Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

DI RUANG DAHLIA

RSUD Dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

Disusun Oleh :

Nama : Khairunisa
NIM : PO.62.20.1.19.097
Kelas : Reguler XXII C

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA

2021
I. Pengertian
Nutrisi berasal dari kata nutrients artinya bahan gizi. Nutrisi adalah proses tersedianya
energi dan bahan kimia dari makanan yang penting untuk pembentukan, pemeliharaan
dan penggantian sel tubuh. Gizi atau nutrisi menjadi sumber energi, didapatkan
melalui proses metabolisme yang begitu kompleks yang mampu memberikan tenaga
bagi manusia untuk beraktivitas (Hasdianah, dkk. 2013). Ada berbagai komponen -
komponen nutrisi yang dibutuhkan tubuh, yakni:
1) Karbohidrat
Karbohidrat adalah gula sederhana (monosakarida dan disakarida) dan gula
kompleks (polisakarida). Fungsi karbohidrat adalah memberikan energi. Setiap
gram karbohidrat mengandung 4 kkal. Karbohidrat juga penting dalam oksidasi
lemak, meningkatkan pertumbuhan bakteri dalam saluran pencernaan, yang
membantu sintesis vitamin K dan B12, memproduksi komponen karbon dalam
sintesis asam amino esensial.
2) Protein
Protein adalah zat kimia organik yang berisi asam amino, yang dihubungkan
dengan rantai peptida. Menurut More (2014) Protein dibutuhkan untuk
membangun dan memelihara seluruh sel di dalam tubuh dan selama pertumbuhan
begitu banyak sel baru dibuat dan protein ekstra diperlukan untuk ini.
3) Lemak
Lemak berfungsi sebagai transport sel, proteksi organ vital, energi, simpanan
energi pada jaringan adiposa, absorbsi vitamin, dan transport vitamin larut lemak.
Lemak diklasifikasikan sebagai lemak jenuh dan lemak tidak jenuh.
4) Vitamin
Vitamin adalah zat organik yang penting bagi tubuh untuk pertumbuhan,
perkembangan, pemeliharaan, dan reproduksi, serta membantu dalam penggunaan
energi nutrient. Jenis vitamin berdasarkan kelarutannya ada dua macam, yaitu
vitamin yang larut dalam air (yaitu Vitamin B dan C) dan vitamin yang larut
dalam lemak (yaitu Vitamin A, D, E, K) (Marmi, 2013).
5) Mineral
Mineral berperan penting dalam pembentukan struktural dari jaringan keras dan
lunak, kerja sistem enzim, kontraksi otot dan respon saraf serta dalam pembekuan
darah (Marmi, 2013).

Masalah nutrisi erat kaitannya dengan intake makanan dan metabolisme tubuh serta
faktor-faktor yang memengaruhinya. Gangguan nutrisi dapat terjadi ketika tubuh
kekurangan atau kelebihan kandungan nutrien yang dibutuhkan.
a) Kekurangan nutrisi
Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang dalam keadaan
tidak berpuasa (normal) atau resiko penurunan berat badan akibat tidak kecukupan
asupan nutrisi untuk kebutuhan metabolisme. Bila konsumsi kalori terlalu rendah
dari kebutuhan, hal tersebut menyebabkan berat badan berkurang dari normal.
b) Kelebihan nutrisi
Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami seseorang yang
mempunyai resiko peningkatan berat badan akibat asupan kebutuhan metabolisme
secara berlebih.
II. Etiologi
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017), penyebab berat badan lebih antara lain
kurang aktivitas fisik harian, kelebihan konsumsi gula, gangguan kebiasaan makan,
gangguan persepsi makan, kelebihan konsumsi alkohol, penggunaan energi kurang
dari asupan, sering mengemil, sering memakan makanan berminyak/berlemak, faktor
keturunan (mis. distribusi jaringan adiposa, pengeluaran energi, aktifitas lipase
lipoprotein, sintesis lipid, liposis), penggunaan makanan formula atau makanan
campuran (pada bayi), asupan kalsium rendah (pada anak-anak), berat badan
bertambah cepat (selama masa anak-anak, selama masa bayi, termasuk minggu
pertama, 4 bulan pertama, dan tahun pertama) serta makanan padat sebagai sumber
makanan utama pada usia <5 bulan.
