Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

VITAMIN

Dosen Pembimbing :

IRMA SUSANTI, S.Farm., M.Farm.,Apt.

Disusun Oleh :

MELANA RINI SUTRA WARNI (1802050241)


Kelas : 4B-D3 Farmasi

PROGRAM STUDI DIII FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN

Kampus I: Jl. Raya Plosowahyu,Plalangan, Wahyu, Plosowahyu, Kec.


Lamongan, Kab.Lamongan, Jawa Timur 62218

Tahun 2020

1
VITAMIN

A. PENGERTIAN
Vitamin berasal dari kata “vitamine”, dibuat oleh ahli biokimia Polandia
Kazimierz Funk pada tahun 1912. Kata vitamin pada saat itu merujuk pada suatu
mikronutrien yang dibutuhkan dalam jumlah kecil (Sumbono, 2016).

Vitamin adalah senyawa kimia yang sangat esensial yang walaupun


tersedianya dalam tubuh dalam jumlah demikian kecil, diperlukan sekali bagi
kesehatan dan pertumbuhan tubuh yang normal (Indijah, 2016).

Vitamin merupakan senyawa organik yang diperlukan tubuh dalam jumlah


kecil untuk mempertahankan kesehatan dan seringkali bekerja sebagai kofaktor
untuk enzim metabolisme (Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI,
2012).

Vitamin adalah zat-zat kimia organis dengan komposisi beraneka ragam,


yang dalam jumlah kecil dibutuhkan oleh tubuh manusia untuk memelihara
metabolisme, pertumbuhan dan pemeliharaan normal (Tjay dan Rahardja, 2015).

 Asupan vitamin yang berlebihan dapat disebabkan karena :


1) Penggunaan vitamin dalam jumlah besar, baik untuk tujuan pencegahan
maupun pengobatan penyakit yang tidak jelas berhubungan dengan
defisiensi vitamin.
2) Penggunaan vitamin secara rutin dengan jumlah yang jauh melebihi AKG
karena danya anggapan bahwa vitamin dapat memberikan tambahan
energi dan membuat seseorang lebih sehat.
3) Banyaknya sediaan yang mengandung satu macam vitamin atau beberapa
macam vitamin (multivitamin) dalam jumlah yang besar yang dinyatakan
sebagai suplementasi makanan dan dapat dibeli tanpa resep dokter.

 Asupan vitamin yang kurang dapat disebabkan karena :


1) Asupan makanan yang tidak mencukupi (anoreksia, diet rendah kalori,
diet khusus pada DM dan nilai gizi makanan yang rendah karena keadaan
ekonomi atau kurangnya pengetahuan mengenai nilai gizi makanan).
2) Gangguan absorpsi vitamin (penyakit hati dan saluran empedu, diare
kronik, berbagai gangguan pencernaan dan penggunaan antibiotic jangka
lama).
3) Meningkatnya kebutuhan tubuh akan vitamin (masa pertumbuhan, hamil,
laktasi, haid, kerja fisik yang berat, stress dan pada penyakit yang disertai

1
peningkatan metabolism seperti hipertiroidisme dan demam, serta
kelainan genetic (Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, 2012).

B. PENGGOLONGAN OBAT
Berdasarkan sifat kelarutan vitamin, vitamin dibedakan menjadi vitamin
larut dalam air (hidrofil) dan vitamin larut dalam lemak (lipofil).
a. Vitamin larut dalam air (Vit B Kompleks, C, dan flavonoida)
b. Vitamin larut dalam lemak (Vit A, D, E, dan K)
(Indijah., 2016).

1. VITAMIN LARUT AIR

a.) Vitamin B Kompleks


Secara umum, golongan vitamin B berperan penting dalam metabolisme
di dalam tubuh, terutama dalam hal pelepasan energi saat beraktivitas. Hal
ini terkait dengan peranannya di dalam tubuh, yaitu sebagai senyawa
koenzim yang dapat meningkatkan laju reaksi metabolisme tubuh terhadap
berbagai jenis sumber energi. Beberapa jenis vitamin yang tergolong dalam
kelompok vitamin B ini juga berperan dalam pembentukan sel darah merah
(eritrosit). Sumber utama vitamin B berasal dari susu, gandum, ikan, dan
sayur-sayuran hijau (Permana, dkk, 2018).

 VITAMIN B1 (TIAMIN)

Vitamin B1, yang dikenal juga dengan nama tiamin, merupakan


salah satu jenis vitamin yang memiliki peranan penting dalam
menjaga kesehatan kulit dan membantu mengkonversi karbohidrat
menjadi energi yang diperlukan tubuh untuk rutinitas sehari-hari. Di
samping itu, vitamin B1 juga membantu proses metabolisme protein
dan lemak (Permana, dkk, 2018).
 MEKANISME KERJA :
bekerja sebagai bentuk aktifnya, yakni tiaminpirofosfat (ko-
karboksialase) yang berfungsi sebagai ko-enzim dari karboksilase,
yakni suatu enzim esensial pada metabolism karbohidrat dan
pembentukan bio-energi dan insulin (Indijah, 2016).
 INDIKASI :
- Pencegahan dan pengobatan defisiensi tiamin. Tindakan
pencegahan dilakukan pada pasien dengan gangguan absorpsi
(diare kronik), atau pada keadaan dengan kecepatan metabolisme
yang meningkat.

