FARMAKOTERAPI I
Disusun Oleh :
2019/2020
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita, sehingga dalam menyusun makalah Farmakoterapi 1
dengan judul Peptic Ulcer Disease ini kita mampu mempelajari dengan baik serta
menyelesaikannya dengan lancar. Sholawat serta salam kita tujukan kepada Nabi
Muhammad SAW. yang dengan jasanyalah kita mampu terbebas dari belenggu
jaman kejahiliyahan menuju jaman yang terang benderang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................... i
BAB I. PENDAHULUAN
1. Latar belakang ...................................................................... 1
2. Rumusan masalah ................................................................. 1
3. Tujuan penulisan .................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
1. Definisi peptic ulcer disease ................................................. 2
2. Epidemiologi peptic ulcer disease ........................................ 2
3. Etiologi peptic ulcer disease ................................................. 3
4. Patofisiologi peptic ulcer disease ......................................... 3
5. Manifestasi peptic ulcer disease ........................................... 4
6. Diagnosa peptic ulcer disease .............................................. 7
BAB III.DRUG OF CHOICE
1. Sasaran terapi ....................................................................... 9
2. Tujuan terapi ........................................................................ 9
3. Strategi terapi ....................................................................... 9
4. Terapi non farmakologi ........................................................ 9
5. Terapi farmakologi ............................................................... 10
BAB IV. STUDY KASUS, MONITORING DAN KIE
1. Study kasus ........................................................................... 34
2. Monitoring............................................................................ 35
3. KIE ....................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekitar 10 % orang Amerika mengalami tukak peptik kronis seumur
hidup mereka . Hal ini terjadi dengan variasi antar individu dengan jenis ulkus
, ras , pekerjaan , kecenderungan genetik , dan sosial usia, jenis kelamin, dan
lokasi geografis yang berbeda. Faktor – faktor ini lebih kecil prevalensinya
jika dibandingan adanya infeksi Helicobacter Pylori dan penggunaan NSAID.
Sejak tahun 1960 , kunjungan dokter terkait ulkus, pada unit rawat inap,
operasi, dan kematian telah menurun di Amerika Serikat oleh lebih dari 50 % ,
terutama karena tingkat penurunan pasien tukak peptik. Penurunan rawat inap
di rumah sakit dapat dilihat dari penurunan penerimaan pasien tukak
duodenum. Namun, untuk rawat inap orang dewasa untuk penyakit komplikasi
terkait tukak (perdarahan dan perforasi ) mengalami peningkatan.
B. Tujuan
Untuk mengetahui tentang penyakit dan pengobatan Peptic Ulcer Disease
C. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Peptic Ulcer Disease?
2. Bagaimana patofisiologi Peptic Ulcer Disease?
3. Bagaimana tujuan pengobatan Peptic Ulcer Disease?
4. Apa saja drug of choice Peptic Ulcer Disease?
5. Bagaimana contoh kasus dan penanganan Peptic Ulcer Disease?
1
BAB II
PEMBAHASAN
Tukak peptik (peptic ulcer disease) adalah lesi pada lambung atau
duodenum yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara faktor agresif
(sekresi asam lambung, pepsin, dan infeksi bakteri Helicobacter pylori) dengan
faktor defensif/ faktor pelindung mukosa (produksi prostagladin, gastric mucus,
bikarbonat, dan aliran darah mukosa) (Berardy dan Lynda, 2005).
2.2 Epidemiologi
2
2.3 Etiologi
Ada beberapa penyebab terjadinya tukak peptik, yaitu:
1. Infeksi Helicobacter pylori (HP)
2. Penggunaan NSAID
3. Hipersekresi asam lambung
4. Kondisi Stress-Related Erosive Syndrome (SRES)
2.4 Patofisiologi
3
NSAID menyebabkan kerusakan mukosa saluran cerna melalui
duamekanisme: iritasitopikal, dan inhibisi sistemik sintesis prostaglandin.
Siklooksigenase (COX) berperan dalam pembentukan Prostaglandin. COX
terdapat dalam dua bentuk: COX-1 dan COX-2. COX-1 menghasilkan
prostaglandin yang dapat melindungi mukosa saluran cerna, sedangkan COX-2
merupakan enzim yang merespon stimulus inflamasi dan menghasilkan
prostaglandin yang berhubungan dengan inflamasi. Penghambatan COX-1
dapat menyebabkan penurunan agregasi platelet dan terjadinya pendarahan
mukosasaluran cerna.
Komplikasi yang dapat terjadi dari tukak peptic adalah pendarahan akibat
erosi bagian ulkus hingga kearteri, perforasi, penetrasi hingga kestruktur
sekitar saluran cerna (pankreas, empedu, hati), dan obstruksi akibat luka atau
udem.
2.5 Manifestasi Klinik
Gejala-gejala ulkus dapat hilang selama beberapa hari, minggu, atau
beberapa bulan dan bahkan dapat hilang hanya sampai terlihat kembali, sering
4
tanpa penyebab yang dapat diidentifikasi. Banyak individu mengalami gejala
ulkus, dan 20-30% mengalami perforasi atau hemoragi yang tanpa adanya
manifestasi yang mendahului.
Nyeri :biasanya pasien dengan ulkus mengeluh nyeri tumpul, seperti
tertusuk atau sensasi terbakar di epigastrium tengahatau di punggung. Hal ini
diyakini bahwa nyeri terjadi bila kandungan asam lambung dan duodenum
meningkat menimbulkan erosi dan merangsang ujung saraf yang terpajan.
