Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

ANALISIS MAKANAN DAN MINUMAN II

Disusun Oleh :

Anggun Try Wijayanti (1601011320002)

Bagas Anggoro Agung (1601011310005)

Mahmuudah (1601011320014)

Rimba Aryo Gustanto (1601011310020)

PROGRAM STUDI D-III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Vitamin adalah komponen tambahan makanan yang berperan sangat penting dalam gizi
manusia. Banyak vitamin tidak stabil pada kondisi pemrosesan tertentu dan penyimpanan, dan
karena itu kandungan vitamin dalam makanan yang diproses dapat sangat menurun. Vitamin
sintetik dipakai secara luas untuk menggantikan vitamin yang hilang dan untuk mengembalikan
kandungan vitamin dalam makanan. Beberapa vitamin berfungsi sebagai koenzim yang tanpa
vitamin itu enzim tersebut tidak efektif sebagai biokatalis (deMan, 1997).

Vitamin adalah senyawa organik yang diperlukan tubuh dalam jumlah yang sangat kecil dan
harus disuplai dari makanan karena tubuh tidak dapat menyintesisnya. Suatu vitamin minimal
menunjukkan satu fungsi metabolik khusus. Istilah vitamin digunakan oleh Casimir Funk pada
tahun 1912 yang meneliti tentang penyakit beri-beri. Vita menunjukkan senyawa yang
diperlukan oleh tubuh, sedangkan amine berarti mengandung nitrogen, maka kemudian istilah
amine diganti dengan amin, sehingga lebih dikenal dengan vitamin (Muchtadi, 2009).

Secara umum pengertian vitamin adalah suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan
oleh tubuh kita yang berfungsi untuk membantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh. Tanpa
vitamin manusia, hewan dan makhluk hidup lainnya tidak akan dapat melakukan aktifitas hidup .
Walaupun vitamin memiliki banyak jenis akan tetapi secara umum vitamin bekerja dengan cara
menggalakkan reaksi kimia tertentu dalam suatu proses metabolisme. Jika kekurangan vitamin
dapat memperbesar peluang terkena penyakit pada tubuh kita.

Ada dua golongan vitamin, yaitu vitamin yang larut dalam lemak dan vitamin yang larut dalam
air. Vitamin yang larut dalam lemak adalah vitamin A, D, E, dan K. sedangkan vitamin yang
larut dalam air adalah B (thiamin, riboflavin, niacin, piridoksin, asam pantothenat, biotin,
sianokobalamin, choline, inositol) dan vitamin C. Kedua golongan vitamin ini mempunyai sifat
umum yang berbeda-beda. Ada beberapa senyawa yang berhubungan dengan vitamin, yaitu
antivitamin, yang kerjanya dapat merusak struktur vitamin, dan antagonis vitamin, yang kerjanya
dapat dapat berkompetisi dengan vitamin (Proverawati, 2011).

Vitamin bukanlah sumber energi, tetapi vitamin melakukan fungsi regulator (pengatur). Vitamin
bekerja sama dengan enzim dalam beberapa reaksi kimia. Vitamin juga penting untuk
pertumbuhan, pemeliharaan kesehatan, dan reproduksi. Vitamin harus ada dalam tubuh manusia
walaupun hanya dalam jumlah kecil karena memiliki fungsi khusus dan tidak dapat digantikan
(Pratiwi, 2007). Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu mengkonsumsi vitamin dalam
kadar yang dibutuhkan oleh tubuh. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menganalisis
vitamin, yaitu dengan cara kualitatif dan kuantitatif. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka
“Analisis Vitamin” kami gunakan sebagai judul dari paper kami.

1.2 Tujuan

1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian vitamin. 