2
- Berguna untuk pengobatan berbagai neuritis yang disebabkan oleh
defisiensi tiamin, misal : (1) neuritis alkoholik yang terjadi karena
sumber kalori hanya alkohol saja; (2) wanita hamil yang kurang gizi;
(3) pasien emesis gravidarum.
- Pada trigeminal neuralgia, neuritis yang menyertai anemia, penyakit
infeksi dan pemakaian obat tertentu, pemberian tiamin kadang-
kadang dapat memberikan perbaikan.
- Pengobatan penyakit jantung dan gangguan saluran cerna yang
dasarnya defisiensi tiamin (Departemen Farmakologi dan
Terapeutik FK UI, 2012).
 KONTAINDIKASI :
Hindari jika terdapat riwayat anafilaktik pada penggunaan vitamin
B1 atau komponenya (Sari, 2011).
 EFEK SAMPING :
Tidak menimbulkan efek toksik bila diberikan per oral dan bila
kelebihan tiamin cepat diekskresi melalui urin. Meskipun jarang,
reaksi anafilaktoid dapat terjadi setelah pemberian IV dosis besar
pada pasien yang sensitif, dan beberapa diantaranya bersifat fatal
(Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, 2012).

 VITAMIN B2 (RIBOFLAVIN)

Vitamin B2 (riboflavin) banyak berperan penting dalam


metabolisme di tubuh manusia. Di dalam tubuh, vitamin B 2
berperan sebagai salah satu kompenen koenzimflavin
mononukleotida (flavin mononucleotide, FMN) dan flavin adenine
dinukleotida (adenine dinucleotide, FAD). Kedua enzim ini berperan
penting dalam regenerasi energi bagi tubuh melalui proses
respirasi. Vitamin ini juga berperan dalam pembentukan molekul
steroid, sel darah merah, dan glikogen, serta menyokong
pertumbuhan berbagai organ tubuh, seperti kulit, rambut, dan
kuku.
Vitamin B2 merupakan zat padat berwarna kuning-oranye, hal
ini paling dikenal secara visual karena menampakkan warna kuning
pada urin dari orang yang mengkonsumsi suplemen vitamin
tersebut (Permana, dkk, 2018).

3
 MEKANISME KERJA :
Dalam tubuh riboflavin diubah menjadi 2 ko-enzim, pertama rf-5-
fosfat (flavin-mononukleotida, FMN), lalu dalam hati menjadi flavin
adenindinukleotida (FAD). Kedua metabolit ini juga disebut
flavoprotein, yang sebagai ko-enzim memegang peranan esensial
pada sintesis dari antioksidansia faal, antara lain dari glutation.
Beberapa di antaranya mengandung logam, misalnya mangan
dalam xantinoksidase. Vit B2 juga penting bagi pemeliharaan
kesehatan kulit (bibir), mata, otot, dan tulang (Indijah, 2016).
 INDIKASI :
Penggunaan yang utama dalah untuk pencegahan dan terapi
defisiensi vitamin B2 yang sering menyertai pelagra atau defisiensi
vitamin B kompleks lainnya, sehingga riboflavin sering diberikan
bersama vitamin lain. Dosis untuk pengobatan adalah 5-10 mg/hari
(Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, 2012).
 KONTRAINDIKASI :
Riwayat anafilaksis akibat pemberian sebelunya, penyakit ginjal,
penyakit empedu dan sirosis (Sari, 2011).
 EFEK SAMPING :
Belum ada bukti toksisitas akibat asupan yang berlebihan, karena
kelarutan vitamin B2 rendah sehingga penyerapannya dalam tubuh
masih dalam batas jumlah yang tidak membahayakan. Kelebihan
pada dosis gizi yang relevan akan diekskresikan dalam urin dengan
penampakan warna kuning cerah pada urin (Sumbono, 2016).

 VITAMIN B3 (ASAM NIKOTINAT)

Vitamin B3 juga dikenal dengan istilah niasin. Vitamin ini


berperan penting dalam metabolisme karbohidrat untuk
menghasilkan energi, metabolisme lemak, dan protein. Di dalam
tubuh, vitamin B3 memiliki peranan besar dalam menjaga kadar
gula darah, tekanan darah tinggi, penyembuhan migrain, dan
vertigo. Berbagai jenis senyawa racun dapat dinetralisir dengan
bantuan vitamin ini (Permana, dkk, 2018).
Vitamin B3 atau niasinamida merupakan komponen dari dua
koenzim (antara lain dari dihidrogenase) yang berperan pada
banyak proses reduksi-oksidasi (pernapasan sel, glikolisa dan
sintesis lipida). Niasiamida juga dapat disintesis oleh tubuh sendiri
dengan triptofan dari makanan sebagai bahan pangkalnya, pada
mana 60 mg triptofan menghasilkan 1 mg vitamin B3 (Indijah, 2016).

4
 MEKANISME KERJA :
Bentuk amida dari asam nikotinat yaitu niasinamid memiliki efek
antipelagra. Dalam badan asam nikotinat dan niasinamid diubah
menjadi bentuk aktif NAD (Nikotinamid Adenin Dinukleotida) dan
NADF (Nikotinamid Adenin Dinukleotida Fosfat). Keduanya berperan
dalam metabolisme sebagai koenzim untuk berbagai protein yang
penting dalam respirasi jaringan.
Asam nikotinat merupakan suatu vasodilator yang terutama
bekerja pada blushing area yaitu dimuka dan leher. Kemerahan
ditempat tersebut dapat berlangsung sampai dua jam disertai rasa
panas dan gatal (Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI,
2012).
 INDIKASI :
Pada dosis besar dapat menurunkan kadar kolesterol dan asam
lemak bebas dalam darah, pengubahan triptofan menjadi serotonin.
Pada terapi alternative dari depresi dan schizophrenia vitamin B 3
sering kali digunakan dengan hasil baik untuk meringankan
gejalanya. Disamping itu vitamin B3 juga merupakan komponen
(bersama logam krom), dari GTF (Glucose Tolerance Factor), yang
esensial bagi kerja baik insulin (Indijah, 2016).

