Anda di halaman 1dari 14

MEDIA KONVENSIONAL DAN MEDIA BARU DAPAT MENJADI ALAT

PROPAGANDA, MANIPULASI OPINI PUBLIK, DAN MEMBANGUN KULTUR


BARU

Informasi merupakan sesuatu yang penting bagi individu di era modern saat ini.
Bahkan, informasi telah menjadi kebutuhan pokok yang harus dipenuhi. Dapat dikatakan
bahwa informasi menjadi instrumen penting bagi masyarakat industri. Upaya yang dilakukan
agar kebutuhan akan informasi dapat terpenuhi melalui penggunaan media massa sebagai
sumber untuk memperoleh informasi. Media massa merupakan perpanjangan alat indera kita,
dengan media massa kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang tidak
dialami secara langsung (Rakhmat, 2005). Artinya, media massa merupakan penyebar
informasi kepada khalayak mengenai segala sesuatu yang terjadi.
Media massa merupakan media konvensional. Media yang menyebarluaskan
informasi dengan sifat penyebaran satu arah (one way communications). Media massa
dibedakan dua jenis, yaitu media massa yang tercetak dan elektronik. Bentuk media cetak
antara lain: surat kabar, majalah, poster, baliho, dan lain-lain. Surat kabar merupakan media
massa yang paling tua dibandingkan dengan jenis media massa lainnya. Sejarah mencatat
keberadaan surat kabar dimulai sejak ditemukan mesin cetak oleh Johannes Gutenberg tahun
1609 di Jerman (Ardianto dan Lukiati, 2004). Surat kabar dianggap sebagai bentuk inovasi
yang lebih baik dari buku yang dicetak, yaitu penemuan literatur, sosial, dan budaya baru.
Kekhususan surat kabar jika dibandingkan dengan sarana komunikasi budaya lainnya,
terletak pada individualisme, orientasi kenyataaan, kegunaan, dan sekularitasnya (McQuail,
2011).
Bentuk media elektronik seperti televisi, radio, film dll. Media massa elektronik ini
memberikan kemudahan bagi penontionny untuk dapat menerima pesan yang disampaikan
karena melalui audio visual (televisi dan film). Sedangkan untuk media radio melalui audio
sehingga dapat didengarkan sambil melakukan aktifitas lainnya. Media massa elektronik ini
tetap digunakan oleh masyarakat saat sekarang ini walaupun perkembangan terhadap media
komunikasi sangat pesat.

MEDIA KONVENSIONAL
Media berasal dari bahasa latin yaitu medium, yang memiliki arti perantara atau
pengantar. Media juga diartikan sebagai sesuatu perantara atau penengah komunikasi, serta
saluran komunikasi antara pengirim dan penerima pesan. Selain itu, media dapat diartikan
sebagai saluran yang mampu mengantarkan pesan dari pengirim dan penerima pesan. Dalam
komunikasi pengirim pesan disebut sebagai komunikator dan penerima pesan disebut
komunikan. Dari perpektif teknologi informasi dan komunikasi, media komunikasi dapat
dipahami sebagai teknologi yang mampu mengirim ataupun menerima pesan yang hendak
disampaikan oleh pengirim kepada penerima. Sebuah teknologi dapat dikatakan menjadi
media komunikasi apabila teknologi tersebut mampu menyampaikan pesan komunikasi dan
mempermudah proses komunikasi.
Penyampaian pesan dengan menggunakan media konvensional merupakan
penyampaian pesan yang sifatnya one way communications (komunikasi satu arah).
Komunikasi satu arah adalah penyampaian pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada
komunikan namun komunikannya tidak dapat atau tidak mempunyai kesempatan untuk
memberikan umpan balik kepada komunikator. Komunikasi satu arah bisa dikatakan sebagai
komunikasi yang tidak memberi kesempatan kepada komunikan dalam memberikan
tanggapan/umpan balik (feed back). Dimana pada komunikasi satu arah ini komunikatornya
aktif sedangkan komunikannya pasif.
Contoh dari komunikasi satu arah seperti seseorang yang sedang membaca surat
kabar, menonton film dan video, menonton televisi (untuk beberapa program khusus bisa
bersifat interaktif), mendengarkan radio (untuk beberapa program khusus bisa bersifat
interaktif). Komunikator dalam hal ini bersifat aktif (pihak media) dan komunikan bersifat
pasif karena tidak memiliki kesempatan untuk memberikan umpan balik terhadap informasi
yang didapatkan dan hanya sebagai audience yang sedang membaca, mendengarkan dan
menonton saja.