Sedangkan penyebab defisit nutrisi antara lain ketidakmampuan menelan makanan,
ketidakmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien,
peningkatan kebutuhan metabolisme, faktor ekonomi (mis, finansial tidak
mencukupi), serta faktor psikologis (mis, stres, keengganan untuk makan).
III. Tanda & Gejala
Tanda dan gejala pada kasus berat badan lebih (SDKI: D. 0018, Hal 54) adalah :
a. Data mayor
IMT > 25 kg/m² (pada dewasa) atau berat dan panjang badan lebih dari presentil
95 (pada anak 2-18 tahun)
b. Data minor
Tebal lipatan kulit trisep >25 mm
Tanda dan gejala pada kasus defisit nutrisi (SDKI: D. 0019, Hal. 56) yaitu :
a. Data mayor
Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal
b. Data minor
1) Cepat kenyang setelah makan
2) Kram/nyeri abdomen
3) Nafsu makan menurun
4) Bising usus hiperaktif
5) Otot pengunyah lemah
6) Otot menelan lemah
7) Membran mukosa pucat
8) Sariawan
9) Serum albumin turun
10) Rambut rontok berlebihan
11) Diare
IV. Patofisiologi
a. Berat Badan Lebih
Berat badan lebih atau obesitas adalah penumpukan massa jaringan lemak tubuh
yang berlebihan ataupun abnormal yang terjadi akibat asupan energi lebih besar
dibandingkan keluaran energi dan dapat mengganggu kesehatan (Marlinda,
2014). Berbagai penyebab seperti tingginya asupan gula, makanan berlemak dan
konsumsi alkohol serta kurang aktifitas mengakibatkan penumpukan ini. Hal
inilah yang menyebabkan kelebihan berat badan serta kelebihan nutrisi
b. Defisit Nutrisi
Gangguan kebiasaan makan serta ketidakmampuan mencerna dan menelan
makanan menyebabkan berkurangnya pemasukan makanan dan kekosongan
lambung. Kekosongan pada lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung
akibat gesekan antara dinding-dinding lambung. Kondisi ini dapat mengakibatkan
peningkatan produksi asam lambung (HCl) yang akan merangsang terjadinya
kondisi asam pada lambung (Susanti, 2011). Peningkatan asam lambung memicu
terjadinya mual dan muntah. Hal inilah yang menyebabkan intake makanan tidak
adekuat sehingga terjadi kekurangan nutrisi.
V. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan yang biasa dilakukan untuk mengetahui adanya perubahan nutrisi adalah
pemeriksaan laboratorium darah dengan nilai normal menurut Kemenkes (2011)
sebagai berikut :
1. Kadar total limfosit (normalnya 15% – 45%)
2. Albumin serum (normalnya 3,5-4,5 gr/dl)
3. Hemoglobin (normalnya 13-18 gr/dl pada pria dan 12-16 gr/dl pada wanita)
4. Hematokrit (normalnya 40% – 50% pada pria dan 35% – 45% pada wanita)
5. Total kolesterol (normalnya <200 mg/dL)
6. Tes antigen kulit
VI. Penatalaksanaan Medis
a. Nutrisi enteral
Metode pemberian makanan alternative untuk memastikan kecukupan nutrisi
meliputi metode enteral (melalui sistem pencernaan). Nutrisi enteral juga disebut
sebagai nutrisi enteral total (TEN) diberikan apabila klien tidak mampu menelan
makanan atau mengalami gangguan pada saluran pencernaan atas dan transport
makanan ke usus halus terganggu. Pemberian makanan lewat enteral diberikan
melalui slang nasogastrik dan slang pemberian makan berukuran kecil atau
melalui slang gastrostomi atau yeyunostomi.
b. Nutrisi parenteral
Nutrisi parenteral (PN), juga disebut sebagai nutrisi parenteral total (TPN) atau
hiperalimentasi intravena (IVH), diberikan jika saluran gastrointestinal tidak
berfungsi karena terdapat gangguan dalam kontinuitas fungsinya atau karena
kemampuan penyerapannya terganggu. Nutrisi parenteral diberikan secara
intravena seperti melalui kateter vena sentral ke vena kava superior. Makanan
parenteral adalah larutan dekstrosa, air, lemak, protein, elektrolit, vitamin, dan
unsur renik. Semuanya ini memberikan semua kalori yang dibutuhkan. Karena
larutan TPN bersifat hipertonik, larutan hanya dimasukkan ke vena sentral yang
beraliran tinggi, tempat larutan dilarutkan oleh darah klien. (Kozier, 2011,
hlm.784-801).
