Anda di halaman 1dari 13

DAMPAK DEFISIENSI ATAU KELEBIHAN DAN METABOLISME

VITAMIN TERHADAP METABOLISME TUBUH DAN KESEHATAN

Disusun oleh

Kelompok 2 :

1. Cita Ayu Suhita A1F022004


2. Aisyah Ainur Rofiq A1F022024
3. Maura Firyaal Tsalsabila A1F022032
4. Laila Fauziah A1F022066
5. Haidar Fikri Aqilla Lubna A1F022106

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2024
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Sebagai metabolisme zat gizi, mikronutrien merujuk pada unsur-unsur kimia


yang diperlukan dalam jumlah kecil untuk memelihara metabolisme normal dalam
tubuh manusia. Mikronutrien ini meliputi vitamin dan mineral yang penting untuk
fungsi fisiologis yang beragam, termasuk pembentukan tulang, sintesis protein,
produksi energi, dan fungsi sistem kekebalan tubuh. Mikronutrien sangat penting bagi
tubuh manusia karena meskipun diperlukan dalam jumlah kecil, mereka mendukung
berbagai fungsi vital tubuh.

Manfaat kesehatan dari mikronutrien, yang mencakup vitamin dan mineral,


sangat luas. Senyawa penting ini memainkan peran penting dalam menjaga dan
memperbaiki jaringan, meningkatkan pembentukan dan kesehatan tulang dan gigi,
serta bertindak sebagai kofaktor dan koenzim untuk berbagai sistem enzim. Mereka
juga berkontribusi terhadap regulasi dan koordinasi berbagai fungsi tubuh, serta
proses biokimia dan fisiologis lainnya. Sepanjang hidup, manusia dan organisme lain
memerlukan mikronutrien dalam jumlah yang bervariasi untuk memastikan
keselarasan fungsi proses fisiologis dan kesehatan secara keseluruhan (Gernand et al.,
2016). Baik manusia maupun hewan membutuhkan banyak vitamin dan mineral
(Blancquaert et al., 2017). Berbeda dengan zat gizi makro yang dibutuhkan dalam
gram per hari, kebutuhan zat gizi mikro harian pada manusia umumnya berada di
bawah 100 mg/hari. Mineral, seperti kalsium dan zat besi, termasuk di antara 13 unsur
yang penting bagi manusia dan hewan. Mineral-mineral tersebut berasal dari tanah
bumi dan tidak dapat disintesis oleh organisme hidup (Corvallis, 2018).

Vitamin yang merupakan senyawa organik esensial yang dibutuhkan dalam


jumlah kecil merupakan bagian dari kebutuhan mikronutrien manusia (Corvallis,
2018). Karena tumbuhan berfungsi sebagai sumber nutrisi utama bagi manusia dan
hewan lainnya, mikronutrien tertentu mungkin terdapat dalam jumlah terbatas,
sehingga menyebabkan defisiensi jika asupan makanan tidak mencukupi. Hal ini
terutama terlihat pada kasus-kasus malnutrisi, yang menyoroti pentingnya inisiatif
yang bertujuan mencegah pasokan mikronutrien yang tidak memadai. Makanan nabati
umumnya kaya akan mikronutrien (Blancquaert et al., 2017), dan merupakan praktik
umum dalam industri makanan untuk menggabungkan makanan dan pati untuk
memastikan nutrisi yang saling melengkapi (Awuchi et al., 2019).

Organisme, termasuk manusia, memerlukan mineral sebagai nutrisi penting


untuk mendukung fungsi penting bagi kesejahteraan dan vitalitas secara keseluruhan.
Pada tahun 1990-an, penelitian ekstensif mendorong diperkenalkannya program
suplementasi zinc dan folat, bersamaan dengan inisiatif mikronutrien yang sudah ada.
Program prioritas tersebut mencakup berbagai intervensi seperti suplementasi vitamin
A untuk anak usia 6 hingga 59 bulan, suplementasi zat besi dan folat untuk wanita
usia subur, suplementasi zinc sebagai pengobatan penyakit diare, fortifikasi makanan
pokok, garam beryodium, pemanfaatan berbagai mikronutrien. bubuk, pendidikan
perilaku berorientasi nutrisi, dan peningkatan kandungan nutrisi tanaman melalui
biofortifikasi.