Teori lain menunjukkan bahwa kontak lesi dengan asam merangsang
mekanisme reflex lokal yang mamulai kontraksi otot halus sekitarnya. Nyeri
biasanya hilang dengan makan, karena makan menetralisasi asam atau dengan
menggunakan alkali, namun bila lambung telah kosong atau alkali tidak
digunakan nyeri kembali timbul. Nyeri tekan lokal yang tajam dapat
dihilangkan dengan memberikan tekanan lembut pada epigastrium atau sedikit
di sebelah kanan garis tengah. Beberapa gejala menurun dengan memberikan
tekanan local pada epigastrium.
Pirosis (nyeriuluhati) : beberapa pasien mengalami sensasi luka bakar pada
esophagus dan lambung, yang naik kemulut, kadang-kadang disertai eruktasi
asam. Eruktasi atau sendawa umum terjadi bila ambung pasien kosong.
Muntah :meskipun jarang pada ulkus duodenal takter komplikasi, muntah
dapat menjadi gejala ulkus peptikum. Hal ini dihubungkan dengan
pembentukan jaringan parut atau pembengkakan akut dari membrane mukosa
yang mengalami inflamasi di sekitarnya pada ulkus akut. Muntah dapat terjadi
atau tanpa didahului oleh mual, biasanya setelah nyeri berat yang dihilangkan
dengan ejeksi kandungan asam lambung.
Konstipasi dan perdarahan : konstipasi dapat terjadi pada pasien ulkus,
kemungkinan sebagai akibat dari diet dan obat-obatan. Pasien dapat juga dating
dengan perdarahan gastro intestinal sebagian kecil pasien yang mengalami
akibat ulkus akut sebelumnya tidak mengalami keluhan, tetapi mereka
menunjukkan gejala setelahnya.
5
1. Pasien dengan sejarah penyakit tukak peptik, pendarahan GI bagian atas,
komplikasi akibat NSAID, atau penggunaan ulcerogenic medications
(seperti kortikosteroid) atau antikoagulan yang meningkatkan risiko
pendarahan (seperti warfarin dan clopidogrel) berisiko besar menyebabkan
tukak peptik.
2. Usia, kebiasaan merokok, alkohol, dan penyakit kardiovaskular dapat
meningkatkan risiko komplikasi GI dengan NSAID.
3. Beberapa makanan seperti kopi, teh, soda, minuman beralkohol, susu, dan
makanan rempah dapat menaikkan sekresi asam lambung dan
menyebabkan dispepsia.
4. Faktor genetik dapat berisiko menyebabkan tukak peptik, namun belum
diketahui secara jelas.
5. Penderita Zollinger-Ellison’s syndrome (ZES)
6
2.8 Algoritma Terapi
2.9 Diagnosis
Diagnosis tukak peptik terdiri atas uji endoskopik dan non-endoskopik.
Diagnosis infeksi HP dapat dilakukan dengan beberapa pengujian, sedangkan
untuk tukak peptik selain akibat infeksi HP lebihs ederhana.
7
Pengujian untuk HP, dapat dilakukan secara endoskopik maupun
non endoskopik.
Pada pengujian endoskopik, sampel jaringan diambil dari tiga
lokasi dari lambung untuk uji histologi, kultur, dan menganalisis aktivitas
urease. Uji histology dilakukan untuk mengetahui klasifikasi keparahan
gastritis, sedangkan kultur dilakukan untuk menentukan terapi yang sesuai
dan ataua dan yaresistensiantibiotik, dan uji aktivitas urease dilakukan
untuk mendeteksi adanya HP. Pengujian non endoskopik meliputi uji
deteksi antibody serologi, urea breath test (UBT), dan stool antigen test.
Uji serologi mendeteksi antibodi yang dihasilkan akibat infeksi HP. UBT
didasarkan pada aktivitas urease dari HP, dimana pasien akan menghirup
urea – yang kemudian diuraikan menjadi ammonia dan bikarbonat.
Bikarbonat yang dihasilkan akan terabsorpsi kedalam darah dan
diekskresikan melalui nafas. Jumlah bikarbonat yang dihasilkan kemudian
dihitung. Stool antigen test dilakukan untuk mendeteksi antigen HP pada
feses.
Radiologi dan Endoskopi
Diagnosis tukak peptic dengan cara visualisasi luka tukak dapat
dilakukan dengan radiografi atau endoskopi. Radiografi digunakan sebagai
prosedur diagnostic awal pada pasien yang suspek tukak peptic karena
metode ini lebih murah dan lebih aman. Tetapi, jika terjadi komplikasi
atau jika diinginkan diagnosis yang akurat, dapat dilakukan endoskopi
bagian atas.
Uji laboratorium
Uji laboratorium dapat mendukung diagnosis tukak peptik.
Pengujian ini antara lain studi sekresi asam lambung, konsentrasi gastrin
serum puasa, nilai hematokrit dan hemoglobin (umumnya rendah).
Sebelum dilakukan terapi penyembuhan tukak lambung maka perlu
ditentuka penatalaksanaan terapi yang meliputi sasaran terapi, tujuan
terapi, dan strategi terapi.
8
BAB III
DRUG OF CHOICE
9
mengendalikan H. pylori kolonisasi pada individu yang berisiko dan
mungkin memiliki peran dalam mengurangi peradangan mukosa dan
menyembuhkan tukak lambung.
10
Peningkatan absorpsi digoxin; Cyanocobalamin dan vitamin
CMengurangi absorpsicyanocobalamin dan vitamin C.
