Anda di halaman 1dari 25

TUGAS

FARMAKOLOGI VITAMIN

Disusun Oleh : Kristyawan Hendri Atmono, S. Ked 08310166

KEPANITRAAN KLINIK SENIOR

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS


DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA PUSKESMAS CIPEDES FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013

FARMAKOLOGI VITAMIN

1. Vitamin A (Retinol) Vitamin A merupakan salah satu jenis vitamin yang larut lemak. Vitamin A (Acon, Aquasol) membantu menjaga pertumbuhan jaringan epitel, mata, rambut, dan tulang. Selain itu juga digunakan untuk pengobatan kelainan kulit seperti acne. Vitamin mempunyai efek toksik jika digunakan secara berlebihan. Contohnya, defek lahir dapat terjadi jika pasien mengkonsumsi lebih dari 6000 IU selama kehamilan. Hal ini penting untuk diingat bahwa vitamin disimpan di liver sampai lebih dari dua tahun, dimana dapat mengakibatkan toksisitas jika pasien mengkonsumsi dengan dosis yang besar (Kamiensky, Keogh 2006). Vitamin A didapat dalam 2 bentuk yaitu preformed vitamin A (vitamin A, retinoid, retinol, dan derivatnya) dan provitamin A (karotenoid/ karoten dan senyawa sejenis) (Dewoto 2007). Sumber makanan yang mengandung vitamin A antara lain semua jenis susu, mentega, telur, sayuran dengan daun berwarna hijau dan kuning, buah-buahan, dan liver. Menurut U.S Recommended Dietary Allowance (RDA) kebutuhan vitamin A pada pria dewasa sebanyak 1000 mcg atau 5000 IU, wanita dewasa 800 mcg atau 4000 IU, pada kehamilan membutuhkan sebanyak 1000 mcg atau 5000 IU, dan pada ibu menyusui 1200 mcg atau setara dengan 6000 IU (Kamiensky, Keogh 2006).

Gambar 1. Struktur kimia Vitamin A

1.1 Farmakodinamik Obat Pada fibroblast atau jaringan epitel terisolasi, retinoid dapat meningkatkan sintesis beberapa jenis protein seperti fibronektin dan mengurangi sintesis protein seperti kolagenase dan keratin. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan transkripsi pada inti dan asam retinoat lebih kuat dalam menyebabkan perubahan tersebut. Asam retinoat mempengaruhi ekspresi gen dengan bergabung pada reseptor yang berada di inti sel. Terdapat dua kelompok reseptor, yaitu Retinoid Acid Receptors (RARs) dan Retinoid X Receptors (RXRs). Reseptor retinoid segolongan dengan reseptor steroid, hormone tiroid, dan kalsitriol (Dewoto 2007). Retinoid dapat mempengaruhi ekspresi reseptor hormon dan faktor pertumbuhan sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan, diferensiasi, dan fungsi sel target. Selain itu juga diperlukan untuk pertumbuhan tulang, alat reproduksi, dan perkembangan embrio (Dewoto 2007). 1.2 Farmakokinetik Obat Vitamin ini diabsorpsi sempurna melalui usus halus dan kadarnya dalam plasma mencapai puncak setelah empat jam tetapi absorpsi dosis besar vitamin A kurang efisien karena sebagian akan keluar melalui feses. Gangguan absorpsi lemak akan menyebabkan gangguan absorpsi vitamin A, maka pada keadaan ini dapat digunakan sediaan vitamin A yang larut dalam air. Absorpsi vitamin A berkurang bila diet kurang mengandung protein atau pada penyakit infeksi tertentu dan pada penyakit hati seperti hepatitis, sirosis hepatis atau obstruksi biliaris. Berkurangnya absorpsi vitamin A pada penyakit hati berbanding lurus dengan derajat insufisiensi hati (Dewoto 2007). 1.3 Indikasi Vitamin A diindikasikan untuk pencegahan dan pengobatan defisiensi vitamin A. 1.4 Posologi Jenis sediaan untuk vitamin A antara lain oral, suntikan, dan topical. Penggunaan oral terdapat bentuk tablet, kapsul, atau larutan/sirup. Sediaan vitamin A dalam larutan air paling cepat diabsorpsi dan memberikan kadar plasma lebih tinggi dibandingkan sediaan minyak. Vitamin A kapsul mengandung 3-15 mg retinol (10.000-15.000 IU) per kapsul. Sediaan suntikan dalam bentuk larutan mengandung

50.000 IU vitamin A/ml dapat diberikan secara IM untuk pasien malabsorpsi, mual, muntah, dan gangguan mata berat. Dosis lebih dari 25.000 IU/hari hanya dapat diberikan pada pasien defisiensi berat. Penggunaan oral lebih baik daripada parenteral (Dewoto 2007). 1.5 Efek samping Nyeri kepala, fatigue, drowsiness, iritabel, anorexia, muntah, diare, kulit kering, perubahan visus, hipoprotrombinemia. 1.6 Adverse Reactions Bukti dengan toksisitas: lekopenia, anemia aplastik, papiledema, peningkatan tekanan intracranial, hypervitaminosis A (rambut rontok dan kulit mengelupas). Dosis besar selama kehamilan dapat mengakibatkan cacat bawaan.

