Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ILMU GIZI OLAHRAGA

OLEH:

SOEF SUGIYANTO
NPM. 20190040

DOSEN PENGAMPU :
Faisal Mandala Siregar S.Pd.M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)
UNIVERSITAS DEHASEN
BENGKULU
2022

i
BAB I

PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Untuk mencapai prestasi olahraga yang tinggi,peningkatan kualitas manusia
Indonesia juga perlu dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Banyak cabang olahraga yang
selain menuntut kondisi fisik yang prima juga menuntut atlet-atlet yang cerdas. Bila kita
bandingkan dengan negara-negaralain, kondisi kita masih memerlukan perbaikan yang besar
dalam aspek konsumsi protein hewani yang terdapat dalam telur, susu, dan daging. Karena
itu, bila tidak dimulai langkah-langkah sistematis untuk meningkatkan kualitas gizi
masyarakat, melalui perbaikan kesejahteraan ekonominya, tidak sampai satu generasi lagi,
masyarakat Singapura dan Malaysia akan lebih tinggi, lebih kuat, dan lebih cerdas dari
masyarakat kita. Dan akan lebih berpeluang untuk mencapai prestasi olahraga di tingkat
dunia. Memang prestasi peradaban suatu masyarakat negara sering dikaitkan dengan
pencapaian prestasi olahraganya. Masalah gizi yang tidak seimbang masih merupakan
masalah yang sangat sulit sekali ditanggulangi oleh pemerintah, walaupun penyebab masalah
itu sendiri pada dasarnya sangat sederhana yaitu tidak sesuainya intake (konsumsi) makanan
terhadap kebutuhan makan seseorang. Masalah gizi yang tidak berimbang ini menyebabkan
berkurangnya ketahanan tubuh, berkurangnya kecerdasan dan menjadikan pertumbuhan yang
abnormal. Jadi masalah sebenarnya adalah masyarakat atau keluarga belum mengatahui cara
menilai status gizi atau juga belum mengetahui pola pertumbuhan badan, sepertinya
masyarakat atau keluarga hanya tahu bahwa ia harus diberikan makan setiap harinya.
Status gizi dapat diartikan sebagai ukuran keberhasilan seseorang dalam pemenuhan
nutrisi untuk tubuh yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badannya. Selain itu status
gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara
kebutuhan dan masukan nutrien. Pengukuran status gizi merupakan pengukuran yang
didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat diet. Status gizi juga diartikan
sebagai keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan antara jumlah asupan (“intake”)
zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (“requirement”) oleh tubuh untuk berbagai fungsi
biologis: (pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas, pemeliharaan kesehatan, dan lainnya).

Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat.
Salah satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan Antropometri.
Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi, antropomteri disajikan dalam bentuk indeks
yang dikaitkan dengan variabel lain. Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh
(IMT) merupakan salah satu cara penilaian status gizi seseorang yang telah baku. IMT
merupakan petunjuk untuk menentukan kelebihan berat badan berdasarkan Indeks Quatelet
(berat badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m2)).

IMT adalah cara termudah untuk memperkirakan obesitas serta berkorelasi tinggi
dengan massa lemak tubuh, selain itu juga penting untuk mengidentifikasi pasien obesitas
yang mempunyai risiko mendapat komplikasi medis. IMT mempunyai keunggulan utama
yakni menggambarkan lemak tubuh yang berlebihan, sederhana dan bisa digunakan dalam
penelitian populasi berskala besar.

ii
B.     Rumusan Masalah

1.      Bagaimana peranan gizi terhadap pencapaian prestasi olahraga?

C.     Tujuan
      Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
peranan gizi terhadap pencapaian prestasi olahraga.

iii
BAB II

PEMBAHASAN
1.      Pengertian Gizi
Pengetahuan gizi merupakan pemahaman masyarakat tentang pemilihan bahan
makanan sehat serta fungsinya bagi tubuh yang dinilai berdasarkan jawaban responden
terhadap pertanyaan yang diajukan sesuai dengan kuesioner (Kartasapoetra, 2008:3).