1.2 Tujuan

Mengkaji manfaat mikronutrien (vitamin dan mineral) serta penyakit


kekurangan yang terkait dengan kekurangan mikronutrien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Vitamin merupakan senyawa organik (atau serangkaian molekul terkait) yang
merupakan mikronutrien penting yang diperlukan oleh organisme termasuk manusia
dalam jumlah sangat kecil, biasanya dalam mikrogram (seper sejuta gram) hingga
miligram (seper seribu gram), untuk fungsi metabolisme yang tepat. Nutrisi penting
tidak dapat dibuat atau disintesis dalam tubuh manusia (organisme), baik sama sekali
atau dalam jumlah yang tidak mencukupi, oleh karena itu harus diperoleh melalui diet,
sama seperti beberapa fitokimia yang bermanfaat tidak disintesis dalam tubuh
(Awuchi, 2019a). Vitamin juga berperan sebagai zat senyawa kimia yang diperlukan
dalam jumlah kecil untuk pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi normal tubuh
manusia. Vitamin tidak dapat dihasilkan oleh tubuh dan harus diperoleh melalui
makanan atau suplemen. Vitamin juga diartikan sebagai senyawa organik esensial
yang sangat penting bagi kesehatan tubuh manusia. Senyawa ini berperan dalam
berbagai proses biokimia dan metabolisme yang mendukung fungsi tubuh yang
optimal.
Pada dasarnya vitamin terbagi menjadi dua kategori utama, yaitu vitamin larut
dalam air dan vitamin larut dalam lemak (Dewi, 2018). Vitamin yang larut dalam
lemak merupakan molekul hidrofobik apolar, yang semuanya adalah derivat isoprene.
Molekul-molekul ini tidak disintesis tubuh dalam jumlah yang memadai sehingga
harus disuplai dari makanan. Vitamin- vitamin yang larut dalam lemak ini
memerlukan absorbsi lemak yang normal agar vitamin tersebut dapat diabsorbsi
secara efisien. Diabsorbsi molekul vitamin tersebut harus diangkut dalam darah yaitu
oleh lipoprotein atau protein pengikat yang spesifik. Yang merupakan vitamin yang
larut di dalam lemak adalah vitamin A, D, E, dan K (Triana, 2016). Istilah "vitamin"
tidak hanya mencakup tiga kelompok nutrisi penting lainnya, seperti mineral, asam
amino esensial, dan asam lemak esensial. Sebagian besar vitamin bukanlah molekul
tunggal, melainkan kelompok molekul terkait yang dikenal sebagai vitamer. Sebagai
contoh, vitamin E terdiri dari empat tokofenol dan empat tokotrienol. Terdapat tiga
belas vitamin yang diperlukan oleh fungsi metabolisme manusia, antara lain: vitamin
A (dalam berbagai bentuk seperti all-trans-retinil ester, all-trans-retinol, dan all-
trans-beta-karoten serta karotenoid provitamin A lainnya), tiamin (vitamin B1),
riboflavin (vitamin B2), niacin (vitamin B3), asam pantotenat (vitamin B5), piridoksin
(vitamin B6), biotin (vitamin B7), asam folat atau folat (vitamin B9), kobalamin
(vitamin B12), asam askorbat (vitamin C), kalsiferol (vitamin D), tokofenol dan
tokotrienol (vitamin E), serta quinones (vitamin K) (Dewi, 2018). Sifat larut dalam
lemak atau larut dalam air dipakai sebagai dasar klasifikasi vitamin. Vitamin yang
larut dalam air, seluruhnya diberi symbol anggota B kompleks kecuali (vitamin C)
dan vitamin larut dalam lemak yang baru ditemukan diberi simbol menurut abjad
(vitamin A,D,E,K) (Dewi, 2018). Vitamin yang larut dalam air tidak pernah dalam
keadaan toksisitas di didalam tubuh karena kelebihan vitamin ini akan dikeluarkan