2. Vitamin B1 (Thiamine) Bentuk murninya adalah tiamin hidroklorida.Dalam makanan tiamin ditemukan dalam bentuk bebas atau dalam bentuk kompleks dengan protein atau kompleks protein-fosfat. Tiamin tidak dapat disimpan banyak oleh tubuh tetapi dalam jumlah terbatas disimpan di hati, ginjal, jantung, otak dan otot. Bila terlalu banyak kelebihannya dibuang melalui air kemih. Struktur kimia dari vitamin B6 dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2. Struktur Kimia Tiamin memiliki rumus molekul C12H17N4OS, vitamin ini juga memiliki berat molekul 265, 36 gram / molekulnya. Tiamin aktif dlm bentuk kokarboksilase sebagai tiamin pirofosfatase (TPP). Prinsipnya tiamin sebagai koenzim dalam reaksi yang

menghasilkan energi dari karbohidrat dan memindahkan energi membentuk ATP (Adenin Trifosfat). Di dalam tubuh, vitamin B1 memiliki fungsi yang sangat penting yakni : Esensial untuk berbagai fungsi tubuh, produksi energi dan membantu memelihara kesehatan syaraf dan otot, membantu perawatan penyakit anemia, membantu perawatan penyakit herpes, serta membantu tubuh membuat dan memakai protein. Beri-beri yaitu penyakit kekurangan vitamin B1 dalam masyarakat yang banyak mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok khususnya beras yang digiling sempurna. Bila beras digiling sempurna maka lapisan aleuron yang kaya akan tiamin terbuang sebagai dedak. Gejala kekurangan tiamin mula-mula lelah, hilang nafsu makan, berat badan menurun dan gangguan pencernaan. Bila telah terjadi beri-beri terjadi gangguan kerja syaraf (polyneuritis). Pada orang dewasa terjadi gangguan jantung menyebabkan oedem (penumpukan cairan dalam jaringan) pada kaki bawah/ telapak kaki serta persendian kaki. Bila berlanjut oedem dapat terjadi di rongga dada dan ini disebut beri-beri basah. Penderita diberi vitamin B kompleks dan makanan kaya protein dan kalori. Pemakaian thiamin yang melebihi normal mempengaruhi sistem syaraf. Hal ini karena reaksi hipersensitif yang dapat berpengaruh pada kelelahan, sakit kepala, sifat lekas marah dan susah tidur. Sistem darah dapat terpengaruh, karena denyut nadi menjadi cepat. Jumlah konsumsi harian yang direkomendasikan oleh RDA untuk vitamin 1,4 mg. Peminum dan perokok berat, wanita hamil dan menyusui serta yang menggunakan pil kontrasepsi harus menaikkan dosis sebanyak 100-300 mg per hari. Dosis juga ditingkatkan jika seseorang sedang menderita stress. Vitamin ini lebih aktif bila penggunaan bersama dengan vitamin B- kompleks yang lain. Dosis maksimum yang masih diperbolehkan dalam batas normal per hari ialah 400 mg. Vitamin B juga dikonsumsi pada saat diet. Makanan yang seimbang akan memberikan cukup thiamin. Orang yang berpuasa atau melakukan diet harus memastikan bahwa mereka mendapat sejumlah thiamin yang sama seperti dalam 2000 kkalori makanan.

3. Vitamin B2 (Riboflavin) Vitamin B2 memiliki nama kimia berupa riboflavin. Vitamin ini memiliki rumus molekul C17H20O6N4 dan berat molekulnya 376,4 gram /molekul. Sifat: larut dalam air, memberi warna fluorosens kuning-kehijauan, tidak larut dalam pelarut lemak, mudah rusak oleh cahaya dan sinar UV, tahan terhadap pemanasan, oksidator, asam dan sangat sensitif terhadap basa. Struktur dari vitamin B2 adalah sebagai berikut:

Gambar 3. Struktur Kimia Vitamin B2

Vitamin B2 terlibat dalam banyak proses tubuh, khususnya memproduksi energi yang tersedia dari makanan, pertumbuhan pada anak-anak, dan memperbaiki dan memelihara jaringan tubuh dan mata, membantu menata kembali keasaman tubuh, memelihara kesehatan reproduksi, memberikan perlindungan melawan amenia, dan lain lain. Komponen dalam koenzim terdapat 2 bentuk aktif yaitu flavin adenin dinukleotida (FAD) dan flavo mono nukleotida (FMN), keduanya gugus prostetik penerima hidrogen. Tidak ada penyakit yang berhubungan dengan kekurangan riboflavin. Kekurangan riboflavin dapat menyebabkan gejala seperti iritasi, kulit merah dan keretakan kulit dekat dengan sudut mata dan bibir seperti halnya sensitivitas yang berlebihan terhadap sinar (photophobia). Hal ini dapat juga menyebabkan keretakan pada sudut mulut (cheilosis) dan kuku (split nails ). RDA untuk riboflavin adalah 0,6 mg/1000 kkal perhari. Jadi sekitar 1,2 mg perhari untuk 2000 kkal diet. Anak-anak dan wanita hamil membutuhkan tambahan riboflavin karena vitamin ini penting untuk pertumbuhan.

Susu dan produk-produk susu, misalnya keju, merupakan sumber yang baik untuk riboflavin. Untuk itu ketersediaannya dalam makanan sehari-hari sangat penting. Hampir semua sayuran hijau dan biji-bijian mengandung riboflavin; brokoli, jamur dan bayam merupakan sumber yang baik. Demikian juga dengan daging, telur, dan ikan. Sinar dan radiasi dapat merusak riboflavin. Hal inilah yang meyebabkan susu jarang dijual dalam gelas transparan. Di sisi lain, riboflavin stabil terhadap panas, sehingga pemanasan tidak akan merusaknya. Vitamin ini juga digunakan sebagai food additive, E101.

4. Vitamin B3 (Niasin) Vitamin B3 disebut juga dengan Niasin


.