Pengetahuan tentang pentingnya gizi dipengaruhi oleh 3 kenyataan, yaitu:

1.Setiap gizi yang cukup adalah pentingnya bagi kesehatan dan kesejahteraan.

2.Setiap orang hanya akan cukup jika makanan yang dimakan mampu menyediakan zat gizi
yang diperlukan untuk pertumbuhan yang optimal, pemeliharaan dan energi.

3.Gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar dengan
menggunakan pangan dengan lebih baik bagi kesejahteraan (Suharjo, 1986).

Pengetahuan gizi meliputi pengetahuan tentang pemilihan dan konsumsi sehari-hari


dengan baik dan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh.
Pemilihan dan konsumsi bahan makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status
gizi baik atau status gizi optimal terjadi apabila tubuh memperoleh cukup zat gizi yang
dibutuhkan tubuh. Status gizi kurang terjadi apabila tubuh mengalami kekurangan satu
atau lebih zat gizi essential. Sedangkan status gizi lebih terjadi apabila tubuh memperoleh zat
gizi dalam jumlah yang berlebihan, sehingga menimbulkan efek yang membahayakan
(Almatsier, 2004).

Semakin tinggi gizi seseorang akan semakin memperhitungkan jenis dan makanan yang
dipilih untuk dikonsumsi. Orang yang pengetahuan gizinya rendah akan berperilaku memilih
makanan yang menarik panca indra dan tidak mengadakan pemilihan berdasarkan nilai gizi
makanan. Sebaiknya mereka yang semakin tinggi pengetahuannya, lebih banyak
mempergunakan dan mempertimbangkan rasional dan pengetahuan tentang nilai gizi
makanan yang bergizi bagi keluarga (Djumadias, 1990).

Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang
diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai
status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien.

iv
Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri,
biokimia dan riwayat diet (Kartasapoetra, 2008:15).

Status gizi juga diartikan sebagai keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan
antara jumlah asupan (“intake”) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (“requirement”) oleh
tubuh untuk berbagai fungsi biologis: (pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas,
pemeliha-raan kesehatan, dan lainnya).

2.      Macam-Macam Zat Gizi

Macam-macam zat gizi yang harus dikonsumsi seorang adalah yang mengandung
karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, air dan serat yang cukup. Maka kebutuhan gizi
atlet bolavoli adalah sebagai berikut:

a.       Karbohidrat  

Karbohidrat adalah suatu atau beberapa senyawa kimia termasuk gula, pati dan serat
yang mengandung atom C, H dan O dengan rumus kimia Cn (HO)n. Karbohidrat merupakan
senyawa sumber energi utuma bagi tubuh. Kira-kira 80% kalori yang didapat tubuh berasal
dari karbohidrat (Irianto 2006:6).

Secara umum fungsi karbohidrat adalah sebagian sumber energi pertama digunakan
oleh tubuh pada saat tubuh mulai bergerak. Pada proses pencernaan karbohidrat mengelami
proses hidrolisis baik dalam mulut, lambung maupun usus. Hasil akhir proses pencernaan
karbohidrat adalah Glukosa, fruktosa, galaktosa, serta monosakarida lainnya. Senyawa-
senyawa kemudian diabsorbsi melalui dinding usus dan dibawa kehati oleh darah.

Orang dewasa dengan aktivitas sedang memerlukan karbohidrat rata-rata 12


gramfKgBB/hari, sedangkan kebutuhan minimal setiap orang 50-100 gr/hari. Para pekerja
berat atau olahragawan yang melakukan latihan berat, kebutuhan karbohidrat bisa mencapai
9-l0gr/KgBB/hari atau kira-kira 70% dari kebutuhan energi keseluruhan setiap hari.

