Anda di halaman 1dari 22

17

2.1 Kajian Literatur

2.1.1 Tinjauan Tentang Komunikasi

Menurut Deddy Mulyana (2015:46), kata komunikasi atau communication

dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti “sama”,

communico, communication, atau communicare yag berarti “membuat sama” (to

make common). Istilah pertama (communis) paling sering disebut sebagai asal kata

komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip.

Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan

dianut secara sama.

Menurut Carl I. Hovland, komunikasi adalah proses yang memungkinkan

seorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambing-lambang

verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikate). Sementara itu, Everett

M. Rogers, menjelaskan bahwa komunikasi adalah proses dimana suatu ide

dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk

mengubah tingkah laku mereka. (Mulyana, 2015:68-69)

Sedangkan Harold D. Lasswell menjelaskan, bahwa cara yang tepat untuk

menerangkan suatu tindakan komunikasi ialah menjawab pertanyaan “siapa yang

menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa dan apa

pengaruhnya (Who? Says what? In wich channel? To whom? With what effect?)”.

(Hafied, 2012:21)

Berdasarkan penjelasan diatas, maka komunikasi diartikan sebagai proses

pertukaran pesan atau informasi oleh dua orang atau lebih untuk mencapai suatu

kesamaan atau tujuan tertentu.


18

2.1.2 Komunikasi Massa

Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi kepada

khalayak luas dengan menggunakan saluran-saluran komunikasi ini (West dan

Turner, 2013:41)

Komunikasi sangat erat kaitannya dengan segala aspek kehidupan, sehingga

setiap perubahan penting yang terjadi pada komunikasi akan memiliki pengaruh,

dampak, dan implikasi pada keseluruhan kehidupan manusia dan masyarakat, tidak

terkecuali pada perantara dan lembaganya. Proses komunikasi dapat dilakukan

secara bertatap muka atau dilakukan dengan menggunakan bantuan media. Dengan

bantuan dari media-media tersebut, setiap individu data dengan mudah

menyampaikan pesan-pesan komunikasinya tanpa mengenal ruang dan waktu.

Wilbur Schram menampilkan apa yang ia sebut “The Condition of Sources

in Communication”, yakni kondisi yang harus dipenuhi jika kita menginginkan agar

suatu pesan membangkitkan tanggapan yang kita kehendaki :

1. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat

menarik perhatian komunikan

2. Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman

yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama

mengerti.

3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan

menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.

4. Pesan harus menyampaikan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi

yang layak bagi situasi kelompok di mana komunikan berada pada saat ia

digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.


19

Pengertian komunikasi massa merujuk kepada pendapat Tan dan Wright,

merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam

menghubungkan komunikator dan komunikan secara masal, berjumlah banyak,

bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek

tertentu. Pengertian lain komunikasi massa menurut Bittner (Ardianto, 2004:3),

mass communication is messages commucicated through a mass medium to a large

number of people (komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui

media massa pada sejumlah besar orang).

Konsep komunikasi massa pada sisi mengandung pengertian suatu proses di

mana organisasi media memproduksi dan menyebarkan pesan kepada publik secara

luas dan pada sisi lain merupakan proses di mana pesan tersebut dicari, digunakan,

dan dikonsumsi oleh audien. Pusat dari studi mengenai komunikasi massa adalah

media. Media merupakan organisasi yang menyebarkan informasi yang berupa

produk budaya atau pesan yang mempengaruhi dan mencerminkan budaya dalam

masyarakat. Oleh karenanya, sebagaimana dengan politik atau ekonomi, media

merupakan suatu sistem tersendiri yang merupakan bagian dari sistem

kemasyarakatan yang lebih luas.

Menurut Mulyana (2015:83) komunikasi massa adalah komunikasi yang

menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio

dan televisi) yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang tersebar yang

dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah nesar orang yang tersebar di banyak

tempat, anonim dan heterogen.


20

Keberadaan media tersebut tidak lepas dari perkembangan dan kemajuan

dari teknologi komunikasi itu sendiri. Pada umumnya perkembangan media

elektronik khususnya televisi lebih pesat bila dibandingkan dengan media cetak,

namun pada dasarnya kedua media tersebut memiliki karakteristik yang berbeda,

sehingga keduanya sangat dibutuhkan sebagai sarana komunikasi massa yang tepat.