2. Mahasiswa dapat mengetahui fungsi vitamin. 


3. Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi vitamin 


4. Mahasiswa dapat mengetahui cara analisis vitamin 



BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Vitamin

Vitamin berasal dari gabungan kata bahasa Latin vita yang artinya "hidup" dan amina
(amine) yang mengacu pada suatu gugus organik yang memiliki atom nitrogen (N), karena pada
awalnya vitamin dianggap demikian. Kelak diketahui bahwa banyak vitamin yang sama sekali
tidak memiliki atom N. Dipandang dari sisi enzimologi (ilmu tentang enzim), vitamin adalah
kofaktor dalam reaksi kimia yang dikatalisasi oleh enzim. Pada dasarnya, senyawa vitamin ini
digunakan tubuh untuk dapat bertumbuh dan berkembang secara normal. (Wikipedia,2014)

Vitamin merupakan bahan makanan bukan penghasil energi, sehingga harus diberikan
dalam makanan sehari-hari untuk mendapatkan kesehatan yang optimal. Vitamin merupakan
senyawa-senyawa organik yang memegang peranan penting dalam berlangsungnya berbagai
proses vital di dalam tubuh. Masing-masing vitamin memegang peranan yang spesifik yang pada
akhirnya dapat memengaruhi organisme keseluruhannya. Vitamin memiliki peran sangat penting
untuk pertumbuhan, pemeliharaan kesehatan, dan fungsi-fungsi tubuh lainnya agar metabolisme
berjalan normal (Sirajuddin, 2012).

2.2 Fungsi Vitamin

Vitamin memiliki peranan spesifik di dalam tubuh dan dapat pula memberikan manfaat
kesehatan. Bila kadar senyawa ini tidak mencukupi, tubuh dapat mengalami suatu penyakit.
Tubuh hanya memerlukan vitamin dalam jumlah sedikit, tetapi jika kebutuhan ini diabaikan
maka metabolisme di dalam tubuh kita akan terganggu karena fungsinya tidak dapat digantikan
oleh senyawa lain. Gangguan kesehatan ini dikenal dengan istilah avitaminosis. Contohnya
adalah bila kita kekurangan vitamin A maka kita akan mengalami kerabunan. Di samping itu,
asupan vitamin juga tidak boleh berlebihan karena dapat menyebabkan gangguan metabolisme
pada tubuh.

Fungsi Vitamin secara umum berhubungan sangat erat dengan fungsi enzim, terutama
vitamin - vitamin kelompok B. Ada banyak jenis-jenis vitamin yang memiliki fungsi-fungsi
tersendiri. Fungsi vitamin secara umum antara lain sebagai berikut:

– Mengatur zat dalam tubuh
 Berfungsi menguatkan gigi dan tulang



– Mempercepat Pertumbuhan
 Memperkuat daya tahan tubuh terhadap penyakit

– Mempercepat proses dalam penyembuhan penyakit
 Menjaga dan meningkatkan
kebugaran tubuh

– Memperlambat dalam proses penuaan

– Membangun sistem kekebalan tubuh atau sistem imun
 Menjaga tubuh tetap segar dan
menghilangkan rasa capek
 Vitamin juga diperkirakan berfungsi sebagai katalisator
dalam reaksi biokimia tubuh

Selain itu vitamin berperan sebagai antioksidan, yakni zat untuk menghindari terjadinya bebas
(free radikal bebas).

Klasifikasi Vitamin memiliki dua kelompok yaitu :

– Water Soluble Vitamin atau vitamin yang dapat larut dalam air seperti vitamin C dan
vitamin B.
– Fat Soluble Vitamin atau vitamin yang dapat larut dalam lemak seperti vitamin A,D,E
dan vitamin K (Apryani, 2013).