Efek Samping : Sakit kepala , diare , dan ruam kulit, pruritus , pusing,
kelelahan ,sembelit , mual dan muntah , perut kembung , sakit perut ,
arthralgia , dan myalgia , urtikaria , dan mulut kering . hipersensitivitas
, mengantuk , dan vertigo , depresi.
Pemberian obat :Berikan sebelum makan.
Struktur Kimia
11
Mekanisme : Menekan sekresi asam lambung denganmenghambat
sistemenzim hidrogen/ kalium Adenosin Triphosphatase(H+/K+
ATPase), yang bekerja dalam ‘proton pump’ dari sel parietal lambung
dan selanjutnya menghambat sekresi HCl.
Interaksi Obat :Sama seperti Omeprazolenamun interaksiklinis yang
signifikandengandiazepam, fenitoin, teofilin, atau warfarinbelum
ditemukanpada subyek sehat.
Efek Samping : Sakit kepala, diare, mual, Nefritis, neuropsikiatri
KI : Hipersensitif terhadap pengganti benzimidazol. Hamil dan laktasi.
Perhatian : Terapi jangka panjang harus dilakukan dibawah
pengawasan berkala.
Pemberian obat : Telan utuh, jangan dikunyah atau dihancurkan.
12
Gambar 4. Struktur Pantoprazole
5. Esomeprazole
Indikasi :Terapi refluk esophagitis erosif, terapi simtomayik GERd,
kombinasi terapi dengan antibakteri yang cocok untuk penyembuhsn
H.pylori.
Mekanisme : Menekan sekresi asam lambung denganmenghambat
sistemenzim hidrogen/ kalium Adenosin Triphosphatase(H+/K+
ATPase), yang bekerja dalam ‘proton pump’ dari sel parietal lambung
dan selanjutnya menghambat sekresi HCl.
Interaksi : Kalsium, Mereduksi absorpsi Ca2+ dalam CaCO3 hingga
9,1% ; Diazepam,phenytoin, danwarfarindapat memperpanjang
eliminasi obat-obat tersebut : Dasatinib, ketoconazole , dan itraconazole
Mengurangi penyerapan obat-obat tersebut ; Digoxin, Peningkatan
absorpsi digoxin; Cyanocobalamin dan vitamin C Mengurangi
absorpsicyanocobalamin dan vitamin C.
KI : Hipersensitifitas. Pemberian bersama atazanavir dan nelvinavir,
laktasi, anak < 12 tahun. Untuk tab saja, intoleransi fruktosa,
malabsorbsi glukosa dan galaktosa atau insufisiensi sukrase –
isomeltase.
Efek samping : Nefritis, eksaserbasi vitiligo pada kulit.
13
B. H2 Antagonis
1. Simetidine
Indikasi: tukak lambung maag
Interaksi : asetamizole,cisapride, dofetilide, lomatapide, pimozide,
terfernadine.
Efek samping: pusing, sakit kepala, mual, muntah, diare, mengantuk.
Kontraindikasi : hipersnsitif dengan simetidin atau penggunaan H2
antagonis reseptor lainnya.
Mekanisme : H2 reseptor antagonis memblok H2 reseptor dari sel
pariental gastrik/ lambung sehingga menghambat ekskresi lambung.
Metabolisme: dimeatabolisme di liver, diekskresikan di urin dan feces
Sediaan : injeksi: 150 mg/ml
Oral solution (cairan) sirup : 300 mg/5ml
Oral tablet : 200, 300, 400, 800 mg/oral ; 400 mg per oral/ 12 hari ;
gastrik 800 mg per oral; 300 mg per oral 6 hari.
2. Famotidine
Indikasi: ulkus duodenum, terapi pemeliharaan ulkus duodenum pada
pasien yang baru sembuh dari ulkus aktif, sindroma zolliger allison.
Mekanisme: MemblokirreseptorH2selparietallambung, menyebabkan
penghambatansekresilambung.
Interaksi:
- Serius,gunakan alternatif: atazanavir, dapsone, dasatinib, delvirdine,
digoxin, indinavir, itraconazole, ketokonazole, mefloquin,
nimodipin, nisoldipin, nitrendipin, ponatinib.
- Signinifikan,monitor ketat: ampicilin, karbonil iron, sefdinir,
sefditoren, sefpodoxim, sefurosime, crizotinib.
- Minor : blessed thistle, cyanocobalamin, devil’s claw.
Efek samping : sakit kepala, pusing, konstipasi, diare, artralgia,
trombositopenia, ruam kulit
Sediaan : Injeksi solution : 10 mg/ml ; 0,4 mg/ml
Oral suspensi : 45 mg/5 ml
14
Oral tablet : 10 mg ;20 mg; 40 mg
Tablet kunyah: 10 mg; 20mg
3. Ranitidine
Dosis : Pengobatan: 300mg/hari per oralPemeliharaan: 150mg/hari per
oral
Indikasi: Gastroesophageal, peptik ulser, Kondisihipersekresiasam
lambung, Esofagitis
Mekanisme Kerja: Ranitidin bekerja sebagai histamin H2-antagonis,
yaitu menghambat sekresi histamin yang dimediasi oleh reseptor H2
seperti sekresi asam lambung dan pepsin.