melalui urin (Triana, 2016). Oleh karena itu, penting untuk secara teratur
mengonsumsi vitamin larut dalam air setiap hari untuk mencegah kekurangan yang
dapat mengganggu fungsi normal tubuh (Dewi, 2018).
Vitamin sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan organisme
multiseluler, termasuk manusia. Menggunakan cetakan genetik yang diwarisi dari
orang tua, janin berkembang dari nutrisi yang diserapnya. Itu memerlukan keberadaan
beberapa vitamin dan mineral pada waktu tertentu (Wilson et al., 2015). Vitamin
meningkatkan reaksi biokimia yang antara lain mengarah pada pembentukan kulit,
tulang, dan otot. Jika seorang anak sangat kekurangan vitamin, anak dapat terkena
penyakit defisiensi. Salah satu vitamin yang berpengaruh terhadap penyakit stunting
adalah vitamin D. Asupan vitamin D yang kurang dapat mengakibatkan kondisi
defisiensi vitamin D. Sehingga dapat berdampak negatif pada mineralisasi tulang
selama masa anak-anak. Ketika tubuh mengalami defisiensi vitamin D, maka
kemampuan untuk berikatan dengan vitamin D reseptor di tulang akan terhambat
yang akan menyebabkan laju pertumbuhan tulang menurun sehingga terjadi gangguan
pertumbuhan linier dan mengakibatkan stunting (Abrams, 2018).
Meskipun pertumbuhan dan perkembangan telah selesai, vitamin tetap
menjadi nutrisi penting untuk pemeliharaan sel, organ, dan jaringan yang membentuk
organisme multiseluler. Selain itu vitamin juga membantu memproses protein,
karbohidrat (gula, pati, dll.), dan lemak yang diperlukan untuk respirasi sel (Bich, et
al, 2019). Dampak yang ditimbulkan oleh defisiensi vitamin juga menimbulkan
gangguan negatif pada kesehatan sistemik dan dapat menyebabkan kerusakan pada
organ-organ tubuh jika tidak diatasi. Karena vitamin merupakan salah satu unsur
penting dalam makanan alami dan memegang peranan utama dalam metabolisme,
integritas seluler, dan pemeliharaan keseimbangan tubuh. Manifestasi mata yang
terkait dengan kekurangan vitamin menjadi bidang yang semakin berkembang seiring
dengan penemuan lebih banyak penyakit yang diakibatkan oleh ketidaknormalan
kadar vitamin. Selain itu, masa-masa kehidupan di mana pertumbuhan atau
metabolisme meningkat, seperti masa kanak-kanak dan kehamilan, dapat sangat
dipengaruhi oleh perubahan kadar nutrisi dalam darah. Beberapa kekurangan vitamin
memiliki gejala khas pada mata, dan penyakit mata kadang-kadang dapat menjadi
tanda atau gejala awal dari kekurangan vitamin. Oleh karena itu, pemahaman yang
kuat tentang kondisi oftalmologis yang terkait dengan kekurangan gizi sangat penting
bagi dokter mata umum (Pereira, 2023).
Pada keadaan tubuh tidak memenuhi kebutuhan asupan zat gizi seimbang
antara makronutrien seperti karbohidrat, protein dan lipid, serta mikronutrien
seperti vitamin dan mineral maka tubuh akan secara spontan mengalami perubahan
status gizi yang signifikan dan menyebabkan gangguan proses pertumbuhan dan
perkembangan dalam tubuh (Savarino, 2021). Kekurangan vitamin manusia yang
telah diteliti dengan baik meliputi niacin (pellagra), thiamin (beriberi) (Wendt, 2015),
vitamin C (skorbut), vitamin D (rongga tulang), dan folat (cacat tabung saraf) (Price,
2015). Di sebagian besar negara maju, kekurangan-kekurangan ini jarang terjadi
karena pasokan makanan yang memadai dan penambahan vitamin ke makanan umum
BAB III

