Anda di halaman 1dari 30

PROPOSAL PENELITIAN KTI

PENGARUH EKSTRAK KUNYIT (Curcuma longa)


TERHADAP GAMBARAN MAKROSKOPIK LAMBUNG TIKUS
(Rattus norvergicus) YANG DIINDUKSI ALKOHOL
ABSOLUT

OLEH:
AULIA RIZKI RAHIM
110 2016 0063

Pembimbing:
1. dr. Syamsu Rijal, M.Kes Sp.PA
2. dr. Eny Arlini Wello

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2018
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Labung sebagai reservoir/lumbung makanan berfungsi menerima


makanan/minuman, menggiling, mencampur dan mengosongkan mkanan
kedalam duodenum. Lambung yang selalu berhubungan dengan semua
jenis makanan, minuman dan obat-obatan akan mengalami iritasi
kronik.(1)

Lambung dilindungi terhadap faktor iritan oleh lapisan


mukus/mukus barier, epitel, tetapi beberapa faktor iritan seperti makanan,
minuman dan obat anti inflamasi non steroid (OAINS), alkohol dan
empedu yang dapat menimbulkan defek lapisan mukus dan terjadi difusi
balik ion H+, sehingga dapat menimbulkan gastritis akut/kronik dan tukak
gaster. (1)(2)

Tukak lambung adalah kerusakan pada jaringan mukosa, sub


mukosa sampai lapisan otot lambung, penyebab tukak lambung
diantaranya hiper sekresi asam lambung sehingga dapat terjadi kerusakan
pada mukosa lambung akibat rusaknya ketahanan mukosa
lambung.Tukak lambung merupakan luka terbuka dengan pinggir edema
disertai indurasi dengan dasar tukak ditutupi debris.(1)

Tukak lambung tersebar diseluruh dunia dengan prevalensi


berbeda tergantung pada sosial ekonomi, demografi, dijumpai lebih
banyak pada pria meningkat pada usia lanjut dan kelompok sosial
ekonomi rendah dengan puncak dekade enam. Insidensi di USA ada 4
juta pasien gangguan asam-pepsin, pervalensi 12% pada pria dan 10%
padaperemepuan dengan angka kematian pasien 15.000 pertahun. Di
Indonesia pada beberapa penelitian ditemukan antara 6 - 15% terutama
pada usia 20-65 tahun dengan puncak faktor risiko pada umur 55 - 65
tahun. Menurut WHO (2011) angka kematian ulkus lambung di Indonesia
mencapai 14.123 per tahun atau 0,99% dari total kematian.(1)(3)
Indonesia dikenal sebagai Negara yang kaya akan rempah-rempah,
dikarenakan iklim wilayah Negara yang tropis dan juga dari tingkat
kesuburan tanah yang mewadahi. Salah satu rempah-rempah yang
dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia ialah kunyit, karena kunyit
sebagai salah satu bahan masakan yang hampir selalu dipakai oleh
masyarakat kunyit juga dipakai sebagai bahan dasar pembuatan jamu
yang begitu terkenal serta dikonsumsi baik oleh masyarakat juga kunyit
ini diketahui dapat menjadi obat herbal dari beberapa penyakit.
Kunyit kuning atau Curcuma longa, ialah ramuan abadi dan
anggota dari keluarga Zingiberaceae (jahe) yang dikenal sebagai kunyit
dan dibudidayakan secara ekstensif di Asia, India, Cina, dan negara-
negara lain dengan iklim tropis. Kunyit telah digunakan secara ekstensif
dalam sistem pengobatan tradisional Cina dan Ayurvedic. Rimpang,
bagian tanaman digunakan sebagai obat. Curcuma longa rimpang
mengandung sekitar 2% minyak atsiri, terutama terdiri dari alfa dan ß-
turmerone, monoterpena . Kurkuminoid 5%, terutama kurkumin (Budavari
S, 1996), demethoxycurcumin, bis-demethoxycurcumin dan
dihydrocurcumin, mineral, karoten dan vitamin C. Kurkumin adalah
konstituen aktif Curcuma longa, yang merupakan zat kuning yang memiliki
terbukti memiliki berbagai efek terapeutik(4)
Kunyit memiliki kandungan zat aktif utama berupa kurkuminoid dan
minyak atsiri. Kandungan kurkuminoid terdiri dari kurkumin,
desmetoksikumin, dan bisdesmetoksikurkumin, sedangkan minyak atsiri
terdiri dari keton sesquiterpen,turmeron, tumeon, zingiberen, felandren,
sabinen, borneol, dan sineil. Kandungan kunyit lainnya berupa lemak,
karbohidrat, protein, vitamin C, karoten, garam-garam mineral (zat besi,
fosfor, kalsium).(5)
Curcuma longa L. memiliki sifat anti-inflamasi yang kuat Efek ini
disebabkan oleh mekanisme yang berbeda pada sistem asam
arakhidonat. Di sini, kurkumin dapat menghambat berbagai molekul yang
terlibat dalam dalam proses inflamasi (peradangan), beberapa
diantaranya ialah: fosfolipase A, LOX– lipoxygenase, COX-2-
cycloxygenases,leukotrienes, thromboxanes, prostaglandin, TNF-α, MCP-
1,kolagenase, elastase, hyaluronidase Pada Penelitian yang luas pada
kurkumin telah menunjukkan spektrum efek terapi yang luas, seperti
antioksidan, antiinflamasi, antibakteri, antivirus, antijamur, antitumor,
antispasmodik, dan hepatoproteksi.(6)