Kontraindikasi: Hipersensitifitas terhadap ranitidine atau H2-reseptor
agonis yang lain
Efek Samping Obat: sakit kepala,diare, pusing, reaksi
hipersensitivitas, mual, muntah,anemia, pankreatitis, trombositopenia
Interaksi Obat:
- Dasatinib : menurunkan efek dasatinib dengan meningkatkan pH
lambung, Digoxin: meningkatkan tingkatatauefekdigoxin dengan
meningkatkan pH lambung,
- Itrakonazol: menurunkan tingkat atau efek itrakonazol dengan
meningkatkan pH lambung,
- Cimetidin: meningkatkan tingkat atau efek ranitidine dalam
kompetisi obat untuk pembersihan tubular ginjal.
- Tolbutamide: meningkatkan tingkat atau efek tolbutamide dengan
meningkatkan pH lambung.
Sifat Fisika kimia:
- Warna: putih-putih kekuningan.
- Bentuk: serbuk kristal, polimorfisme
- Kelarutan: sangat larut dalam air, dan sangat sedikit larut dalam
diklorometana.
15
Gambar 8. Struktur Ranitidin
4. Nizatidine
Dosis : Pengobatan: 300mg/hari per oral, Pemeliharaan: 150mg/hari per
oral
Indikasi: Duodenumulser, Pemeliharaanduodenumulkus
Mekanisme Kerja: Nizatidine bekerja sebagai histamin H2-antagonis,
yaitu menghambat sekresi histamin yang dimediasi oleh reseptor H2
seperti sekresi asam lambung dan pepsin.
Interaksi Obat:
- Dasatinib: menurunkan tingkat atau efek dasatinib dengan
meningkatkan pH lambung.
- Itraconazole: menurunkan tingkat atau efek itraconazole dengan
meningkatkan pH lambung.
- Digoxin: meningkatkan tingkatatauefekdigoxin dengan
meningkatkan pH lambung
- Ampisilin: menurunkan tingkat atau efek ampisilin dengan
meningkatkan pH lambung.
- Tolbutamide: meningkatkan tingkat atau efek tolbutamide dengan
meningkatkan pH lambung.
Kontraindikasi: Hipersensitifitas terhadap nizatidine atau H2-reseptor
agonis yang lain
Efek Samping Obat: Sakit kepala, Nyeri perut, Ansietas, Constipation,
Insomnia, Anemia, Mual/muntah
Sifat Fisika kimia:
- Warna: Hampirputih atau agakkecoklatan
- Bentuk: bubuk kristal
- Kelarutan: Sedikit larutdalam air, dan larutdalammetil alkohol.
16
Gambar 9. Struktur Nizatidine
17
Gambar 10. Struktur sukralfat
Farmakologi
Absorpsi : setelah pemberian oral, Sukralfat diabsorpsi dalam jumlah
kecil dari saluran cerna, kemungkinan disebabkan karena polaritas
yang tinggi dan kelarutan yang rendah dari Sukralfat pada saluran
cerna.2,7;Bioavailabilitas oral (lokal) : komponen disakarida 5%,
aluminium < 0.02%. (1);Distribusi (2) : distribusi ke dalam jaringan
dan cairan tubuh setelah absorpsi sistemik belum ditentukan. Studi
pada hewan, volume distribusi kurang lebih 20% dari berat
badan.;Ekskresi (1,2) : Sukralfat bereaksi dengan asam klorida
dalam saluran cerna, membentuk sukrosa sulfat yang tidak
dimetabolisme. ;Studi pada hewan menunjukkan 90% dosis oral
sukrosa sulfat diekskresi dalam bentuk tidak berubah melalui feses
dalam waktu 48 jam. ;Sejumlah kecil sukralfat (3-5%) diabsorpsi
sebagai sukrosa sulfat, diekskresi dalam bentuk tidak berubah
melalui urin dalam waktu 48 jam.
Stabilitas Penyimpanan : tablet Sukralfat disimpan dalam wadah
tertutup rapat, pada suhu kamar dan stabil selama 2 tahun setelah
tanggal produksi. Suspensi Sukralfat disimpan pada suhu 15-300C,
hindari penyimpanan yang terlalu dingin (beku).
Parameter Monitoring : Berkurangnya rasa tidak nyaman pada
bagian perut/abdomen,perbaikan hasil endoskopik,CBC (Complete
Blood Count),;tanda-tanda dan gejala-gejala dari toksisitas
aluminium terutama pada pasien dengan gagal ginjal kronis atau
pasien yang menjalani dialysis
18
Bentuk Sediaan : Suspensi 500 mg/5 ml, Tablet 500 mg
Peringatan :Antasida dapat digunakan sebagai tambahan pada terapi
dengan Sukralfat untuk mengurangi rasa sakit, tetapi sebaiknya tidak
diminum dalam waktu 30 menit sebelum atau setelah pemberian
sukralfat. ;Penderita gagal ginjal kronis dan pasien dialisis dapat
meningkatkan risiko akumulasi dan toksisitas aluminium.
Pengaruh Anak :Keamanan dan khasiat bagi anak-anak belum ada
informasi.
Pengaruh Kehamilan :Kategori B, tidak ditemukan bukti bahwa
obat yang mengandung aluminium seperti sukralfat dapat
mempengaruhi janin.
Pengaruh Menyusui :Sukralfat disekresi lewat ASI dalam jumlah
kecil, sehingga pemakaiannya perlu hati-hati. Tidak ditemukan data
pemakaian sukralfat pada manusia, dimungkinkan untuk bisa
digunakan.
Informasi Pasien :Diminum dalam keadaan perut kosong, 1 jam
sebelum makan atau 2 jam setelah makan dan sebelum tidur malam.
D. Analog Prostaglandin
1. Misoprostol
Dosis dewasa : oral untuk pelindung gastrointestinal selama terapi
NSAID 200 μg 4x sehari diminum bersama makanan.
