DASAR ILMU GIZI
KESEHATAN MASYARAKAT
Oleh
TATIK OCKTAVIA
NIM: 22031011
PROGRAM STUDI
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM
SARJANA FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS
AUFA ROYHAN KOTA PADANGSIDIMPUAN
2022
Status gizi adalah derajat ekpresi terhadap pemenuhan kebutuhan fisiologi. Gangguan
gizi akan terjadi jika pemenuhan fisiologis ini tidak terpenuhi atau terpenuhi berlebihan
dalam kurun waktu tertentu, sehingga bermanifestasi dalam bentuk gangguan gizi, baik
masalah kelebihan gizi maupun kekurangan gizi. Konsep dasar status gizi yang optimal
merupakan variabel sebagai ekspresi dari keseimbangan antara intake zat gizi dan kebutuhan
untuk memperoleh derajat keseimbangan fisiologi yang optimal. Berikut merupakan
mekanisme keseimbangan gizi serta faktor-faktor penting yang mempengaruhi
Tehnik yang tepat dalam asesmen gizi dapat mendeteksi perkembangan kekurangan
gizi tahap awal, sehingga pemberian terapi makanan sedini mungkin dapat memperbaiki
defisiensi gizi melalui dukungan dan konseling gizi sehingga perkembangan defisiensi gizi
tidak berlanjut menjadi lebih berat. Tehnik yang lain termasuk uji kondisi fisik, deteksi
pertumbuhan dan perkembangan , fungsi berbagai organ dan sistem organ, perilaku, kadar zat
gizi dalam urin , darah atau jaringan serta kualitas dan kuantitas konsumsi zat gizi. Masalah
gizi ini menjadi dasar pemikiran dalam membuat deskripsi kalimat diagnosa gizi, baik pada
individu maupun pada aspek komunitas. Masalah gizi harus dipandang sebagai sebuah proses
yang sedang terjadi di hadapan ahli gizi di Puskesmas. Pemahaman pada proses atau tahap
mana masalah gizi terjadi ini menjadi peluang Ahli Gizi atau petugas gizi Puskesmas dalam
mengembangkan atau menentukan diagnosa gizi yang tepat sehingga mampu menetapkan
intervensi yang lebih tepat. Oleh karena itu masalah gizi baik berupa kekurangan atau
kelebihan gizi yang muncul pada individu ataupun komunitas perlu dipahami terlebih dahulu.
Model proses kekurangan atau kelebihan gizi itu memiliki alur proses yang mirip, meskipun
tidak mesti sama prosesnya, sehingga dalam hal ini perlu kita pahami model atau tahapan-
tahapan/proses kejadian defisiensi gizi atau kelebihan gizi sebagai sebuah proses yang sedang
berkembang. Di bawah ini merupakan skema perkembangan alur gangguan gizi yang terjadi
baik sifatnya individual maupun pada komunitas.
Sebagai acuan pemahaman yang sama di bawah ini merupakan kata-kata kunci yang
perlu dipahami secara seksama oleh petugas gizi Puskesmas :
1. Status gizi : ekspresi derajat kebutuhan fisiologis terhadap zat gizi yang
didapatkan/dikonsumsi.
2. Malnutrisi : Gizi salah meliputi 2 kelompok kelainan gizi :
Undernutrition : kekurangan gizi
Overnutrition : kelebihan gizi
3. Overnutrition/kelebihan gizi : Keadaan patologi yang disebabkan kelebihan salah satu
atau lebih zat gizi
4. Eunutritional state : tingkat keadaan gizi yang optimal /optimum
5. Undernutrion/Defisiensi gizi : keadaan patologi yang disebabkan konsumsi zat gizi yang
tidak cukup dalam kurun waktu tertentu. (Kemenkes RI, 2015)
Zat-zat gizi yang diperlukan oleh tubuh dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu sebagai:
1. Sumber energi. Zat gizi yang termasuk sebagai sumber energi yaitu karbohidrat, lemak,
dan protein. Oksidasi zat ini akan digunakan untuk aktivitas tubuh. Jumlahnya pun paling
besar dalam bahan pangan. Ketiga zat tersebut disebut sebgai zat pembakar.
2. Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh. Zat gizi yang termasuk di dalamnya
antara lain: protein, mineral, dan air dan merupakan bagian dari jaringan tubuh. Fungsi
dari ketiganya adalah membentuk sel-sel baru, memelihara, dan mengganti sel-sel yang
rusak. Zat ini juga disebut sebagai zat pembangun.