Sumber utama karbohidrat adalah padi-padian atau serealia, umbi-umbian, kacang-


kacang kering dan gula. Hasil olah bahan-bahan ini adalah bihun, mie. roti, tepung-tepungan,

v
selai, sirup, dan sebagainya. Sebagian besar sayur dan buah tidak banyak mengandung
karbohidrat. Sayur umbi-umbian, seperti wortel dan bit serta sayur kacang-kacangan relative
lebih banyak mengandung karbohidrat dari pada sayur daun-daunan. Bahan makanan hewani
seperti daging, ayam, ikan, telur dan susu sedikit sekali mengandung karbohidrat. Sumber
karbohidrat yang banyak dimakan sebagai makanan pokok di Indonesia adalah beras, jagung,
ubi, singkong, talas, dan sagu (Almatsier, 2004:44).

b.      Lemak

Lemak merupakan zat gizi penghasil energi terbesar, besarnya lebih dari dua kali
energi yang dihasilkan karbohidrat. Namun, lemak merupakan sumber energi yang tidak
ekonomis pemakaiannya. Oleh karena metabolisme lemak menghabiskan oksigen lebih
banyak dibanding karbohidrat. Lemak atau trigliserida di dalam tubuh diubah menjadi asam
lemak dan gliserol. Selain penghasil energi, lemak merupakan alat pengangkut vitamin yang
larut dalam lemak dan sebagai sumber asam lemak yang esensial, misalnya asam lemak
linoleat. Olahraga endurance merupakan olahraga yang dilakukan dengan intensitas rendah
sampai sedang (submaksimal) dan berlangsung dalam waktu lama.

Lemak merupakan sumber energi yang penting untuk kontraksi otot selama olahraga
endurance. Sumbangan lemak sebagai energi untuk kontraksi otot tergantung dari intensitas
dan lamanya latihan olahraga. Olahraga dengan intensitas rendah dan sedang serta dilakukan
dalam jangka waktu lama, energi yang dibebaskan selain karbohidrat, kebanyakan berasal
dari lemak. Lemak yang dapat dioksidasi sebagai sumber energi terdiri atas trigliserida, asam
lemak bebas dan trigliserida intra muskular.

Asam lemak bebas yang terikat dengan albumin di dalam darah hasil metabolisme
dari jaringan lemak merupakan sumbangan yang besar pada metabolisme lemak saat otot
berkontraksi. Sedangkan asam lemak bebas yang terikat dengan albumin di dalam darah hasil
metabolisme dan trigliserida intra muskular dan trigliserida plasma selama kontraksi otot
tidak diketahui secara jelas. Kontraksi otot terjadi karena adanya energi hasil beta oksidasi
asam lemak bebas dan reaksi biokimiawi dalam jalur Kreb’s yang berasal dari lipolisis
jaringan lemak. Otot mendapatkan asam lemak bebas dan menggunakannya dalam bentuk
energi biasanya ditentukan oleh konsentrasi lemak dalam darah dan kemampuan otot untuk
oksidasi asam lemak.

Peningkatan kadar asam lemak bebas dalam darah dan penggunaannya oleh otot dapat
mengurangi penggunaan glikogen dan glukosa darah. Kadar asam lemak biasanya memuncak
setelah 2-4 jam aktifitas olahraga. Trigliserida intra muskular dapat juga digunakan oleh otot
untuk berkontraksi. Trigliserida intra muskular dipercaya lebih penting pada awal kontraksi

vi
otot dan selama olahraga dengan intensitas tinggi, dimana lipolisis jaringan lemak untuk
pembentukan energi masih terhambat.