Niasin memiliki sifat : sedikit larut

dalam air dingin, larut sebagian dalam air panas, tahan terhadap alkali, asam, panas, cahaya, dan oksidasi. Vitamin ini memiliki dua bentuk yakni, asam nikotinat dan nikotinamida. Struktur kimia asam nikotinat adalah sebagai berikut :

Gambar 4. Struktur Kimia Vitamin B3 (asam nikotinat)

Rumus molekul : C6H5NO2; Berat molekul : 123.11 g/molekul

Struktur kimia nikotinamida adalah sebagai berikut :

Gambar 5. Struktur Kimia Vitamin B3 (nikotinamida)

Rumus molekul : C6H6N2O; Berat molekul : 122.13 g/molekul

Niasin mengkompromikan asam nikotin (nicotinic acid) dan nikotinamida (nicotinamide), yang keduanya dibutuhkan untuk produksi energi dalam sel-sel menggunakan NAD dan NADP. Nikotinamida (Nicotinamide) terlibat dalam proses enzim, termasuk metabolisme asam lemak (fatty acid), pernafasan jaringan (tissue respiration) dan pembuangan racun; esensial untuk fungsi otak; membantu menyeimbangkan kandungan gula darah dan menurunkan tingkat kolesterol. Niasin memiliki keunikan diantara vitamin B karena tubuh dapat membentuknya dari asam amino triptophan. Niasin membantu kesehatan kulit, sistem syaraf dan sistem pencernaan. Gejala defisiensi niasin menyebabkan produksi energi kurang, fungsi otak lemah, dan kulit buruk. Juga nampak dari dari gejala radang dan sakit pencernaan; Pellagra (penyakit kekurangan niacin), menunjukkan gejala seperti dermatitis, diare dan dementia . Hal ini meluas di bagian selatan US pada awal 1900. Gejala kekurangan niacin lainnya adalah kehilangan nafsu makan, lemah, pusing dan kebingungan mental. Kulit dapat menunjukkan gejala dermatitis simetrik bilateral, khususnya pada daerah yang terkena sinar matahari langsung.

Niasin dalam jumlah yang besar dapat menjadi racun pada sistem syaraf, lemak darah dan gula darah. Gejala gejala seperti muntah, lidah membengkak dan pingsan dapat terjadi. Lebih lanjut, hal ini dapat berpengaruh pada fungsi hati dan dapat mengakibatkan tekanan darah rendah. RDA untuk niacin adalah 6,6 mg NE (niacin equivalents)/ 1000 kkal, atau 13 mg perhari. NE merupakan jumlah niasin yang diperoleh dalam makanan, termasuk niacin yang secara teori dibuat dari prekusor asam amino triptophan. 60 mg triptophan dapat menghasilkan 1 mg niacin. Dosis antara 20-100 mg per hari dapat menunjukan dampak yang positif. Dosis maksimum yang diperbolehkan untuk asam nikotinat sebanyak 120 mg, sedangkan nikotinamida sebanyak 300 mg per hari. Daging, unggas (ayam, itik dll) dan ikan merupakan sumber utama niasin, sama halnya roti dan sereal (biji-bijian) yang telah diperkaya. Jamur, asparagus dan sayuran hijau merupakan sumber yang paling baik.

5. Vitamin B5 (Asam Pantotenat) Vitamin B5 memiliki nama kimia berupa asam pantotenat. Selain itu, vitamin B5 juga dikenali sebagai "vitamin anti-stress". Vitamin ini memiliki rumus molekul C9H16O5N dan berat molekulnya 218,23 gr/molekul. Berbentuk minyak pekat berwarna kuning pucat, larut dalam air, tak larut dalam minyak dan pelarut lemak, agak manis, stabil dalam pemasakan yang normal, dan ditemukan dalam bentuk Ca. Struktur dari vitamin B5 adalah sebagai berikut:

Gambar 6. Struktur Kimia Vitamin B5

Asam pantotenat memainkan peranan dalam pengeluaran hormon adrenal dan pembentukan antibodi, membantu dalam penggunaan vitamin, dan membantu mengubah lemak, karbohidrat dan protein menjadi tenaga. Ia diperlukan oleh semua sel dalam badan dan tertumpu dalam organ badan. Ia juga terlibat dalam pengeluaran " neurotransmitters ". Vitamin ini adalah elemen penting koenzim A, bahan kimia badan penting yang berperan untuk membawa molekul dalam proses pemecahan glukosa, asam lemak dan metabolisme energi. Pantothenic acid juga merupakan penambah stamina dan mencegah anemia. Vitamin ini membantu memelihara kesehatan kulit dan rambut serta diperlukan agar usus berfungsi dengan normal dan membantu dalam merawat tekanan dan rasa cemas (anxiety). Kekurangan vitamin B5 dapat menyebabkan : kehilangan selera makan, keletihan, lemah badan, sakit kepala, muntah muntah, sakit pada bagian abdomen, daya tahan lemah sehingga mudah terjangkit penyakit saluran pernafasan, kebas dan kesemutan pada kaki, serta kejang otot. Tidak ada dampak berbahaya akibat pengunaan vitamin B5 yang diketahui, tetapi mengonsumsi lebih dari 300 mg per hari harus mendapat pengawasan dari ahli medis. Gejala keracunan kadang-kadang menyebabkan diare dan perut kembung dengan dosis di atas 10 gr per hari. Dosis yang diperbolehkan (RDA) vitamin ini adalah 6 mg per hari. Untuk penggunaan di bidang medis, vitamin ini dapat menunjukkan hasil terbaik apabila digunakan bersama dengan vitamin B kompleks lainnya dengan dosis 300 mg per hari. Dosis normal untuk mencegah rasa sakit kurang lebih 100mg per hari. Dosis maksimum harian yang masih diperbolehkan yakni 1000 mg. Asam pantotenat umumnya ada dalam sebagian besar makanan. Sumber nya ada dalam daging, ikan, unggas (ayam, itik dan lain lain ), semua biji-bijian, kacang kacangan, ragi tapai, sayuran, dan yang terutama dalam royal jeli yaitu persediaan makanan dalam sarang lebah.