Natrium kurkuminat yang terdapat didalam kunyit (Curcuma longa)


ditunjukkan untuk menghambat spasme usus, dan senyawa lain yang
terdapat dari kunyit, p-tolymethylcarbinol, terbukti meningkatkan sekresi
sekretin, gastrin, bikarbonat, dan enzim pankreas, kunyit bermanfaat untuk
integritas lambung. Kandungan tumeric dan kurkumin dapat meningkatkan
kadar musin lambung dan memberikan efek gastroprotektif terhadap
pembentukan ulkus yang disebabkan oleh stres, alkohol, indometasin,
ligasi pilorus, dan reserpine.(7)
Dalam sebuah penelitian dari Nugroho Eko (2014) dalam studinya
melakukan Pemberian ekstrak etanol kunyit yang diberikan secara intra
oral menurunkan kadar asam bebas, asam total, asam organik dan pH
asam lambung yang diinduksi oleh histamin yang diberikan secara intra
peritoneal pada tikus (Rattus norvergicus).(5)

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis mengambil sebuah


judul penelitian : Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma longa) Terhadap
Gambaran Makroskopik Lambung Tikus (Rattus norvergicus)
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan judul yang telah diajukan penulis,

maka yang menjadi rumusan masalah ialah :

Apakah terdapat pengaruh ekstrak kunyit terhadap gambaran

makroskopik lambung tikus yang telah diinduksi alkohol absolut?

1.3. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Mengetahui adanya pengaruh pemberian ekstrak kunyit (Curcuma

longa) terhadap gambaran makroskopik gaster pada tikus (Rattus

norvergicus) yang diakibatkan oleh induksi alkohol absolut.

b. Tujuan Khusus

Untuk membandingkan gambaran makroskopik gaster tikus (Rattus

norvergicus) pada kelompok kontol dan kelompok perlakuan.

1.3. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Penelitian ini adalah wujud aplikasi disiplin ilmu yang telah dipelajari

selama perkuliahan serta sehingga dapat memperluas wawasan

keilmuan peneliti khususnya dalam bidang penelitian.


2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan penelitian yang dapat dikembangkan lagi pada

bidang kesehatan, serta dapat menambah informasi manfaat dari

kunyit terkhususnya dalam bidang kesehatan.

3. Bagi Masyarakat

Menambah wawasan masyarakat akan manfaat dari kunyit yang

dapat dijadikan sebagai salah satu acuan untuk tanaman herbal.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Lambung

2.1.1. Anatomi

Lambung terletak pada bagian atas abdomen, dari region

hipocondrium kiri sampai region epigastrium dan region umbilicalis.