 KONTRAINDIKASI :
Riwayat alergi dengan vitamin ini atau derivat vitamin B 3 lainnya
atau komponennya, peringatan pada penderita hepatitis atau
ikterus, gastritis akut, hipotensi berat, perdarahan arteri yang
menetap dan peningkatan kadar serum transaminase (Sari, 2011).
 EFEK SAMPING :
Umumnya timbul pada dosis besar yang dapat menurunkan
toleransi terhadap glukosa sampai terjadi hiperglikemia. Terjadi
kenaikan kadar asam urat dalam darah, gangguan fungsi hati,
gangguan lambung berupa mual sampai muntahserta peningkatan
motilitas usus. Reaksi anafilaktik dilaporkan pada pemberian secara
IV (Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, 2012).

5
 VITAMIN B5 (ASAM PANTOTENAT)

Asam pantotenat adalah amida antara asam pantoat dan β-


alanin. Vitamin ini (1939) terdapat dalam semua jaringan tubuh dan
praktis dalam segala macam bahan makanan, tetapi dapat juga
disintesis oleh flora usus. Umumnya, ditemukan dalam bentuk
alkoholnya, panthenol provitamin (panthenol), dan kalsium
pantotenat. Merupakan bahan dalam beberapa produk perawatan
rambut dan kulit (Sumbono, 2016).

 MEKANISME KERJA :
Hanya d-isomernya yang aktif dan merupakan bagian dari ko-enzim
A, yang terlibat pada banyak reaksi asetilasi, memegang peranan
pada sintesis dan perombakan karbohidrat, lemak dan protein,
sintesis kolesterol dan hormon steroida (Indijah, 2016).

 INDIKASI :
Pasokan vitamin B5 yang cukup (asam pantotenat) penting karena
membantu tubuh untuk :
- Mengubah makanan menjadi glukosa, yang digunakan untuk
menghasilkan energi.
- Memecah lemak, karbohidrat, dan protein untuk pembangkit
energi.
- Mensistesis kolesterol.
- Membentuk sel darah merah, serta seks dan stres yang
berhubungan dengan hormon.
- Berkontribusi pada kinerja mental normal.
- Sintesis normal dan metabolisme steroid hormon, vitamin D dan
beberapa neurotransmiter.
- Pengurangan kelelahan (Sumbono, 2016).
 KONTRAINDIKASI :
Penderita Hemofilia, Kolitis ulseratif, Gangguan tertentu pada
sistem pencernaan (Sari, 2011).
 EFEK SAMPING :
Hampir tidak ada (termasuk vitamin yang paling aman). Namun
sebagian orang mengalami diare, sakit perut, demam, muntah dan
kekeruhan pada permukaan gigi setelah konsumsi dosis tinggi,
karena karena dapat menimbulkan gangguan keseimbangan
metabolisme. (Indijah, 2016).

6
7
 VITAMIN B6 (PIRIDOKSIN)

Vitamin B6, atau dikenal juga dengan istilah piridoksin,


merupakan vitamin yang esensial bagi pertumbuhan tubuh. Vitamin
ini berperan sebagai salah satu senyawa koenzim A yang digunakan
tubuh untuk menghasilkan energi melalui jalur sintesis asam lemak,
seperti spingolipid dan fosfolipid. Selain itu, vitamin ini juga
berperan dalam metabolisme nutrisi dan memproduksi antibodi
sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap antigen atau
senyawa asing yang berbahaya bagi tubuh (Permana, dkk, 2018).

 MEKANISME KERJA :
Di dalam hati vitamin B6 dengan bantuan ko-faktor riboflavin dan
magnesium diubah menjadi zat aktifnya piridoksal-5-fosfat (P5P).
Zat ini berperan penting sebagai ko-enzim pada metabolisme
protein dan asam-asam amino, antara lain pada pengubahan
triptofan melalui okstriptan menjadi serotonin, serta pada sintesis
GABA. Juga mempunyai peranan kecil pada metabolisme
karbohidrat dan lemak. Pada pasien yang menjalani terapi jangka
panjang dg INH, hidralazin dan penisilamin yang meniadakan efek
piridoksin. Gejalanya berupa gangguan kulit, stomatitis, glossitis,
dan efek neurologi (konvulsi, neuropati, dsb), sedangkan pada anak-
anak terjadi hambatan pertumbuhan dan anemia (Indijah, 2016).
 INDIKASI :
- Mencegah dan mengobati defisiensi vitamin B6.
- Sebagai multivitamin untuk pencegahan defisiensi vitamin B
kompleks, mencegah atau mengobati neuritis perifer oleh obat
(misal : isoniazid, sikloserin, hidralazin, penisilamin) yang bekerja
sebagai atagonis piridoksin dan/atau meningkatkan ekskresinya
melalui urin.
- Pemberian pada wanita yang menggunakan kontrasepsi oral yang
mengandung estrogen.
- Memperbaiki gejala keilosis, dermatitis seboroik, glositis dan
stomatitis yang tidak memberikan respons terhadap tiamin,
riboflavin dan niasin.
- Serta dapat mengurangi gejala-gejala yang menyertai tegangan
prahaid (premensstrual tension).
- Untuk anemia yang responsif terhadap piridoksin yang biasanya
sideroblastik dan mungkin disebabkan kelainan genetik
(Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, 2012).