Indikasi : untuk pencegahan dan pengobatan ulkus lambung akibat
pemakaian antiinflamasi non steroid
Mekanisme aksi : Misoprostol bersifat antisekretori dan
sitoprotektif yang dapat mencegah ulcer karena penggunaan NSAID
Efek Samping : diare yang tergantung dosis dan biasanya akan
sembuh dengan sendiri jika terapi terus berlangsung. Obat ini
dikontraindikasikan pada wanita hamil karena dapat merangsang
kontraksi uterus. Sakit kepala, dyspepsia, mual, muntah.
Kontraindikasi: ibu hamil
Interaksi: dapat meningkatkan efek oksitosin
19
Sediaan : Tablet 100 μg, 200μg
Peringatan :Untuk pasien yang
menerimakortikosteroidatauantikoagulan melaporkanperdarahan,
muntah, sakit perutyang parah, dan diare. Untukperlindungan pada
gastrointestinal, bahayaterapimisoprostoldanrisiko
kegagalankontrasepsi.
Pengaruh kehamilan : Kategori Resiko X
Pengaruh ibu menyusui : tereksresi dalam ASI
Struktur Kimia
Quadruple therapy × 14 days: Proton pump inhibitor twice a day + metronidazole 500 mg three times daily + (bismuth subsalicylate 525 mg + tetracycline 500 mg four times daily)
20
O r
H2-receptor antagonist twice a day + (bismuth subsalicylate 525 mg + metronidazole 250 mg + tetracycline 500 mg) four times daily
D o s a g e s :
Proton pump inhibitors: H 2 -receptor antagonists:
Omeprazole: 20 mg C i m e t i d i n e : 4 0 0 m g
Lansoprazole: 30 mg F a m o t i d i n e : 2 0 m g
Rabeprazole: 20 mg N i z a t i d i n e : 1 5 0 m g
Pantoprazole: 40 mg R a n i t i d i n e : 1 5 0 m g
Esomeprazole: 40 mg
S e e H o w d e n a n d H u n t , 1 9 9 8 .
21
- Anak-anak dan bayi > 3 bulan (berat <40 kg): 20 mg / kg / hari,
diberikan dalam dosis sama setiap 8 jam atau 25 mg / kg / hari
diberikan dalam dosis sama setiap 12 jam.
22
diare, hemorrhagic colitis, pseudomembranous colitis, hilangnya warna
gigi.
Hematologi : Anemia, anemia hemolitik, trombisitopenia,
trombositopenia purpura, eosinophilia, leukopenia, agranulositosis
Hepatic : AST (SGOT) dan ALT (SGPT) meningkat, cholestatic
joundice, hepatic cholestatis, acute cytolitic hepatitis
Renal : Cristalluria
Kontraindikasi
Kontra indikasi untuk pasien yang hipersensitif terhadap amoksisilin,
penisilin, atau komponen lain dalam obat.
InteraksiObat
Meningkatkan efek toksik: Disulfiram dan probenezid kemungkinan
meningkatkan kadar amoksisilin, warfarin kemungkinan dapat
meningkatkan kadar amoksisilin, secara teori jika diberikan dengan
allopurinol dapat meningkatkan efek ruam kulit.
Menurunkan efek :Kloramfenikol dan tetrasiklin secara efektif dapat
menurunkan kadar amoksisilin, dicurigai amoksisilin juga dapat
menurunkan efek obat kontrasepsi oral.
Peringatan
Pernah dilaporkan: Reaksi hipersensitifitas, meliputi reaksi anaphilaksis
dapat mengakibatkan efek yang fatal (kematian). Penggunaan jangka
panjang, kemungkinan dapat mengakibatkan terjadinya suprainfeksi
termasuk Pseudomembranous collitis. Pada pasien gagal ginjal, perla
penyesuaian dosis. Kasus diare merupakan kasus terbanyak jika
amoksisilin digunakan sendiri.
PengaruhMenyusui
Karena amoksisilin terdistribusi kedalam ASI (air susu ibu) maka
dikhawatirkan amoksisilin dapat menyebabkan respon hipersensitif
untuk bayi, sehingga monitoring perlu dilakukan selama
menggunakan obat ini pada ibu menyusui.
Parameter Monitoring
Pengamatan rutin terhadap: Fungsi ginjal (ClCr); Fungsi Hepar
23
(SGPT, SGOT); Hematologi (Hb); Indikator infeksi : Suhu badan,
kultur
Stabilitas Penyimpanan
Stabilitas obat : amoksilin 125 dan 250 mg kapsul, chewable tablet,
dan serbuk suspensi oral harus disimpan dalam suhu 20°C atau lebih
rendah. Amosisilin 200 dan 400 mg chewable tablet dan salut tipis
disimpan pada suhu 25°C atau lebih rendah
Sifat Fisikokimia
Mengandung tidak kurang dari 90.0% C16H19N3O5S.3H2O dihitung
sebagai anhidrat. Amoksisilin berwarna putih, praktis tidak berbau.