2.3 Klasifikasi Vitamin


2.3.1 Vitamin Larut Lemak

Vitamin yang larut di dalam lemak dalam takaran yang besar akan berbahaya bagi tubuh
karena jenis vitamin ini tidak dapat diekskresikan keluar dan akan tersimpan di dalam tubuh.
Adapun vitamin larut larut itu terdiri atas vitamin A, D, E, dan K.

a) Vitamin A

Vitamin A dikenal luas memiliki manfaat besar untuk mata. Namun selain itu vitamin A
memiliki banyak manfaat lainnya seperti berperan dalam perkembangan janin dan menghambat
timbulnya kanker. Vitamin A juga berfungsi untuk menjaga kesehatan kulit, dan sangat penting
untuk indra penglihatan agar tetap sehat serta menjaga imunitas tubuh. Penyebab penyakit yang
kekurangan Vitamin A yaitu penyakit Katarak, Rabun Senja, Keratomalacia (Perusakan Kornea),
Hyperkeratosis (benjolan putih pada folikel rambut). Sumber makanan yang mengandung
vitamin A : Jenis buah-buahan yang memiliki warna Merah dan Kuning seperti; wortel, pepaya,
pisang, cabe merah, labu kuning, margarine, susu, serta sayuran yang memiliki warna hijau
seperti; bayam.

b) Vitamin D

Vitamin D ini memiliki provitamin D di bawah kulit kita yang bisa berubah menjadi vitamin
D ketika kita mendapatkan sinar matahari yang cukup terutama di pagi hari. Fungsi vitamin ini
memiliki peranan penting untuk gigi dan tulang, mencegah penyakit rahkitis atau yang disebut
pelunakan tulang pada anak-anak, serta dapat membantu tubuh menggunakan kalsium dan
phosphor. Jika kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan Rheumatoid arthritis atau radang
sendi, diabetes, rahkitis serta Penyakit Osteomalasia atau hilangnya unsur fosfor dan kalsium
secara berlebihan. Sedangkan makanan yang mengandung vitamin D seperti Susu, udang,
paparan sinar matahari, tiram, kedelai, jamur, hati, telur dan ikan.

c) Vitamin E

Vitamin ini sangat dikenal oleh wanita karena memiliki manfaat yang penting untuk kulit.
Vitamin ini berfungsi untuk menjaga kesegaran tubuh, keremajaan kulit dan mencegah
kerusakan kulit akibat paparan sinar ultraviolet. Macam-macam manfaat vitamin selanjutnya
adalah vitamin E yang memiliki fungsi penting untuk kelancaran fungsi darah dalam melakukan
tugasnya, menjaga kesehatan kulit, mata, darah merah dan hati, sebagai antioksidan
alami,melindungi paru- paru dari polusi udara serta dapat mencegah asam lemak yang
berlebihan. Akibat kekurangan vitamin ini dapat menimbulkan kemandulan, gangguan saraf dan
otot. Makanan yang mengandung jenis vitamin E yaitu Gandum, padi-padian, minyak sayur,
ragi, lobak, kuning telur, cabe rawit, tomat, dan jagung.

d) Vitamin K

Vitamin K yang mempunyai fungsi sebagai membantu metabolisme tubuh serta dapat
mencegah penyakit diabetes, dapat menurunkan resiko terkena penyakit osteoporosis dan dapat
menekan proses pendarahan akibat pemakaian senyawa aspirin atau antibiotik yang berlebihan.
Kekurangan vitamin K bisa menyebabkan gusi berdarah, mudah memar, menurunnya kepadatan
tulang serta dapat menghambat pembekuan darah. Vitamin ini bisa didapatkan diantaranya dari
alpukat, anggur, bluberi, asparagus, peterseli atau parsley dan kiwi.

2.3.2 Vitamin Larut Air

Vitamin larut air dapat diekskresikan ke dalam urine sehingga takaran yang besar tidak
membahayakan kesehatan. Akan tetapi jenis vitamin larut air biasanya lebih sering ditemui kasus
kekurangan pada manusia. Adapun yang termasuk vitamin larut air ini adalah vitamin B
Kompleks dan vitamin C.

a) Vitamin B Kompleks

Vitamin B Kompleks para umumnya memiliki fungsi untuk membantu proses pencernaan
makanan. Vitamin ini memiliki banyak jenis dengan fungsi yang masing-masing berbeda dalam
proses metabolisme. Yang termasuk jenis vitamin B adalah sebagai berikut :

 Vitamin B1

Vitamin B1 memiliki fungsi yang sangat penting untuk system saraf dan fungsi
jantung serat dapat mencegah penyakit beri-beri. Akibat kekurangan vitamin ini bisa
mengalami penyakit beri-beri, kulit kering, kulit bersisik, serta dapat mengalami
penurunan daya tahan tubuh, nafsu makan menjadi berkurang dan susah untuk buang air
besar. Adapun sumber makanan yang mengandung vitamin B1 seperti kacang hijau,
daging, kacang kedelai, susu, tepung, roti, ayam, daging tanpa lemak, ikan dan lain-lain.