Untuk memelihara keseimbangan fungsinya, tubuh memerlukan lemak 0.5 s/d 1


gr/KgBB/hari. Latihan olahraga meningkatkan kapasitas otot dalam menggunakan lemak
sebagai sumber energi. Peningkatan metabolisme lemak pada waktu melakukan kegiatan
olahraga yang lama mempunyai efek “melindungi” pemakaian glikogen dan memperbaiki
kapasitas ketahanan fisik. Walaupun demikian, konsumsi dan lemak dianjurkan tidak lebih
dari 30% total energi/hari.

c.       Protein

Protein dari makanan yang kita konsumsi sehari-hari dapat berasal dari hewani


maupun nabati. Protein yang berasal dari hewani seperti daging, ikan, ayam, telur, susu, dan
lain-lain disebut protein hewani, sedangkan protein yang berasal dari tumbuh-tumbuhan
seperti kacang-kacangan, tempe, dan tahu disebut protein nabati. Protein dibutuhkan untuk
pertumbuhan, perkembangan, pembentukan otot, pembentukan sel-sel darah merah,
pertahanan tubuh terhadap penyakit, enzim dan hormon, dan sintesa jaringan-jaringan badan
lainnya. Protein dicerna menjadi asam-asam amino, yang kemudian dibentuk protein tubuh di
dalam otot dan jaringan lain.

Protein dapat berfungsi sebagai sumber energi apabila karbohidrat yang dikonsumsi
tidak mencukupi seperti pada waktu latihan fisik intensif. Sebaiknya, kurang lebih 15%
dari total kalori yang dikonsumsi berasal dari protein.

Secara umun kebutuhan protein adalah 0.8 sampai 1.0 gram/KgBB/hari, tetapi bagi
mereka yang bekerja berat kebutuhan protein bertambah. Atlet dari olahraga yang
memerlukan kekuatan dan kecepatan perlu mengkonsumsi 1.2-1.4 gram/KgBB/hari. Jumlah
protein tersebut dapat diperoleh dari diet yang mengandung 12-15% protein.

Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik, dalam jumlah maupun
mutu, seperti telur, susu, daging, unggas, ikan, dan kerang. Sumber protein nabati adalah
kacang kedelai dan hasilnya, seperti tempe, dan tahu, serta kacang-kacangan lain.

d.       Vitamin

Vitamin adalah senyawa organik yang diperoleh oleh tubuh dalam jumlah sedikit
untuk mengetur fungsi-fungsi tubuh yang spesifik, seperti pertumbuhan normal, memelihara
kesehatan dan reproduksi. Vitamin tidak dapat dihasilkan oleh tubuh, dan harus diperoleh
dari bahan makanan.

vii
Fungsi vitamin adalah:

1.      Memelihara jaringan epitel termaksuk kulit dan slaput-selaputnya

2.      Memacu pertumbuhan

3.      Reproduksi

4.      Memelihara kesehatan dan kekuatan tubuh

5.      Stabilitas system syaraf

6.      Penambah selera makan

7.      Membantu proses pencernaan

8.      Sebagai antioksidan yakni untuk menghindarkan terjadinya redikal bebas

e.       Mineral

Mineral adalah zat organik yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah sedikit untuk
membantu reaksi fungsional tubuh.

Fungsi mineral adalah:

1.      Menyediakan bahan sebagai komponen penyusun tulang dan gigi

2.      Membantu fungsi organ, memelihara irama jantung, kontraksi otot, dan keseimbangan
asam basa

3.      Memelihara kepekaan otot dan syaraf terhadap rangsangan.

f.        Air

Air tidak mengandung energi, tetapi sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.
Kebutuhan tubuh manusia akan air dalam sehari sesuai dengan banyaknya air yang keluar
atau yang hilang dari tubuh. Pada keadaan normal dan ideal yaitu diet rendah cairan, aktifitas
fisik minimal serta tidak ada keringat yang keluar, orang dewasa membutuhkan air sebanyak
1500 —2000 ml sehari. Sumber air untuk kebutuhan tubuh biasanya didapat dari hasil
oksidasi zat gizi, makanan, minuman.