PEMBAHASAN

Dampak Defisiensi Vitamin terhadap Kesehatan

a. Defisiensi Vitamin B1
Vitamin B1 atau tiamin dalam metabolisme tubuh berperan sebagai
kofaktor enzim-enzim seperti enzim piruvat dehidrogenase yang berfungsi
untuk mengubah piruvat menjadi asetil-koenzim A dalam proses glikolisis
yang nantinya akan menghasilkan ATP. Selain itu, tiamin mempunyai fungsi
lain sebagai non-kofaktor yaitu berperan dalam sistem imun, regulasi gen,
respon terhadap stres oksidatif, aktivitas kolinergik, pompa ion klorida, serta
penghantar impuls saraf. Kekurangan tiamin dapat ditandai dengan gangguan
emosi, kelemahan dan nyeri pada anggota badan, detak jantung tidak teratur,
gangguan persepsi sensorik, dan penurunan berat badan. Kekurangan vitamin
dalam jangka panjang dapat mengancam jiwa akibat fungsi tiamin yaitu
menekan aktivasi salah satu zat yang dipicu oleh stres oksidatif terganggu.
b. Defisiensi Vitamin B2
Vitamin B2 atau riboflavin dalam tubuh mempunyai peran sebagai
salah satu kompenen koenzimflavin mononukleotida (flavin mononucleotide,
FMN) dan flavin adenine dinukleotida (adenine dinucleotide, FAD). Kedua
enzim ini berperan penting dalam regenerasi energi bagi tubuh melalui proses
respirasi. Selain itu, riboflavin juga berperan dalam pembentukan molekul
steroid, sel darah merah, dan glikogen, serta menyokong pertumbuhan
berbagai organ tubuh, seperti kulit, rambut, dan kuku. Defisiensi riboflavin
dapat menyebabkan Angular cheilitis (radang di sudut mulut), lidah merah
yang nyeri disertai sakit tenggorokan, serta bibir pecah-pecah. Defisiensi
riboflavin juga menyebabkan anemia.
c. Defisiensi Vitamin B3
Dalam tubuh, vitamin B3 atau niasin memiliki peranan dalam
metabolisme karbohidrat untuk menghasilkan energi, metabolisme lemak, dan
protein. Selain itu, niasin juga berperan dalam menjaga kadar gula darah,
tekanan darah tinggi, penyembuhan migrain, vertigo, serta dapat menetralisir
berbagai jenis senyawa racun. Kekurangan kadar niasin dapat menyebabkan
pellagra, suatu penyakit gizi buruk dan reversibel yang ditandai dengan empat
gejala khas yang sering dikenal sebagai empat D yaitu demensia, diare,
dermatitis, dan kematian. Dermatitis terjadi pada daerah kulit yang terkena
sinar matahari, seperti punggung leher dan tangan. Kekurangan niasin
merupakan konsekuensi dari pola makan yang rendah niasin dan triptofan
(asam amino), yang merupakan prekursor vitamin B3.
d. Defisiensi Vitamin B6
Vitamin B6 atau priridoksin mempunyai peran penting dalam tubuh
yaitu berperan dalam pertumbuhan. Piridoksin berperan sebagai salah satu
senyawa koenzim A yang digunakan tubuh untuk menghasilkan energi melalui
jalur sintesis asam lemak, seperti spingolipid dan fosfolipid. Selain itu,
piridoksin juga berperan dalam metabolisme nutrisi dan memproduksi antibodi.
Defisiensi piridoksin dapat menyebabkan gejala seperti anemia mikrositik,
dermatitis, kelainan elektroensefalografi , depresi, gampang lelah, dan
kebingungan.
e. Defisiensi Vitamin B12
Vitamin B12 memiliki peran penting dalam metabolisme energi di
dalam tubuh. Vitamin B12 juga termasuk dalam salah satu jenis vitamin yang
berperan dalam pemeliharaan kesehatan sel saraf, pembentukkan molekul
DNA dan RNA, serta pembentukkan platelet darah. Kekurangan jumlah
vitamin B12 dapat menyebabkan anemia pernisiosa, Acidemia metilmalonat,
degenerasi gabungan subakut sumsum tulang belakang, serrta anemia
megaloblastik.
f. Defisiensi Vitamin C
Vitamin C atau asam askorbat mempunyai peran dalam tubuh yaitu
sebagai senyawa pembentuk kolagen yang merupakan protein penting
penyusun jaringan kulit, sendi, tulang, dan jaringan penyokong lainnya. Selain
itu, vitamin C juga merupakan senyawa antioksidan alami yang dapat
menangkal berbagai radikal bebas dari polusi di sekitar lingkungan kita
sehingga dapat membantu menurunkan laju mutasi dalam tubuh. Oleh karena
itu, risiko timbulnya berbagai penyakit degenaratif, seperti kanker, dapat