8
 KONTRAINDIKASI :
Hendaknya dihindarikan pada pasien yang mendapat Levodopa
(Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, 2012).
 EFEK SAMPING :
Dapat menyebabkan neuropati sensorik atau sindrom neuropati
dalam dosis antara 50 mg-2 g per hari untuk jangka panjang (sikap
yang tidak stabil dan rasa kebas di kaki, diikuti pada tangan dan
sekitar mulut) (Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI,
2012).

 Vitamin B7 (Biotin)/Vitamin H

Vitamin ini terdapat dalam banyak makanan, dapat disintesis


oleh flora usus. Disebut juga vitamin H (Haut) yang berarti kulit,
karena dianggap dapat melindungi tubuh terhadap suatu sindroma
yang disebut egg white injury (Departemen Farmakologi dan
Terapeutik FK UI, 2012).

 MEKANISME KERJA : Dalam tubuh, biotin berfungsi sebagai


koenzim pada berbagai reaksi karboksilasi, terlibat dalam jalur
metabolisme penting (seperti glukoneogenesis, sintesis asam lemak
dan asam amino katabolisme), mengatur katabolik enzim propionil-
CoA karboksilase di tingkat posttranskripsional sedangkan sintetase
holo-karboksilase diatur ditingkat transkripsi (Sumbono, 2016).
 INDIKASI :
- Pengguanaan biotin dalam terapi belum jelas.
- Secara luas digunakan di seluruh bioteknologi industri untuk
konjugasi protein untuk tes biokimia.
- Vitamin B7 memiliki aktivitas biologis yang berpengaruh pada
protein (biotinilasasi).
- Sebagai kofaktor yang membantu dalam transfer gugus CO 2 ke
berbagai makromolekul sasaran (Sumbono, 2016).
 KONTAINDIKASI :
Pasien yang hipersensitif terhadap biotin dan komponen lain yang
terkandung didalamnya. Hati-hati penggunaan pada pasien dialisis
ginjal dan perokok (Sari, 2011).
 EFEK SAMPING :
Dermatitis, sakit otot, rasa lemah, anoreksia, anemia ringan dan
perubahan EKG (timbul pada diet ketat dimana sumber protein
hanya dari putih telur mentah atau jika diberikan antimetabolit

9
biotin (biotin sulfon, desbiotin, atau avidin) (Departemen
Farmakologi dan Terapeutik FK UI, 2012).

 VITAMIN B9 (ASAM FOLAT)

Asam folat (asam pteroilmonoglutamat, PmGA) terdiri atas


bagian-bagian pteridin, asam paraaminobenzoat, dan asam
glutamate. Asam folat penting untuk pertumbuhan tubuh dan
dibutuhkan dalam sintesis DNA. PmGA bersama dengan konjugat
yang mengandung lebih dari satu asam glutamate membentuk
suatu kelompok zat yang dikenal sebagai folat. Folat merupakan
bentuk aktif asam folat yang beredar di seluruh jaringan tubuh.
Sepertiga dari folat disimpan di liver dan sisanya disimpan di
jaringan lain. Sebagian besar asam folat diekskresi di empedu (Sari,
2011).

 MEKANISME KERJA :
Asam folat (PmGA) merupakan precursor inaktif dari berbagai
koenzim yang berfungsi pada transfer unit karbon tunggal (single
carbon unit). Mula-mula folat reduktase mereduksi PmGA menjadi
THFA (asam tetrahidrofolat). THFA yang terbentuk bertindak
sebagai akseptor berbagai unit karbon tunggal dan selanjutnya
memindahkan unit ini kepada zat-zat yang memerlukan. Berbagai
reaksi penting yang menggunakan unit karbon tunggal adalah: (1)
sintesis purin melalui pembentukan asam inosinat; (2) sintesis
nukleotida pirimidin melalui metilasi asam deoksiuridilat menjadi
asam timidat; (3) interkonversi beberapa asam amino misalnya
antara serin dengan glisin, histidin dengan asam glutamate,
homosistein dengan metionin (yang terakhir juga memerlukan B12)
(Sari, 2011).
 INDIKASI :
- Berkhasiat mencegah spina bifida pada bayi dan berdaya
meringankan resiko akan stroke, juga diduga dapat mencegah PJP,
khususnya infark jantung, selain itu, memiliki efek protektif
terhadap kanker colon, yaitu pada orang dengan asupan folat tinggi
dapat menurunkan resikonya akan kanker colorectal dengan 25% .
- Memperlambat terjadinya ketulian pada lansia, terutama utk nada
rendah (kehilangan pendengaran pada manula sebetulnya adalah
normal yang mungkin disebabkan oleh penumpukan homosistein
pada usia tinggi; folat mampu menurunkan kadar ini).