Saat berolahraga kebutuhan air tentu akan lebih banyak dibanding dalam keadaan
istirahat. Oleh karena saat berolahraga suhu tubuh meningkat dan tubuh menjadi panas.

viii
Tubuh yang panas berusaha untuk menjadi dingin dengan cara berkeringat. Banyaknya
keringat yang keluar tergantung dari ukuran tubuh, jenis olahraga, intensitas olahraga,
lamanya olahraga, cuaca dan kelembaban lingkungan, serta jenis pakaian atlet (Almatsier,
2004:58).

Keringat yang keluar saat olahraga sebagian besar terdiri atas air, namun keringat juga
mengandung elektrolit. Perubahan status cairan tubuh saat berolahraga disebabkan oleh
peningkatan produksi keringat dan asupan cairan ke dalam tubuh yang sedikit. Defisit air
sebanyak 1% dari berat badan yang keluar dalam bentuk keringat saat berolahraga terbukti
mengurangi toleransi tubuh terhadap olahraga. Sedangkan, defisit air 3% sampai dengan 10%
dari berat badan selama mengikuti olahraga menyebabkan penurunan prestasi olahraga.
meningkatkan risiko cedera, serta berbahaya untuk atlet.

Pemberian cairan pada atlet bertujuan untuk mencegah dehidrasi dan untuk
mempertahankan keseimbangan cairan tubuh. Selain itu, pemberian cairan ditujukan untuk
mencegah cedera akibat panas tubuh yang berlebihan, misalnya heat exhaustion, heat stroke.
Nasihat yang paling baik saat berolahraga untuk mencegah kekurangan cairan adalah minum
air sebelum, selama dan setelah berolahraga.

Minum air jangan menunggu sampai rasa haus timbul. Oleh karena, rasa haus tidak
cukup baik sebagai indikator keinginan untuk minum. Keinginan minum air lebih banyak dan
lebih sering karena kebiasaan, bukan karena adaptasi fisiologis. Rasa haus baru timbul
apabila tubuh telah mengalami kekurangan air (dehidrasi). Penggantian air selama
berolahraga sangat penting untuk memelihara penampilan yang optimal dan memelihara
kesehatan. Minumlah air 30 - 60 menit sebelum bertanding sebanyak 150 -250 ml.

Air dingin kira-kira 10 o C lebih baik dari pada air hangat. Oleh karena air dingin
lebih cepat diserap oleh usus, sehingga waktu pengosongan lambung lebih cepat. Pemberian
air dalam jumlah yang sama dianjurkan pada atlet saat beristirahat diantara pertandingan.
Selama bertanding, atlet dianjurkan minum secara teratur setiap 10 - 15 menit sebanyak
150 - 250 ml air dingin. Segera setelah bertanding, pemberian minuman ditujukan untuk
mengganti cairan yang hilang dan mendinginkan tubuh.

Atlet setelah pertandingan harus segera minum air dingin sebanyak 150 - 250 ml.
Selanjutnya atlet dapat minum air yang mengandung karbohidrat, elektrolit dan mineral serta
vitamin. Penelitian menunjukkan bahwa penggantian air akibat keringat yang keluar lebih
penting daripada penggantian elektrolit.

ix
Kasus kehilangan elektrolit yang serius atau ketidak seimbangan elektrolit pada atlet
jarang terjadi dibanding dehidrasi akibat defisit air. Kekecualian misalnya terjadi pada atlet
yang melakukan olahraga sangat berat di bawah cuaca panas dan kelembaban tinggi.

3.       Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi dapat dibagi dua, yaitu faktor
dari dalam (internal), yaitu : 1. usia atau umur, 2. kondisi fisik dan 3. masalah infeksi. Faktor
dari luar (eksternal) terdiri dari : 1. pendapatan, 2. pendidikan, 3. pekerjaan dan 4. budaya.

1.      Faktor Internal

a.       Usia atau Umur

Usia atau umur akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang dimiliki
orang tua dalam pemberian nutrisi pada anak (Nursalam, 2001). Umur adalah rentang
kehidupan yang diukur dengan tahun, dikatakan masa awal dewasa adalah usia 18 tahun
sampai 40 tahun, dewasa Madya adalah 41 sampai 60 tahun, dewasa lanjut >60 tahun, umur
adalah lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan (Harlock, 2004).

Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang
tahun. Jika dilihat dari sisi biologis, usia 18-25 tahun merupakan saat terbaik untuk hamil dan
bersalin. Karena pada usia ini biasanya organ-organ tubuh sudah berfungsi dengan baik dan
belum ada penyakit-penyakit degenerative sepertyi darah tinggi, diabetes, dan lainnya serta
daya tahan tubuh masih kuat (Dini Kasdu, dkk, 2001). Umur sangat berpengaruh terhadap
status gizi seseorang, khususnya usia 20-25 tahun merupakan usia yang paling baik untuk
berprestasi.

b.      Kondisi Fisik

Harsono (1988:153), mengemukakan bahwa kondisi fisik memegang peranan penting


pada atlet pada waktu mengikuti program latihan, maupun pada saat bertanding. Program
latihan kondisi fisik haruslah direncanakan secara baik dan sistematis, agar terwujud tingkat
kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional dari sistem tubuh sehingga dengan demikian

x
memungkinkan atlet untuk mencapai prestasi yang lebih baik. Menurut Sajoto (1988:57),
komponen kondisi fisik adalah satu kesatuan utuh dari komponen-komponen kesegaran
jasmani dan komponen kesegaran motorik dari seorang atlet atau olahragawan.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa profil kondisi fisik adalah gambaran tentang
keadaan yang terdapat pada diri seorang atlet yang sangat diperlukan dalam setiap usaha
peningkatan prestasi atlet.

c.       Masalah Infeksi

Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau menimbulkan
kesulitan menelan dan mencerna makanan (Santoso, 1999). Infeksi merupakan hasil interaksi
antara mikroorganisme dengan inang rentan yang terjadi melalui suatu transmisi baik melalui
darah, udara atau kontak langsung. lnfeksi adalah kolonisasi yang dilakukan oleh spesies
asing terhadap organisme inang, dan bersifat membahayakan inang. Penyakit yang termasuk
golongan dalam kelompok biotis (biologik), maka penyakit yang ditimbulkannya disebut
dengan nama penyakit infeksi (infectious diseases). Penyebab penyakit yang termasuk
golongan biologik dapat berupa jasad renik (mikro organisme) dan atau yang bukan jasad
renik baik yang berasal dari hewan (fauna) dan ataupun yang berasal dari tumbuhan (flora).
Contohnya adalah metazoa (artropoda dan hekmintes), protozoa, bakteria, riketsia, virus, dan
jamur. Penyakit infeksi ini ada yang bersifat menular (communicable diseases) dan ada pula
yang tidak menular (non communicable disieases).

2.      Faktor Eksternal

a.       Pendapatan

Masalah gizi karena kemiskinan indikatornya adalah taraf ekonomi keluarga, yang
hubungannya dengan daya beli yang dimiliki keluarga tersebut.

Krisis yang melanda perekonomian Indonesia pada pertengahan tahun 1997 telah
berpengaruh negatif terhadap kondisi perekonomian secara menyeluruh dan khususnya
terhadap kesejahteraan penduduk. Kondisi ini menyebabkan sebagian masyarakat tidak
mampu mengakses pangan dan pada akhirnya berpengaruh terhadap keadaan gizi terutama
anak balita serta ibu hamil dan ibu menyusui. Di negara berkembang, kesakitan dan kematian
pada anak balita banyak dipengaruhi oleh keadaan gizi (Supariasa, 2001 : 184).

b.      Pendidikan

xi
Pendidikan tentang gizi merupakan suatu proses merubah pengetahuan, sikap dan
perilaku orang tua atau masyarakat untuk mewujudkan keluarga dengan status gizi yang baik.
Sebagian besar pendidikan ibu dan ayah berada pada tingkat SD/ sederajat. Hasil penelitian
ternyata 50.6% ibu di Indonesia hanya tamat SD, bahkan masih ada ibu dan ayah yang tidak
sekolah (6.8% dan 4.5%).