JENIS MEDIA KONVENSIONAL


1. Media Radio
Media siaran radio sebagai media komunikasi yang didengar yang dapat
diakses oleh masyarakat dengan dibatasi oleh jangkauan siar (terbatas frekuensi
gelombang radio FM dan AM). Melalui media siaran radio ini penyiar dapat
menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara secara umum dan terbuka
kepada masyarakat. Media radio termasuk media yang sifatnya satu arah, dimana
penyiar radio sebagai komunikator dan khalayak pendengarnya sebagai komunikan
dalam hal ini komunikator bersifat aktif dan komunikan bersifat pasif karena hanya
mendengarkan saja tanpa ada akses untuk memberikan tanggapan.
Radio salah satu jenis media massa populer yang sudah lama dikenal orang
Indonesia. Sampai saat ini radio masih digunakan sebagai salah satu media massa
untuk menyebarkan berita, mencari hiburan seperti musik dan drama radio, dan yang
paling berbeda dengan media lainnya, media radio merupakan media yang akrab
dengan memberikan salam dan rasa kangen kepada seseorang. Walaupun sifatnya satu
arah tetapi untuk program-program tertentu bersifat interaktif, media radio masih
menjadi media yang sering digunakan oleh khalayak terutama disaat sedang
menggunakan kendaraan untuk menemani disepanjang perjalanan. Hal ini yang
menyebabkan media radio masih digemari oleh khalayak yang dapat memilih radio
sesuai dengan gaya seperti apa sesuai dengan keinginan.

2. Media Televisi
Media televisi merupakan salah satu media komunikasi yang sifatnya satu
arah. Media yang menayangkan berita atau informasi disertasi dengan audio visual.
Media televisi memiliki program acara yang berbeda dan ciri khas tertentu. Media ini
dapat menyampaikan informasi komunikasi secara aktif maupun pasif. Mendesain
program-program acara televisi untuk menghibur audience. serta menyampaikan
informasi khusus seperti berita, olahraga, nasional maupun internasional. Media
televisi dalam membuat program acara harus mampu memberikan hiburan yang
berbeda kepada audiencenya, sehingga mendapatkan perhatian dari khalayak
sebanyak mungkin. Di media televisi jika aundience nya memiliki pendengar yang
banyak pada program-program tertentu, maka program acara tersebut memiliki rating
yang tinggi.

3. Media Surat Kabar


Surat kabar merupakan media massa yang paling tua dibandingkan dengan
jenis media massa lainnya.Sejarah telah mencatat keberadaan surat kabar dimulai
sejak ditemukannya mesin cetak oleh Johannes Gutenberg pada tahun 1609 di Jerman
(Ardianto dan Lukiati, 2004). Awalnya surat kabar sering kali diidentikan dengan
pers. Namun, karena pengertian pers sudah semakin luas, dimana media televisi dan
media radio sekarang ini sudah dikategorikan sebagai pers juga, maka muncul
pengertian pers dalam arti luas dan sempit. Dalam pengertian pers luas pers meliputi
seluruh media massa, baik cetak maupun elektronik. Sedangkan dalam arti sempit,
pers hanya melipui media massa yang tercetak saja, salah satunya adalah surat kabar.
Menurut Kurniawan Junaidi yang dimaksud dengan surat kabar merupakan
sebutan bagi penerbitan pers yang masuk dalam media massa tercetak berupa
lembaran berisi tentang berita-berita, karangan-karangan dan iklan serta diterbitkan
secara berkala, bisa harian, mingguan, bulanan serta diedarkan secara umum, isinya
pun harus actual, juga harus bersifat universal, maksudnya pemberitaanya harus
bersangkut-paut dengan manusia dari berbagai golongan dan kalangan (Junaidi,
1991).