Menurut Wright (1959), perubahan teknologi baru menyebabkan perubahan

dalam definisi komunikasi yang mempunyai tiga ciri (Severin dan Tankard,

2007:4), yaitu :

1. Komunikasi massa yang diarahkan kepada audien yang relatif besar,

heterogen dan anonim

2. Pesan-pesan yang disebarkan secara umum sering dijadwalkan untuk bisa

mencapai sebanyak mungkin anggota audien secara serempak dan sifatnya

sementara

3. Komunikator cenderung berada atau beroperasi dalam sebuah organisasi

yang kompleks yang mungkin membutuhkan biaya yang besar.

Berdasarkan pengertian komunikasi massa diatas, ada keterkaitan antara

komunikasi massa menurut Wright (1959) dengan penelitian yang peneliti lakukan

yaitu: Komunikasi massa yang diarahkan kepada audien yang relatif besar,

heterogen dan anonim. Mengingat segmentasi audien dari program Dodo dan Nisa

merupakan anak-anak yang tentunya secara luas berada di daerah Bandung dan

sekitarnya, juga tidak menutup kemungkinan untuk mendapatkan audien dari luar

provinsi Jawa Barat dikarenakan MQTV juga memiliki saluran pada televisi kabel.
21

Kemudian, pesan-pesan yang disebarkan secara umum sering dijadwalkan

untuk bisa mencapai sebanyak mungkin anggota audien secara serempak dan

sifatnya sementara. Pesan yang disampaikan melalui cerita atau dongeng

menggunakan media boneka dengan karakter yang berbeda. Seorang yang

menyampaikan pesan yaitu, pembawa cerita sekaligus pengisi suara dari seluruh

karakter tokoh yang ada. Pesan-pesan tersebut disampaikan melalui media

penyiaran televisi MQTV, yang mana dalam penyebaran informasinya melalui

proses atau tahapan pengelolaan program. Pada tahapan manajemen program

tersebut dilakukan strategi yang tepat oleh produser sehingga penyampaian pesan

dapat diterima dengan baik oleh audien, mengingat segmentasi audien dari program

Dodo dan Nisa yaitu anak-anak.

Selanjutnya, komunikator cenderung berada atau beroperasi dalam sebuah

organisasi yang kompleks yang mungkin membutuhkan biaya yang besar.

Komunikator disini yaitu produser, menyiarkan program yang sebelumnya telah

melalui tahapan-tahapan pengelolaan program dimulai dari perencanaan program,

produksi program, eksekusi program, serta pengawasan dan evaluasi program.

2.1.3 Media Penyiaran Televisi

Setelah undang-undang penyiaran disahkan pada tahun 2002, jumlah

televisi baru di Indonesia diperkirakan akan terus bermunculan,khususnya di

daerah, yang terbagi dalam empat kategori yaitu, televsi publik, swasta,

berlangganan dan komunitas. Kini penonton televisi Indonesia benar-benar

memiliki banyak pilihan untuk menikmati berbagai program televisi.


22

Televisi merupakan salah satu media bagi para pemasang iklan di Indonesia.

Media televisi merupakan industri yang padat modal, padat teknologi dan padat

sumber daya manusia. Namun sayangnya kemunculan berbagai stasiun televisi di

Indonesia tidak diimbangi dengan tersedianya sumber daya manusia yang

memadai. Pada umumnya, televisi dibangun tanpa pengetahuan pertelevisian yang

memadai dan hanya berdasarkan semangat dan modal.

Media televisi sebagai media massa yang semakin digandrungi oleh

masyarakat mempunyai kelebihan dan kekurangan. Tetapi televisi memiliki

karakter yang sangat berbeda dengan media-media massa lainnya. Karakteristik

televisi sebagai media massa maupun karakteristik teknis dari televisi itu sendiri

sebagai media elektronik serta sebagai media visual gerak.

Pemahaman tentang karakteristik ini dianggap penting, karena dalam

karakteristik ini akan dibahas hal-hal yang harus diperhatikan oleh para

pengembang program televisi, baik itu sebagai penulis naskah maupun pelaksana

produksi. Karakteristik televisi sebagai media massa berbeda dengan penonton

film, penonton televisi mempunyai karakteristik yang agak unik, karena masing-

masing mempunyai kebutuhan yang berbeda satu sama lain. Selain itu penonton

televisi (broadcast) tersebar dimana-mana. Walaupun waktu menontonnya sama

tetapi mereka tidak dapat berkomunikasi satu sama lain.penonton televisi boleh

dikatakan bebas artinya, ia menonton televisi bukan karena paksaan tetapi karena

tertarik, mungkin program yang ditayangkan sesuai dengan kebutuhannya,

mungkin juga karena tidak ada hiburan lain.