Sebagian besar lambung terletak dibawah iga-iga bagian bawah. Secara

kasar lambung berbentuk huruf J dan mempunyai dua lubang yang

dikenal sebagi curvatura major dan curvatura minor.(8)

(Gambar 1 Anatomi Lambung)

Lambung relative terfiksasi pada kedua ujungnya, tetapi diantara


ujung – ujung tersebut sangat mobil. Lambung cenderung terletak tinggi
dan transversal pada orang yang pendek dan gemuk (lambung steer –
horn) dan memanjang secara vertical pada orang yang tinngi dan kurus
(lambung berbentuk huruf J). Bentuk lambung sangat berbeda – beda
pada orang yang sama tergantung pada volume isinya,posisi tubuh, dab
fase pernapasan.(8)
Susunan kelenjar lambung tergantung dari letak anatominya.
Kelenjar di daerah cardia terdiri < 5% kelenjar gaster mengandung mukus
dan sel – sel endokrin. Sebagian terbesar kelenjar gaster (75%) terletak
didalam mukosa oksintik mengandung sel – sel leher mukosa, parietal,
chief, endokrin dan sel enterokromafin. Kelenjar pilorik mengandung
mukus dan sel – sel endokrin (termasuk sel – sel gastrin).(1)

2.1.2. Fisiologi

HCL dan pepsin produk yang paling utama yang dapat


menimbulkan kerusakan mukosa lambung. Sekresi asam basal dalam
pola sirkadia tertinggi terjadi pada malam hari dan terendah pagi hari.
Faktor kolinergik melalui nervus vagus dan faktor histaminergik melalui
sumber local dig aster mempengaruhi produksi asam basal tersebut.
Sekresi asam akibat perangsangan dihasilkan dalam tiga fase yang
berbeda tegantung sumber rangsang (sefalik,gastric dan intestinal).(9)
Fase gastric dimulai pada saat makanan masuk kedalam lambung,
komponen sekresi adalah kandungan makanan yang terdapat didalamnya
(asam amino bentuk lain) yang secara langsung merangsang sel G untuk
melepaskan gastrin selanjutnya mengaktifasi sel – sel parietal melalui
mekanisme lansung maupun mekanisme tidak langsung. Peregangan
dinding lambung memicu pelepasan gastrin dan produksi asam.(1)
Fase terakhir (intestinal) sekresi asam lambung dimulai pada saat
makanan masuk ke dalam usus dan diperantarai oleh adanya peregangan
usus dan pencampuran kandungan makanan yang ada.(1)
2.2. ULKUS GASTER

2.2.1. Epidemiologi

Tukak gaster dapat mencerminkan suatu keganasan. Tukak gaster


yang jinak paling sering ditemukan distal dari taut antara antrum dan
mukosa sekretorik asam. Tukak lambung jinak cukup jarang di fundus
lambung dan secara histologis serupa dengan tukak duodeni. (9)
Tukak lambung tersebar diseluruh dunia dengan prevalensi
berbeda tergantung pada sosial ekonomi, demografi, dijumpai lebih
banyak pada pria meningkat pada usia lanjut dan kelompok sosial
ekonomi rendah dengan puncak dekade enam. Insidensi di USA ada 4
juta pasien gangguan asam-pepsin, pervalensi 12% pada pria dan 10%
padaperemepuan dengan angka kematian pasien 15.000 pertahun. Di
Indonesia pada beberapa penelitian ditemukan antara 6 - 15% terutama
pada usia 20-65 tahun dengan puncak faktor risiko pada umur 55 - 65
tahun. Menurut WHO (2011) angka kematian ulkus lambung di Indonesia
mencapai 14.123 per tahun atau 0,99% dari total kematian.(1)

