Anda di halaman 1dari 13

TUGAS

  
TEKNOLOGI PENGEMBANGAN MEDIA
“Pesan Kesehatan di Radio Dengan Tema Stunting”

Dosen : Delfi Ramadhini, SKM, M.Biomed

Oleh :

NELLI ASTINA HARAHAP (22031009)

NURHAIDA (22031010)

TATIK OCKTAVIA (22031011) 

PROGRAM STUDI
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM
SARJANA FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS
AUFA ROYHAN KOTA PADANGSIDIMPUAN 
2023
Latar Belakang
Banyaknya satelit yang dipergunakan sebagai saluran komunikasi, peranan media massa
mengalami dinamisasinya. Diduga bahwa setelah rangsangan pertama melalui salah satu
media terhadap suatu permasalahan, maka orang akan mencari bahan tambahan dari jenis
media yang sama atau akan memperluas perhatiannya terhadap media yang lain dan
menggunakannya sebagai sumber informasi tambahan. Hal ini dikenal sebagai pengaruh
sentrifugal dari media. Kemajuan teknologi, khususnya dibidang komunikasi terbukti telah
banyak membantu manusia bertukar pengalaman, informasi dan pemikiran dalam volume
yang relatif besar, tanpa harus bertatap muka dengan menempuh perjalanan panjang (jauh)
yang memakan waktu. Kemajuan teknologi yang ditempuh di Indonesia telah terbukti
manfaatnya semenjak masa penjajahan dan masa perjuangan kemerdekaan sehingga
komunikasi tanpa dibatasi ruang dan waktu. Berbicara tentang media, menurut Schramm yang
dikutip oleh Totok Djuroto dari bukunya Jahi mengatakan, bahwa ada tiga fungsi media
dalam pembangunan, yaitu:
1. Memberi tahu rakyat tentang pembangunan nasional, memusatkan perhatian mereka pada
kebutuhan untuk berubah, kesempatan untuk menimbulkan perubahan.
2. Membantu rakyat berpartisipasi dalam proses pembuatan keputusan, memperluas dialog
dan menjaga agar informasi mengalir, baik ke atas maupun ke bawah.
3. Mendidik rakyak agar mempunyai ketrampilan.
Totok Djuroto juga mengutip pernyataan Budi Santosa, di sana dijelaskan bahwa media massa
merupakan satu kekuatan yang mampu mengubah prilaku massa tanpa dapat dihalang-halangi
oleh kekuatan apapun. Ia juga merupakan alat yang dapat merubah dari keadaan terbelakang
menjadi maju. Ini merupakan salah satu syarat untuk mempercepat penyampaian pesan-pesan
pembangunan di desa, kalau diingat fungsi media tersebut sebagai sarana penyebarluasan
informasi. Dari penjabaran tentang media massa tersebut, radio sebagai salah satu bagian dari
media massa, mempunyai peranan sangat penting dalam penyampaian informasi (termasuk di
dalamnya informasi kesehatan).
Radio Sebagai Media Komunikasi Kesehatan
Defenisi komunikasi kesehatan sebenarnya melekat pada hubungan konseptual antara
“komunikasi” dengan ‘kesehatan” sehingga konsep komunikasi memberikan peranan pada
kata yang mengikutinya (bandingkan dengan komunikasi bisnis, komunikasi politik, dll).
Lebih jelasnya, komunikasi kesehatan adalah seni dan tekhnik penyebarluasan informasi
kesehatan yang bermaksud mempengaruhi dan memotivasi individu, mendorong lahirnya
lembaga atau institusi baik sebagai peraturan ataupun sebagai organisasi dikalangan audiens
yang mengatur perhatian terhadap kesehatan. Komunikasi kesehatan meliputi informasi
tentang pencegahan penyakit, promosi kesehatan, kebijaksanaan pemeliharaan kesehatan,
yang sejauh mungkin mengubah dan membaharui kualitas individu dalam suatu komunitas
atau masyarakat dengan mempertimbangkan aspek ilmu pengetahuan dan etika. Daya persuasi
atau pengaruh suatu pesan sangat tergantung pada media apa yang akan digunakan oleh
komunikator untuk menyampaikan pesan atau informasi kesehatan. Ada beragam media yang
dapat digunakan, mulai dari media sensoris hingga media yang diciptakan manusia. Semua
media sangat besar peranannya dalam mengomunikasikan kesehatan, tergantung dari
komunikator dalam memanfaatkan peranan media.
Radio dan Peranannya
Radio merupakan media elektronik yang banyak dikenal masyarakat, yaitu pesawat pengirim
atau penerima gelombang siaran. Radio juga merupakan “kekuasaan kelima” atau the fifth
estate, setelah pers dianggap sebagai “kekuasaan keempat” dan tiga lembaga lainnya –
eksekutif, legislative, yudikatif – masing-masing, sebagai kekuasaan pertama, kedua dan