 Vitamin B2

Memiliki Fungsi yang penting untuk kulit, pertumbuhan jaringan tubuh, serta dapat
mencegah kepekatan mata terhadap cahaya. Sedangkan akibat kekurangan vitamin B2
dapat menimbulkan terjadinya penyakit Ariboflavinosis, dapat menyebabkan kulit kering,
mulut kering, bibir pecah-pecah, kulit bersisik serta dapat menurunnya daya tahan tubuh.
Sedangkan makanan yang mengandung vitamin ini meliputi susu, sayur hijau yang
berdaun, daging tanpa lemak, kacang hijau, pisang dan sebagainya.

 Vitamin B3

Mempunyai fungsi sebagai membantu makanan menjadi energy, mencegah penyakit
pellagra, membantu system saraf,serta dapat membantu dalam mencegah berkurangnya
nafsu makan. Adapun penyakit yang akan timbul ketika kekurangan vitamin ini seperti
Penyakit Pellagra, dan akan merasakan badan lemas, otot mudah keram dan kejang serta
insomnia. Makanan yang mengadung vitamin B3 seperti roti, daging sapi, ikan (salmon
dan tuna), telur, Brokoli, susu, hati, ragi, asparagus.

 Vitamin B5

Berfungsi untuk membantu pemecahan nutrisi makanan ( trutama pada lemak ),
memproduksi senyawa asam lemak, neurotransmiter , sterol, hormon tubuh serta dapat
menjaga komunikasi system saraf dan otak. Jika kekurangan vitamin ini dapat
menyebabkan penyakit Paresthesia, sulit tidur, kulit kering dan bersisik, dan otot mudah
kram, adapun makanan yang mengandung vitamin ini seperti daging , sayur-
sayuran,brokoli, dan avocado.

 Vitamin B6

Vitamin B6 memiliki fungsi yang penting untuk menjaga kesehatan gigi dan gusi,
serta sangat penting untuk sel-sel darah merah dan system saraf serta mampu
menghasilkan antibodi. Penyakit yang timbul dari kekurangan vitamin ini dapat
menimbulkan penyakit anemia atau kekurangan darah serta dapat mengakibatkan
terjadinya gangguan dalam system saraf. Makanan yang mengandung B6 seperti Kacang-
kacangan daging, pisang, dan saur- sayuran.

 Vitamin B7

Fungsi vitamin B7 dapat membantu raksi biokimia tubuh seperti transfer
karbondioksida dan metabolisme karbohidrat dan lemak. Makanan yang mengandung
vitamin ini meliputi Gandum, daging, kacang-kacangan, pisang, kuning telur dan ragi.
Penyakit yang akan timbul Karen kekurangan vitamin ini diantaranya depresi, Dermatitis,
anemia, Enteritis, nusea, dan kerontokan rambut.

 Vitamin B9

Memiliki fungsi yang dapat mencegah kecacatan pada janin, menurunkan resiko
penyakit jantung, serta dapat membantu dalam proses metobolisme protein yang
berlangsung dan dapat membangun sel-sel darah merah yang sehat, sangat cocok untuk
yang sedang mengandung agar janin terjaga akan kesehatannya. Akibat kekurangan
vitamin ini yaitu dapat terjadinya kecacatan pada janin. Sumber makanan yang
mengandung vitamin ini seperti; bayam, biji bunga matahari, jeruk, telur, hati dan kacang
polong.