Sukar larut dalam air dan methanol; tidak larut dalam benzena,
dalam karbon tetraklorida dan dalam kloroform. Secara komersial,
sediaan amoksisilin tersedia dalam bentuk trihidrat, serbuk hablur,
dan larut dalam air. Ketika dilarutkan dalam air secara langsung,
akan berbentuk amoksisilin suspensi oral dengan pH antara 5 - 7.5
Bentuk Sediaan
Kapsul, Serbuk Kering Suspensi Oral, Tablet Salut Film, Tablet
Kunyah
InformasiPasien
Untuk menghindari timbulnya resistensi, maka sebaiknya
amoksisilin digunakan dalam dosis dan rentang waktu yang telah
ditetapkan.Amati jika ada timbul gejala ESO obat, seperti mual,
diare atau respon hipersensitivitas.Jika masih belum memahami
tentang penggunaan obat, harap menghubungi apoteker. Jika
keadaan klinis belum ada perubahan setelah menggunakan obat,
24
F. Clarithromysin
Indikasi : Untuk pengobatan ulkus duodenum karena Helicobacter
pylori atau ulkus gastric
Dosis Pemberian Obat
Dosis oral:
Dewasa: FDA menyarankan rejimen yang mengandung
clarithromycin 500 mg PO dua kali sehari dikombinasi dengan
amoxicillin 1000 mg PO dua kali sehari dan lansoprazole 30 mg PO
dua kali sehari selama 10-14 hari.
Bila dikombinasi dengan amoxicillin dan omeprazole:
Dosis oral:
Dewasa: clarithromycin 500 mg POdua kali sehari dikombinasi
dengan amoxicillin 1000 mg PO dua kali sehari dan omeprazole 20
mg PO dua kali sehari selama 10 hari.
Anak-anak†: Clarithromycin 15 mg/kg/day PO (maksimal 500 mg
PO dua kali sehari), diberikan bersama kombinasi dengan
golonganpenghambat pompa proton dan antibiotika lain yang efektif
terhadap Helicobacter pylori, misalnya: amoxicillin (25 mg/kg dua
kali sehari PO hingga 1 g PO dua kali sehari), clarithromycin (7.5
mg/kg dua kali sehari PO hingga 500 mg dua kali sehari), atau
metronidazole (20 mg/kg/day PO hingga 500 mg PO dua kali
sehari). dikombinasikan dengan ranitidine bismuth citrate:
25
Dosis oral:
Dewasa: CATATAN: lebih efektif dalam bentuk kombinasi 3 obat.
Pada dua kombinasi obat, rejimen yang disarankan adalah
clarithromycin 500 mg PO dua kali sehari pada 14 hari pertama
dikombinasi dengan ranitidine bismuth citrate 400 mg (dua kali
sehari); kemudian 14 hari berikutnya dilanjutkan dengan monoterapi
ranitidine citrate untuk melengkapi 28 hari terapi
SifatFisikokimia
Serbuk kristal putih/hampir, praktis tidak larut dalam air, larut dalam
aseton dan diklorometan, agak sukar larut dalam metil alkohol (DIH,
Lexicomp)
Farmakologi
Absorpsi: cepat; makanan akan menunda kecepatan, namun tidak
mengubah jumlah yang diabsorpsi.
Distribusi: sebagian besar jaringan, kecuali susunan saraf pusat
Protein binding: 42% to 50% ;
Metabolisme: melaluiCYP3A4; Bioavailabilitas: 50% ;
Waktu paro eliminasi : Immediate release: Clarithromycin: 3-7 jam;
14-OH-clarithromycin: 5-9 jam;Waktu mencapai puncak : Immediate
release: 2-3 jam Ekskresi: urin (20% - 40%) sebagai obat tidak
berubah; 10% - 15% sebagai metabolit
StabilitasPenyimpanan
Simpan tablet dan granul untuk suspensi pada suhu ruang. Setelah
dilarutkan, suspensi jangan disimpan dalam refrigerator karena akan
berbentuk gel.
Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap klaritromisin atau beberapa antibiotik
makrolida, penggunaan bersama dengan derivat ergot, pimozide,
cisapride.
EfekSamping
1% to 10%: Susunan saraf pusat: Sakit kepala (dewasa dan anak )
Dermatologik: Rash Gastrointestinal: Gangguan pengecap (dewasa
26
3% hingga 7%), diare (dewasa 3% hingga 6%; anak-anak 6%),
muntah (anak-anak 6%), mual (dewasa 3%), nyeri perut (dewasa 2%;
anak-anak 3%), dispepsia 2% Hepatik: peningkatan waktu
Prothrombin (1%) Renal: Peningkatan ureum (4%) ; <1%,
peningkatan alkaline phosphatase, anafilaksis, tidak nafsu makan,
kecemasan, perubahan perilaku, peningkatan bilirubin, bingung,
disorientasi, peningkatan GGT, glositis, halusinasi, gangguan
pendengaran (reversible), disfungsi hepatik, gagal hepar, hepatitis,
hipoglikemia, insomnia, nefritis interstitial, jaundice, leukopenia,
neutropenia, pankreatitis, psikosis, perpanjangan QT, kejang,
peningkatan serum kreatinin, sindroma Stevens-Johnson, stomatitis,
telinga berdenging, lidah lebih gelap, pewarnaan gigi, torsade de
pointes, nekrolisis epidermal toksik, peningkatan transaminases,
tremor, urticaria, takikardi ventrikuler, aritmia ventrikuler, vertigo
InteraksiMakanan
Makanan akan meningkatkan konsentrasi puncak (Cmax) bentuk
tablet dan suspensi sebesar masing-masing 23% dan 56%, namun
AUC-nya tidak berubah. Meskipun demikian, tablet maupun suspensi
dapat diberikan dengan ataupun tanpa makanan
InteraksiObat
Dapat mempengaruhi irama jantung ( perpanjangan QT ) , termasuk
amiodarone , dofetilide , pimozide , procainamide , quinidine , sotalol
, antara lain. Dapat mempengaruhi penghapusan klaritromisin dalam
tubuh yang dapat mempengaruhi kerja klaritromisin contohnya
rifamycins( seperti rifabutin ) , efavirenz , nevirapine
Bentuk Sediaan
Tablet: 250 mg dan 500 mg, suspense
Peringatan
Karena potensial terjadi interaksi, amati adanya aritmia bila obat
diberikan bersama cisapride. Clarithromycin juga dapat meningkatkan
kadar theophylline, beberapa golongan statin, digoxin, warfarin, dan
27
cyclosporine. Clarithromycin dapat diberikan pada pasien yang alergi
terhadap penisilin untuk mencegah endocarditis
Mekanisme Aksi
Seperti obat golongan makrolida lain, klaritromisin mengikat ribosom
subunit 50 S subunit pada ribosom 70 S, hal ini akan menghambat
RNA sehingga sintesa protein bakteri akan terganggu. Clarithromycin
dapat bersifat bakteriostatik ataupun bakterisidal, tergantung pada
konsentrasinya. ;Pada kondisi alkali, akan mempermudah masuk ke
sel bakteri, yang pada kondisi ini clarithromycin ada dalam bentuk tak
terionkan. Clarithromycin juga dapat masuk sel fagosit dan makrofag,
sehingga efektif terhadap organisme yang menginfeksi saluran napas.