ketiga. Radio dijuluki the fifth estate disebabkan karena radio siaran juga melakukan fungsi
kontrol sosial seperti surat kabar, di samping empat fungsi lainnya, yaitu memberi informasi,
menghibur, mendidik dan melakukan persuasi. Kekuatan radio siaran dalam mempengaruhi
khalayak sudah dibuktikan dari masa ke masa di berbagai Negara. Salah satu contoh pada
peristiwa pertempuran Surabaya tanggal 10 November. 1945, bung Tomo dengan gayanya
yang khas melalui mikrofon “Radio Pertempuran” berhasil membangkitkan semangat
bertempur, bukan saja di kalangan pemuda-pemuda Jawa Timur, tetapi juga di daerah lainnya
untuk melawan Belanda.32
Secara umum sistem gelombang radio yang dipergunakan di Indonesia hanya ada dua sistem,
yaitu AM (Amplitude Modulation) dan FM (Frequency Modulation). Dari kedua sistem ini
yang mempunyai kelebihan lebih menonjol adalah FM, sebab system FM mampu
menghilangkan gangguan-gangguan yang disebabkan cuaca, bintik-bintik matahari maupun
alat lintrik dan dapat menyiarkan suara dengan sebaik- baiknya bagi telinga manusia yang
sensitif.33
Di dalam proses komunikasi sosial, peran ideal radio sebagai media publik adalah mewadahi
sebanyak mungkin kebutuhan dan kepentingan pendengarnya. Ada tiga bentuk kebutuhan,
yaitu informasi, pendidikan, dan hiburan.34 Tidak terpenuhinya salah satu kebutuhan tersebut
akan membuat radio kehilangan fungsi sosial, kehilangan pendengar, dan pada akhirnya akan
digugat masyarakat sebab tidak berguna bagi mereka.
Ada beberapa tingkatan peran sosial yang diemban radio dalam kapasitasnya sebagai media
publik, atau yang dikenal dalam konsep radio for society. Pertama, radio sebagai media
penyampaian informasi dari satu pihak ke pihak lain. Kedua, radio sebagai sarana mobilisasi
pendapat publik untuk mempengaruhi kebijakan. Ketiga, radio sebagai sarana untuk
mempertemukan dua pendapat berbeda atau diskusi untuk mencari solusi bersama yang saling
menguntungkan. Keempat, radio sebagai sarana untuk mengikat kebersamaan dalam semangat
kemanusiaan dan kejujuran.35 Beberapa fungsi tersebut bisa diemban sekaligus, tetapi ada
kalanya hanya salah satu saja. Konsistensi dan optimalisasi pada satu peran adalah hal yang
paling terpenting.
Kaitannya dengan penyampaian informasi kesehatan, radio Kotaperak sudah menjalankan
peran sosialnya, yaitu radio sebagai penyampai informasi (kesehatan) dari satu pihak
(komunikator) kepada pihak lain (komunikan). Selain itu juga, radio sebagai sarana untuk
mengikat kebersamaan dalam semangat kemanusiaan melalui program siaran talk show
interaktif yang melibatkan para pendengar untuk berinteraksi dalam proses pelaksanaan siaran
kesehatan.
Karakteristik radio
Mark W. Hall dalam Buku Broadcast Journalism mengemukakan bahwa perbedaan mendasar
antara media cetak dengan radio siaran adalah media cetak dibuat untuk “konsumsi mata”,
sedangkan radio siaran untuk “konsumsi telinga”. Perbedaan antara media massa yang satu
dengan media massa lainnya adalah stimulasi alat indera. 36 Perbedaan ini telah menyebabkan
masing-masing media massa memiliki karakteristik masing-masing. Karakteristik radio,
diantaranya:
1. Imajinatif
Karena hanya indera pendengaran yang digunakan oleh khalayak dan pesannya pun terbatas,
maka radio siaran dapat mengajak komunikannya untuk berimajinasi. Dengan kata lain,
pendengar radio siaran bersifat imajinatif. Seperti contoh siaran sandiwara penyerangan
makhluk dari planet mars. Imajinasi pendengaran akan semakin intensif dalam acara
sandiwara radio siaran karena dalam sandiwara radio siaran suasana dibuat sedemikian rupa
agar menyerupai keadaan sesungguhnya.
2. Auditori
Sifat auditori sebagai konsekuensi dari radio siaran untuk didengar. Karena kemampuan
mendengar manusia itu terbatas, maka pesan komunikasi melalui radio siaran diterima dengan
sepintas. Pendengar tidak akan dapat mendengar kembali (rehearing) informasi yang tidak
jelas diterimanya, karena ia tidak bias meminta kepada komunikator atau penyiar untuk
mengulang informasi yang hilang tersebut, kecuali ia merekamnya.
3. Akrab
Sifat radio siaran lainnya adalah akrab, intim. Pada umumnya kita mendengarkan radio siaran