VII. Pengkajian Keperawatan
Menurut Ambarwati (2014), status gizi seseorang dengan gangguan status nutrisi
dapat dikaji dengan menggunakan pedoman A-B-C-D.
A : Pengukuran antropometrik (antropometric measurements)
B : Data biomedis (biomedical data)
C : Tanda-tanda klinis status nutrisi (clinical signs)
D : Diet (dietari)
a. Pengukuran Antropometri
Tujuan pengukuran antropometri adalah mengevaluasi pertumbuhan dan
mengkaji status nutrisi serta ketersediaan energi tubuh. Pengukuran ini terdiri atas
:
1) Tinggi badan, pengukuran tinggi badan pada individu dewasa dan balita
dilakukan dalam posisi berdiri tanpa alas kaki, sedangkan pada bayi
dilakukan dalam posisi berbaring.
2) Berat badan, hal-hal yang perlu diperhatikan saat mengukur berat badan
adalah alat serta skala alat ukur yang digunakan harus sama setiap kali
menimbang, pasien ditimbang tanpa alas kaki, pakaian diusahakan tidak tebal
dan relatif sama beratnya setiap kali menimbang, serta waktu (jam)
penimbangan relatif sama, misalnya sebelum dan sesudah makan.
Di samping itu, perlu mengkaji kondisi patologis yang berpengaruh terhadap
berat badan seperti edema, splenomegali, asites, gagal jantung atau
kardiomegali.
3) Tebal lipatan kulit, pengukuran ini bertujuan untuk menentukan persentase
lemak pada tubuh yang digunakan untuk mengkaji kemugkinan malnutrisi,
berat badan normal atau obesitas. Area yang sering digunakan untuk
pengukuran adalah lipatan kulit trisep (tricep skinfold (TSF)), skapula dan
suprailiaka.
4) Lingkar tubuh, area tubuh yang digunakan adalah kepala, dada dan otot
bagian tengah lengan atas. Lingkar dada dan kepala digunakan dalam
pengkajian pertumbuhan dan perkembangan otak bayi, sedangkan lingkar
lengan atas (LLA) dan lingkar otot lengan atas (LOLA) digunakan untuk
menilai status nutrisi. Pengukuran dilakukan pada titik tengah lengan yang
tidak dominan.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Keluhan masa lalu
Klien pernah menderita gangguan sistem pencernaan.
2) Pemeriksaan fisik : data fokus
- Penampilan umum dan vitalitas : Apatis, lesu, tampak lelah
- Berat badan : Berat badan kurang atau berlebih
- Rambut : Rambut kering, kusam, pecah-pecah, tipis, rapuh
- Kulit : Kering, kusam, pecah-pecah, pucat atau berpigmen, ada petekia
atau memar, lemak subkutan sedikit
- Kuku : Rapuh, pucat, bentuk seperti sendok
- Mata : Kering, konjungtiva pucat atau merah, kornea lembut
- Lidah : Berwarna merah atau magenta, tampilan halus, bengkak, ukuran
lidah bertambah atau berkurang
- Bibir : Bengkak, pecah-pecah pada sudut bibir
- Gusi : Bengkak, meradang, mudah berdarah, berbentuk seperti spon
- Otot : Tonus buruk, lembek dan tidak berkembang
- Sistem kardiovaskular : Frekuensi nadi meningkat, TD meningkat, irama
jantung abnormal (ireguler)
- Sistem pencernaan : Anoreksia, indigesti, diare, konstipasi
- Sistem persarafan : Refleks menurun, emosi tidak stabil, kurang
perhatian, bingung
c. Pemeriksaan Biokimia
Pemeriksaan dan pengkajian data biokimia meliputi hasil pemeriksaan
laboratorium yang berhubungan dengan keadaan status gizi seperti analisis darah,
urin, dan jaringan tubuh lainnya.