Namun, demikian sebagai pengembang program televisi harus menyadari

sepenuhnya keaneka ragaman jenis dan sifat penonton ini, karena tidak mungkin
23

dapat membuat program yang memenuhi kebutuhan semua khalayak. Untuk

mengatasi keaneka ragaman tersebut maka, sebaiknya tentukanlah satu kelompok

sasaran yang memiliki sifat, karakter, dan latar belakang yang sama.

2.1.4 Televisi Lokal

Televisi lokal menurut Sudibyo (2004:105) merupakan stasiun penyiaran

dengan wilayah siaran terkecil yang mencakup satu wilayah kota atau kabupaten.

Definisi oleh Sudibyo diperkuat oleh Undang-Undang Penyiaran yang menyatakan

bahwa “Staisun penyiaran lokal dapat didirikan di lokasi tertentu dalam wilayah

Negara Republik Indonesia dengan wilayah jangkauan siaran terbatas pada lokasi

tersebut” (Pasal 31 ayat 5 UU Penyiaran No. 32 Tahun 2002).

Sebagaimana media lainnya, televisi lokal juga memiliki fungsi, tidak jauh

berbeda dengan media massa lainnya, fungsi media televisi lokal adalah untuk

memberi informasi, mendidik, mempersuasi, menyenangkan, memuaskan, dan

sebagai hiburan (McQuail, 1991:70-73).

Kekuatan televisi lokal sebenarnya terletak pada bagaimana melalui

segmentasi dan programnya, televisi lokal dapat mencipatkan identitas lokal bagi

pemirsanya, menciptakan tayangan-tayangan acara yang menjadi kebutuhan minat

masyarakat setempat (Haryati, 2013:14).

2.1.4.1 Manajemen Qolbu Televisi (MQTV)

MQTV merupakan televisi lokal islami yang terletak di Bandung, Jawa

Barat. Saat pertama kali didirikan, perusahaan ini dikenal sebagai rumah produksi

yang di khususkan untuk mendokumentasikan kegiatan dakwah Aa Gym yang

kemudian dikembangkan menjadi sebuah Perseroan Terbatas (PT) dalam dunia


24

broadcasting. Dan kini menjadi stasiun televisi lokal berlandaskan islami yang

memiliki beberapa program tayangan dengan konten yang disesuaikan pada

kebutuhan pendekatan islami bagi masayarakat.

2.1.5 Program Televisi

Pengertian program televisi yaitu kata “program” itu sendiri berasal dari

Bahasa Inggris programme atu program yang berarti acara atau rencana. Undang-

undang penyiaran Indonesia tidak menggunakan kata program acara, tetapi

menggunakan istilah “siaran” yang didefinisikan sebagai pesan yang disajikan

dalam berbagai bentuk. Namun kata program lebih sering digunakan dalam dunaia

penyiaran di Indonesia daripada kita “siaran” untuk mengacu kepada pengertian

acara. Program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk

memenuhi kebutuhan audiencenya.

Dengan demikian disimpulkan bahwa pengertian program adalah segala hal

yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audiencenya.

Program atau acara yang disajikan adalah faktor yang membuat audiencenya

tertarik untuk mengikuti siaran yang dipancarkan stasiun penyiaran apakah itu radio

atau televisi. Program menjadi ujung tombak stasiun televisi karena pemirsa secara

langsung melihat dari program-program yang disajikan setiap hari dan program

mempunyai arti yang snagat penting dalam menginterpretasikan identitas sebuah

stasiun televisi.

Seperti diketahui yang menjadi audiens tentu saja dari berbagai kalangan

serta segmen yang berbeda-beda, karena itu progam acaranya pun disesuaikan

berdasarkan tujuan atau target audiens dari progam yang akan ditayangkan, maka
25

pengelola program televisi harus mengetahui siapa audiens yang menonton televisi

pada waktu-waktu tertentu. Semakin banyak audiens menonton suatu program

acara televisi maka pemasang iklan akan berlomba-berlomba untuk beriklan

sebelum dan sesudah program itu ditayangkan.