sambil mengerjakan pekerjaan lain. Misalnya mengendarai mobil, menyetrika baju, makan,
menulis, bahkan ngobrol.
4. Gaya percakapan
Sebagaimana dikemukakan di atas, komunikator radio siaran, seolah-olah bertamu ke rumah
atau menemani pendengarnya dimanapun berada dan bagaimana keadaannya, maka dalam
keadaan demikian tidak mungkin komunikator atau penyiar berbicara secara semangat dengan
teriak, sekalipun pesannya didengar oleh ribuan orang, tetapi pendengar berada di tempat
yang terpisah dan bersifat pribadi.
Karakteristik radio siaran di atas perlu dipahami komunikator agar dalam menyusun dan
menyampaikan pesan dengan menggunakan radio siaran, komunikator dapat melakukan
penyesesuaian sehingga komunikasi mencapai sasaran.
Bentuk-bentuk Produksi Siaran Radio
Produksi siaran merupakan keterampilan memadukan wawasan, kreativitas, dan kemampuan
mengoperasikan peralatan produksi. Program siaran di radio sangat banyak dan beragam.
Lima dintaranya, yaitu :
1. Berita radio
Berita radio didefinisikan sebagai sajian fakta berupa peristiwa atau pendapat penting yang
menarik bagi sebanyak mungkin pendengar. Ada dua bentuk berita radio. pertama, siaran
langsung (live report), yaitu reporter menggali fakta di lapangan dan pada saat bersamaan
melaporkannya dari lapangan tersebut. Kedua, siaran tunda, yaitu reporter menggali fakta di
lapangan, kemudian kembali ke studio untuk mengolahnya terlebih dahulu sebelum disiarkan.
2. Iklan radio
Ada dua jenis iklan, yaitu iklan komersial dengan focus isi profil produk tertentu dan iklan
layanan sosial dengan fokus isi pesan komunikasi sosial. Tiga bentuk iklan yang diproduksi
radio, yaitu 1), Ad-dib: berupa naskah yang dibacakan saja, durasi 30 detik. 2), spot: berupa
naskah iklan yang dipadu dengan musik, efek suara, petikan wawancara, durasi 30-60 detik,
dan 3), program khusus: Ad-dib dan spot yang disiarkan bergantian sebagai pesan sponsor
saat siaran tertentu.
3. Jinggel radio
Jinggel adalah penjelasan bahasa Indonesia dari kata jingle. Dalam kajian radio, jinggel
diartikan sebagai gabungan musik dan kata yang mengidentifikasikan keberadaan sebuah
stasiun radio. Jinggel disebut juga sebagai radio air promo atau paket berbentuk spot yang
mempromosikan radio dan disiarkan di radio. Durasi jinggel umumnya antara 5 sampai 15
detik. Ada tiga jenis jinggel, yaitu pertama, jinggel untuk stasiun radio (radio expose); kedua,
jinggel untuk acara radio (programme expose); ketiga, jinggel untuk penyiar radio
(announcer expose).
4. Talk show interaktif
Talk show pada dasarnya adalah kombinasi antara “seni berbicara” dan “seni wawancara”.
Dalam bukunya berjudul Modern Radio Production, Lewis B. O’Donnel dan Philip Benoit
menyebutkan bahwa talk show selalu berbasiskan isu-isu komunitas, kajian terhadap sebuah
berita aktual, dan program sindikasi. Mayoritas talk show dikelola oleh seorang pemandu
(host) bersama satu atau lebih tamu pembicara, mendiskusikan sebuah topik yang dirancang
sebelumnya. Tiga bentuk talk show yang populer, yaitu:
1. One on one show, yaitu pewawancara dan narasumber mendiskusikan topik dengan
dua posisi mikrofon terpisah di ruang studio yang sama. One on one show ini adalah
yang digunakan dalam talk show interktif program siaran kesehatan radio Kotaperak.
2. Panel discussion (multi person discussion), yaitu pewawancara sebagai moderator
hadir bersama sejumlah narasumber.
3. Call in show, yaitu program perbincangan yang hanya melibatkan telepon dari
pendengar. Topik call in show ditentukan dulu oleh pemandu di studio, kemudian
ditawarkan untuk direspon pendengar.
5. Infotainment radio
Infotainment artinya information and entertainment, suatu kombinasi sajian siaran
informasi dan hiburan atau sajian informasi yang bersifat menghibur. Infotainment dalam
kemasan yang lebih lengkap kerap disebut majalah udara (air magazine), yaitu suatu acara
yang memadukan antara musik, lagu, tuturan informasi, berita, iklan, dan bahkan drama.
Segmentasi program ini bersifat heterogen dan umumnya disajikan secara easy listening.
Dengan durasi sekitar 5 hingga 60 menit, acara infotainment terbagi ke dalam sejumlah
segmen yang diselingi lagu-lagu atau jeda iklan.