6. Vitamin B6 (Pyridoxine) Vitamin B6 merupakan jenis vitamin yang larut air. Pemberian vitamin B6 pada umumnya untuk mengkoreksi kekurangan vitamin B6 dan membantu mengurangi gejala neuritis yang disebabkan oleh pemakaian isoniazid (INH) pada terapi TB. Sumber makanan yang banyak mengandung vitamin ini antara lain daging, sayuran

dengan daun berwarna hijau, sereal gandum utuh, ragi, dan pisang. Kebutuhan vitamin B6 berdasarkan U.S. RDA adalah untuk pria sebanyak 15-19 mg/hari, wanita 14-15 mg/hari, kehamilan 18 mg/hari, dan laktasi sekitar 20 mg/hari (Kamiensky, Keogh 2006). 2.1 Farmakodinamik Obat Pemberian piridoksin secara oral dan parenteral tidak menunjukkan efek farmakodinamik yang nyata. Dosis sangat besar yaitu 3-4 g/kgBB menyebabkan kejang dan kematian pada hewan coba tetapi dosis kurang dari ini umumnya tidak menimbulkan efek yang jelas. Piridoksal fosfat dalam tubuh merupakan koenzim yang berperan penting dalam metabolisme berbagai asam amino, di antaranya dekarboksilasi, transminasi, dan rasemisasi triptofan, asam-asam amino yang bersulfur dan asam amino hidroksida (Dewoto 2007). 2.3 Farmakokinetik Obat Piridoksin, piridoksal, dan piridoksamin mudah diabsorpsi melalui saluran cerna. Metabolit terpenting dari ketiga bentuk tersebut adalah 4-asam piridoksat. Ekskresi melalui urin terutama dalam bentuk 4-asam piridoksat dan piridoksal (Dewoto 2007). 2.4 Indikasi Pencegahan dan pengobatan defisiensi B6, diberikan bersama vitamin B lainnya atau sebagai multivitamin untuk pencegahan dan pengobatan defisiensi vitamin B kompleks. Indikasi lain adalah untuk mencegah dan mengobati neuritis perifer oleh obat seperti INH, sikloserin, hidralazin, penisilamin yang bekerja sebagai antagonis piridoksin dan/atau meningkatkan ekskresinya melalui urin. Pemberian pada wanita yang menggunakan kontrasepsi oral yang mengandung estrogen juga dibenarkan karena kemungkinan terjadinya defisiensi piridoksin pada wanita-wanita tersebut. Piridoksin juga dilaporkan dapat memperbaikin gejala keilosis, dermatitis seboroik, glositis, dan stomatitis yang tidak memberikan respon terhadap tiamin, riboflavin, dan niasin serta dapat mengurangi gejala-gejala yang menyertai tegangan prahaid (pramesntrual tension).

Indikasi lain yaitu untuk anemia yang responsive terhadap piridoksin yang biasanya sideroblastik danmungkin disebabkan kelainan genetik (Kamiensky, Keogh 2006; Dewoto 2007). 2.5 Posologi Piridoksin tersedia sebagai tablet piridoksin HCl 10-100 mg dan sebagai larutan steril 100 mg/ml piridoksin HCl untuk injeksi (Dewoto 2007). Efek samping Nyeri kepala, mual, somnolen; dosis tinggi menyebabkan neuropathy sensorik (paresthesia, unstable gait, clumsiness of hands).

7. Vitamin B8 (Biotin) Vitamin B8 atau yang sering disebut juga dengan biotin merupakan salah satu dari rangkaian vitamin B-kompleks meskipun sebagian pustaka menyebut nya vitamin H. Di dalam tubuh, vitamin ini dikonversi dalam bentuk koenzim biocytin. Biotin memiliki rumus molekul C16H28N4O4S dan berat molekul nya 372,5 gram / molekul. Struktur kimia biotin adalah sebagai berikut :

Gambar 7. Struktur Kimia Vitamin B8

Dibandingkan dengan berbagai vitamin B yang lain, sedikit sekali yang diketahui tentang fungsi biotin seperti yang ditemukan baru-baru ini. Biotin memainkan peranan penting dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan protein untuk menghasilkan energi. Selain itu, biotin membantu dalam pertumbuhan sel;memelihara kesehatan jaringan tubuh dan sum sum tulang;meringankan sakit otot; dan dalam penggunaan vitamin B-kompleks yang lain. Jumlah yang cukup diperlukan untuk rambut dan kulit yang sehat. Defisiensi/kekurangan konsumsi biotin akan menyebabkan hal fatal seperti : pelepasan kulit, kulit pucat; kadar hemoglobin menurun; kondisi rambut jelek; uban dini (prematurely greying hair); otot lembek atau sakit; nafsu makan kurang atau mual-mual (nausea); eksema (eczema) atau radang kulit (dermatitis); kadar kolestrol naik sedangkan kadar biotin urin turun sampai 1/10 dari normal. Kelebihan akibat pengonsumsian biotin dapat menimbulkan keracunan, namun juga tidak biasa terjadi. Para ahli menyarankan untuk tidak mengonsumsi biotin lebih dari 300 mg per hari kecuali di bawah pengawasan medis. Dosis harian yang diizinkan ( RDA ) adalah 0,15 mg (= 150 mikro grams) per hari . Biotin ditemukan dalam sejumlah besar makanan. Umumnya defisiensi tidak terjadi pada seseorang yang mengkonsumsi berbagai makanan. Sumber sumber penting biotin berasal dari telur, susu, daging, ikan buah buahan seperti almon, tomat, anggur, semangka dan cherry, kacang kacangan, kenari, dan kemiri.