diminimalisir. Selain itu, vitamin C berperan dalam menjaga bentuk dan
struktur dari berbagai jaringan di dalam tubuh, seperti otot. Vitamin ini juga
berperan dalam penutupan luka saat terjadi pendarahan dan memberikan
perlindungan lebih dari infeksi mikroorganisme patogen. Oleh karena
mekanisme tersebut, vitamin C dapat berperan dalam menjaga kebugaran
tubuh dan membantu mencegah berbagai jenis penyakit. Kekurangan jumlah
vitamin C dalam tubuh dapat menyebabkan penurunan berat badan, tubuh
menjadi lemah, dan nyeri. Defisiensi vitamin C dalam jangka panjang dapat
berdampak pada jaringan ikat, pendarahan dari kulit, dan penyakit gusi yang
parah.
g. Defisiensi Vitamin A
Vitamin A dalam tubuh memiliki peran dalam berbagai fungsi biologis
tubuh seperti perkembangan embrio, penglihatan, dan fungsi otak.
Kekurangan vitamin A dalam tubuh dapat menyebabkan tingginya risiko
infeksi gastrointerstinal, infeksi paru, dan rendahnya respon terhadap vaksinasi,
sehingga meningkatkan angka mortalitas pada anak-anak. Selain itu, defisiensi
vitamin A juga dapat menyebabkan rabun senja (nyctalopia) dan
keratomalacia, yang mengakibatkan kebutaan permanen jika tidak diobati.
Kekurangan vitamin A dalam tubuh juga dapat menyebabkan melemahnya
sistem kekebalan tubuh. Metabolisme vitamin A yang menghasilkan metabolit
aktif asam retinoat yang dapat memicu respon imun dalam tubuh terganggu
sehingga dapat menyebabkan melemahnya sistem kekebalan tubuh.
h. Defisiensi Vitamin D
Dalam tubuh, vitamin D dimetabolisme melalui dua tahap, yaitu di hati
dan selanjutnya di ginjal. Hasil dari metabolisme vitamin D dalam tubuh yaitu
produk metabolit aktif yang mengikat reseptor vitamin D sebagai pengatur
ekspresi gen. Vitamin D memiliki peran penting dalam tubuh yaitu sebagai
nutrient untuk penyerapan dari kalsium. Akibat dari kurangnya vitamin D
dalam tubuh, menyebabkan penyerapan kalsium menjadi terganggu.
Kekurangan vitamin D dalam tubuh akan menyebabkan gangguan
pertumbuhan, salah satunya adalah penyakit rakhitis. Penyakit ini merupakan
gangguan metabolisme tulang karena terganggunya mineralisasi tulang akibat
dari adanya gangguan metabolisme vitamin D, kalsium, dan fosfor. Jumlah
vitamin D yang tidak cukup menyebabkan penyerapan kalsium menjadi
berkurang. Hal tersebut yang akan menyebabkan mineralisasi tulang abnormal.
Mineralisasi tulang abnormal pada lempeng tulang dapat menyebabkan
gangguan tulang seperti rakhitis.
i. Defisiensi Vitamin K
Dalam tubuh, vitamin K memiliki peran penting dalam pembentukan
sistem peredaran darah yang baik dan penutupan luka karena kemampuannya
dalam pembekuan darah. Vitamin K juga berperan sebagai kofaktor enzim
untuk mengkatalis reaksi karboksilasi asam amino asam glutamat. Kekurangan
vitamin K dapat disebabkan oleh penyakit malabsorpsi lemak. Tanda dan
gejalanya bisa berupa gusi berdarah, mimisan, pendarahan menstruasi yang
banyak pada wanita, dan kepekaan terhadap memar. Kekurangan vitamin K
juga dapat menyebabkan pendarahan terus-menerus saat terjadi luka karena
darah tidak dengan cepat menggumpal atau membeku.
j. Defisiensi Vitamin E
Vitamin E dalam tubuh berperan dalam menjaga kesehatan berbagai
jaringan dalam tubuh, seperti jaringan kulit, mata, sel darah merah hingga hati.
Selain itu, vitamin E juga dapat melindungi paru-paru manusia dari polusi
udara. Hal ini karena vitamin E dapat berperan sebagai senyawa antioksidan
alami. Defisiensi vitamin E terjadi akibat kelainan pada metabolisme lemak
makanan, seperti gangguan pada protein transport alfa-tokoferol. Kekurangan
vitamin E menyebabkan buruknya konduksi impuls listrik di sepanjang saraf
akibat perubahan struktur dan fungsi membran saraf. Selain itu, kekurangan
jumlah vitamin E dalam tubuh dapat menyebabkan tubuh mudah lelah, rambut
kering, rambut rontok, kulit kusam, dan kram kaki. Defisiensi vitamin E juga
dapat menyebabkan hemolisis eritrosit.