28
berlangsung selama 3 hari, agar kuman-kuman penyebab penyakit dapat
terberantas seluruhnya dan untuk mencegah terjadinya resistansi bakteri
terhadap tetrasiklin.
- Anak-anak di atas 8 tahun: sehari 25 - 50 mg/kg berat badan dibagi
dalam 4 dosis, maksimum 1 g. Diberikan 1 jam sebelum atau 2 jam
setelah makan.
Sifat Fisikokimia
Pemerian: serbuk hablur, kuning, tidak berbau, agak higroskopis, stabil
di udara tetapi pada pemaparan terhadap cahaya matahari yang kuat dan
udara lembab akan menjadi gelap. Dalam larutan dengan pH lebih kecil
dari 2, potensi berkurang dan cepat rusak dalam larutan alkali
hidroksida.
Kelarutan: larut dalam air, dalam larutan alkali hidroksida dan dalam
larutan karbonat, sukar larut dalam etanol, praktis tidak larut dalam
kloroform dan dalam eter.
Interaksi Obat
- Golongan tetrasiklin dengan antasida ( termasuk garan alimunium,
kalsium, atau magnsium), garam besi, garan zink. Menyababkan
absorpsi dan kadar serum tetrasiklin turun.
Pengatasan : tetrasiklin diberikan 1 jam sebalum atau 2 jam setelah
antasida.
- Golongan tetrasiklin dengan garam bismuth menyebabkan kadar
serum tetrasiklin turun.
Pengatasan : bismuth diberikan 2 jam setelah tetrasiklin
- Golongan tetrasiklin dengan cholestyramine atau colestipol
menyebabkan absorpsi tetrasiklin turun sehingga kadar serumnya
juga turun.
Pengatasan : bila perlu dilakukan penyesuaian dosis tetrasiklin.
- Golongan tetrasiklin dengan pengalkali urin (contoh: Na. Laktat, K.
Sitrat) menyababkan terjadi peningkatan ekskresi dan penurunan
kadar serum tetrasiklin.
29
Pengatasan : pemisahan waktu pemakaian 3-4 jam atau bila perlu
dilakukan peningkatan dosis tetrasiklin ( jika pH urin naik
signifikan)
- Golongan tetrasiklin dengan anti koagulan oral. Efek antikoagualan
meningkat karena berkurangnya vitamin K yang diproduksi bakteri
dalam usus akibat pemakaian tetrasiklin.
Pengatasan : monitor parameter anti koagualan dan bila perlu dosis
anti koagualan disesuaikan.
- Golongan tetrasiklin dengan kontrasepsi oral. Tetrasiklin
mempengaruhi resirkulasi enterohepatik kontrasepsi steroid,
sehingga menurunkan efeknya.
- Golongan tetrasiklin denga digoxin. Dapat terjadi peningkatan kadar
serum digoxin pada sejumlah kecil pasien ( sekitar 10%).
Pengatasan : monitor kadar digoxin dan tanda-tanda toksisitasnya.
Mekanisme kerja
Menghambat sintesis protein bakteri dengan berikatan pada 30s dan
mungkin juga 50s ribosom sub unit pada bakteri yang sensitif,
kemungkinan juga menghasilkan perubahan pada membran sitoplasma
bakteri.
Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap tetrasiklin atau terhadap komposisi formulasi
yang terdapat dalam obat; jangan diberikan pada anak < 8 tahun, wanita
hamil (kategori d) dan menyusui.
Efek samping obat
Anoreksia, mual, muntah, diare, gossitis, disfagia, enterokolitis, lesi
inflamasi, ruam makulopapular dan eritematosa, fotosensitif.
30
H. BISMUT SUBSALISILAT
Indikasi
Ulkus peptik yang disebabkan oleh bakteri (H.Pylori).Biasanya
dikombinasikan denganPPI, metronidazol, dan tetrasiklin.Efektivitas
regimen tersebut mencapai 93%.
Kontra indikasi : Gangguan ginjal berat
Efek Samping : Mual, muntah, diare, nyeri perut, anoreksia
Dosis
Dewasa : 525 mg (2 regular-strength tablets or 1 extra-strength tablet) +
250 mg metronidazole + 500 mg tetracycline PO q6hr for 14 days, plus
an H2 antagonist (Helidac Therapy pack).