8. Vitamin B9 (Asam Folat) Asam folat (asam pteroilmonoglutamat, PmGA) terdiri atas bagian-bagian pteridin, asam paraaminobenzoat, dan asam glutamate. Asam folat penting untuk pertumbuhan tubuh dan dibutuhkan dalam sintesis DNA. PmGA bersama dengan konjugat yang mengandung lebih dari satu asam glutamate membentuk suatu kelompok zat yang dikenal sebagai folat. Folat merupakan bentuk aktif asam folat yang beredar di seluruh jaringan tubuh. Sepertiga dari folat disimpan di liver dan sisanya disimpan di jaringan lain. Sebagian besar asam folat diekskresi di empedu. Asam folat didapatkan pada sayuran hijau, buah dan sayur berwarna kuning, ragi,

dan daging dan diabsorbsi di usus halus. Folat mudah rusak dengan pengolahan (pemasakan) makanan (Dewoto, Wardhini 2007). Kebutuhan asam folat per hari menurut U.S RDA antara lain pria dan wanita sebanyak 400 mcg/hari, kehamilan sebanyak 600-800 mcg/hari, dan laktasi sebanyak 600-800 mcg/hari (Kamiensky, Keogh 2006). 5.1 Farmakodinamik Obat Asam folat (PmGA) merupakan precursor inaktif dari berbagai koenzim yang berfungsi pada transfer unit karbon tunggal (single carbon unit). Mula-mula folat reduktase mereduksi PmGA menjadi THFA (asam tetrahidrofolat). THFA yang terbentuk bertindak sebagai akseptor berbagai unit karbon tunggal dan selanjutnya memindahkan unit ini kepada zat-zat yang memerlukan. Berbagai reaksi penting yang menggunakan unit karbon tunggal adalah: (1) sintesis purin melalui pembentukan asam inosinat; (2) sintesis nukleotida pirimidin melalui metilasi asam deoksiuridilat menjadi asam timidat; (3) interkonversi beberapa asam amino misalnya antara serin dengan glisin, histidin dengan asam glutamate, homosistein dengan metionin (yang terakhir juga memerlukan B12). Peningkatan metabolism akibat penyakit infeksi, anemia hemolitik, dan adanya tumor ganas meningkatkan kebutuhan folat (Dewoto, Wardhini 2007). 5.2 Farmakokinetik Obat Absorpsi asam folat paling baik adalah melalui pemberian per oral terutama pada sepertiga bagian proksimal usus halus. Pemberian dengan dosis kecil, memerlukan energy untuk melakukan absorpsi sedangkan pada dosis besar, absorpsi dapat berlangsung secara difusi. Gangguan pada usus halus masih dapat mencukupi kebutuhan folat. Ada tidaknya tanspor protein belum dapat dipastikan. Dua pertiga dari asam folat yang terdapat dalam plasma darah terikat pada protein yang tidak difiltrasi ginjal. Distribusi folat merata ke semua sel jaringan dan terjadi penumpukan dalam cairan serebrospinal. Ekskresi berlangsung di ginjal dan sebagian besar dalam bentuk metabolit (Dewoto, Wardhini 2007).

5.3 Indikasi Penggunaan folat yang rasional adalah pada pencegahan dan pengobatan defisiensi folat. Penggunaan secara berlebihan pada pasien anemia pernisiosa dapat merugikan pasien karena folat dapat memperbaiki kelainan darah pada anemia pernisiosa tanpa memperbaiki kelainan neurologic sehingga dapat berakibat pasien cacatseumur hidup (Dewoto, Wardhini 2007). Kebutuhan asam folat meningkat pada ibu hamil dan dapat menyebabkan defisiensi asam folat bila tidak atau kurang mendapatkan asupan asam folat dari makanannya. Beberapa penelitian menunjukkan ada hubungan kuat antara defisiensi asam folat pada ibu dengan insidens neural tube defect, seperti spina bifida dan anensefalus, pada bayi yang dilahirkan. Efek toksik pada penggunaan folat untuk manusia hingga sekarang belum pernah dilaporkan. 5.4 Posologi Asam folat tersedia dalam bentuk tablet yang mengandung 0,4; 0,8 dan 1 mg asam pteroliglutamat dan dalam larutan injeksi asm folat 6 mg/ml. Selain itu, asam folat terdapat dalam berbagai sediaan multivitamin atau digabung dengan antianemia lainnya. Asam folat injeksi biasanya hanya digunakan sebagai antidotum pada intoksikasi antifolat (antikanker). Dosis besar dapat menutupi tanda dan gejala defisiensi vitamin B12 yang berisiko pada usia tua. Pasien dengan Phenytoin (Dilantin) untuk kejang sebaiknya berhati-hati mengkonsumsi asam folat karena dapat meningkatkan risiko kejang. Selama kehamilan trimester pertama, kekurangan asam folat dapat mempengaruhi perkembangan system saraf pusat pada fetus; hal ini dapat menyebabkan neural tube defects seperti spina bifida (defek penutupan struktur tulang medulla spinalis) atau anencephaly ( sedikitnya formasi massa otak) Kontra indikasi Anemia pernisiosa, anemia aplastik, normocytic, dan anemia refrakter.

9. Vitamin B12 (Sianokobalamin) Sebuah vitamin larut air yang berperan penting dalam berfungsi normalnya otak dan sistem saraf, serta dalam pembentukan darah. Vitamin ini merupakan salah satu dari delapan vitamin B. Umumnya, vitamin ini terlibat dalam metabolisme setiap sel dalam tubuh, terutama pengaruhnya pada sintesis dan regulasi DNA serta pada sintesis asam lemakdan produksi energi.