STUNTING
Stunting adalah kondisi tinggi badan seseorang yang kurang dari normal berdasarkan usia dan
jenis kelamin. Tinggi badan merupakan salah satu jenis pemeriksaan antropometri dan
menunjukkan status gizi seseorang. Adanya stunting menunjukkan status gizi yang kurang
(malnutrisi) dalam jangka waktu yang lama (kronis). Diagnosis stunting ditegakkan dengan
membandingkan nilai z skor tinggi badan per umur yang diperoleh dari grafik pertumbuhan
yang sudah digunakan secara global. Stunting merupakan akibat dari malnutrisi kronis yang
sudah berlangsung bertahun-tahun. Oleh karena itu seseorang yang mengalami stunting sejak
dini dapat juga mengalami gangguan akibat malnutrisi berkepanjangan seperti gangguan
mental, psikomotor, dan kecerdasan. Program penanggulangan malnutrisi memang sudah
dilakukan sejak beberapa tahun yang lalu, namun sepertinya belum spesifik untuk malnutrisi
kronis yang menyebabkan terjadinya stunting. Oleh karena itu angka kejadian stunting tidak
pernah turun meskipun angka kejadian malnutrisi lain seperti wasting (kurus) sudah menurun
cukup signifikan. Mengingat bahayanya stuting bagi masa depan , maka perlu dilakukan
analisis penyebab hingga cara penanggulangan stunting berdasarkan fakta atau bukti
penelitian sehingga diharapkan mampu menurunkan prevalensi stunting di Indonesia.
PENYEBAB STUNTING
1. Faktor Genetik
Tinggi badan orangtua sendiri sebenarnya juga dipengaruhi banyak faktor yaitu faktor
internal seperti faktor genetik dan faktor eksternal seperti faktor penyakit dan asupan gizi
sejak usia dini. Faktor genetik adalah faktor yang tidak dapat diubah sedangkan faktor
eksternal adalah faktor yang dapat diubah. Hal ini berarti jika ayah pendek karena gen-gen
yang ada pada kromosomnya memang membawa sifat pendek dan gen-gen ini diwariskan
pada keturunannya, maka stunting yang timbul pada anak atau keturunannya sulit untuk
ditanggulangi. Tetapi bila ayah pendek karena faktor penyakit atau asupan gizi yang kurang
sejak dini, seharusnya tidak akan mempengaruhi tinggi badan anaknya. Anak tetap dapat
memiliki tinggi badan normal asalkan tidak terpapar oleh faktor-faktor risiko yang lain.
2. Status Ekonomi
Status ekonomi kurang dapat diartikan daya beli juga rendah sehingga kemampuan membeli
bahan makanan yang baik juga rendah. Kualitas dan kuantitas makanan yang kurang
menyebabkan kebutuhan zat gizi anak tidak terpenuhi, padahal anak memerlukan zat gizi
yang lengkap untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Pengetahuan pengasuh tentang gizi
juga mempengaruhi kejadian stunting pada anak. Orangtua terkadang tidak mengetahui
makanan apa yang diberikan kepada anak setiap hari. Pada kelompok status ekonomi cukup
dimana pengasuhan anak dilakukan sendiri oleh ibu juga ditemukan masalah yaitu nafsu
makan anak yang kurang. Anak tidak suka masakan rumah, tetapi lebih suka makanan
jajanan. Anak juga tidak mau makan sayur atau buah-buahan. Orangtua tidak mau memaksa
karena jika dipaksa anak akan menangis. Kurangnya konsumsi sayur dan buah akan
menimbulkan defisiensi mikronutrien yang bisa menyebabkan gangguan pertumbuhan.7 Pada
kelompok status ekonomi kurang maupun status ekonomi cukup masih banyak dijumpai ibu
yang memiliki pengetahuan rendah di bidang gizi. Walaupun mereka rutin ke posyandu,
namun di posyandu mereka jarang memperoleh informasi tentang gizi. Informasi tentang gizi
justeru diperoleh dari tenaga kesehatan yang mereka datangi pada saat anak sakit, itupun
hanya sedikit. Informasi dari media massa maupun media cetak juga tidak banyak diperoleh
karena ibu tifk gemar membaca artikel tentang kesehatan.
3. Jarak Kelahiran
Jarak kelahiran mempengaruhi pola asuh orangtua terhadap anaknya. Jarak kelahiran dekat