MEDIA BARU
New Media atau media baru disebut juga sebagai media digital. Media digital adalah
media yang kontennya berbentuk gabungan data, teks, suara, dan berbagai jenis gambar yang
disimpan dalam format digital dan disebarluaskan memalui jaringan berbasis kabel optic
broadband, satelit dan sistem transmisi gelombang mikro (Flew, 2008). Menurut Flew, media
baru atau bentuk informasi digital sejenis, memiliki lima karakteristik:
1. Manipulable, Informasi digital mudah diubah dan diadaptasi dalam berbagai bentuk,
penyimpanan, pengirimandan penggunaan.
2. Networkable. Informasi digital dapat dibagi dan dipertukarkan secara terus menerus
oleh sejumlah besar pengguna diseluruh dunia.
3. Dense. Informasi digital berukurang besar dapat disimpan di ruang penyimpanan kecil
(contohnya: USB flash disk) atau penyedia layanan jaringan.
4. Compressible. Ukuran informasi digital yang diperoleh dari jaringan manapun dapat
diperkecil melalui proses kompres dan dapat didekompres kembali saat dibutuhkan.
5. Impartial. Informasi digital yang disebarkan melalui jaringan bentuknya sama dengan
yang dipresentasikan dan digunakan oleh pemilik atau penciptanya.
Media baru sebuah terminologi untuk menjelaskan konvergensi antara teknologi
komunikasi digital yang terkomputerisasi serta terhubung ke dalam jaringan. Media baru
adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi (perantara) dari sumber informasi
kepada penerima informasi. “Media baru memiliki dua unsur utama yakni digitalisasi dan
konvergensi. Internet merupakan bukti konvergensi karena menggabungkan beberapa fungsi
media lain seperti audio, video, dan teks“ (McQuail, 2011).
Manfaat media baru adalah memudahkan seseorang untuk memperoleh suatu hal yang
diinginkannya, seperti:
1. Arus informasi yang dapat dengan mudah dan cepat diakses di mana saja dan kapan
saja.
2. Sebagai media transaksi jual beli.
3. Sebagai media hiburan, contohnya game online, jejaring sosial, streaming video, dll.
4. Sebagai media komunikasi yang efisien.
5. Sarana pendidikan dengan adanya buku digital.
Karakteristik Media Baru
Setidaknya ada lima karakteristik media baru
1. Digitalisasi
Digitalisasi adalah ciri dari new media. Hampir semua media komunikasi dan
informasi sudah mengutamakan bentuk digital. Digitalisasi digunakan untuk
mengartikan kondisi kehidupan dalam budaya digital yang dianalogikan dengan
modernitas dan post-modernitas. Dengan adanya new media, Anda dan masyarakat
lainnya bisa mengakses informasi yang bisa didapatkan dengan seketika melalui
penyimpanan informasi gelombang ketiga.
2. Konvergensi
Konvergensi adalah penggabungan komunikasi massa cetak, televisi, radio,
internet bersama dengan teknologi portabel dan interaktif melalui berbagai platform
media digital. Konvergensi media bertujuan memberikan pengalaman yang dinamis.
Masyarakat yang kaya teknologi telah memasuki era digital, dan industri media
bergulat dengan peluang baru dan ancaman yang ditimbulkan oleh apa yang disebut
“konvergensi”.
Orang-orang media cenderung sangat bersemangat tentang konvergensi,
karena konvergensi sangat menjanjikan. Perpaduan berbagai media yang berbeda,
menggabungkan layanan baru yang dipersonalisasi sangat memudahkan siapapun
mencari informasi.
3. Interaktivitas
Interaktivitas adalah proses komunikasi yang terjadi antara manusia dengan
platform-platform media. Dengan karakteristik ini, new media bisa menghubungkan
pesan pesan yang terhubung satu sama lain.
4. Virtuality
Media baru juga menghadirkan virtuality. Adanya kehadiran dalam platform
online yang memudahkan Anda untuk berhadapan langsung pada objek yang Anda
hubungi secara virtual.
5. Hypertextuality
Hypertextuality merupakan inti dokumen Internet, dibuat oleh bahasa markup
hypertext sederhana (HTML). Ciri dari new media adalah beritanya pasti
menggunakan hyperlink internal dan eksternal. Pesan atau informasi yang
disampaikan terhubung satu sama lain. Tulisan di media baru juha lebih dapat
ditransfer dari perangkat ke perangkat. Informasinya juga dapat disimpan secara
elektronik daripada harus disimpan secara fisik (print out).