Gambar 8. Struktur kimia Vitamin B12

Vitamin B12 merupakan kumpulan senyawa-senyawa yang terhubung secara kimia, yang semuanya memiliki aktivitas sebagai vitamin. Secara struktur, vitamin B12 adalah vitamin yang paling kompleks dan mengandung elemen kobal yang jarang tersedia secara biokimia. Biosintesis dari struktur dasar vitamin ini hanya dapat dilakukan oleh bakteri, namun konversi antara bentuk-bentuknya yang berbeda dapat terjadi dalam tubuh. Suatu bentuk sintesis yang umum dari vitamin ini, sianokobalamin, tidak terjadi di alam, namun digunakan dalam banyak sediaan farmasi dan suplemen, dan juga sebagai bahan tambahan makanan karena kestabilannya dan harganya yang lebih murah. Dalam tubuh, vitamin ini diubah menjadi bentuk fisiologisnya, metilkobalamin dan adenosilkobalamin, dengan membuang gugus sianidanya walaupun dalam konsentrasi minimal. Baru-baru ini, hidroksokobalamin (suatu bentuk kobalamin yang dihasilkan dari bakteri), metilkobalamin, dan adenosilkobalamin juga dapat ditemukan pada produk

farmakologi dan suplemen makanan yang mahal. Kegunaaan dari zat-zat ini masih diperdebatkan. Dalam sejarahnya, vitamin B12 ditemukan dari hubungannya dengan penyakit anemia pernisiosa, sebuah penyakit autoimun yang menghancurkan sel-sel parietal dalam perut yang mensekresi faktor intrinsik. Faktor intrinsik ini sangat penting dalam absorpsi normal vitamin B12, sehingga kekurangan faktor intrinsik, yang tampak pada anemia pernisiosa, disebabkan oleh kekurangan vitamin B12. Sejak saat itu, banyak jenis jenis kekurangan vitamin B12 lain yang lebih tidak kentara, berikut efek biokimianya, telah berhasil diuraikan.

10. Vitamin C Vitamin C atau asam askorbat merupakan vitamin yang larut dalam air. Vitamin C bekerja sebagai suatu koenzim dan pada keadaan tertentu merupakan reduktor dan antioksidan. Vitamin ini dapat secara langsung atau tidak langsung memberikan elektron ke enzim yang membutuhkan ion-ion logam tereduksi dan bekerja sebagai kofaktor untuk prolil dan lisil hidroksilase dalam biosintesis kolagen. Zat ini berbentuk kristal dan bubuk putih kekuningan, stabil pada keadaan kering (Dewoto 2007).

Gambar 9. Struktur kimia Vitamin C Vitamin ini dapat ditemukan di buah citrus, tomat, sayuran berwarna hijau, dan kentang. vitamin ini digunakan dalam metabolisme karbohidrat dan sintesis protein, lipid, dan kolagen. Vitamin C juga dibutuhkan oleh endotel kapiler dan perbaikan

jaringan. vitamin C bermanfaat dalam absorpsi zat besi dan metabolisme asam folat. Tidak seperti vitamin yang larut lemak, vitamin C tidak disimpan dalam tubuh dan diekskresikan di urine. Namun, serum level vitamin C yang tinggi merupakan hasil dari dosis yang berlebihan dan diekskresi tanpa mengubah apapun(Kamiensky, Keogh 2006). Kebutuhan vitamin C berdasarkan U.S. RDA antara lain untuk pria dan wanita sebanyak 60 mg/hari, bayi sebanyak 35 mg/hari, ibu hamil sebanyak 70 mg/hari, dan ibu menyusui sebanyak 95 mg/hari. Kebutuhan vitamin C meningkat 300-500% pada penyakit infeksi, TB, tukak peptik, penyakit neoplasma, pasca bedah atau trauma, hipertiroid, kehamilan, dan laktasi (Kamiensky, Keogh 2006). 3.1 Farmakodinamik Obat Vitamin C berperan sebagai kofaktor dalam sejumlah reaksi hidroksilasi dan amidasi dengan memindahkan electron ke enzim yang ion logamnya harus berada dalam keadaan tereduksi; dan dalam keadaan tertentu bersifat sebagai antioksidan. Vitamin C dibutuhkan untuk mempercepat perubahan residu prolin dan lisin pada prokolagen menjadi hidroksiprolin dan hidroksilisin pada sintesis kolagen. Perubahan asam folat menjadi asam folinat, metabolisme obat oleh mikrosom dan hidroksilasi dopamine menjadi norepinefrin juga membutuhkan vitamin C. Asam askorbat meningkatkkan aktivitas enzim amidase yang berperan dalam pembentukan hormon oksitosin dan hormon diuretik. Vitamin C juga meningkatkan absorpsi besi dengan mereduksi ion feri menjadi fero di lambung.Peran vitamin C juga didapatkan dalam pembentukan steroid adrenal (Kamiensky, Keogh 2006; Dewoto 2007). Fungsi utama vitamin C pada jaringan adalah dalam sintesis kolagen, proteoglikan zat organik matriks antarsel lain misalnya pada tulang, gigi, dan endotel kapiler. Peran vitamin C dalam sintesis kolagen selain pada hidroksilasi prolin juga berperan pada stimulasi langsung sintesis peptide kolagen. Gangguan sintesis kolagen terjadi pada pasien skorbut. Hal ini tampak pada kesulitan dalam penyembuhan luka, gangguan pembentukan gigi, dan pecahnya kapiler yang mengakibatkan petechiae dan echimosis. Perdarahan tersebut disebabkan oleh kebocoran kapiler akibat adhesi sel-sel endotel yang kurang baik dan mungkin juga karena gangguan pada jaringan ikat perikapiler sehingga kapiler mudah pecah oleh penekanan (Kamiensky, Keogh 2006; Dewoto 2007).

