanan pasien
manis mengatakan
telah mengikuti
anjuran dari
dokter
O = pasien
tidak makan
dan minum
manis
17.1 1 Memberikan injeksi obat S = pasien
0 IV mengatakan
Ranitidin 50 mg tidak nyeri
Ceftriaxone 1 gr O = pasien
tenang saat
dilakukan
injeksi obat
F. Evaluasi
Tanggal No.Dx Evaluasi Paraf
18-6-13 2 S = pasien mengatakan sudah tidak merasa lemas
O = pasien mampu duduk agak lama
Pasien mampu melakukan ADL’s ringan
secara mandiri
Pasien melakukan ADL’s berat dengan
bantuan orang lain tanpa menj=unjukan tanda
kelelahan, peningkatan TD, RR dan nadi
A = masalah teratasi sebagian
P = intervensi dilanjutkan
Mendorong klien agar mampu melakukan
ADL’s secara mandiri
18-6-13 3 S = pasien mengatakan lebih nyaman setelah
37
dilakukan perawatan diri
O = kulit pasien tidak kering
Gigi lebih bersih
Rambut tertata rapi
A = masalah teratasi
P = intervensi dihentikan
20-6-13 1 S = pasien mengatakan lapar
O = pasien makan ½ porsi bubur
Pasien minum ±450 cc air
Membran mukosa pasien lembab
IMT = 13,16
A = masalah teratasi
P = Intervensi dihentikan
38
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kebutuhan nutrisi berkaitan erat dengan aspek-aspek yang lain dan dapat dicapai jika
terjadi keseimbangan dengan aspek-aspek yang lain. Nutrisi berpengaruh juga dalam fungsi-
fungsi organ tubuh, pergerakan tubuh, mempertahankan suhu, fungsi enzim, pertumbuhan
dan pergantian sel yang rusak. Dan dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tubuh manusia,
maka akan terhindar dari ancaman-ancaman penyakit.
3.2 Saran
Kebutuhan nutrisi dalam tubuh setiap individu sangat penting untuk diupayakan.
Upaya untuk melakukan peningkatan kebutuhan nutrisi dapat dilakukan dengan cara makan-
makanan dengan gizi seimbang dengan di imbangi keadaan hidup bersih untuk setiap
individu. Hal tersebut harus dilakukan setiap hari, karena tanpa setiap hari maka tubuh
manusia bisa terserang penyakit akibat imune tubuh yang menurun.
39
DAFTAR PUSTAKA
Kozier, dkk. 2010. Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, dan
praktik Volume 2, Edisi 7. Jakarta : EGC.
NANDA Internasional Inc. 2015. Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi
2018-2020, Edisi 10. Jakarta: EGC.
Tarwoto & Wartonah. 2007. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan, Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.
Repository USU. Chapter II.pdf
Alimul H, A Aziz. 2006. Pengantar KDM Aplikasi Konsep & Proses Keperawatan.
Salemba.Medika. Jakarta.
40