c.       Pekerjaan

Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan
keluarganya. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-
ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. Sementara ibu lebih banyak
yang tidak bekerja (74.8%) dan ayah lebih banyak yang bekerja (97.7%).

d.      Budaya

Budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku dan kebiasaan
(Markum, 1991). Di negara kita masih banyak budaya-budaya yang sudah tidak cocok lagi
diterapkan pada zaman moderen sekarang ini.

4.      Penilaian Status Gizi (Antropometri)

Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan secara tidak langsung.
Penilaian status gizi secara langsung menurut Supariasa (2001) dapat dilakukan dengan: 1.
Antropometri, 2. klinis, 3. bio kimia, 4. bio fisik.

Antropometri adalah ukuran tubuh manusia. Sedangkan antropornetri gizi adalah


berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh
dari tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara umum digunakan untuk melihat
keseimbangan asupan protein dan energi.

Pemeriksaan klinis adalah metode untuk menilai status gizi berdasarkan atas
perubahan-perubahan yang terjadi dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi, seperti kulit,
mata, rambut, dan mukosa oral atau organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti
kelenjar tiroid.

xii
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji
secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan. Jaringan tubuh yang
digunakan antara lain darah, urine, tinja dan beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.
Penilaian status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat
kemamapuan fungsi dan melihat perubahan struktur dari jaringan.

BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Status gizi dapat diartikan sebagai ukuran keberhasilan seseorang dalam pemenuhan
nutrisi untuk tubuh yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badannya. Selain itu status
gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara
kebutuhan dan masukan nutrien. Pengukuran status gizi merupakan pengukuran yang
didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat diet. Status gizi juga diartikan
sebagai keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan antara jumlah asupan (“intake”)
zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (“requirement”) oleh tubuh untuk berbagai fungsi
biologis: (pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas, pemeliharaan kesehatan, dan lainnya).

Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat. Salah
satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan Antropometri. Dalam
pemakaian untuk penilaian status gizi, antropomteri disajikan dalam bentuk indeks yang
dikaitkan dengan variabel lain. Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT)
merupakan salah satu cara penilaian status gizi seseorang yang telah baku. IMT merupakan
petunjuk untuk menentukan kelebihan berat badan berdasarkan Indeks Quatelet (berat badan
dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m2)).

xiii
IMT adalah cara termudah untuk memperkirakan obesitas serta berkorelasi tinggi
dengan massa lemak tubuh, selain itu juga penting untuk mengidentifikasi pasien obesitas
yang mempunyai risiko mendapat komplikasi medis. IMT mempunyai keunggulan utama
yakni menggambarkan lemak tubuh yang berlebihan, sederhana dan bisa digunakan dalam
penelitian populasi berskala besar.

B.     Saran
Makanan untuk seorang atlet harus mengandung zat gizi sesuai dengan yang
dibutuhkan untuk aktifitas sehari-hari dan olahraga. Makanan harus mengandung zat gizi
penghasil energi yang jumlahnya tertentu. Selain itu makanan juga harus mampu mengganti
zat gizi dalam tubuh yang berkurang akibat digunakan untuk aktifitas olahraga. Besarnya
kebutuhan energi tergantung dari energi yang digunakan setiap hari. Kebutuhan energi dapat

dihitung dengan memperhatikan beberapa komponen penggunaan energi. Komponen-


komponen tersebut yaitu basal metabolic rate (BMR), specific dynamic action (SDA),
aktifitas fisik dan faktor pertumbuhan.

DAFTAR PUSTAKA
Abunain Djumadias, 1990, Aplikasi Antropometri sebagai Alat Ukur Status Gizi, Puslitbang
Gizi Bogor.

xiv

Anda mungkin juga menyukai