Pemberian vitamin C pada keadaan normal tidak menunjukkan efek farmakodinamik yang jelas. Namun pada keadaan defisiensi, pemberian vitamin C akan menghilangkan gejala penyakit dengan cepat. 3.2 Farmakokinetik Obat Vitamin C mudah diabsorpsi melalui saluran cerna.pada keadaan normal tampak kenaikan kadar vitamin C dalam darah setelah diabsorpsi. Kadar dalam lekosit dan trombosit lebih besar daripada dalam plasma dan eritrosit. Distribusinya luas ke seluruh tubuh dengan kadar tertinggi dalam kelenjar dan terendah dalam otot dan jaringan lemak. Ekskresi melalui urin dalam bentuk utuh dan bentuk garam sulfatnya terjadi jika kadar dalam darah melewati ambang rangsang ginjal yaitu 1,4 mg% (Dewoto 2007). Beberapa obat diduga dapat mempercepat ekskresi vitamin C misalnya tetrasiklin, fenobarbital, dan salisilat. Vitamin C dosis besar dapat memberikan hasil false negative pada uji glikosuria (enzymedip test) dan uji adanya darah pada feses pasien karsinoma kolon. Hasil false positive dapat terjadi pada clinitest dan tes glikosuria dengan larutan Benedict. 3.3 Indikasi Vitamin C diindikasikan untuk pencegahan dan pengobatan skorbut. Selain itu, vitamin C juga digunakan untuk berbagai penyakit yang tidak ada hubungannya dengan defisiensi vitamin C dan seringkali digunakan dengan dosis besar. Namun, efektivitasnya belum terbukti. Vitamin C yang mempunyai sifat reduktor digunakan untuk mengatasi methemoglobinemia idiopatik meskipun kurang efektif

dibandingakan dengan metilen blue. Vitamin C tidak mengurangi insidens common cold tetapi dapat mengurangi berat sakit dan lama masa sakit (Dewoto 2007). 3.4 Posologi Vitamin C terdapat dalam berbagai preparat baik dalam bentuk tablet yang mengandung 50-1500 mg maupun dalam bentuk larutan. Kebanyakan sediaan multivitamin mengandung vitamin C. Sediaan suntik mengandung vitamin C sebanyak 100-500 mg dalam larutan. Air jeruk mengandung vitamin C yang tinggi sehingga dapat digunakan untuk terapi menggantikan sediaan vitamin C.

Efek samping Nyeri kepala, fatigue, drowsiness, mual, dada terbakar, muntah, diare. Vitamin C dengan aspirin atau sulfonamide dapat menyebabkan pembentukan Kristal di urin (Crystalluria); dapat memberikan hasil false negative adanya darah pada uji feses dan false positive glikosuria jika diperiksa dengan Clinitest Kontra indikasi Dosis besar dapat menurunkan efek antikoagulasi oral, kontrasepsi oral dapat menurunkan kadar vitamin C dalam tubuh; merokok menurunkan kadar serum vitamin C, digunakan dengan perhatian pada renal calculi (batu ginjal); gout, anemia, sel sickle, seideroblastik, thalassemia Interaksi obat Menurunkan uptake asam askorbat jika digunakan dengan salisilat; dapat menurunkan efek antikoagulan oral, dapat menurunkan eliminasi aspirin.

11. Vitamin D (Kalsiferol) Berguna untuk mencegah dan mengobati rakitis yaitu peyakit yang banyak terdapat pada anak, terutama didaerah yang kurang mendapat sinar matahari. Defisiensi vitamin D Pada bayi dan anak, hal ini mengakibatkan gangguan pertumbuhan tulang (rakitis). Berkurangnya kaslifikasi menyebabkan deformitas tulang seperti kifosis, skoliosis, tulang tasbih pada dada, kraniotabes pada anak usia dibawah satu tahun dan genu varus atau genu valgus pada anak yang sudah dapat berjalan. Pada orang dewasa, defisiensi vitamin D menyebabkan osteomalasia yang ditandai oleh berkurangnya densitas tulang, sedangkan dermitas tulang hanya terjadi pada kasus yang lanjut. Sedangkan hipertaminosis 50.000 unit vitamin D tiap hari terus menerus dapat mengakibatkan keracunan, tetapi keracunan pada anak-anak keracunan dapat timbul pada dosis yang relatif kecil. Sedangkan pada ibu hamil dihubungkan dengan timbulnya stenosis aorta supravalvular congenital nonfamilial pada fetus yang dilahirkan. Gejala hipervitaminosis D berupa hiperkalsemia, kalsifikasi ektopik pada

jaringan lunak (misalnya ginjal, pembuluh darah, jantung dan paru), anoreksia, mual, diare, sakit kepala, hipertensi dan hiperkolesterolemia.

Gambar 10. Strukutur Kimia Vitamin D Farmakodinamik Vitamin D berefek meningkatkan absorbsi kalsium dan fosfat melalui usus halus, sehingga menjamin kebutuhan kalsium dan fosfat yang cukup untuk tulang. Vitamin D bekerja langsung dan tidak langsung pada sel yang berperan dalam remodeling tulang. Vitamin juga mengurangi ekskresi Ca2+ melalui ginjal. Farmakokinetik Absorbsi vitamin D melalui saluran cerna cukup baik. Vtamin D3 diabsorbsi lebih cepat dan lebih sempurna. Gangguan fungsi hati, kandung empedu an saluran cerna seperti steatore akan mengganggu absorbs vitamin D.

12. Vitamin E (Tokoferol) Vitamin E adalah vitamin yang larut dalam lemak dan dapat melindungi jantung, arteri, dan komponen selular untuk tetap melakukan oksidasi dan mencegah lisis sel darah merah. Jika terdapat ketidakseimbangan garam, sekresi pancreas, dan lemak, vitamin E diabsorpsi di saluran pencernaan dan disimpan di seluruh jaringan, terutama liver, otot, dan jaringan lemak. Tujuh puluh lima persen dari jumlah vitamin E diekskresi di empedu dan sisanya melalui urin (Kamiensky, Keogh 2006).