10
- Penggunaannya pada anemia megaloblaster akibat defisiensi folat
dan secara prevensi rutin selama kehamilan utk memperkecil risiko
spina bifida pada bayi.
- Juga digunakan selama terapi rematik dengan metotreksat guna
mengurangi efek toksis dari antagonis-folat ini (Indijah, 2016).
 KONTRAINDIKASI :
Anemia pernisiosa, anemia aplastik, normocytic, dan anemia
refrakter (Sari, 2011).
 EFEK SAMPING :
Jarang terjadi dan berupa reaksi alergi, juga gangguan lambung-
usus dan sukar tidur. Asupan tinggi folat dapat menyelubungi
defisiensi vitamin B12 dan dapat menstimulir perkembangan tumor
colon yang sudah ada (Indijah, 2016).

 VITAMIN B12 (SIANOKOBALAMIN)


Vitamin B12 atau sianokobalamin merupakan jenis vitamin
yang hanya khusus diproduksi oleh hewan dan tidak ditemukan
pada tanaman. Oleh karena itu, vegetarian sering kali mengalami
gangguan kesehatan tubuh akibat kekurangan vitamin ini. Vitamin
ini banyak berperan dalam metabolisme energi di dalam tubuh.
Vitamin B12 juga termasuk dalam salah satu jenis vitamin yang
berperan dalam pemeliharaan kesehatan sel saraf, pembentukkan
molekul DNA dan RNA, pembentukkan platelet darah (Permana,
dkk, 2018).

 MEKANISME KERJA :
Di dalam dan tubuh vitamin B12 terutama terdapat sebagai
hidrokso-, metil- dan adenosil-kobalamin. Berperan dalam sintesis
DNA yang berhubungan dengan pembelahan sel. Absorpsi vitamin
B12 berlangsung dua mekanisme, yaitu dengan perantaraan Factor
Intrinsic Castle (FIC) dan absorpsi secara langsung. Absorpsi secara
langsung hanya terjadi pada kadar vitamin B12 yang tinggi.
Sebagian besar anemia megaloblastik disebabkan oleh gangguan
mekanisme perantaraan FIC.
Setelah dibebaskan dari ikatan protein vitamin B12 dari makanan
akan membentuk kompleks B12-FIC. FIC hanya mampu mengikat
sejumlah 1,5-3 μg vitamin B12. Complex ini masuk ke ileum dan
disini melekat pada reseptor khusus di sel mukosa ileum untuk
diabsorpsi. Untuk perlekatan ini diperlukan ion kalsium atau
Magnesium dan suasana pH sekitar 6. Absorpsi berlangsung dengan

11
mekanisme pinositosis oleh sel mukosa ileum. FIC dihasilkan oleh
sel parietal lambung. Bila sekresi FIC bertambah, misalnya akibat
obat-obat kolinergik, histamine dan beberapa hormone, seperti
ACTH, kortikosteroid dan hormone tiroid, maka absorpsi vitamin
B12 juga akan meningkat (Indijah, 2016).

 INDIKASI :
Mengobati defisiensi vitamin B12, terutama pada penderita anemia
pernisiosa. Bermanfaat dalam pembentukan protein, sel darah dan
jaringan (Sari, 2011).

 KONTRAINDIKASI :
Riwayat alergi terhadap vitamin B12 atau derivatnya, kadar kalium
tubuh yang rendah, penyakit mata (penyakit Leber), gastritis atrofi,
riwayat operasi pengangkatan lambung sebelumnya (Sari, 2011).

 EFEK SAMPING :
Diare ringan, ruam pada kulit, sakit kepala, pusing, mula dan
muntah, edema paru dan penyakit jantung kongestif, trombosis
vena, pembengkakan, polisitemia vera, reaksi alergi berat (Sari,
2011).

b.) VITAMIN C (ASAM ASKORBAT)

Vitamin C (asam askorbat) banyak memberikan manfaat bagi kesehatan


tubuh. Di dalam tubuh, vitamin C juga berperan sebagai senyawa
pembentuk kolagen yang merupakan protein penting penyusun jaringan
kulit, sendi, tulang, dan jaringan penyokong lainnya.
Vitamin C merupakan senyawa antioksidan alami yang dapat menangkal
berbagai radikal bebas dari polusi di sekitar lingkungan kita. Terkait dengan
sifatnya yang mampu menangkal radikal bebas, vitamin C dapat membantu
menurunkan laju mutasi dalam tubuh sehingga risiko timbulnya berbagai
penyakit degenaratif, seperti kanker, dapat diturunkan. Selain itu, vitamin C
berperan dalam menjaga bentuk dan struktur dari berbagai jaringan di
dalam tubuh, seperti otot. Vitamin ini juga berperan dalam penutupan luka
saat terjadi pendarahan dan memberikan perlindungan lebih dari infeksi
mikroorganisme patogen. Melalui mekanisme inilah vitamin C berperan
dalam menjaga kebugaran tubuh dan membantu mencegah berbagai jenis
penyakit (Sumbono, 2016).

12
 MEKANISME KERJA :
- Berperan sebagai kofaktor dalam sejumlah reaksi hidroksilasi dan
amidasi dengan memindahkan elektron ke enzim yang ion logamnya
harus berada dalam keadaan tereduksi, dan dalam kondisi tertentu
bersifat sebagai antioksidan.
- Mempercepat perubahan residu prolin dan lisin pada sintesis kolagen.
- Dibutuhkan untuk perubahan asam folat menjadi asam folinat,
metabolissme obat oleh mikrosom dan hidroksilasi dopamin menjadi
norepinefrin.
- Meningkatkan aktivitas enzim amidase yang berperan dalam
pembentukan hormon oksitosin dan hormon antidiuretik.
- Meningkatkan absorpsi besi dalam lambung dengan mereduksi ion feri
menjadi fero.
- Berperan juga dalam pembentukan steroid adrenal (Departemen
Farmakologi dan Terapeutik FK UI, 2012).