membuat orangtua cenderung lebih kerepotan sehinga kurang optimal dalam merawat anak.
Hal ini disebabkan karena anak yang lebih tua belum mandiri dan masih memerlukan
perhatian yang sangat besar. Apalagi pada keluarga dengan status ekonomi kurang yang tidak
mempunyai pembantu atau pengasuh anak. Perawatan anak sepenuhnya hanya dilakukan oleh
ibu seorang diri, padahal ibu juga masih harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang
lain. Akibatnya asupan makanan anak kurang diperhatikan. Jarak kelahiran kurang dari dua
tahun juga menyebabkan salah satu anak, biasanya yang lebih tua tidak mendapatkan ASI
yang cukup karena ASI lebih diutamakan untuk adiknya. Akibat tidak memperoleh ASI dan
kurangya asupan makanan, anak akan menderita malnutrisi yang bisa menyebabkan stunting.
Untuk mengatasi hal ini program Keluarga Berencana harus kembali digalakkan. Setelah
melahirkan, ibu atau ayah harus dihimbau supaya secepat mungkin menggunakan alat
kontrasepsi untuk mencegah kehamilan. Banyak orangtua yang enggan menggunakan
kontrasepsi segera setelah kelahiran anaknya, sehingga terjadi kehamilan yang sering tidak
disadari sampai kehamilan tersebut sudah menginjak usia beberapa bulan.
4. Riwayat BBLR
Berat badan lahir rendah menandakan janin mengalami malnutrisi di dalam kandungan
sedangkan underweight menandakan kondisi malnutrisi yang akut. Stunting sendiri terutama
disebabkan oleh malnutrisi yang lama. Bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari normal
(<2500 gr) mungkin masih memiliki panjang badan normal pada waktu dilahirkan. Stunting
baru akan terjadi beberapa bulan kemudian, walaupun hal ini sering tidak disadari oleh
orangtua. Orang tua baru mengetahui bahwa anaknya stunting umumnya setelah anak mulai
bergaul dengan temantemannya sehingga terlihat anak lebih pendek dibanding teman-
temannya. Oleh karena itu anak yang lahir dengan berat badan kurang atau anak yang sejak
lahir berat badannya di bawah normal harus diwaspadai akan menjadi stunting. Semakin awal
dilakukan penanggulangan malnutrisi maka semakin kecil risiko menjadi stunting.
5. Anemia pada Ibu
Anemia pada ibu hamil sebagian besar disebabkan oleh defisiensi zat gizi mikro terutama zat
besi. Akibat defisiensi zat besi pada ibu hamil akan mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan janin sehingga janin yang dilahirkan sudah malnutrisi. Malnutrisi pada bayi
jika tidak segera diatasi akan menetap sehingga menimbulkan malnutrisi kronis yang
merupakan penyebab stunting. Ibu hamil dengan anemia memiliki resiko yang lebih besar
untuk melahirkan bayi dengan berat di bawah normal dikarenakan anemia dapat mengurangi
suplai oksigen pada metabolisme ibu sehingga dapat terjadi proses kelahiran imatur (bayi
prematur). Pengaruh metabolisme yang tidak optimal juga terjadi pada bayi karena
kekurangan kadar hemoglobin untuk mengikat oksigen, sehingga kecukupan asupan gizi
selama di dalam kandungan kurang dan bayi lahir dengan berat di bawah normal. Beberapa
hal di atas juga dapat mengakibatkan efek fatal, yaitu kematian pada ibu saat proses
persalinan atau kematian neonatal.
6. Hygiene dan sanitasi lingkungan
Sebuah metaanalisis yang dilakukan pada 71 penelitian menyatakan bahwa faktor kebersihan
dan kesehatan lingkungan berpengaruh terhadap kejadian stunting. 14 Studi yang disertakan
menunjukkan bahwa mikotoksin bawaan makanan, kurangnya sanitasi yang memadai, lantai
tanah di rumah, bahan bakar memasak berkualitas rendah, dan pembuangan limbah lokal yang
tidak memadai terkait dengan peningkatan risiko pengerdilan anak. Akses ke sumber air yang
aman telah dipelajari dalam sejumlah besar studi, tetapi hasilnya tetap inklusif karena temuan