2.2.2. Patofisiologi

Sel parietal/oxyntic mengeluarkan asam lambung HCl, sel


peptik/zimogen mengeluarkan pepsinogen yang oleh HCl diubah menjadi
pepsin dimana HCl dan pepsin adalah faktor agresif terutama pepsi
dengan mileu pH<4. Bahan iritan akan menimbulkan defek barier mukosa
dan terjadi difusi balik ion H+. histamine terangsang untuk lebih banyak
mengeluarkan asam lambung, timbul dilatasi dan peningkatan
permeabilitas pembuluh kapiler, kerusan mukosa lambung, gastritis
akut/kronik dan tukak gaster.(9)
Membran plasma sel epitel lambung terdiri dari lapisan – lapisan
lipid bersifat pendukung barier mukosa. Sel parietal dipengaruhi faktor
genetik, yaitu seseorang dapat mempunyaimassa sel parietal yang
besar/sekresi lebih banyak. Tukak gaster yang letaknya dekat pylorus atau
dijumpai bersamaan dengan tukak duodeni/anteal gastritis biasanya
disertai hipersekresi asam, sedangkan bila lokasinya pada tempat di
lambung/pangastritis biasanya disertai hiposekresi asam.(1)
Tukak terjadi apabila gangguan keseimbangan antara faktor
agresif/asam & pepsin dengan defensif (mukus, bikarbonat, aliran
darah,PG), bisa faktor agresif meningkat atau defensive menurun.
Tukak gaster kebanyakan disebabkan infeksi Helicobacter pylori
(30 – 60%) dan OAINS. Kebanyakan kuman pathogen memasuki barier
dari mukosa gaster, tetapi HP sendiri jarang sekali memasuki epitel
mukosa gaster ataupun bagian yang lebih dalam dari mukosa tersebut.
Biasanya infeksi HP yang terjadi bersifat asimtomatik dimana diperkirakan
terdapat dua miliar penduduk menderita infeksi HP.(1)
Bila HP bersifat patogen maka yang pertama kali terjadi adalah Hp
dapat bertahan di dalam suasana adam di lambung, dan pada akhirnya
HP berkolonisasi di lambung tersebut. Sebagai akibatnya HP berploriferasi
dan dapat mengabaikan system mekanisme pertahanan tubuh yang ada.
Secara singkat defek akhir H. pylori pada saluran cerna bervariasi dan
ditentukan oleh faktor mikroba dan penjamu. Jenis dan distribusi gastritis
berkaitan dengan patologi lambung dan duodenum yang sering dijumpai.
Secara spesifik, adanya gastritis terutama pada korpus mempermudah
timbulnya tukak gaster, atrofi lambung, dan akhirnya karsinoma lambung.
Bebrapa faktor resiko yang mungkin berperan ialah infeksi
H.pylori,merokok, dan konsumsi alkohol.(9)
2.2.3. Gambaran Klinis

Secara umum pasien tukak gaster biasanya mengeluh dispepsia.


Dispepsia secara klinis terbagi atas : 1) Dispepsia akibat gangguan
motilitas; 2) Dispepsia akibat tukak; 3) Dispepsia akibat refluks; 4)
Dispepsia tidak spesifik.
Pada dyspepsia akibat gangguan motilita keluhan yang paling
menonjol adalah perasaan kembung, rasa penuh ulu hati setelah makan,
cepat merasa kenyang disertai sendawa. Pada dyspepsia refluks keluhan
yang menonjol berupa perasaan nyeri ulu hati dan rasa seperti terbakar.
Pasien tukak peptic memberikan ciri – ciri keluhan seperti nyeri ulu
hati, rasa tidak nyaman disertai muntah. Rasa sakit tukak gaster timbul
setelah makan, rasa sakit tukak gaster sebelah kri, rasa sakit bermula dari
satu titik akhirnya difus bisa menjalar ke punggung. Ini memungkinkan
penyakit bertambah berat atau mengalami komplikasi berupa penetrasi
tukak ke organ pancreas.(1)

2.3. Curcuma longa

2.3.1. Deskripsi

Curcuma longa merupakan famili Zingiberaceae dan memiliki nama


lain kunyit, curcuma, safron India. Curcuma longa, ramuan tahunan
keluarga jahe, dibudidayakan secara ekstensif di India, Cina, Indonesia,
dan negara-negara tropis lainnya. Curcuma longa memiliki rimpang tebal,
daun besar, lonjong, dan panjang-petioled. Rimpang adalah bagian yang
digunakan; biasanya direbus, dibersihkan, dan dikeringkan dengan sinar
matahari lalu dipoles.
Gambar 2. Kunyit

Kalsifikasi tanaman kunyit sesuai dengan urutan taksonomi sebagai


berikut :

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Class : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Family : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Species : Curcuma longa linn

Tanaman kunyit tumbuh bercabang dengan tinggi 40-100 cm.


Batang merupakan batang semu, tegak, bulat, membentuk rimpang
dengan warna kekuningan dan tersusun dari pelepah daun (agak lunak).
Daun tunggal, bentuk bulat telur (lanset) memanjang hingga 10-40 cm,
lebar 8-12,5 cm dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat.
Kunyit kuning atau Curcuma longa, ialah ramuan abadi dan
anggota dari keluarga Zingiberaceae (jahe) yang dikenal sebagai kunyit
dan dibudidayakan secara ekstensif di Asia, India, Cina, dan negara-
negara lain dengan iklim tropis. Kunyit telah digunakan secara ekstensif
dalam sistem pengobatan tradisional Cina dan Ayurvedic. Rimpang,
bagian tanaman digunakan sebagai obat.
Kunyit mengandung 4% hingga 14% dari minyak atsiri orange
kuning yang terutama terdiri dari turmerone, atlantone, dan zingiberone;
0,3% hingga 5,4% kurkumin; gula (28% glukosa, 12% fruktosa, 1%
arabinose); resin; protein; vitamin; dan mineral.(7)