Gambar 11. Strukur Kimia Vitamin E

Delapan jenis tokoferol alam mempunyai aktivias vitamin E. RRR-αtokoferol (dahulu disebut d-α-tokoferol) merupakan bentuk paling penting karena merupakan 90% dari tokoferol yang berasal dari hewan dengan aktivitas biologik paling besar (Dewoto 2007). Sumber makanan yang banyak mengandung vitamin E antara lain sereal gandum utuh, minyak sayuran, daun bawang, biji bunga matahari. Kebutuhan vitamin E per hari menurut U.S RDA yaitu pada pria sebanyak 10 mg/hari; 15 IU, wanita sebanyak 8 mg/hari; 12 IU, pada kehamilan dibutuhkan sebanyak 10-12 mg/hari. Kebutuhan vitamin A pada orang Indonesia belum diketahui akan tetapi diperkirakan sama dengan rekomendasi U.S RDA (Kamiensky, Keogh 2006; Dewoto 2007). 4.1 Farmakodinamik Obat Vitamin E berperan sebagai antioksidan dan dapat melindungi kerusakan membrane biologis akibat radikalbebas. Vitamin E melindungi asam lemak tak jenuh pada membrane fosfolipid. Radikal peroksil bereaksi 1000 kali lebih cepat dengan vitamin E daripada dengan asam lemak tak jenuh dan membentuk radikal tokoferoksil. Radikal ini selanjutnya berinteraksi dengan antioksidan yang lain

seperti vitamin C yang akan membentuk kembali tokoferol. Vitamin E juga penting untuk melindungi membrane sel darah merah yang kaya asam lemak tak jenuh ganda

dari kerusakan akibat oksidasi. Vitamin ini berperan dalam melindungi lipoprotein dari LDL teroksidasi dalam sirkulasi. LDL teroksidasi ini memegang peranan penting dalam menyebabkan aterosklerosis. Selain efek antioksidan, vitamin E juga berperan mengatur proliferasi sel otot polos pembuluh darah, menyebabkan vasodilatasi dan menghambat baik aktivasi trombosit maupun adhesi lekosit. Vitamin E juga melindungi β-karoten dari oksidasi (Dewoto 2007). 4.2 Farmakokinetik Obat Vitamin E diabsorpsi baik melalui saluran pencernaan. Beta-lipoprotein mengikat vitamin E dalam darah dan mendistribusikan ke semua jaringan. Kadar plasma sangat bervariasi diantara individu normal, dan berfluktuasi tergantung kadar lipid. Rasio vitamin E terhadap lipid total dalam plasma digunakan untuk memperkirakan status vitamin E. Nilai di bawah 0,8 mg/g menunjukkan keadaan defisiensi. Pada umumnya kadar tokoferol plasma lebih berhubungan dengan asupan dan gangguan absorpsi lemak pada usus halus daripada ada tidaknya penyakit. Vitamin E sukar melalui sawar plasenta sehingga bayi baru lahir hanya mempunyai kadar tokoferol plasma kurang lebih seperlima dari kadar tokoferol plasma ibunya. ASI mengandung α-tokoferol yang cukup bagi bayi. Ekskresi vitamin sebagian besar dilakukan dalam empedu secara lambat dan sisanya diekskresi melalui urin sebagai glukoronida dari asam tokoferonat atau metabolit lain (Kamiensky, Keogh 2006; Dewoto 2007). 4.3 Indikasi Pemberian vitamin E hanya diindikasikan pada keadaan defisiensi yang dapat terlihat sari kadar serum yang rendah dan atau peningkatan fragilitas eritrosit terhadap hydrogen peroksida. Hal ini dapat terjadi pada bayi premature, pada pasien dengan sindrom malabsorpsi dan steatore, dan penyakit dengan gangguan absorpsi lemak. Penggunaan vitamin E untuk penyakit yang mirip dengan keadaan yang timbul akibat defisiensi vitamin E seperti distrofia otot, abortus habitualis, sterilitas, dan toxemia gravidarum hasilnya mengecewakan (Dewoto 2007). 4.4 Posologi Vitamin E tersedia dalam sediaan per oral dan parenteral.

Dosis besar dapat menyebabkan fatigue, kelemahan, mual, rasa tidak nyaman di perut, nyeri kepala, mammaemengeras, dan waktu pembekuan memanjang Kontra indikasi Pasien yang mengkonsumsi warfarin (antikoagulan) harus sering memantau waktu pembekuan. Besi dan vitamin E sebaiknya tidak diberikan bersama karena besi dapat mengganggu absorpsi dan penggunaan vitamin E.

13. Vitamin K Dikenal 2 jenis vitamin K alam, yaitu vitamin K1 (filokuinon=fitonadion) dan vitamin K2 (senyawa menakuinon), dan 1 jenis vitamin K sintetik. Vitamin K1 yang digunakan untuk pengobatan, gterdapat pada kloroplas sayuran berwarna hijau dan buah-buahan. Vitamin K2 disintesis oleh bakteri usus terutama oleh bakteri grampositif. Vitamin K sintetik yaitu vitamin K3 (menadion) merupakan derivate naftokuinon, dengan aktivitas yang mendekati vitamin K alam. Defisiensi Vitamin K. Defisiensi vitamin K menyebabkan hipoprotrombinemia dan menurunnya kadar beberapa faktor pembekuan darah. Defisisensi vitamin K akibat asupan yang tidak mencukupi jarang terjadi, karena vitamin K banyak terdapat pada banyak jenis makanan dan juga disintesis oleh bakteri usus.

Gambar Struktur Kimia Vitamin K

Farmakodinamik Pada orang dewasa vitamin K tidak mempunyai aktivitas farmakodinamik, tetapi pada pasien defisiensi vitamin K, vitamin ini berguna untuk meningkatkan biosintetis beberapa faktor pembekuan darah yaitu protrombin. Farmakokinetik Absorpsi vitamin K melalui usus sangat tergantung dari kelarutannya. Absorpsi filokuinon dan menakuinon hanya berlangsung baik bila terdapat garam-garam empedu, sedangkan menadion dan derivatnya yang larut air dapat diabsopsi walaupun tidak ada empedu. Metabolisme vitamin K didalam tubuh tidak banyak diketahui. Pada empedu dan urin hampir tidak ditemukan bentuk bebas, sebagian besar dikonjugasi dengan asam glukuroanat. Pemakaian antibiotik sangat mengurangi jumlah vitamin K dalam tinja, terutama yang merupakan hasil sintesis bakteri usus.

Anda mungkin juga menyukai