studi yang tidak konsisten. Studi terbatas tersedia untuk arsenik, merkuri, dan tembakau
lingkungan, dan dengan demikian peran mereka dalam pengerdilan tetap tidak meyakinkan.
Penelitian yang diidentifikasi tidak mengontrol asupan gizi. Sebuah model kausal
mengidentifikasi penggunaan bahan bakar padat dan mikotoksin bawaan makanan sebagai
faktor risiko lingkungan yang berpotensi memiliki efek langsung pada pertumbuhan anak.
PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN STUNTING
1. Mempersiapkan pernikahan yang baik
Pernikahan seharusnya tidak hanya mempertimbangkan kepentingan calon ayah dan ibu atau
pasangan yang akan menikah, namun juga perlu mempertimbangkan kepentingan calon anak
yang akan dilahirkan. Variasi genetik harus dipertimbangkan untuk mendapatkan keturunan
yang bebas dari risiko penyakit atau gangguan termasuk gangguan pertumbuhan. Hal inilah
yang menyebabkan adanya larangan pernikahan sesama saudara atau keluarga. Faktor genetik
calon orang tua berdasarkan bukti penelitian berhubungan dengan stunting. Seorang wanita
yang tinggi badannya kurang dari normal diusahakan menikah dengan pria yang tinggi
badannya normal atau lebih, demikian juga sebaliknya. Dengan demikian variasi genetik
menjadi lebih besar sehingga anak yang dilahirkan memiliki peluang lebih besar untuk
memperoleh tinggi badan normal. Jika seorang wanita pendek menikah dengan pria pendek,
variasi genetik menjadi lebih sedikit, sehingga kemungkinan besar juga akan memperoleh
keturunan atau anak yang pendek. Selain faktor genetik, calon orang tua juga harus
mempertimbangkan faktor sosial ekonomi karena secara tidak langsung faktor sosial ekonomi
juga berhubungan dengan stunting. Seblum menikah, calon pengantin atau calon orang tua
sebaiknya sudah mempunyuai penghasilan yang tetap dan diperkirakan cukup untuk
memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari. Kebutuhan zat gizi keluarga terutama anak tidak
boleh kurang karena dalam jangka panjang akan menimbulkan gangguan pertumbuhan atau
stunting. Kebutuhan zat gizi dapat terpenuhi apabila kondisi ekonomi atau daya beli cukup
baik karena harga bahan makanan terutama di Indonesia semakin lama semakin mahal dan
tidak terjangkau. Pengetahuan orang tua terutama tentang gizi juga penting untuk mencegah
stunting. Orang tua yang tahu dan sadar gizi akan selalu memberikan makanan bergizi bukan
makanan yang hanya memberikan rasa kenyang. Pengetahuan dan kesadaran tentang gizi
tidak bisa diperoleh secara instan, namun melalui proses yang cukup panjang. Oleh karena itu
pendidkan gizi harus diberikan sejak di bangku sekolah. Namun, sering pengetahuan yang
sudah diperoleh di sekolah sudah dilupakan atau materi yang diberikan di sekolah belum
cukup sehingga harus diberikan kembali. Oleh karena itu calon pengantin terutama calon
pengantin wanita atau calon ibu sebaiknya memperoleh edukasi tentang gizi sehingga
mempunyai bekal yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarganya nanti.
2. Pendidikan Gizi
a. Pendidikan Gizi Formal
Kurikulum pendidikan di Indonesia terus mengalami perubahan dan perkembangan.
Namun meskipun sudah sering berubah tetap memiliki kesamaan yaitu kurangnya
materi tentang kesehatan terlebih lagi tentang gizi. Masyarakat Indonesia memperoleh
Informasi tentang kesehatan dan gizi dari media massa, bukan dari sekolah. Informasi
dari media massa apalagi media sosial sering menyesatkan dan tidak berdasarkan
bukti-bukti ilmiah. Kurangnya pendidikan kesehatan dan gizi menyebabkan
masyarakat lebih mudah percaya pada informasi yang tidak jelas sumbernya. Bahkan,
banyak yang mengaplikasikan atau menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan
sehari-hari. Hal seperti ini lama-lama dapat merugikan bahkan dapat membahayakan