Contoh dan Jenis-Jenis Media Baru


Ungkapan media baru dalam kaitannya dengan bentuk media “lama”, seperti surat
kabar cetak dan majalah, yang merupakan representasi statis dari teks dan grafik. Media baru
meliputi:
1. Situs web dan blog
2. Streaming audio dan video
3. Ruang obrolan (Chat room)
4. Posel/Surel (e-mail)
5. Komunitas online
6. Media sosial dan platform berbagi
7. Aplikasi seluler (Mobile apps)
8. Iklan web
9. Media DVD dan CD-ROM
10. Lingkungan realitas virtual
11. Integrasi data digital dengan telepon, seperti telepon internet
12. Kamera digital
Southeastern Universtity menyebutkan lima jenis media baru yang menggambarkan
evolusi media baru.
1. Blog
Blog adalah bentuk populer dari Media Baru. Meskipun blog adalah bentuk
awal dari media baru, mereka masih relevan dan berbagi beberapa karakteristik dari
jenis media baru terbaru.
Informasi dalam blog mudah diakses dan dicari, dan semuanya biasanya diatur
secara alami. Misalnya, posting blog sering bersarang di bawah kategori, dan
pengguna dapat menavigasi posting dengan kategori atau tag tertentu atau melalui
pencarian.
Seperti bentuk media baru lainnya di mana konten diposting – seperti surat
kabar online dan beberapa platform media sosial – entri sering berisi media campuran
seperti foto dan video yang sesuai dengan teks.
Blog juga dapat bersifat interaktif, meskipun ada beberapa perbedaan. Sebagai
contoh, jenis liputan berita paling populer untuk blog adalah politik dan peristiwa luar
negeri, menurut Pusat Penelitian Pew.
Namun, terlepas dari blogger politik, sebuah studi dalam Jurnalisme
menemukan “kebanyakan jurnalis berusaha untuk tetap menjadi penjaga gerbang
bahkan dalam format yang sangat interaktif dan partisipatif ini”.
2. Realitas Virtual
Teknologi realitas virtual (virtual realty) mensimulasikan lingkungan bersama
dengan kehadiran fisik dan pengalaman indera pengguna. Umumnya, pengguna
mengalami realitas virtual melalui headset khusus atau di layar komputer.
Tampaknya, aplikasi tanpa batas untuk realitas virtual ada. Dalam realitas
virtual, pengguna dapat bersepeda melintasi Himalaya, mempertimbangkan membeli
real estat yang belum dibangun, melihat film 360 derajat atau kereta api sebagai
penembak jitu.
Semua realitas virtual memberikan pengalaman yang sangat interaktif dan
mendalam yang menempatkan pengguna dalam lingkungan yang nyata atau fiksi.
Beberapa orang mengatakan, tingkat pencelupan realitas maya yang tak
tertandingi memenuhi syarat sebagai “media pamungkas” di media baru, menurut
profesor Özhan Tingöy dan Barbaros Bostan.
Realitas virtual mungkin siap untuk menjadi masa depan media baru.
Perusahaan media dan hiburan berinvestasi dalam realitas virtual dan berencana untuk
menjadi platform hiburan berikutnya, kata The New York Times. Realitas virtual
dapat mengubah jurnalisme dan cara audiens melihat dan terlibat dengan berita dari
seluruh dunia, TechRepublic menjelaskan.
3. Media sosial
Media sosial (social media) berpusat pada menciptakan, berbagi, dan bertukar
informasi, ide, dan konten di jaringan dan komunitas online. Media sosial yang sangat
interaktif adalah bentuk media baru yang sangat bergantung pada partisipasi pengguna
untuk memberikan nilai.
Berbeda dengan bentuk-bentuk media baru seperti realitas virtual, media sosial
adalah hal biasa. Menurut temuan survei terhadap 170.000 pengguna internet oleh
GlobalWebIndex, rata-rata pengguna online menghabiskan 1,72 jam per hari di
platform sosial. Jaringan sosial mengkonsumsi sekitar 28 persen dari semua aktivitas
online.
Masa depan media sosial kemungkinan terkait dengan bentuk-bentuk media
baru lainnya. Sebagai contoh, majalah Inc. melihat teknologi seperti augmented dan
virtual reality, video langsung dan integrasi foto dan bercerita sebagai bagian dari
masa depan media sosial jangka pendek.
4. Surat Kabar Online
Surat kabar daring (online news paper) dianggap media baru karena banyak
alasan yang sama dengan blog. Surat kabar online memadukan berbagai jenis media
dan mudah diakses dan dicari. Pengguna juga dapat berinteraksi dengan beberapa
surat kabar online melalui fitur komentar.
Surat kabar online – bersama dengan media sosial dan bentuk media baru
lainnya – adalah bagian utama mengapa surat kabar tradisional beralih ke bentuk
digital.