2.3.2. Farmakologi Curcuma longa


Kunyit dan turunannya memiliki banyak aktivitas farmakologis.
Meskipun sejumlah komponen menunjukkan aktivitas, komponen minyak
atsiri dan kurkumin diyakini sebagai komponen yang paling aktif. Manfaat
kunyit antara lain sebagai antioksidan yang efektif, antikarsinogenik, anti-
inflamasi, pelindung kardiovaskular, hepatoprotektif, karminatif dan
pelindung gastrointestinal, neuroprotektif, dan agen antimikroba.

1. Efek Antioksidan
Ekstrak kunyit mengerahkan aktivitas antioksidan yang signifikan.
Meskipun ekstrak air dan lemak larut terbukti efektif dalam berbagai model
in vitro dan in vivo, kurkumin adalah komponen yang paling kuat.5-8
Aktivitas antioksidan kurkumin sebanding dengan antioksidan standar
seperti vitamin C dan E dan hydroxyanisole butylated dan butylated
hydroxytoluene.5,9 .
Untuk spesies oksigen aktif, kurkumin sedikit lebih lemah daripada
vitamin C tetapi lebih kuat daripada vitamin E dan superoksida dismutase.
Terhadap radikal hidroksil, kurkumin menawarkan efektivitas yang lebih
baik daripada vitamin ini. Tidak semua sifat antioksidan kunyit adalah
karena kurkumin saja, karena ekstrak kunyit berair lebih efektif melawan
superoksida daripada kurkumin dan jauh lebih kuat dalam menghambat
kerusakan oksidatif pada DNA.7,8 Aktivitas antioksidan kurkumin dapat
menjelaskan sebagian kapasitas antikofogenik dan kardioprotektif dari
bumbu ini (lihat bagian tentang “Efek Anti kanker” dan “Efek
Kardiovaskular”). Studi in vitro dan in vivo juga telah menunjukkan
tindakan antioksidan ini menjadi neuroprotektif.

2. Efek anti kanker

Beberapa manfaat curcumin antara lain menghambat pembentukan


nitrosamine yang menyebabkan kanker, meningkatkan produksi senyawa
pelawan kanker tubuh, seperti glutathione, mempromosikan detoksifikasi
yang tepat dari senyawa-senyawa penyebab kanker, dan mencegah
produksi berlebih dari cyclooxygenase-2, enzim yang dapat berkontribusi
pada perkembangan tumor.

3. Efek Antiinflamasi

Fraksi minyak atsiri dari C. longa telah dibuktikan untuk


menimbulkan aktivitas antiinflamasi dalam berbagai model eksperimental
(misalnya, arthritis yang diinduksi adjuvant Freund, formaldehyde- dan
karragenan-induced paw edema, dan pellet kapas dan granu- loma pouch
test). 28,29 Efeknya dalam penelitian ini sebanding dengan kortison dan
fenilbutazon.

Berdasarkan studi in vitro, curcumin menunjukkan banyak efek


antiinflamasi langsung termasuk penghambatan pembentukan leukotrien,
penghambatan agregasi trombosit, promosi fibrinolisis, penghambatan
respons neutrofil terhadap berbagai rangsangan yang terlibat dalam
proses inflamasi, stabilisasi membran lisosom.(7)
2.3.3. Manfaat gastroprotektif Curcuma longa

Natrium kurkuminat yang terdapat didalam kunyit (Curcuma longa)


ditunjukkan untuk menghambat spasme usus, dan senyawa lain yang
terdapat dari kunyit, p-tolymethylcarbinol, terbukti meningkatkan sekresi
sekretin, gastrin, bikarbonat, dan enzim pankreas, kunyit bermanfaat untuk
integritas lambung. Kandungan tumeric dan kurkumin dapat meningkatkan
kadar musin lambung dan memberikan efek gastroprotektif terhadap
pembentukan ulkus yang disebabkan oleh stres, alkohol, indometasin,
ligasi pilorus, dan reserpine.(7)
2.3.4. Kerangka Teori

Keterangan

: Menghambat

: Menyebabkan/mengandung

: Variabel luar yang dapat dikendalikan

: Variabel luar yang tidak dapat dikendalikan


2.3.5. Kerangka Konsep

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Variabel Antara

: Faktor Yang Diteliti

2.4. Hipotesis

H0 : Terjadi penurunan kadar perdarahan pada gaster setelah pemberian

ekstrak Kunyit kuning (Curcuma longa) tukak gaster tikus putih.