 Vitamin B12
Memiliki fungsi untuk menjaga kesehatan sistem saraf, sangat penting untuk
membantu dalam pertumbuhan anak-anak, serta dapat mencegah penyakit anemia.
Penyakit yang timbul akibat kekurangan vitamin ini dapat menimbulkan anemia serta
cepat lelah. Makanan yang mengandung vitamin B12 yaitu daging, susu, hati, telur dan
ikan.

b) Vitamin C


Vitamin ini memiliki fungsi untuk menjaga kesehatan gigi dan gusi serta tulang, mencegah
penyakit kudis, dapat meningkatkan daya tahan tubuh, dapat membentuk sel-sel tubuh dan
pembuluh darah, serta sebagai antioksidan. Dampak kekurangan vitamin C yaitu Sariawan, lidah
pecah-pecah, anemia, dan penyakit kudis. Sumber makanan yang mengandung vitamin C seperti
jeruk, strawberry, tomat, arbei, susu, mentega, asparagus dan ikan.
2.4 AnalisisVitamin


Ada dua cara yang dapat digunakan untuk menganalisis vitamin, yaitu dengan cara kualitatif
dan kuantitatif. Berikut adalah beberapa metode yang dapat digunakan untuk menganalisis
vitamin, meliputi;

2.4.1 Vitamin A (Retinol)

A. Uji Kualitatif
1) Uji Identifikasi Vitamin A dengan Pereaksi Carr-Price
Prinsip :

Berdasarkan penambahan kloroform dan asam asetat anhidrid. Selanjutnya dibubuhkan


seujung sendok kristal SbCl3 ke dalamnya sehingga terbentuk warna biru yang akan
berubah menjadi merah coklat berarti positif vitamin A.

Cara Analisis :

1. Disiapkan alat dan bahan 


2. Dimasukkan 5 tetes minyak ikan ke dalam tabung reaksi 


3. Ditambahkan 10 tetes kloroform, kemudian homogenkan dengan baik 


4. Ditambahkan 2 tetes asam asetat anhidrit 


5. Selanjutnya, dibubuhkan seujung sendok Kristal Sbcl3 ke dalamnya 


6. Perhatikan perubahan warna 


7. Jika terbentuk warna biru yang akan berubah menjadi merah coklat berarti vitamin A

positif. 


2) Uji Identifikasi Vitamin A dengan Pereaksi Trikloroasetat (TCA) Prinsip :

Berdasarkan penambahan pereaksi asam trikloroasetat dalam kloroform amati warna yang
terjadi bila timbul warna biru kehijauan menandakan positif vitamin A.

Cara Analisis :
1. Disiapkan alat dan bahan .

2. Dimasukkan 5 tetes minyak ikan ke dalam tabung reaksi 


3. Tambahkan 1 ml pereaksi asam trikloroasetat dalam kloroform 


4. Dihomogenkan dengan baik 


5. Amati warna yang terjadi, jika timbul warna biru kehijauan menandakan positif


 vitamin A. 


B. Uji Kuantitatif

Prinsip :

Vitamin A akan terekstrak ke dalam larutan organik. Semua transretinol dan 13 cisretinol
diukur dengan HPLC dengan kolom silika. HPLC adalah metode yang akurat digunakan
dalam pengukuran vitamin A.
 Metode Kromatografi (HPLC) :

1. Preparasi Sampel
 Dimasukkan sebanyak 40 mL sampel (makanan formula atau susu


cair) ke dalam tabung digesti 100 ml, tambahkan 10 ml etanolik pirogallol (2%
pirogallol dalam 95% etanol) dan sabunkan dengan etanolik KOH (10% KOH dalam
90% etanol) pada suhu ruang selama 18 jam.
 Ekstraksi
 Pipet 3 ml sampel yang
telah terdigesti ke dalam tabung sentrifus 15 ml dan tambahkan 2 ml air. Ekstrak dengan
7 ml heksan-dietileter (85:15). Ulangi ekstraksi sebanyak dua kali. Masukkan sampel
terekstrak ke dalam tabung volumetrik 25 ml. Tambahkan 1 ml heksadekan (heksadekan
(1) + hexan (100)) dan diencerkan sampai 25 ml dengan heksan. Pipet 15 ml ekstrak
yang sudah diencerkan ke dalam tabung sentrifus dan uapkan dengan nitrogen. Larutkan
residu dalam 0,5 ml heptan.