 INDIKASI :
- Pencegahan dan pengobatan skorbut.
- Berbagai penyakit yang tidak ada hubungannya dengan dengan
defisisensi vitamin C dan seringkali digunakan dalam dosis besar.
- Mengatasi methemoglobinemia idiopatik (karena sifat reduktornya)
- Pada dosis terapeutis cukup tinggi dapat berdaya antiviral kuat dan
antibakteri berdasarkan sifat antioksidannya (zat yang dapat
menangkal radikal bebas).
- Menunjang pembentukan kolagen (protein yang berperan dalam
pemebntukan jaringan dan tulang rawan) (Departemen Farmakologi
dan Terapeutik FK UI, 2012).

 KONTRAINDIKASI :
Dosis besar dapat berbahaya pada pasien hemokromatosis, talasemia dan
anemia sideroblastik (meningkatkan resorpsi besi); Pasien dengan
defisiensi G6DP (hemolisis ringan); Hemolisis akut (menyebabkan
koagulasi intravaskular di seminata); Gagal ginjal akut (menyebabkan
kematian) (Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, 2012).

 EFEK SAMPING :
Diare (pada konsumsi vitamin C > 1,5g); penghentian terapi mendadak
mengakibatkan rebound scorbut (Indijah, 2016).

13
2. VITAMIN LARUT LEMAK
Zat-zat ini larut dalam lemak dan diserap bersamaan dengan lemak,
kemudian melalui sistem limfe masuk ke dalam darah dengan lipoprotein
tertentu (chylomikron). Gangguan pencernaan lemak, seperti kekurangan asam
empedu, mengurangi resorpsinya. Ekskresinya berlangsung lambat (masa-paruh
panjang), sehingga dapat terjadi kumulasi dan efek toksis. Hati dan jaringan
lemak dapat menimbun zat-zat ini dalam jumlah besar, maka gejala defisiensi
baru menjadi nyata setelah lebih dari satu tahun, kecuali pada vitamin K (lebih
cepat) (Indijah, 2016).

a.) Vitamin A (Retinol)

Vitamin A ditemukan pada tahun 1913 oleh Mc. Collum dan Davis. Vitamin A
adalah vitamin antioksidan yang larut dalam minyak dan penting bagi
penglihatan dan pertumbuhan tulang. Secara luas vitamin A merupakan nama
generik yang menyatakan semua retinoid dan precursor/provitamin A/karotenid
yang mempunyai aktivitas biologic sebagai retinol. Retinol diserap dalam bentuk
precursor (Indijah, 2016).
Vitamin A, yang juga dikenal dengan nama retinol, merupakan vitamin yang
berperan dalam pembentukkan indra penglihatan yang baik, terutama di malam
hari, dan sebagai salah satu komponen penyusun pigmen mata di retina. Selain
itu, vitamin ini juga berperan penting dalam menjaga kesehatan kulit dan
imunitas tubuh. Vitamin ini bersifat mudah rusak oleh paparan panas, cahaya
matahari, dan udara (Sumbono, 2016).

 MEKANISME KERJA :
- Meningkatkan sintesis beberapa jenis protein (fibronektin) dan mengurangi
ssintesis protein lainnya (kolagenase dan keratin)→karena adanya
perubahan transkripsi pada inti dan asam retinoat lebih kuat dalam
menyebabkan perubahan tersebut.
- Mempengaruhi ekspresi gen engan bergabung dengan reseptor pada inti
sel.
- Mempengaruhi ekspresi reseptor hormon dan faktor pertumbuhan,
sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan, diferensiasi, dan fungsi sel
target (Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, 2012).
 INDIKASI :
- Pencegahan dan pengobatan defisiensi vitamin A.
- Dianjurkan pada masa kehamilan dan laktasi (tergantung jenis makanan
yang dikonsumsi).

14
- Tambahan vitamin A diperlukan untuk pasien steatore, obstruksi bilaris,
sirosis hepatis, setelah gastrektomi total pada penyakit infeksi yang disertai
peningkatan vitamin A melalui urin seperti pada nefritis menahun.
- Pengobatan penyakit kulit seperti akne, psoriasis, dan iktiosis.
- Peran penting dalam kesehatan indera penglihatan (buta senja yang
disebabkan oleh defisiensi vitamin A.
- Antioksidan (Beta karoten).
- Sebagai sistem inum eksternal yang melindungi tubuh dari radikal bebas,
virus, bakteri, jamur dan pathogen (meningkatkan kekebalan tubuh).
- Mencegah kanker dengan menekan pertumbuhan DNA dalam sel-sel
kanker.
- Penyembuhan luka dengan membantu menjaga kesehatan jaringan di
dalam tubuh kita, sehingga dapat membantu mempercepat proses
penyembuhan luka.
- Sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan embrio pada
janin, dan menentukan gen pada proses pembentukan organ-organ
perkembangan embrio (Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI,
2012).

 KONTRAINDIKASI :
- Pasien yang mendapat pengobatan antikoagulan.
- Pasien yang menunjukkan peningkatan respons hipotrombinemik terhadap
warfarin yang diberikan bersama warfarin.
- Penggunaan bersama minyak mineral, kolestiramin,alcohol, dan obat anti
dislipidemia karena dapat menurunkan absorpsi vitamin A. Vitamin ini
diekskresi di ginjal dan feses. (Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK
UI, 2012).