H1 : Tidak terjadi penurunan kadar perdarahan setelah pemberian ekstrak

Kunyit kuning (Curcuma longa) tukak gaster tikus putih.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian Penelitian ini merupakan penelitian true

experimental menggunakan rancangan post test only with control group

design dengan menggunakan hewan coba. Hewan coba yang digunakan

tikus putih galur wistar (Rattus norvegicus). Dengan membandingkan

kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dimana kelompok perlakuan

tersebut diberikan perlakuan berupa pemberian ekstrak kunyit kuning.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Farmasi Fakultas Farmasi

dan Laboratorium Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Muslim

Indonesia. Waktu penelitian dilakukan pada bulan November 2018 selama

3 minggu (1 minggu masa adaptasi dan 2 minggu masa perlakuan).

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Hewan uji yang dipakai adalah 24 ekor tikus putih galur wistar (Rattus

norvegicus), sehat dan mempunyai aktivitas normal, berumur antara 2-3

bulan dengan berat kira-kira 150-200 gram yang kemudian dibagi menjadi

3 kelompok percobaan, yaitu :

a) Kelompok yang diberi diet normal dan plasebo

b) Kelompok yang diinduksikan alkohol absolut


c) Kelompok yang diinduksi alkohol absolut dan ekstrak kunyit

Sampel penelitian ini ditentukan menurut rumus Federer untuk uji

eksperimental, yaitu:

(t-1) (n-1) ≥ 15

Keterangan :

t = kelompok perlakuan

n = jumlah sampel perkelompok

(t-1) (n-1) ≥ 15

(3-1) (n-1) ≥ 15

2n-2 ≥ 15

2n ≥ 17

n ≥ 8.5

Dalam penelitian ini, populasi sampel yang digunakan berjumlah 24

ekor, sehingga tiap kelompok perlakuan berjumlah 8 ekor.

3.4 Teknik sampel

Pengambilan sampel penelitian akan dilakukan secara simple random

sampling pada subyek yang telah dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :

a) Kelompok 1 yang diberi diet normal dan placebo (kontrol)

b) Kelompok 2 yang diinduksikan alkohol absolut

c) Kelompok 3 yang diinduksi alkohol absolut dan ekstrak kunyit


3.5 Kriteria Sampel

Tikus putih jantan, sehat dan mempunyai aktivitas normal, berumur

antara 2-3 bulan dengan berat kira-kira 150-200 gram.

3.5.1 Kriteria Inklusi

1. Tikus putih bergerak aktif.

2. Secara makroskopis tidak ada kelainan morfologi.

3.5.2 Kriteria Eksklusi

1. Tikus sakit / cacat

2. Tikus mati saat penelitiaan berlangsung

3.6 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional Variabel

3.6.1 Variabel Penelitian

a) Variabel Independent

Variabel bebas pada penelitian ini adalah adalah ekstrak kunyit

kuning (Curcuma longa) yang diberikan kepada tikus putih (Rattus

novergicus).

b) Variabel Dependent

Variabel terikat pada penelitian ini adalah gambaran makroskopik

gaster tikus putih (Rattus novergicus).


3.6.2 Definisi Operasional

1. Variabel bebas : Pemberian ekstrak kunyit

Kunyit Rimpang kunyit yang telah mengalami proses penghalusan

hingga menjadi serbuk dan kemudian diekstraksi dan dilarutkan kemudian

di saring, lalu diambil filtratnya sehingga menghasilkan ekstrak yang

murni. Skala yang digunakan dalam variabel ialah skala numerik.