Hasil pemeriksaan laboratorium yang menunjukan risiko status nutrisi buruk
meliputi penurunan hemoglobin dan hematokrit, penurunan nilai limfosit,
albumin serum kurang dari 3,5 gr/dl dan peningkatan atau penurunan kadar
kolesterol (Ambarwati, 2014).
d. Riwayat Diet
Untuk mengetahui riwayat diet seseorang, perawat dapat melakukan wawancara
atau kuisioner untuk mengetahui status gizi, kesehatan, sosial-ekonomi dan
budaya atau kebiasaan orang tersebut yang berpengaruh terhadap status
nutrisinya. Berdasarkan riwayat makanan, perawat dapat mengetahui antara lain
pola makan, tipe makanan yang dihindari atau diabaikan, makanan yang disukai,
pengetahuan tentang nutrisi dan obat-obatan yang pernah dikonsumsi (Saputra,
2013).
VIII. Diagnosa Keperawatan
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) diagnosis yang muncul pada kasus Berat
Badan Lebih (D.0018) antara lain yaitu :
- Berat badan lebih b.d kurang aktivitas fisik harian
- Berat badan lebih b.d kelebihan konsumsi gula
- Berat badan lebih b.d gangguan kebiasaan makan
- Berat badan lebih b.d gangguan persepsi makan
- Berat badan lebih b.d kelebihan konsumsi alkohol
- Berat badan lebih b.d penggunaan energi Berat badan lebih b.d kurang dari
asupan
- Berat badan lebih b.d sering mengemil
- Berat badan lebih b.d sering memakan makanan berminyak/berlemak
- Berat badan lebih b.d faktor keturunan (mis. distribusi jaringan adiposa,
pengeluaran energi, aktifitas lipase lipoprotein, sintesis lipid, liposis)
- Berat badan lebih b.d penggunaan makanan formula atau makanan campuran
(pada bayi)
- Berat badan lebih b.d asupan kalsium rendah (pada anak-anak)
- Berat badan lebih b.d berat badan bertambah cepat (selama masa anak-anak,
selama masa bayi, termasuk minggu pertama, 4 bulan pertama, dan tahun
pertama)
- Berat badan lebih b.d makanan padat sebagai sumber makanan utama pada usia
<5 bulan.
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) diagnosis yang muncul pada kasus
Defisit Nutrisi (D.0019) antara lain yaitu :
- Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan
- Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan
- Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
- Defisit nutrisi b.d peningkatan kebutuhan metabolisme
- Defisit nutrisi b.d faktor ekonomi (mis, finansial tidak mencukupi)
- Defisit nutrisi b.d faktor psikologis (mis, stres, keengganan untuk makan)
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) diagnosis yang muncul pada kasus
Resiko Defisit Nutrisi (D.0032) antara lain yaitu :
- Resiko defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan
- Resiko defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan
- Resiko defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
- Resiko defisit nutrisi b.d peningkatan kebutuhan metabolisme
- Resiko defisit nutrisi b.d faktor ekonomi (mis, finansial tidak mencukupi)
- Resiko defisit nutrisi b.d faktor psikologis (mis, stres, keengganan untuk makan)
IX. Intervensi
a. Berat badan lebih b.d kurang aktivitas fisik harian
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dihararapkan akumulasi bobot tubuh
sesuai dengan kriteria hasil (SLKI L.03018, hal 17) :
- Berat badan membaik
- Tebal lipatan kulit membaik
- Indeks massa tubuh (IMT) membaik
Intervensi utama Manajemen Berat Badan (SIKI I.03097, hal.158) yaitu :
Observasi :
Identifikasi kondisi kesehatan pasien yang dapat mempengaruhi berat badan
Terapeutik :
- Hitung berat badan ideal pasien
- Hitung persentase lemak dan otot pasien
- Fasilitasi menentukan target berat badan yang realistis
Edukasi :
- Jelaskan hubungan antara asupan makanan, aktifitas fisik, penambahan berat
badan dan penurunan berat badan
- Jelaskan faktor resiko berat badan lebih dan berat badan kurang
- Anjurkan mencatat berat badan setiap minggu, jika perlu
- Anjurkan melakukan pencatatan asupan makan, aktifitas fisik dan perubahan
berat badan
b. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keadekuatan asupan nutrisi
memenuhi kebutuhan metabolisme dengan kriteria hasil (SLKI L.03030, hal
121) :
- Porsi makanan yang dihabiskan meningkat
- Kekuatan otot mengunyah dan menelan meningkat
- Pengetahuan tentang standar asupan nutrisi yang tepat meningkat
- Perasaan cepat kenyang menurun
- Berat badan membaik
- Indeks massa tubuh (IMT) membaik
- Nafsu makan membaik
Intervensi utama Manajemen Nutrisi (SIKI I.03119, hal.200) yaitu :
Observasi :
- Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
- Identifikasi makanan yang disukai
- Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
- Identifikasi perlunya menggunakan selang nasogastrik
- Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik :
- Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
- Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. piramida makanan)
- Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
- Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
- Berikan suplemen makanan, jika perlu
Edukasi :
- Hentikan pemberian makan melalui selang nasogatrik jika asupan oral dapat
ditoleransi
- Anjurkan posisi duduk, jika mampu
- Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu.