Mekanisme Aksi
Penghambatan aktivitas pepsin, merangsang produksi mukosa, dan
meningkatkan sintesis prostaglandin. Bismut mempunyai efek
antimikroba dan salisilat mempunyai efek antisekretori.
I. METRONIDAZOLE
Indikasi
Metronidazole efektif untuk pengobatan :
1. Trikomoniasis, seperti vaginitis dan uretritis yang disebabkan oleh
Trichomonas vaginalis.
2. Amebiasis, seperti amebiasis intestinal dan amebiasis hepatic yang
disebabkan oleh E. histolytica.
3. Sebagai obat pilihan untuk giardiasis.
Dosis
Dewasa
Untuk pengobatan 1 hari: 2 g 1 kali atau 1 gram 2 kali sehari.
31
Untuk pengobatan 7 hari: 250 mg 3 kali sehari selama 7 hari berturut-
turut
Kontra Indikasi
Penderita yang hipersensitif terhadap metronidazole atau derivat
nitroimidazol lainnya dan kehamilan trimester pertama.
Efek Samping
Mual, sakit kepala, anoreksia, diare, nyeri epigastrum dan konstlpasi.
Mekanisme Kerja
Dalam sel atau mikroorganisme metronidazol mengalami reduksi
menjadi produk polar.Hasil reduksi ini mempunyai aksi antibakteri
dengan jalan menghambat sintesa asam nukleat.
Sifat Fisikakimia
Berbentuk kristal kuning muda dan sedikit larut dalam air atau alkohol.
Metronidazole merupakan obat antibakteri dan anti protozoa sintetik
derivat nitroimidazole yang mempunyai aktivitas bakterisid
Sediaan
Tiap tablet mengandung metronidazol 250 mg.
tablet salut selaput mengandung metronldazol 500 mg.
InteraksiObat
Metronidazole menghambat metabolisme warfarin dan dosis
antikoagulan kumarin lainnya harus dikurangi.
Pemberian alkohol selama terapi dengan metronidazole dapat
menimbulkan gejala seperti pada disulfiram yaitu mual, muntah, sakit
perut dan sakit kepala.
Dengan obat-obat yang menekan aktivitas enzim mikrosomal hati
seperti simetidina, akan memperpanjang waktu paruh metronidazole.
Perhatian
Metronidazole tidak dianjurkan untuk penderita dengan gangguan pada
susunan saraf pusat, diskrasia darah, kerusakan hati, ibu menyusui dan
dalam masa kehamilan trimester II dan III. Pada terapi ulang atau
pemakaian lebih dari 7 hari diperlukan pemeriksaan sel darah putih.
32
Gambar 16. Struktur Kimia Metronidazol
33
BAB IV
objective
1. Terinfeksi bakteri H.pylori
2. riwayat pasien adalah alergi penicilin.
3. Pasien mendapatkan terapi obat vometa 3 x 1, solans 1 x 1 kapsul,
amoxsan 500 mg 3 x 1 tab
Assesment
1. Vometa (Domperidone) 3 x1, sebagai antiemetik (mengurangi
gejala mual muntah).
2. Solans (Lanzoprazole) 1x1 kapsul, sebagai PPI untuk
mengurangi sekresi asam lambung.
3. Amoxsan (Amoxicilin) 500 mg 3x1 tablet, sebagai antibiotik
untuk mengatasi H.pylori
4. Mengkonsumsi obat nyeri (Analgesik/ NSAID)
34
PLAN
A. Farmakologi
1) Vometa (Domperidone) 3 x1, tetap dilanjutkan untuk mengurangi
gejala mual- muntah.
2) Solans (Lanzoprazole) 2 x 1 kapsul 30-60 menit sebelum makan
selama 10 hari.
3) Metronidazole 500 mg 2 x 1 tab bersamaan dengan makan dan
tidur selama 10 hari.
4) Clarithromycin 500 mg 2 x 1 tab Bersamaan dengan makan dan
tidur Selama 10 hari. Sebagai antibiotic untuk menghindari resist
5) Apabila terdapat penggunaan NSAID, maka pengobatan
dihentikan, Paracetamol 650 mg 3x1 tab
B. Non Farmakologi
1) Mengurangi stress
2) Mengurangi Merokok
3) Menghentikan penggunaan NSAID.
4) Menghindari makanan pedas, asam (jeruk, tomat), kafein, alcohol,
dan makanan tinggi garam
4.2 Monitoring
Monitoring objektif :
1. Cek rutin kultur H.pylori
2. Monitoring kecenderungan kolonisasi dan penyakit
gastrointerstinal bagian atas pada berbagai populasi dapat
memberikan gambaran kecenderungan terjadinya infeksi H.pylori.
3. Monitoring penggunaan NSAID jika pasien mengkonsumsi
NSAID
Monitoring subjektif :
1. Monitoring kondisi pasien dan rasa nyeri
2. Monitoring gaya hidup dan pola makan pasien
3. Monitoring keparahan penyakit
35
4.2 KIE
1. Hindari atau kurangi stress, merokok, dan penggunaan NSAID
(termasuk piroksikam). Jika piroksikam masih digunakan, diberi
jeda 1-2 jam setelah makan.
2. Hindari makanan dan minuman (seperti : makanan pedas, kopi,
alkohol) karena dapat menyebabkan dispepsia atau memunculkan
gejala tukak.
3. Penggunaan obat yang rutin dapat mengurangi/menyembuhkan
penyakit
36
Daftar Pustaka
37