2. Variabel terikat : kerusakan makroskopik mukosa gaster

Perbandingkan preparat lambung antara kelompok perlakuan 2 dan

3 dengan kelompok kontrol. Preparat gaster diamati dibawah cahaya yang

mencukupi dengan sudut pandang berbeda, lalu kemudian menghitung

jumlah tukak serta menilai keparahan tukak dengan mengukur diameter

dari tukak tersebut, kemudian dicatat dan dihitung jumlah persentase

kerusakan yang terjadi. Mukosa lambung dapat diamati dengan member

skor berdasarkan keparahan tukak (Vogel,2002) sebagai berikut :

 Skor 1 : Lambung normal

 Skor 2 : Bintik perdarahan atau jumlah tukak 1, Bintik perdarahan

dengan diameter 0,5mm

 Skor 3 : Jumlah tukak 2-4, Tukak dengan diameter 0,5-1,0mm

 Skor 4 : Jumlah tukak 5-7, Tukak dengan diameter 1,0-1,5mm

 Skor 5 : Jumlah tukak 8-10, Tukak dengan diameter 1,5-2,0mm


 Skor 6 : Jumlah tukak ≥ 10 atau perforasi, Tukak dengan diameter

> 2,0mm atau perforasi


3.7. Alur Peneltian

Tikus putih

Pemberian pakan selama 6 hari


penyesuaian kandang

Induksi alkohol absolut

Pengukuran kadar asam


lambung

Kelompok I Kelompok II Kelompok III


Perlakuan standar Induksi Alkohol Induksi Alkohol
(KK) absolut (K1) absolut Dan Ekstrak
Kunyit (K2)

Intervensi selama 7 hari

Pembedahan organ gaster


pada hari ke 7

Analisis lesi

Kesimpulan
3.8 Instrumen Penelitian

3.8.1 Alat-alat yang digunakan

1. Kandang tikus beserta kelengkapan pemberian pakan dan minum

2. Gelas dan labun ukur

3. Sonde lambung khusus untuk tikus

4. Timbangan

5. Seperangkat alat bedah

6. Alat tulis

7. Handscoen tebal dan tipis, masker

8. Tempat sampah medis dan non-medis

9. Kamera digital

10.Kaca pembesar

3.8.2 Bahan-bahan yang digunakan

1. Hewan coba berupa tikus putih galur wistar (Rattus norvergicus)

yang dipesan khusus serta memenuhi criteria inklusi.

2. Bahan perlakuan berupa :

 Diet standar tikus (Ad2) dan air bersih

 Kunyit (Curcuma longa linn)

3. Alkohol 96%
3.8.3 Penentuan Dosis Ekstrak Kunyit (Curcuma longa)

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya (Joko Santoso, 2017)

bahwa dosi ekstrak kunyit yang digunakan adalah 200mg/200gBB.

3.8.4 Perhitungan Dosis Alkohol Absolut

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya (Helmi Arifin, 2015)

bahwa dosis etanol absolut yang digunakan adalah 1ml/200gBB.

3.8.5 Cara Kerja

Persiapan Hewan Coba

Tikus diadaptasikan terlebih dahulu di lingkungan kandang selama

±7 hari di laboratorium penelitian lantai 1 Fakultas Kedokteran Universitas

Muslim Indonesia selama satu minggu dengan pemberian pakan standar

dan air ad libitum.

Tikus ditempatkan di dalam kandang khusus yang terbuat dari

bahan plastik. Dasar kandang dilapisi dengan sekam setebal 0,5-1 cm.

Cahaya dikontrol agar 12 jam terang (pukul 06.00 sampai dengan pukul

18.00) dan 12 jam gelap (pukul 18.00 sampai dengan pukul 06.00),

sedangkan suhu dan kelembaban ruangan dibiarkan berada pada kisaran

alamiah.

Pemberian pakan selama penyesuaian, selanjutnya diberikan

alkohol absolute 1ml/200gBB secara pesonde pada tikus selama kurang

lebih 2 hari.
Penelitian akan dilakukan berdasarkan langkah I- V yang

dijelaskan dibawah ini :

a. Langkah I : Subjek penelitian dibagi dalam tiga kelompok, masing-

masing kelompok terdiri atas 8 ekor tikus putih galur wistar (Rattus

norvergicus). Kelompok 1 sebagai kelompok kontrol yang hanya

diberikan placebo saja, Kelompok 2 sebagai kelompok kontrol negatif

ialah pemberian placebo serta dibeikan alkohol absolute menggunakan

sonde pada tikus dan kelompok 3 sebagai kelompok kontrol positif ialah

dengan pemberian placebo serta diberikan alkohol absolute dan

ekstrak kunyit (Curcuma longa) dengan menggunakan sonde.

b. Langkah II : Semua subjek penelitian (kelompok 1,2, dan 3)

diadaptasikan dalam lingkungan laboratorium selama kurang lebih satu

minggu dan diberi makan standar yaitu Ad2 dan aquades.