CONTOH MEDIA KONVENSIONAL SEBAGAI ALAT PROPAGANDA


 Surat Kabar: Surat kabar telah lama menjadi alat utama propaganda dalam sejarah.
Misalnya, pada masa perang atau konflik politik, surat kabar sering kali digunakan
untuk menyebarkan informasi yang mendukung satu pihak atau agenda tertentu.
Berita yang tidak objektif atau tidak akurat dapat digunakan untuk mempengaruhi
opini publik dan menciptakan persepsi yang diinginkan.

 Radio dan Televisi: Stasiun radio dan televisi juga dapat digunakan sebagai alat
propaganda. Pemerintah atau kelompok politik dapat mengendalikan siaran dan
konten yang disiarkan untuk mempengaruhi pandangan dan opini publik. Misalnya,
selama periode kekuasaan otoriter, pemerintah sering menggunakan radio dan televisi
untuk menyebarkan propaganda yang mendukung kebijakan dan membentuk persepsi
positif terhadap pemerintah.

 Majalah: Majalah politik atau ideologis dapat menjadi alat propaganda dengan
menyajikan artikel, opini, atau ilustrasi yang sesuai dengan agenda politik atau
ideologi tertentu. Majalah tersebut dapat membentuk pandangan publik, menciptakan
sentimen positif atau negatif terhadap isu atau individu, dan mempengaruhi sikap
pembaca.

Penting untuk dicatat bahwa media konvensional tidak selalu digunakan sebagai alat
propaganda, dan banyak media konvensional yang mengedepankan prinsip jurnalisme
independen dan objektif. Namun, contoh-contoh di atas mencerminkan bagaimana media
konvensional dalam beberapa situasi dapat dimanipulasi untuk menyebarkan pesan
propaganda.

CONTOH MEDIA BARU SEBAGAI ALAT PROPAGANDA


 Media Sosial: Platform media sosial seperti Facebook, Twitter, dan Instagram
memiliki jangkauan yang luas dan pengaruh yang besar terhadap opini publik. Pihak-
pihak yang berkepentingan dapat memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan
pesan yang mendukung agenda atau narasi tertentu. Mereka dapat menggunakan akun
palsu, menyebarkan berita palsu (hoaks), atau menggunakan kampanye influencer
untuk mempengaruhi pandangan publik.

 Situs Berita Online: Situs berita online dapat menjadi alat propaganda jika mereka
tidak menerapkan standar jurnalisme yang baik dan menyajikan berita dengan
objektivitas. Pihak-pihak yang memiliki kepentingan politik, ideologis, atau komersial
dapat menggunakan situs berita online untuk menyebarkan berita yang tidak akurat,
memanipulasi judul, atau menggunakan teknik framing untuk memengaruhi
pandangan publik.

 Blog dan Vlog: Blogger dan vlogger memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
pengikut mereka. Jika mereka menggunakan platform ini untuk menyebarkan pesan
yang tidak akurat atau mempromosikan pandangan yang sangat subjektif, mereka
dapat menjadi alat propaganda. Dalam beberapa kasus, mereka dapat menerima
imbalan atau sponsor dari pihak-pihak tertentu untuk mempengaruhi opini publik.

Penting untuk diingat bahwa media baru tidak secara inheren alat propaganda. Media baru
juga memungkinkan akses yang lebih luas ke informasi dan perspektif yang beragam.
Namun, contoh-contoh di atas menunjukkan bagaimana media baru dapat dimanipulasi untuk
menyebarkan pesan propaganda oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan tertentu.

MANIPULASI OPINI PUBLIK MELALUI MEDIA KONVENSIONAL


Manipulasi opini publik melalui media konvensional melibatkan serangkaian taktik yang
bertujuan untuk mempengaruhi pandangan, sikap, dan keyakinan publik terhadap suatu isu
atau entitas tertentu. Berikut adalah penjelasan mengenai manipulasi opini publik melalui
media konvensional:

1. Pemilihan Isu dan Penekanan Berita: Media konvensional dapat memilih isu tertentu
yang ingin mereka angkat atau tinggalkan. Mereka juga dapat memberikan penekanan
yang berbeda pada cerita-cerita tertentu untuk menciptakan persepsi yang diinginkan.
Dengan mengangkat isu tertentu secara berulang-ulang atau memberikan penekanan
yang berlebihan, mereka dapat mempengaruhi opini publik dan memprioritaskan
agenda tertentu.