 EFEK SAMPING :
Nyeri kepala, fatigue, drowsiness, iritabel, anorexia, muntah, diare, kulit
kering, perubahan visus, hipoprotrombinemia (Sari, 2011).

b.) Vitamin D

Vitamin ini pertama kali ditemukan pada tahun 1924 oleh Steenbook dan
Hess, yang menyatakan bahwa makanan yang terkena sinar ultraviolet
mempunyai daya anti rakitis. Dan selanjutnya pada tahun 1930 ditemukanlah
vitamin D dalam bentuk kristal. Vitamin D dapat dibentuk dalam tubuh dengan
bantuan sinar matahari. Bila tubuh mendapatkan cukup sinar matahari, maka

15
konsumsi vitamin D melalui makanan dapat berkurang, karena kebutuhan
vitamin D dalam tubuh dapat disintesis oleh tubuh (Indijah, 2016).
Bagian tubuh yang paling banyak dipengaruhi oleh vitamin ini adalah tulang.
Vitamin D ini dapat membantu metabolisme kalsium dan mineralisasi tulang. Sel
kulit akan segera memproduksi vitamin D saat terkena cahaya matahari (sinar
ultraviolet) (Sumbono, 2016).

 MEKANISME KERJA :
- Berperan dalam homeostatis kalsium. Memiliki karakteristik yang sesuai
dengan hormon yakni disintesis di kulit dan pada keadaan ideal mungkin
tidak dibutuhkan dalam makanan, mengalami transportasi melalui darah
menuju organ yang jauh (hati, ginjal) untuk diaktivasi oleh enzim, bentuk
aktifnya mengikat reseptor spesifik pada jaringan target yang pada
aakhirnya meningkatkan kadar Ca2+ plasma.
- Metabolit aktif vitamin D, mirip hormon steroid dan tiroid. Kasitriol
mengikat reseptor sitosolik dalam sel target, dan kompleks ini berinteraksi
dengan DNA sehingga mengubah transkripsi gen.
- Mempengaruhi maturasi dan diferensiasi sel mononuklear dan
mempengaruhi produksi sitokin, menghambat proliferasi dan menginduksi
diferensiasi sel maligna, serta menghambat proliferasi dan meningkatkan
diferensiasi epidermis (Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI,
2012).

 INDIKASI :
Untuk pencegahan dan pengobatan rakitis, osteomalasia, hipoparatiroidisme,
dan tetani infantil, serta keadaan lain dengan alasan penggunaan yang belum
diketahui (psoriasis, artritis, dan Hay-fever), juga untuk hipofosfatemia pada
pasien sindrom Fanconi dan paisen osteoporosis (Departemen Farmakologi
dan Terapeutik FK UI, 2012).

 KONTRAINDIKASI :
Hiperkalsemia, kalsifikasi metastatik (Sari, 2011).

 EFEK SAMPING :
Mual dan muntah, diare, anoreksia, malas, sering kencing (poliuria), berat
badan turun, berkeringat, neuralgia (nyeri syaraf urat), sakit kepala dan
pusing-pusing, haus, vertigo, rasa sakit pada gigi dan gusi serta rasa sakit pada
otot-oto dan tulang, peningkatan fosfat dalam plasma dan urin (Indijah,
2016).

16
c.) Vitamin E (α-tokoferol)

Vitamin E dapat melindungi jantung, arteri, dan komponen selular untuk


tetap melakukan oksidasi dan mencegah lisis sel darah merah. Vitamin E
berperan dalam menjaga kesehatan berbagai jaringan di dalam tubuh, mulai dari
jaringan kulit, mata, sel darah merah hingga hati. Selain itu, vitamin ini juga
dapat melindungi paru-paru manusia dari polusi udara. Hal ini terkait dengan
kerja vitamin E di dalam tubuh sebagai senyawa antioksidan alami (Sumbono,
2016).

 MEKANISME KERJA :
Berperan melindungi kerusakan membran biologis akibat radikal bebas
(antioksidan). Melindungi asam lemak jenuh pada membran fosfolipid. Radikal
peroksil bereaksi 1000 kali lebih cepat dengan vitamin E daripada dengan
asam lemak tak jenuh dan membentuk radikal tokoferoksil. Radikal ini
selanjutnya berinteraksi dengan antioksidan yang lain seperti vitamin C yang
akan membentuk kembali tokoferol. Melindungi membrane sel darah merah
yang kaya asam lemak tak jenuh ganda dan beta-karoten dari kerusakan
akibat oksidasi. Melindungi lipoprotein dari LDL teroksidasi dalam sirkulasi
yang dapat menyebabkan aterosklerosis. Mengatur proliferasi sel otot polos
pembuluh darah, menyebabkan vasodilatasi dan menghambat baik aktivasi
trombosit maupun adhesi lekosit. (Departemen Farmakologi dan Terapeutik
FK UI, 2012).

 INDIKASI :
hanya diindikasikan pada keadaan defisiensi yang dapat terlihat sari kadar
serum yang rendah dan atau peningkatan fragilitas eritrosit terhadap
hydrogen peroksida. Hal ini dapat terjadi pada bayi premature, pada pasien
dengan sindrom malabsorpsi dan steatore, dan penyakit dengan gangguan
absorpsi lemak (Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, 2012).