2.1.5.1 Program Dodo dan Nisa

Program Dodo dan Nisa merupakan Salah satu program tayangan yang

menarik, informatif, serta mendidik untuk anak-anak yang disiarkan melalui stasiun

televisi lokal yang berada di Bandung, yaitu MQTV. Program Dodo dan Nisa

diproduksi di studio milik sendiri oleh MQTV dan Dodo dan Nisa merupakan

program anak yang berupa cerita atau dongeng dipadukan dengan dakwah islami

yang ringan dan diperagakan menggunakan boneka-boneka dengan karakter yang

berbeda-beda. Cerita yang dibawakan dengan bahasa yang ringan dan mudah

dipahami oleh anak-anak, isi konten merupakan permasalahan atau kisah yang

dialami dalam kehidupan sehari-hari, serta terdapat pesan yang mengandung nilai-

nilai moral dan islami, tentunya tayangan ini sangat menghibur dan mendidik bagi

anak-anak.

2.1.6 Produser

Seorang produser televisi berperan untuk mengkoordinasikan dan

mengontrol semua aspek produksi, dimulai dari pembuatan dan pengembangan ide,

mengawasi pemain yang akan melakukan casting dan melakukan segala

pengecekan saat pra-produksi, produksi, dan pasca-produksi. Seorang produser

harus memiliki kemampuan berpikir dan menuangkan ide ke dalam tulisan


26

proposal. Hal ini dilakukan untuk menarik perhatian para sponsor untuk dapat

membiayai program acara siaran televisi.

Selain itu, memiliki kemampuan untuk memimpin dan bekerja sama dengan

seluruh unit produksi. Sudah menjadi hal yang wajar jika seorang produser

bertanggungjawab secara general pada kualitas dan diminati atau tidaknya suatu

acara, meski peranan tersebut tidak menjadi suatu keharusan atau tergantung pada

kondisi. Berikut adalah tugas pokok dari seorang produser :

1. Menciptakan dan mengembangkan ide untuk produksi acara siaran televisi.

Ide yang diciptakan dan dikembangkan adalah hasil dari konsep program

acara siara televisi. Sehingga program acara siaran televisi menghasilkan

acara yang menarik sesuai dengan konsep yang telah dibuat.

2. Membuat desain produksi, seorang produser dapat merancang setting lokasi

tempat membuat program acara siaran televisi

3. Memiliki kemampuan dalam memilih tim kreatif dalam program acara

saiaran televisi. Karena produser akan bekerja sama dengan tim kreatif

dalam pelaksanaan dari ide yang diciptakan dan dikembangkan.

4. Menentukan satuan kerja produksi. Seorang produser menentukan satuan

kerja yang akan melaksanakan program acara siaran televisi. Karena

produser harus mampu memimpin satuan kerja agar mendapatkan hasil

yang baik.

5. Memilih pengisi acara bersama pengarah acara. Pemilihan pengisi acara

dilakukan agar sesuai dengan konsep dan ide program acara siaran televisi

yang telah dibuat. Apabila pengisi acara tidak sesuai dengan konsep dan ide
27

program acara siaran televisi. Maka program acara siaran televisi yang telah

diproduksi akan kurang menarik dilihat hasilnya

6. Menyusun anggaran. Anggaran yang telah diperkirakan oleh executive

producer disusun oleh produser. Agar setiap biaya yang dibutuhkan untuk

suatu program acara siaran televisi dapat dihitung

7. Melakukan koordinasi, promosi dan publikasi. Seorang produser harus

melakukan koordinasi dengan seluruh unit yang terlibat dalam produksi

program acara siaran televisi. Selain itu seorang produser melakukan

promosi dan publikasi untuk sebuah program acara siaran televisi. Agar

program acara siaran televisi yang telah diproduksi dapat diketahui dan

ditonton oleh masyarakat.

8. Melakukan evaluasi. Seorang produser melakukan evaluasi dari program

acara siaran televisi yang telah diproduksi. Evaluasi produksi dilakukan

untuk mengetahui kekurangan dari kinerja selama produksi.