c. Langkah III : Semua subjek penelitian dipuasakan selama 6-7 jam lalu

diberikan alkohol absolut dengan dosis 1ml/200gBB pada kelompok 2

dan 3 alkohol diberikan secara sonde perolral pada hewan coba.

d. Langkah IV : Pemberian alkohol absolut pada kelompok 2 dan 3

dilakukan selama 2 hari berturut secara sonde peroral, pada Kelompok

3 setelah hari ke 2 pemberian alkohol absolut lalu dilanjutkan dengan

pemberian ekstrak kunyit (Cucuma longa) dengan dosis

200mg/200gBB yang diberikan secara sonde peroral.


e. Langkah V : Melakukan pengamatan selama 4 hari setelah pemberian

dosis pada hewan coba, lalu hewan dikorbankan dan memulai untuk

membedah.

f. Langkah VI : Dilakukan pembedahan hewan coba pada setiap

kelompok, denngan membedah abdomen hewan coba. Lambung

dikeluarakan dengan memotong duodenum bagian atas dan esophagus

et cardia sebelumnya keduanya di ikat kemudian injeksikan 2 ml NaCl

fisiologis ke dalam lambung, amati permukaan lambung dengan

menggunakan kaca pembesar serta menghitung jumlah tukak dan

diameter tukak dan membedakan antara satu kelompok dengan yang

lainnya serta mencatat berdasarkan skor keparahan terhadap

terbentuknya tukak.
3.9 Analisis Data

Data yang dikumpulkan dari pengamatan diedit dan

dimasukkan dalam file komputer. Pengolahan, analisis, serta

penyajian data dengan menggunakan program komputer SPSS for

Windows v.23.00. Uji T tidak berpasangan.

3.10 Etika Penelitian

a. Menyertakan surat izin penelitian kepada pihak fakultas

kedokteran Universitas Muslim Indonesia.

b. Menyertakan surat izin dari fakultas kedokteran dan pembimbing

kepada laboratorium yang akan digunakan untuk meneliti.

c. Peneliti menghargai, menghormati, dan mematuhi semua

peraturan, serta norma di tempat penelitian dilakukan.

d. Peneliti menulis semua hasil penggalian dan pengkajian data

secara jujur, benar, tidak ditambah, serta menyatakannya sesuai

dengan keadaan aslinya.


DAFTAR PUSTAKA

1. Taringan P. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. VI. Sudoyo AW,


Setiohadi B, Alwi I, K MS, Setiati S, editors. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2014. 1738 p.

2. Teitelbaum EN, Hungness ES, Mahvi DM. Stomach [Internet].


Twentieth. Sabiston Textbook of Surgery. Elsevier Inc.; 2018. 1188-
1236 p. Available from: http://dx.doi.org/10.1016/B978-0-323-29987-
9.00048-5

3. Deborah N. Khasiat Kulit Pisang Kepok ( Musa acuminata ) sebagai


Agen Preventif Ulkus Gaster Banana Peel ( Musa Acuminata ) as
Preventif Agent for Gastric Ulcer. http://jukeunila.com/wp-
content/uploads/2015/11/17-22-GEMAYANG-DEBO.pdf.
2015;4(November):4–9.

4. Selvanayaki R, Ananthi T. Hepatoprotective Activity of Aqueous


Extract of Lawsonia Inermis against Paracetamol Induced Rats.
2012;2(2):75–7.

5. Eko N. EKSTRAK ETANOL KUNYIT (Curcuma domestica val)


DALAM MENCEGAH PENINGKATAN KEASAMAN LAMBUNG
Rattus norvegicus YANG DIINDUKSI HISTAMIN Nugroho.
2014;3:48–56.

6. L CL, Terra OADA, Benefícios ES, França VF, Sato SW, Claudia E,
et al. Medicinais. 2016;(44):189–94.

7. Murray MT. Curcuma longa (Turmeric). Textb Nat Med [Internet].


2013;702–8. Available from:
http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/B9781437723335000845
8. Snell RS. Anatomi Klinik. 6th ed. Jakarta: EGC; 2014. 218,209,217.

9. longo l., Fauci AS. Harrison Gastroenterologi & Hepatologi. Jakarta:


EGC; 2014. 113,114,115,116,117,118,119.

Anda mungkin juga menyukai