3. Mengatur proses tubuh. Zat yang termasuk di dalamnya antara lain protein, mineral, air,
dan vitamin untuk mengatur proses tubuh. Fungsi Protein sebgai pengatur keseimbangan
air dalam sel, bertindak sebgai pemelihara netralitas tubuh dan membentuk antibodi
penangkal organisme infektif dan bahan-bahan asing yang dapat masuk ke dalam tubuh.
Mineral dan vitamin sebagai pengatur proses oksidasi, fungsi normal saraf dan otot serta
proses menua. Air diperlukan untuk melarutkan bahan-bahan di dalam tubuh seperti
dalam darah, proses pencernaan, jaringan, mengatur suhu tubuh, peredaran darah, proses
ekskresi (Ida M, 2021)
5 kelompok zat gizi (karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral) dalam jumlah cukup,
tidak berlebihan dan tidak juga kekurangan. Di samping itu, manusia memerlukan air dan
serat untuk memperlancar berbagai proses faali dalam tubuh. Secara alami, komposisi zat gizi
setiap jenis makanan memiliki manfaat dan kerugian tertentu. Beberapa makanan
mengandung tinggi karbohidrat tetapi kurang vitamin A, contohnya kentang. Sedangkan
beberapa makanan lain tinggi vitamin C tetapi kurang lemak, contohnya buah jeruk. Oleh
karena itu konsumsi pangan sehari-hari harus beranekaragam untuk memenuhi berbagai
kebutuhan zat gizi dan penyerapan zat gizi yang optimum. Peranan berbagai jenis bahan
makanan yang dikelompokkan berdasarkan fungsi utama zat gizi, dalam ilmu gizi
dipopulerkan dengan istilah “Tri Guna Makanan” yaitu sebagai sumber energi, sumber zat
pembangun dan sumber zat pengatur.
Sumber Energi
a. Karbohidrat
Bahan pangan sumber karbohidrat antara lain: beras, jagung, gandum, ubi jalar, ubi
kayu, kentang, sagu, dan hasil olahannya, dan gula murni. Konsumsi karbohidrat
sederhana, terutama gula, sebaiknya dibatasi empat (4) sendok makan setiap hari.
Konsumsi gula yang berlebihan akan berakibat pada kelebihan konsumsi energi
sehingga kelebihan tersebut akan disimpan dalam bentuk lemak.
b. Lemak
Lemak merupakan sumber energi tertinggi dibandingkan karbohidrat dan protein.
Lemak menyediakan asam lemak esensial yang diperlukan tubuh, serta membantu
penyerapan vitamin A,D,E dan K. Lemak dalam makanan berasal dari tumbuhan dan
hewan. Lemak yang berasal dari tumbuhan, misalnya margarin, santan dan minyak
kelapa sedangkan yang berasal dari hewan, misalnya daging, susu dan telur.
Konsumsi lemak berlebih berakibat pada peningkatan berat badan yang dapat
berlanjut menjadi kegemukan. Kegemukan diketahui meningkatkan risiko terkena
penyakit seperti jantung koroner, diabetes mellitus, hipertensi dan lain sebagainya
yang dapat menyebabkan kematian. Bagi anak yang mengalami obesitas, konsumsi
lemak dan minyak dalam makanan seharihari maksimal 5 (lima) sendok makan.
Ikan gabus merupakan bahan pangan lokal yang tinggi protein dan zink. Bakso
ikan gabus diharapkan mampu menjadi alternatif makanan selingan balita. Tujuan
penelitian ini mengetahui perbedaan kandungan protein, zink, dan tingkat
kesukaan bakso ikan gabus (Channa Striata) sebagai makanan selingan balita.
Hasil penelitian didapat kandungan protein pada bakso ikan gabus dan tepung
tapioka F0 (8,44 g), F1 (6,6 g), F2 (5,78 g), F3 (5,26 g). Kandungan mineral zink
pada bakso ikan gabus dan tepung tapioka F0 (3,12 mg), F1 (2,22 mg), F2 (2,09
mg), F3 (1,50 mg). Tingkat Kesukaan bakso ikan gabus dan tepung tapioka yang
paling diminati terhadap warna F0 (3,4%), aroma F0 (3,1%), rasa F0 (3,2%),
tekstur F0 (3,1%). Bakso ikan gabus dan tepung tapioka dapat dijadikan makanan
selingan untuk mencegah balita stunting dengan konsumsi bakso ikan gabus
perlakuan yang paling diminati untuk zat gizi dan tingkat kesukaan (uji De
Garmo) yaitu pada F0 sebanyak 3 buah dengan berat bakso ikan gabus 10 g untuk
memenuhi zat gizi protein dan zink.