2.1.7 Eksistensi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia eksistensi adalah hal berada,

keberadaan, kehadiran yang mengandung unsur bertahan. Istilah eksistensi berasal

dari kata existere (eks=keluar, sister=ada atau berada). Dengan demikian, eksistensi

memiliki arti sebagai sesuatu yang sanggup keluar dari keberadaannya atau sesuatu

yang mempu melampaui dirinya sendiri. Jadi eksistensi tidak bersifat kaku dan

terhenti, melainkan lentur atau kenyal dan mengalami perkembangan atau

sebaliknya, tergantung pada kemampuan dalam mengaktualisasikan potensi-

potensinya.
28

Eksistensi ini perlu diberikan orang lain, karena dengan adanya respon dari

orang disekeliling membuktikan bahwa keberadaan seseorang itu diakui. Tentu

akan terasa sangat terasa tidak nyaman ketika seseorang ada namun tidak satupun

yang menganggap ada. Oleh karena itu, pembuktian akan keberadaan dapat dinilai

dari beberapa orang yang menanyakan atau setidaknya merasa sangat

membutuhkan jika seseorang itu tidak ada.

Beradasarkan penjelasan singkat mengenai eksistensi, keterkaitan dengan

penelitian ini yaitu, mengenai program tayangan anak-anak yang saat ini sudah

dirasa kurang keberadaannya. Terutama program yang tidak hanya memberikan

hiburan namun juga memberikan informasi dan edukasi yang baik kepada anak-

anak. Sebagian besar program tayangan anak yang ada di stasiun televisi

merupakan adaptasi atau hasil membeli dari pembuat program tayangan anak diluar

dari stasiun televisi tersebut. Saat ini program tayangan anak perlu diperhatikan

dalam ketersediaannya, mengingat di era saat ini sudah terlalu banyak tayangan

yang tidak seharusnya disaksikan oleh anak-anak namun malah menjadi konsumsi

anak-anak di setiap harinya.

2.1.8 Strategi Program

Strategi merupakan perencanaan untuk mencapai tujuan, namun untuk

mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai jalan yang hanya

memberikan arah saja, melainkan harus mampu menunjukkan taktik

operasionalnya.

Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen

(Management) untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan


29

tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah

saja, melainkan harus menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya. (Uchjana,

1986: 97)

Dalam industri penyiaran, strategi digunakan dalam berkompetisi dengan

stasiun penyiaran lain dalam rangka memperebutkan audien. Stasiun penyiaran

selalu merencanakan programnya secara strategis, yaitu merancang acara sebaik

mungkin, sehingga tetap menarik dan menjaga ketertarikan pemirsanya. (Djamal,

2011: 135). Salah satunya dengan cara membuat program yang dekat dengan

kehidupan mereka sehari-hari dan sesuai dengan keinginan mereka.

Departemen program dan produksi stasiun penyiaran memiliki kedudukan

yang sangat strategis dalam menunjang keberhasilan stasiun penyiaran. Morissan

dalam bukunya “Manajenemen Media Penyiaran”, mengungkapkan bahwa strategi

program ditinjau dari aspek manajemen atau yang sering disebut manajemen

strategis (management strategic) terdiri dari (Morissan, 2011) :

2.1.8.1 Perencanaan Program

Perencanaan program mencakup pekerjaan mempersiapkan rencana

jangka pendek, menengah, dan jangka panjang. Pada stasiun televisi, perencanaan

program diarahkan pada produksi program yaitu program apa yang akan

diproduksi, pemilihan program yang akan dibeli (akuisisi), dan penjadwalan

program untuk menarik sebanyak mungkin audiens yang tersedia pada waktu

tertentu. Bagian program stasiun televisi harus mempertimbangkan berbagai faktor

dalam merencanakan program yang akan disiarkannya.


30

2.1.8.2 Produksi dan Pembelian Program

Program bisa diperoleh dengan cara membeli atau memproduksinya

sendiri. Suatu program yang dibuat sendiri oleh media penyiaran disebut dengan

instilah in-house production atau produksi sendiri. Jika program dibuat pihak lain,

berarti stasiun penyiaran membeli program itu. Dengan demikian, dilihat dari siapa

yang memproduksi program, maka terdapat dua tipe program yaitu program yang

di produksi sendiri dan yang di produksi oleh pihak lain.

Suatu program hiburan dihasilkan melalui proses produksi yang

memerlukan banyak peralatan, dana, dan tenaga dari berbagai profesi kreatif.

Proses produksi itu sendiri terdiri atas tiga bagian utama yaitu, tahap pra-produksi,

tahap produksi, tahap pasca-produksi.

2.1.8.3 Eksekusi Program

Eksekusi program mencakup kegiatan menayangkan program sesuai

dengan rencana yang sudah ditetapkan. Manajer program melakukan koordinasi

dengan bagian traffic dalam menentukan jadwal penayangan dan berkonsultasi

dengan manajer promosi dalam mempersiapkan promo bagi program bersangkutan.