status kesehatan masyarakt. Pendidikan kesehatan dan gizi seharusnya diberikan sejak
dini. Pendidikan dasar yang berisi informasi umum tentang kesehatan dan gizi selain
diberikan dalam bentuk mata pelajaran juga harus diaplikasikan dalam kehidupan
sekolah sehari-hari sehingga siswa mempunyai pengetahuan dan kebiasaan hidup
sehat baik di rumah maupun di sekolah. Salah satu contoh materi pendidikan gizi yang
harus diberikan di sekolah dan atau masyarakat adalah Pesan Gizi Seimbang yang
berisi pedoman pola makan yang bendar untuk berbagai kelompok masyarakat. Pesan
Gizi Seimbang yang digambarkan dalam bentuk Tumpeng Gizi Seimbang adalah
pengganti Program Empat Sehat Lima Sempurna. Pesan Gizi Seimbang (PGS)
sebenarnya sudah dicanangkan sejak 15 tahun yang lalu namun hingga kini sangat
sedikit anak sekolah atau anggota masyarakat yang mengetahuinya. Hal ini merupakan
bukti bahwa sosialisasi PGS masih sangat kurang. Pola makan masyarakat Indonesia
cenderung semaunya, tidak memiliki pedoman sehingga wajar bila status gizi
masyarakat Indonesia masih banyak yang tergolong malnutrisi baik gizi kurang
maupun gizi lebih.
b. Pendidikan Gizi Non formal
Pendidikan gii tidak selalu harus diberikan secar formal di sekolah, namun juga dapat
diberikan secara non formal di masyarakat. Metode yang dapat digunakan antara lain
melalui penyuluhan, konseling secara langsung kepada masyarakat atau melalui media
komunikasi seperti media cetak, media elektronik dan media sosial di internet.
Kelompok-kelompok sosial di masyarakat seperti kelompok PKK, karang taruna,
pengajian dan sebagainya bisa dijadikan sebagai sasaran kegiatan edukasi gizi non
formal. Selain itu lembaga pelayanan masyarakat seperti posyandu balita, posyandu
lansia juga dapat menjadi sasaran yang baik karena mempunyai tenaga yaitu kader
yang bisa membantu kegiatan edukasi dan konseling gizi
3. Suplementasi Ibu Hamil
Pertumbuhan janin di dalam kandungan sangat tergantung pada kondisi ibu yang
mengandungnya. Status kesehatan dan status gizi ibu yang baik sangat dibutuhkan oleh janin
supaya dapat tumbuh dan berkembang dengan normal. Oleh karena itu ibu hamil harus
tespenuhi kebutuhan zat gizinya baik untuk dirinya sendiri maupun untuk janinnya. Selain zat
gizi yang dibutuhkan sehari-hari, ada beberapa zat gizi khusus yang sangat dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan perkembangan janin. Zat gizi tersebut adalah protein dan beberapa
mikronutrien yaitu asam folat, zat besi, Iodium dan kalsium. Mikronutrien ini dibutuhkan
dalam jumlah lebih banyak pada saat kehamilan. Sementara asupan ibu hamil biasanya kurang
karena sering terjadi penurunan nafsu makan dan mual muntah. Selama ini suplemen yang
wajib dikonsumsi ibu hamil hanya asam folat dan zat besi. Sedangkan untuk mikronutrien lain
ibu hamil harus membeli sendiri. Padahal, harga suplemen multivitamin sering tidak
terjangkau sehingga ibu hamil tidak mengkonsumsinya walaupun diet sehari-hari belum
mencukupi. Diharapkan pemerintah membuat program suplementasi mikronutrien yang
lengkap untuk ibu hamil sehingga masalah defisiensi mikronutrien ini bisa diatasi
4. Suplementasi ibu menyusui
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan utama bagi bayi. Oleh karena itu kuantitas dan
kualitas ASI tidak boleh kurang. Kualitas dan kuantitas ASI sangat tergantung pada asupan
gizi ibu menyusui. Kebutuhan zat gizi selama menyusui hampir sama dengan kebutuhan zat
gizi saat hamil.
Daftar Pustaka
Alo Liliweri, Dasar-dasar Komunikasi Kesehatan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007)
Deddy Mulyana, Komunikasi Efektif Suatu Pendekatan Lintas budaya (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004)

Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa, Edisi Kedua, (Jakarta:Erlangga, 1996)


Elvinaro Ardianto; Lukiati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, (Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2004)
Indonesia KKR. Buletin Stunting. Kementeri Kesehat Republik Indones. 2018;301(5):1163–78.

Audrey HM, Candra A. Hubungan Antara Status Anemia Ibu Hamil Trimester Iii Dengan Kejadian
Bayi Berat Lahir Rendah Di Wilayah Kerja Puskesmas Halmahera, Semarang. J Kedokt
DIPONEGORO [Internet]. 2016 [cited 2019 Oct 8];5(4):966–71. Available from:
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico/article/vie w/14458/13988

Saptyaningtiyas N, Candra A. Hubungan Kejadian Anemia Pada Ibu Menyusui Dengan Status Gizi
Bayi Usia 7-12 Bulan. J Nutr Coll. 2013;2(4):713–9.

Vilcins D, et al. Environmental Risk Factors Associated with Child Stunting: A Systematic Review of
the Literature. Annals of Global Health. 2018; 84(4), pp. 551– 562. DOI:
https://doi.org/10.29024/aogh.

Candra A., Nugraheni N., Hubungan Asupan Mikronutrien Dengan Nafsu Makan Dan Tinggi Badan
Balita," Jnh (Journal Of Nutrition And Health), Vol. 3, No. 2, Aug. 2015.

Sari EM, Juffrie M, Nurani N, Sitaresmi MN. Asupan protein, kalsium dan fosfor pada anak stunting
dan tidak stunting usia 24-59 bulan. J Gizi Klin Indones. 2016;12(4):152.

Anda mungkin juga menyukai