c. Resiko defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dihararapkan keadekuatan asupan nutrisi
memenuhi kebutuhan metabolisme dengan kriteria hasil (SLKI L.03030, hal
121) :
- Porsi makanan yang dihabiskan meningkat
- Kekuatan otot mengunyah dan menelan meningkat
- Pengetahuan tentang standar asupan nutrisi yang tepat meningkat
- Perasaan cepat kenyang menurun
- Berat badan membaik
- Indeks massa tubuh (IMT) membaik
- Nafsu makan membaik
Intervensi utama Manajemen Gangguan Makan (SIKI I.03111, hal.177) yaitu :
Observasi :
Monitor asupan dan keluarnya makanan dan cairan serta kebutuhan kalori
Terapeutik :
- Timbang berat badan secara rutin
- Diskusikan perilaku makan dan jumlah aktifitas fisik (termasuk olahraga)
yang sesuai
- Lakukan kontrak perilaku (mis. target berat badan, tanggung jawab perilaku)
- Dampingi ke kamar mandi untuk pengamatan perilaku memuntahkan
kembali makanan
- Berikan penguatan positif terhadap keberhasilan target dan perubahan
perilaku
- Berikan konsekuensi jika tidak mencapai target sesuai kontrak
- Rencanakan program pengobatan untuk perawatan di rumah (mis. medis,
konseling)
Edukasi :
- Anjurkan membuat catatan harian tentang perasaan dan situasi pemicu
pengeluaran makanan (mis. pengeluaran yang disengaja, muntah, aktifitas
berlebihan)
- Ajarkan pengaturan diet yang tepat
- Ajarkan keterampilan koping untuk penyelesaian masalah perilaku makan
Kolaborasi :
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang target berat badan, kebutuhan kalori dan
pilihan makanan
X. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk
menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana
rencana keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan
rencana keperawatan (Manurung, 2011).
Hasil dari evaluasi dalam asuhan keperawatan adalah tujuan tercapai/masalah teratasi,
tujuan tercapai sebagian/masalah teratasi sebagian dan tujuan tidak tercapai/masalah
tidak teratasi. Penentuan masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi
dilakukan dengan cara membandingkan SOAP/SOAPIER dengan tujuan dan kriteria
hasil yang telah ditetapkan.
S (Subjective) yaitu informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah
tindakan.
O (Objective) yaitu informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian,
pengukuran yang dilakukan oleh perawat.
A (Analisis) yaitu membandingkan antara tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil
kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi.
P (Planning) yaitu rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan
hasil
analisa.
Evaluasi terhadap masalah kebutuhan nutrisi secara umum dapat dinilai dari adanya
kemampuan dalam :
1. Meningkatkan nafsu makan ditunjukkan dengan adanya kemampuan dalam
makan serta adanya perubahan nafsu makan apabila terjadi kurang dari
kebutuhan.
2. Terpenuhinya kebutuhan nutrisi ditunjukkan dengan tidak adanya tanda
kekurangan atau kelebihan berat badan.
3. Mempertahankan nutrisi melalui oral atau parenteral ditunjukkan dengan adanya
proses pencernaan makan yang adekuat.