Manajer program juga perlu berkoordinasi dengan bagian redaksi berita (news)

dalam hal program itu memerlukan liputan wartawan seperti peristiwa khusus atau

berita penting (breaking news).

2.1.8.4 Pengawasan dan Evaluasi Program

Proses pengawasan dan evaluasi menentukan seberapa jauh suatu rencana

dan tujuan sudah dapat dicapai atau diwujudkan oleh stasiun penyiaran,

departemen, dan karyawan. Kegiatan evaluasi secara periodik terhadap masing-

masing individu dan departemen memungkinkan manajer umum membandingkan


31

kinerja sebenarnya dengan kinerja yang direncanakan. Jika kinerja keduanya tidak

sama, maka diperlukan langkah-langkah perbaikan. Pengawasan harus dilakukan

berdasarkan hasil kerja atau kinerja yang dapat diukur agar fungsi pengawasan

dapat berjalan secara efektif.

2.2 Kajian Teori

2.3.1 Teori Ekologi Media

Ekologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas oikos atau tempat

tinggal dan logos yang berarti ilmu, yang diartikan sebagai ilmu yang mempelajari

hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Dari

pengertian ekologi tersebut kemudian diperluas oleh Hawley dalam Sills sebagai

ilmu yang mempelajari tentang bagaimana cara makhluk hidup atau suatu

organisme hidup dalam suatu lingkungan hidup dalam lingkungan tertentu. Dari

dua pengertian sebelumnya disimpulkan bahwa ekologi adalah ilmu yang

mempelajari bagaimana cara makhluk hidup mempertahankan hidupnya di

lingkungan dimana mereka tinggal (Prasetiya, 2011: 29).

Ekologi kemudian berkembang seiring dengan perkembangan ilmu

pengetahuan. Kemudian muncullah ekologi media yang memiliki inti yang sama

yakni bagaimana hubungan timbal balik antara media dan lingkungannya agar

mampu mempertahankan hidupnya. Sumber alam menurut Dimmick dan

Rohtenbuhler (1984) diartikan sebagai : “... the elements of the environments that

are required forindustries in our society, a minimal set of resources would include

content, audience, capital” yaitu elemen-elemen yang berasal dari lingkungan


32

sekitar yang dibutuhkan oleh industri sebagai penunjang hidupnya, sumbernya

antara lain isi, audien, modal (Prasetiya, 2011: 5).

Ekologi juga dapat digunakan untuk menjelaskan adanya ketertarikan antara

makhluk hidup dengan lingkungannya. Dimanapun berada suatu makhluk hidup

tidak akan dapat hidup mandiri, karena memiliki ketergantungan dengan makhluk

hidup lain. Begitu juga dengan media, yang didalamnya terdapat tiga penunjang

hidup, dimana ketiganya memiliki hubungan dan saling terkait untuk saling

melengkapi (Sari, 2011:10).

Teori ekologi media (bahasa Inggris: Media Ecology Theory) adalah studi

tentang bagaimana media dan proses komunikasi mempengaruhi persepsi manusia,

perasaan, emosi, dan nilai teknologi yang mempengaruhi komunikasi melalui

teknologi baru. Media Teori Ekologi berpusat pada prinsip-prinsip bahwa

masyarakat tidak bisa lepas dari pengaruh teknologi dan teknologi yang akan tetap

menjadi pusat untuk hampir semua lapisan masyarakat.

Konsep dasar teori ini pertama kali dikemukakan oleh Marshall McLuhan

1964. McLuhan terkenal untuk coining kalimat, "Medium adalah Pesan" (Medium

Is The Message), yang merupakan frase yang sering diperdebatkan diyakini berarti

bahwa media yang dipilih untuk menyampaikan pesan adalah sama pentingnya

(jika tidak lebih) dari pesan itu sendiri. Pemikirannya banyak dipengaruhi oleh

mentornya, ekonom berkebangsaan Canada, Harold Adams Innis(1951).

Dalam prespektif teori ini, bukan pesan yang mempengaruhi kesadaran kita

tetapi medium. Mediumlah yang lebih besar mempengaruhi bawah sadar kita.