Ikan gabus juga memiliki kandungan zat gizi yang salah satunya yaitu protein dan
zink. Kandungan protein dan zink dalam ikan gabus dapat membantu memenuhi
kebutuhan bagi anak yang kekurangan protein dan zink sehingga dapat membantu
masa pertumbuhan dan perkembangan terutama untuk balita stunting. (Ani F dkk,
2022)
Berdasarkan angka kecukupan gizi (AKG) tahun 2019, kebutuhan protein balita
usia 1-3 tahun adalah 20 g per hari, sedangkan balita umur 4-6 tahun adalah 25 g
per hari, maka didapatkan kebutuhan protein dalam per hari untuk balita usia 1-5
tahun yaitu sebesar 7,5 g. Pada perlakuan F0 untuk memenuhi protein pada balita
dapat mengkonsumsi sekitar 3 buah bakso ikan gabus, perlakuan F1, F2 untuk
memenuhi protein pada balita dapat mengkonsumsi sekitar 4-6 buah bakso ikan
gabus dan perlakuan F3 untuk memenuhi protein pada balita dapat mengkonsumsi
sekitar 4-7 buah bakso ikan gabus sebagai makanan selingan. Ikan gabus
merupakan salah satu bahan pangan yang merupakan sumber protein hewani yang
lengkap dan bermutu tinggi karena mempunyai kandungan asam amino essensial
yang lengkap dan susunannya mendekati asam amino yang diperlukan tubuh, serta
daya cerna yang tinggi. Asam amino memiliki peran dalam tubuh, mulai dari
membantu proses penyembuhan luka, memproduksi hormon pertumbuhan, dan
meningkatkan kekuatan otot (Widodo dkk, 2015).
Salah satu bahan makanan yang potensial untuk dikembangkan dan dapat
memberikan zat besi adalah bayam. Zat besi sangat diperlukan dalam
pembentukan darah untuk mensinstesis hemoglobin. Kekurangan zat besi akan
menyebabkan terjadinya penurunan kadar ferritin yang diikuti dengan penurunan
kejenuhan transferin atau peningkatan protoporfirin. Jika keadaan ini terus
berlanjut akan terjadi anemia defisiensi besi, dimana kadar Hb turun di bawah
nilai normal. Maka dari itu, disarankan pada remaja perempuan saat haid untuk
mengonsumi sayuran hijau seperti bayam, agar tergantinya sel darah merah yang
telah hilang. Salah satu upaya untuk memanfaatkan bayam agar lebih efisien yaitu
dengan membuat tepung daun bayam. Penambahan tepung bayam merupakan
salah satu bentuk pengolahan makanan tambahan atau jajanan yang dapat
memberi sumbangan zat gizi yang dibutuhkan, karena dalam 100 g tepung bayam
mengandung zat besi sebanyak 77 mg Selain itu, untuk mencegah anemia
dibutuhkan bahan makanan yang dapat membantu penyerapan zat besi, salah
satunya vitamin C. Buah yang mengandung vitamin C salah satunya yaitu pisang
kapok. Zat gizi pada buah pisang kepok per 100 g adalah protein sebesar 0,8 g,
karbohidrat sebesar 26,3 g. (Rose Y dkk, 2022)
DAFTAR PUSTAKA
Ida M. 2021. Dasar-dasar Ilmu Gizi dalam Keperawatan, Pustaka Baru Press,
Yogyakarta
Badan POM. 2013. Pedoman Pangan Jajanan Anak Sekolah Untuk Pencapaian
Gizi Seimbang. Direktorat SPP, Deputi III, Badan POM RI, Jakarta
Widodo S., Hadi R., Ikeu T., Astawan M. Perbaikan Status Gizi Anak Balita
dengan Intervensi Biskuit Berbasis Blondo, Ikan Gabus (Channa Striata) dan
Beras Merah (Oryza Nivara). Journal Gizi Pangan. 2015. 10 (2): 85-92.
Ani F., Nurul H., Desya M., Nany S. Perbedaan Kandungan Protein, Zink, dan
Tingkat Kesukaan Bakso Ikan Gabus (Channa Striata) Sebagai Makanan Selingan
Balita. Jurnal Gizi dan Kesehatan Universitas Ngudi Waluyo. 2022
Rose Y., Sigit Y., Desya M., Nurul H. Pukis Bayam (Amaranthus Hybridus L.)
dan Pisang Kepok (Musa Paradisiaca L.) untuk Mencegah Anemia: Uji Zat Besi
dan Tingkat Kesukaan. Jurnal Gizi dan Kesehatan Universitas Ngudi Waluyo.
2022