2. Framing atau Penyajian Sudut Pandang: Media konvensional memiliki kekuasaan


untuk menyajikan berita atau cerita dalam sudut pandang tertentu. Mereka dapat
menggunakan penggunaan kata, judul yang menarik, atau narasi yang menguntungkan
untuk menciptakan pemahaman yang diinginkan. Framing yang sesuai dengan agenda
mereka dapat mempengaruhi persepsi publik terhadap isu atau individu yang sedang
diberitakan.

3. Penggunaan Sumber yang Tidak Seimbang: Media konvensional dapat memilih dan
mengutip sumber yang mendukung agenda atau sudut pandang mereka, sementara
mengabaikan atau meminimalkan sumber yang bertentangan. Dengan memberikan
waktu atau ruang yang lebih besar pada suara-suara yang sesuai dengan pandangan
mereka sendiri, media konvensional dapat membentuk opini publik dan mengabaikan
sudut pandang alternatif.

4. Manipulasi Visual: Media konvensional juga dapat menggunakan manipulasi visual


untuk mempengaruhi opini publik. Misalnya, mereka dapat memilih gambar atau foto
yang mendukung narasi yang mereka ingin sampaikan. Penggunaan gambar atau foto
yang dipotong secara selektif atau diedit dapat menciptakan persepsi yang salah atau
memperkuat narasi yang diinginkan.

5. Pemberitaan Sensasional dan Emosional: Media konvensional cenderung memberikan


perhatian yang lebih besar pada cerita-cerita yang memiliki unsur sensasional atau
emosional. Mereka dapat menyajikan berita dengan judul yang menarik, fokus pada
kontroversi, atau mengungkapkan cerita yang mengejutkan untuk menarik perhatian
dan mempengaruhi emosi pembaca atau penonton. Pemberitaan yang berfokus pada
emosi dapat mempengaruhi persepsi dan opini publik terhadap suatu isu atau individu.

Penting untuk menjadi konsumen media yang kritis dan sadar akan manipulasi opini publik
yang dapat terjadi melalui media konvensional. Melakukan penelitian tambahan, mencari
sumber yang beragam, dan melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda dapat
membantu dalam membentuk pemahaman yang lebih seimbang dan akurat tentang isu-isu
yang sedang diberitakan.

MANIPULASI OPINI PUBLIK MELALUI MEDIA BARU


Manipulasi opini publik melalui media baru melibatkan serangkaian taktik yang bertujuan
untuk mempengaruhi pandangan, sikap, dan keyakinan publik melalui platform digital dan
media sosial. Berikut adalah penjelasan mengenai manipulasi opini publik melalui media
baru:

1. Penyebaran Informasi Tidak Akurat: Media baru memungkinkan penyebaran


informasi dengan cepat melalui platform online. Manipulasi opini publik dapat terjadi
melalui penyebaran berita palsu (hoaks) atau informasi yang tidak akurat. Informasi
yang sengaja didistorsi atau dibuat dengan tujuan tertentu dapat mempengaruhi
persepsi dan pandangan publik.

2. Penggunaan Filter Bubble dan Algoritma: Media sosial dan platform online
menggunakan algoritma untuk menyajikan konten kepada pengguna. Algoritma ini
dapat menciptakan filter bubble di mana pengguna hanya diberikan informasi yang
sejalan dengan pandangan atau minat mereka sebelumnya. Filter bubble dapat
memperkuat sudut pandang yang ada dan membatasi akses terhadap sudut pandang
yang berbeda, menghasilkan pembedaan pendapat dan polarisasi.
3. Kampanye Influencer: Influencer di media sosial memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap pengikut mereka. Mereka dapat digunakan sebagai alat manipulasi opini
publik dengan mendukung atau mempromosikan agenda atau produk tertentu. Dalam
beberapa kasus, influencer mungkin dibayar atau diberi imbalan untuk mempengaruhi
pandangan publik melalui endorsement atau kampanye yang sesuai dengan
kepentingan tertentu.

4. Serangan Daring dan Doxing: Media baru juga memungkinkan tindakan manipulasi
opini publik berupa serangan daring dan doxing. Serangan daring melibatkan
serangan siber, penyebaran malware, atau tindakan hacking untuk memanipulasi atau
mencuri informasi yang dapat digunakan untuk merusak reputasi atau mempengaruhi
opini publik terhadap individu atau organisasi tertentu. Doxing adalah praktik
mempublikasikan informasi pribadi atau rahasia seseorang secara daring untuk
mempengaruhi pandangan publik terhadap mereka.