Medium membentuk pesan, bukan sebaliknya. Artinya, media elektronik telah

mengubah masyarakat secara radikal. Masyarakat sangat bergantung pada


33

teknologi yang menggunakan media dan bahwa ketertiban sosial suatu masyarakat

didasarkan pada kemampuannya untuk menghadapi teknologi tersebut.

Media membentuk dan mengorganisasikan sebuah budaya. Ini yang disebut

teori ekologi media. McLuhan juga menyatakan bahwa kita memiliki hubungan

yang sifatnya simbiosis dengan teknologi yang menggunakan media. Manusia

meenciptakan teknologi, dan sebaliknya teknologi tadi membentuk manusia. Inilah

yang menjadi konsep dasar teori ekologi media. Asumsi teori ekologi media :

1. Pertama, media melingkupi setiap tindakan di dalam masyarakat. Berangkat

dari asumsi ini kita menyadari bahwa kita tidak dapat melarikan diri dari

media. Media-media ini mentransformasikan masyarakat kita, baik melalui

permainan yang kita mainkan, radio yang kita dengarkan, televisi yang kita

tonton. Pada saat yang bersamaan, media bergantung pada masyarakat untuk

“pertukaran dan evolusi”.

2. Kedua, media memperbaiki persepsi kita dan mengorganisasikan pengalaman

kita. Media cukup kuat dalam mengorganisasikan pandangan kita mengenai

dunia.

3. Ketiga, media menyatukan seluruh dunia. McLuhan menggunakan istilah

Global Village untuk mendeskripsikan bagaimana media mengikat dunia

menjadi sebuah sitem politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang besar. Media

elektronik secara khusus memiliki kemampuan untuk menjembatani budaya-

budaya yang tidak akan pernah berkomunikasi sebelum adanya koneksi ini,

sehingga seolah-olah dunia mengerut tanpa dibatasi ruang dan waktu.


34

Dimmick dan Rohtenbuhler (1984) mencoba menganalogikan fenomena

kompetisi antarindustri media sebagai suatu proses ekologis. Dalam pandangannya

kompetisi media dapat digambarkan seperti makhluk-makhluk hidup yang harus

mempertahankan hidupannya dalam suatu lingkungan (pasar). Bagaimana ia

bertahan adalah bagaimana makhluk media tersebut mampu mencari-mendapatkan

dan merebut sumber makanan yang tersedia dalam lingkungan tersebut.

Persoalannya adalah jika sumber makanan yang ada di lingkungan tersebut terbtas-

sementara makhluk hidup yang menggantungkan dirinya kepada sumber tersebut

semakin banyak maka faktor kompetisi tidak terelakkan (Prasetiya, 2011:5).

Dimmick dan Rohtenbuhler mengungkapkan bahwa untuk

mempertahankan kelangsungan hidupnya media memerlukan sumber penunjang

hidup. Pada dasarnya, ada tiga sumber penunjang hidup media yang utama yaitu:

types of content (jenis isi media), types of audience (jenis khalayak sasaran), dan

capital (modal) dalam (Kriyantono, 2007:272).

Dimmick dan Rohtenbuhler dalam (Haryati, 2013:4) mengungkapkan

bahwa ketiga sumber penghidupan media tersebut, pertama adalah types of content,

yang menunjukkan aspek program dan atau jenis isi media, variasi program, jenis

program, dan banyaknya program. Content merupakan deksripsi isi dari media yang

bersangkutan, hal tersebut dapat dilihat dari berbagai rubrikasi atauprogram acara

yang ada.

Alan B. Albarran dalam Handbook of Media Studies (2004:299)

mengatakan bahwa konten media adalah produk-produk yang diciptakan oleh

perusahaan media, konten media berbetuk program televisi (dalam media televisi),

film, suara dana rekaman video, dan cetak (misalnya, buku, majalah, koran).
35

Konten media secara luas diklasifikasikan ke dalam kategori informasi (terkait

konten berita) dan hiburan (drama, komedi, action, musik, games, dan lain-lain).

Konten media merupakan produk yang dapat secara berulang digunakan dan

dipasarkan kepada audien dan pengiklan.

Kedua, type of audience, yang menunjukkan jenis khalayak sasaran atau

target audien, jenis pendengar (dari segmentasi geografis, demografis, psikografis).

Ketiga, capital, yang meliputi struktur permodalan dan pemasukaniklan. Faktor

capital (modal), yang mencakup modal finansial, dana pemasukan iklan, sumber

daya manusia, sarana teknologi dan fasilitas lainnya.