 KONTRAINDIKASI :
Pasien yang mengkonsumsi warfarin (antikoagulan) harus sering memantau
waktu pembekuan. Besi dan vitamin E sebaiknya tidak diberikan bersama
karena besi dapat mengganggu absorpsi dan penggunaan vitamin E (Sari,
2011).

 EFEK SAMPING :

17
Dosis besar untuk waktu yang lama dapat menyebabkan kelemahan otot,
gangguan reproduksi dan gangguan saluran cerna. Gejala akan hilang dalam
beberapa minggu setelah asupan yang berlebihan dihentikan (Departemen
Farmakologi dan Terapeutik FK UI, 2012).

d.) Vitamin K

Dikenal 2 jenis vitamin K alam, yaitu K1 (filokuinon=fitonadion) dan vitamin


K2 (senyawa menakuinon), dan 1 jenis vitamin K sintetik. Vitamin K1, yang
digunakan untuk pengobatan, terdapat pada kloroplas sayuran berwarna hijau
dan buah-buahan. Vitamin K2 disintesis oleh bakteri Garam-positif. Vitamin K
sintetik, yaitu vitamin K3 (menadion) merupakan derivat naftokuinon, dengan
aktivitas yang mendekati vitamin K alam. Derivatnya yang larut dalam air,
menadion natrium difosfat, di dalam tubuh diubah menjadi menadion (Indijah,
2016).
Vitamin K banyak berperan dalam pembentukan sistem peredaran darah
yang baik dan penutupan luka. Selain itu, vitamin K juga berperan sebagai
kofaktor enzim untuk mengkatalis reaksi karboksilasi asam amino asam glutamat.
Oleh karena itu, penting untuk banyak mengonsumsi makanan yang
mengandung vitamin K yang baik bagi pemenuhan kebutuhan di dalam tubuh.
Sel darah merah, terbentuk sempurna oleh kontribusi vitamin B, C, dan E, serta
asam para-aminobenzoat (Permana, dkk, 2018).

 MEKANISME KERJA :
Pada pasien defisiensi meningkatkan biosintesis beberapa faktor pembekuan
darah yaitu protombin, faktor VII (prokonvertin), faktor IX (faktor Christmas)
dan faktor X (faktor Stuart) yang berlangsung dihati. Kofaktor enzim mikrosom
hati yang penting untuk mengaktivasi prekursor faktor pembekuan darah,
dengan mengubah residu asam glutamat dekat amino terminal tiap prekursor
menjadi residu gamma karboksilglutamil (Departemen Farmakologi dan
Terapeutik FK UI, 2012).

 INDIKASI :
Berguna untuk mencegah atau mengatasi perdarahan akibat defisiensi
vitamin K (akibat gangguan absorpsi vitamin K, berkurangnya bakteri yang
mensintesis vitamin K pada usus dan pemakaian antikoagulan tertentu yang
dapat mempengaruhi aktivitas vitamin K). Membantu mengaktifkan
osteocalsin, protein pembangun tulang, dan menjaga tulang dari kerapuhan
(osteoporosis) pada usia tua (Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI,
2012).

18
 KONTRAINDIKASI :
Pada penyakit hepatoselular, misalnya hepatitis dan sirosis hati, dapt terjadi
hipoprotombinemia karena hati tidak dapat membentuk faktor-faktor
pembekuan darah (Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, 2012).

 EFEK SAMPING :
Tidak sering terjadi dan bercirikan meningkatnya kecenderungan berdarah,
dengan perdarahan pada kemih, kulit dan mukosa, disaluran cerna dan otak.
Luka kecil bisa berdarah tanpa henti. Risiko tinggi terutama pada bayi
prematur (Tjay dan Rahardja, 2015).

19
DAFTAR PUSTAKA

- Departemen Farmakologi dan Terapi. 2012. FARMAKOLOGI DAN TERAPI.


Edisi Ke-5. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

- Drs. Tjay Tan Hoan dan Drs. Kirana Rahardja. 2015. OBAT-OBAT PENTING.
Edisi Ke-7. Jakarta : PT Elex Media Komputindo, Kelompok Gramedia.

- Sumbono Agung. 2016. BIOKIMIA PANGAN DASAR. Yogyakarta : Deepublish.

- Sumbono Agung. 2019. BIOMOLEKUL.Yogyakarta : Deepublish.

- Setyawati Vilda Ana Veria dan Eko Hartini. 2018. BUKU AJAR DASAR ILMU
GIZI KESEHATAN MASYARAKAT. Yogyakarta : Deepublish.

- Tim MGMP Pati. 2015. FARMAKOLOGI III. Yogyakarta : Deepublish.

- Dra. Indijah Sujati Woro. 2016. FARMAKOLOGI. Jakrta Selatan : Pusdik SDM
Kesehatan KeMenKes RI.

- Sari Ratih Kumala. 2011. VITAMIN DAN MINERAL. Surabaya : Universitas


Airlangga.

- Permana Yudha Eka, dkk. 2018. IMPLEMENTASI METODE DEMPSTER-SHAFER


UNTUK DIAGNOSA DEFISIENSI (KEKURANGAN) VITAMIN PADA TUBUH
MANUSIA. e-ISSN : 2548-964X. Malang : Fakultas Ilmu Komputer, Universitas
Brawijaya.

- Ruslie Riska Habriel. 2012. PERANAN VITAMIN SEBAGAI NUTRISI PADA BAYI
PREMATUR. Semarang : Universitas Islam Sultan Agung.

20

Anda mungkin juga menyukai