Penting untuk menjadi konsumen media yang kritis dan memiliki kemampuan untuk
menyaring informasi yang diterima dari media baru. Memverifikasi sumber, melihat dari
berbagai perspektif, dan mempertimbangkan motivasi di balik informasi yang disajikan dapat
membantu menghindari manipulasi opini publik yang mungkin terjadi melalui media baru.

MEDIA KONVENSIONAL DAN MEDIA BARU DALAM MEMBANGUN KULTUR


BARU
Media konvensional dan media baru memiliki peran yang signifikan dalam membentuk dan
mempengaruhi perkembangan kultur baru. Berikut adalah penjelasan mengenai peran media
konvensional dan media baru dalam membangun kultur baru:

Media Konvensional:
1. Penyebaran Nilai dan Norma: Media konvensional, seperti televisi, surat kabar, dan
radio, telah lama menjadi saluran utama untuk menyebarkan nilai-nilai dan norma
dalam masyarakat. Melalui program-program televisi, artikel, dan program radio,
media konvensional dapat memperkenalkan, mempromosikan, dan memperkuat
norma-norma sosial yang berlaku, serta menggambarkan pola perilaku yang dianggap
diinginkan dalam masyarakat.
2. Pengaruh Budaya Populer: Media konvensional juga memiliki peran penting dalam
membentuk budaya populer. Melalui film, musik, dan program televisi, media
konvensional menciptakan dan mempromosikan tren, gaya hidup, dan ikon populer
yang diadopsi oleh masyarakat. Mereka dapat membentuk preferensi konsumen,
mempengaruhi gaya berpakaian, dan mengubah cara orang berinteraksi dan
berkomunikasi.

Media Baru:
Partisipasi Aktif dan Kolaborasi: Media baru, seperti media sosial, blog, dan platform berbagi
video, telah memberikan kesempatan bagi individu untuk berpartisipasi secara aktif dalam
menciptakan kultur baru. Masyarakat dapat berkontribusi dengan membuat konten, berbagi
ide, dan berinteraksi dengan orang lain secara langsung. Kolaborasi melalui media baru
memungkinkan perkembangan kultur baru yang beragam, inovatif, dan demokratis.

1. Diversifikasi Perspektif: Media baru memberikan platform bagi suara-suara yang


sebelumnya tidak terdengar dalam media konvensional. Ini memungkinkan
penyebaran perspektif yang lebih beragam, termasuk dari kelompok minoritas,
komunitas yang terpinggirkan, dan individu dengan sudut pandang unik. Dengan
demikian, media baru dapat memperkaya kultur dengan sudut pandang yang lebih
inklusif dan representatif.

2. Akses Terhadap Informasi dan Pengetahuan: Media baru telah memperluas akses
terhadap informasi dan pengetahuan secara signifikan. Dengan internet dan media
sosial, individu dapat dengan mudah mencari dan memperoleh informasi dari
berbagai sumber. Hal ini mendorong pertukaran ide, pembelajaran, dan pertumbuhan
budaya yang lebih cepat dan luas.

3. Penciptaan Kultur Partisipatif: Media baru memfasilitasi partisipasi yang lebih luas
dalam menciptakan kultur baru. Individu dapat menjadi produsen, penyiar, dan
kurator konten mereka sendiri. Melalui media baru, orang dapat mengungkapkan
identitas, minat, dan ekspresi budaya mereka dengan lebih bebas dan tanpa batasan
media konvensional.
Kedua jenis media tersebut memiliki peran yang berbeda dalam membentuk kultur baru.
Media konvensional cenderung memainkan peran yang lebih dominan dalam menyebarkan
nilai-nilai dan norma, serta menciptakan budaya populer. Di sisi lain, media baru mendorong
partisipasi aktif, diversitas perspektif, akses informasi yang lebih luas, dan menciptakan
kultur partisipatif yang lebih inklusif.

Penting untuk memahami bahwa pengaruh media dalam membangun kultur baru dapat
bersifat kompleks dan saling terkait. Media konvensional dan media baru sering saling
berinteraksi, saling mempengaruhi, dan terlibat dalam proses perubahan budaya yang terus
berlangsung.

Anda mungkin juga menyukai