Ketiga sumber penunjang tersebut merupakan tiga tiang utama yang

menjadi penyangga sekaligus sumber “makanan” bagi media agar dapat survive dan

mengembangkan dirinya dalam situasi kompetisi yang ketat. Dan ketiga sumber ini

yang berusaha untuk diperebutkan oleh berbagai media agar bertahan (Kriyantono,

2007:272).

Adapun keterkaitan fokus penelitian dengan teori ekologi media ialah

mempertahankan hidup media ditengah lingkungannya yaitu, bagaimana program

Dodo dan Nisa mampu mendapatkan dan merebut audien yang tersedia di

lingkungannya. Sehubungan dengan MQTV merupakan televisi lokal, program

tersebut setidaknya mampu mendapatkan audien yang cukup banyak di daerah

Bandung sekitarnya bahkan mampu merebut audien dalam wilayah Jawa barat, atau

mungkin lebih dari sekedar Jawa Barat saja.

Dan untuk mempertahankan program tersebut terdapat tiga hal menurut

teori ekologi media yang menjadi elemen penting dalam mempertahankan program

yaitu, konten, audien, dan modal. Oleh karenanya, teori ekologi media berkaitan
36

dengan apa yang dilakukan produser dalam strategi mempertahankan program.

Strategi yang dilakukan oleh produser pada program Dodo dan Nisa yaitu, produser

menyusun perencanaan program, melakukan produksi program, eksekusi program

terhadap sasaran khalayak, dan melakukan pengawasan serta evaluasi sebagai

tindakan dalam menentukan hasil dari sebuah program yang di produksi.

Terlebih jika Program Dodo dan Nisa sebagai program andalan MQTV

mampu memberikan konten-konten berkualitas yang semakin menarik sesuai

dengan kebutuhan khalayak khusunya untuk memenuhi kebutuhan tayangan yang

sehat bagi anak-anak tentu akan menarik minat anak-anak serta meningkatkan

kepercayaan orangtua untuk tetap setia menyaksikan Program Dodo dan Nisa

sebagai sumber konsumsi informasi dan hiburan berkualitas bagi anak-anak.

Hal tersebut jelas akan meningkatkan intensitas ketertarikan audiens

terhadap MQTV serta menarik pemasang iklan untuk mengiklankan atau

mensponsori Program Dodo dan Nisa yang menjadi sumber pendapatan, mengingat

sebuah program tayangan juga memiliki orientasi ekonomi demi kelangsungan

produksi program tersebut.

Oleh karenanya, berdasarkan beberapa hal tersebut juga dapat membuat

program Dodo dan Nisa menjadi hal yang dicari oleh masyarakat dengan kata lain

program akan mengalami kenaikan rating dan produser dapat mempertahankan

progamnya agar tetap ada untuk beberapa waktu kedepan dan mencapai tujuan

dibuatnya program tersebut.


37

2.3.2 Kerangka Pemikiran

Strategi Produser dalam


Mempertahankan Eksistensi
Tayangan Anak di Televisi Lokal

Studi Deskriptif

Perencanaan Produksi dan Eksekusi Pengawasan


Progam Pembelian Progam dan Evaluasi
Progam Progam

Teori Ekologi Media

Strategi Produser dalam Mempertahankan


Eksistensi Tayangan Anak di Televisi
Lokal cukup efektif dan sesuai

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka peneliti ingin mengkaji lebih

dalam mengenai bagaimana strategi produser dalam mempertahankan eksistensi

program tayangan anak di televisi lokal. Penelitian dikaji dengan menggunakan

studi deskriptif yang membahas mengenai kasus yang mendalam yang dilakukan

produser strategi dalam manajemen programnya dalam mempertahankan eksistensi


38

program tayangan anak Dodo dan Nisa di televisi lokal MQTV, mengingat objek

penelitian tersebut memiliki keunikan yang menarik untuk diteliti.

Teori yang dipakai dalam penelitian adalah Teori Ekologi Media. Kerangka

pemikiran diatas menunjukkan bahwa adanya sebuah perencanaan program,

produksi dan pembelian program, eksekusi program, serta pengawasan dan evaluasi

program sebagai strategi program yang dilakukan oleh produser. Teori ekologi

media digunakan sebagai faktor pendukung penelitian yang memiliki keterkaitan

dengan permasalahan yang peniliti bahas.

Anda mungkin juga menyukai