.
BAB IV

KESIMPULAN

 Kofaktor enzim-enzim seperti enzim piruvat dehidrogenase yang berfungsi untuk


mengubah piruvat menjadi asetil-koenzim A dalam proses glikolisis yang
nantinya akan menghasilkan ATP.

 Vitamin mempunyai peran penting dalam tubuh yaitu berperan dalam


pertumbuhan, memiliki peranan dalam metabolisme karbohidrat untuk
menghasilkan energi, metabolisme lemak, dan protein.

 Vitamin berperan dalam pemeliharaan kesehatan sel saraf, pembentukkan


molekul DNA dan RNA, serta pembentukkan platelet darah.

 Vitamin C mempunyai peran sebagai penyusun jaringan kulit sedangkan pada


vitamin E berperan dalam menjaga kesehatan berbagai jaringan dalam tubuh,
seperti jaringan kulit.

 Dalam tubuh, vitamin K memiliki peran penting dalam pembentukan sistem


peredaran darah yang baik dan penutupan luka karena kemampuannya dalam
pembekuan darah.
DAFTAR PUSTAKA

Abrams GD,et al. (2018) “Effect of vitamin D on skeletal muscle and athletic
performance”. J Am Acad Orthop Surg. 26(8):278-85.
Awuchi, Chinaza Godswill dan Echeta, Kate Chinelo (2019). Perkembangan Terkini
dalam Alkohol Gula: Kimia, Nutrisi, dan Masalah Kesehatan Sorbitol, Xylitol,
Gliserol, Arabitol, Inositol, Maltitol, dan Laktitol. Jurnal Internasional
Penelitian Akademik Lanjutan, 5 (11); 1 - 33. ISSN: 2488-9849.
Awuchi, (2019). “Medicinal Plants: the Medical, Food, and Nutritional Biochemistry
and Uses”. International Journal of Advanced Academic Research, 5 (11); 220
– 241.
Bich, L.,et al. (2019). “Understanding Multicellularity: The Functional Organization
of the Intercellular Space. Frontiers in Physiology, 10.
Blancquaert, D; De Steur, H; Gellynck, X; dan Van Der Straeten, D (2017).
"Rekayasa metabolik mikronutrien pada tanaman pangan". Annals of New
York Academy of Sciences. 1390 (1): 59-73. doi:10.1111/nyas.13274.
Cahyawati, P. N. 2018. Transport, Metabolisme dan Peran Vitamin A dalam Imunitas.
WICAKSANA, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, 2 (2): 43-47.
Corvallis, O.R. (2018). "Mineral". Corvallis, OR: Pusat Informasi Mikronutrien,
Linus Pauling Institute, Oregon State University. 2018.
Dewi, A. P. (2018). OFOTOMETRI UV-Vis PADA BERBAGAI VARIASI BUAH
TOMAT. Journal of Pharmacy and Science, 2(1).
Gernand, A. D; Schulze, K. J; Stewart, C. P; West Jr, K. P; dan Christian, P (2016).
"Kekurangan mikronutrien pada kehamilan di seluruh dunia: Efek kesehatan
dan pencegahan". Ulasan Alam Endokrinologi. 12 (5): 274–289.
doi:10.1038/nrendo.2016.37.
Ismunandar, H., Himayani, R., & Al Farisi, M. 2021. Rakhitis: Tinjauan Pustaka.
Medula, 10 (4): 644-653.
Kumala, M. 2020. Suplementasi Vitamin B1 untuk Pasien Sepsis. Cermin Dunia
Kedokteran, 47 (6): 462-265.
Pereira, A.,et al. (2023). “Association Between Vitamin Deficiencies and
Ophthalmological Conditions”. Clinical Ophthalmology, 2045-2062.
Permana, Y. E., Santoso, E., Dewi, C. 2018. Implementasi Metode Dempster-Shafer
untuk Diagnosa Defisiensi (Kekurangan) Vitamin pada Tubuh Manusia. Jurnal
Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer, 2 (3): 1194-1203.
Price, C., (2015). “Vitamania: Our obsessive quest for nutritional perfection”.
Penguin Press.
Savarino G., et al (2021). “Macronutrient balance and micronutrient amounts
through growth and development”. Italian J Pediatr , 47:109.
Triana, V., (2016) “Macam-Macam Vitamin Dan Fungsinya Dalam Tubuh Manusia”,
Jurnal Kesehatan Mayarakat, 1(1), pp. 40–47.
Wendt D., (2015). "Packed full of questions: Who benefits from dietary
supplements?". Distillations Magazine. 1 (3): 41–45.
Wilson RD., et al. (2015). "Preconception Folic Acid and Multivitamin
Supplementation for the Primary and Secondary Prevention of Neural Tube
Defects and Other Folic Acid-Sensitive Congenital Anomalies". Journal of
Obstetrics and Gynaecology Canada. 37 (6): 534–52

Anda mungkin juga menyukai