4. Menyatakan pemahaman kebutuhan nutrisi.
5. Menunjukkan penurunan berat badan dengan pemeliharaan kesehatan optimal.
Daftar Pustaka

Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017). STANDAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN


INDONESIA DEFINISI DAN INDIKATOR DIAGNOSTIK. Jakarta: Dewan Pengurus
PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018). STANDAR INTERVENSI KEPERAWATAN
INDONESIA DEFINISI DAN TINDAKAN KEPERAWATAN. Jakarta: Dewan Pengurus
PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2019). STANDAR LUARAN KEPERAWATAN INDONESIA
DEFINISI DAN KRITERIA HASIL KEPERAWATAN. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
Rahayu, Sunarsih dan Addi Mardi Hartanto (2016). KEBUTUHAN DASAR MANUSIA II.
Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.
Adinda, Dhita (2019). KOMPONEN DAN JENIS-JENIS EVALUASI DALAM ASUHAN
KEPERAWATAN. (https://osf.io/dea5u/download/?format=pdf). Diakses pada 15 Maret
2021.
Astari, Wiwik. LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN
DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI.
(https://www.academia.edu/38208622/LAPORAN_PENDAHULUAN_NUTRISI). Diakses
15 Maret 2021.
T., Arwandi. 2019. SARI, YUNITA (2019) ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA KLIEN HIPERTENSI DI UNIT PELAKSANA
TEKNIS DINAS PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA TRESNA WERDHA NATAR
LAMPUNG SELATAN. Diploma thesis, Poltekkes Tanjungkarang.
(http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/349/3/Bab%20II.pdf). Diakses 15 Maret 2021.
Merizkha, S. 2019. SILVIA, AMANDA (2019) ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA KLIEN MELENA DI RUANG MURAI RSUD
Dr. H ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2019. Diploma thesis, Poltekkes
Tanjungkarang. (http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/168/3/BAB%20II-1.pdf). Diakses 15
Maret 2021.
PRAMUDYARI, NONIK NUR (2017) PERBEDAAN PERILAKU ORANG TUA DALAM
MEMENUHI KEBUTUHAN NUTRISI ANAK TERHADAP EDUKASI NUTRISI (Studi Kasus
di TK PGRI 07 Sumberputih Kecamatan Wajak). Undergraduate (S1) thesis, University of
Muhammadiyah Malang. (http://eprints.umm.ac.id/41760/3/jiptummpp-gdl-noniknurpr-
47196-3-babii.pdf). Diakses 15 Maret 2021.
ARWANDI T, AHMAD (2019) ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KEBUTUHAN
NUTRISI PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARUDI RUANG PARU RSUD JENDRAL
AHMAD YANI KOTA METRO PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2019. Diploma thesis,
Poltekkes Tanjungkarang. (http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/351/3/BAB%20II.pdf).
Diakses 15 Maret 2021.
Kifliannur, Anggario Eka (2019). LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA PASIEN DENGAN KEADAAN UMUM
LEMAH DI RUANG/UNIT DAHLIA RUMAH SAKIT DR. H. KOESNADI
BONDOWOSO.
https://www.academia.edu/38208622/LAPORAN_PENDAHULUAN_NUTRISI, Diakses 15
Maret 2021.
Sky, Aini (2015). Laporan Kebutuhan Dasar Manusia Nutrisi.
(https://id.scribd.com/doc/285954747/LP-KDM-Nutrisi). Diakses 15 Maret 2021.
Febriani, Vicky Dian (2017). Lp Gangguan Nutrisi. (https://kupdf.net/download/lp-
gangguan-nutrisi_59e49e3908bbc56a44e65330_pdf). Diakses 15 Maret 2021.
Fithriyana, Rinda (2018). FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN DISPEPSIA PADA PASIEN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
BANGKINANG.
(https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/prepotif/article/download/79/56) .
Diakses tanggal 16 Maret 2021.
Mulyati (2018) HUBUNGAN PROFIL LIPID DARAH DENGAN OBESITAS PADA
PASIEN REMAJA DI RSUD BUMIAYU. Undergraduate thesis, Universitas
Muhammadiyah Semarang. (http://repository.unimus.ac.id/1903/4/BAB%20II.pdf). Diakses
16 Maret 2021.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2011). PEDOMAN INTERPRETASI DATA
KLINIK.
(https://www.researchgate.net/publication/303523819_Pedoman_Interpretasi_Data_Klinik).
Diakses 16 Maret 2021

Anda mungkin juga menyukai