Parameter Kromatografi :
a) Kolom : 15 cm x 4.5 mm dipadati dengan 3 mm silika (Apex m silika) 

b) Fase gerak : Isokratik, heptane dan isopropanol (1-5%) 

c) Deteksi : UV , 340 nm 

d) Flow rate : 1-2 ml/menit 


Perhitungan Kadar 

area puncak sampel
𝑥 {standar vit 𝐴}𝑥 volumeakhir(mL)x fp
area puncak standar
kadar vitamin A = bobot sampel

2.4.2 Vitamin D (Kalsiferol)

A. Uji Kualitatif
Prinsip :
Berdasarkan penambahan larutan H2O2 5% dihomogenkan kemudian dipanaskan lalu
didinginkan. Selanjutnya dilakukan uji dengan pereaksi Carr-price. Amati perubahan
warna jika berwanra jingga kuning berarti positif vitamin D.

Cara Analisis :

1. Disiapkan alat dan bahan.


2. Dimasukkan masing-masing 10 tetes minyak ikan ke dalam 2 tabung reaksi.
3. Ditambahkan 10 tetes larutan H2O2 5%.
4. Dikocok campuran kira-kira 1 menit.
5. Dipanaskan di atas api kecil perlahan-lahan sampai tidak ada gelembung-gelembung gas
yang keluar. Usahakan jangan sampai mendidih.
6. Dinginkan tabung dibawah air kran.
7. Dilakukan uji dengan uji pereaksi Carr-Price
8. Amati perubahan warna yang terjadi. Adanya warna jingga kuning berarti positif vitamin

D. 


B. Uji Kuantitatif

Prinsip :

Analisis vitamin D pada umumnya menggunakan analisis Bioassay (analisis menggunakan


hewan percobaan atau manusia), dimana analisis kadarnya menggunakan spektrofotometer
pada panjang gelombang 550 nm. Perhitungan kadarnya menggunakan kurva standar.

Cara Analisis :

Metode utama analisis kadar vitamin D adalah secara bioassay. Karena ada perbedaan nilai
antirachitis vitamin D dari berbagai sumbernya.
1. Preparasi sampel & Persiapan alat dan bahan
2. Periode deplesi (penghabisan) : pemberian diet Rachitogenic selama 18-25 hari. Tikus yang
digunakan berumur ≤ 30 hari dengan berat badan ≥ 44 g tetapi ≤ 60 g.
3. Pengujian : mulai hari terakhir deplesi sampai 8 atau 11 hari setelah deplesi. Selama
pengujian, tikus terdeplesi diberi vitamin D dengan jumlah diketahui (standard) dan tidak
diketahui (sampel).
4. Jumlah vitamin dalam sampel ditentukan dari warna tulang tibia (tulang kering) proximal
paling akhir atau tulang radius atau ulna distal paling akhir.
5. Dimasukkan 2 ml larutan yang diuji dalam tabung spektrometer dan ditambah 4 ml larutan
jenuh Antimoni-trikhlorida dalam khloroform bebas air.
6. Ditunggu 10-15 menit dan serapannya dibaca pada 500 nm.
7. Kadar vitamin D dapat dihitung dengan persamaan kurva standar.
Perhitungan Kadar :
{I−b}
µg Tiamin HCl tiap 5 mL larutan uji = s−d

2.4.3 Vitamin E (Tokoferol)


A. Uji Kuantitatif
Prinsip :

 Untuk produk makanan umumnya : sampel disaponifikasi dengan reflux, diekstrak


dengan heksan dan diinjeksi ke dalam fase normal kolom HPLC yang disambungkan
pada detektor fluoresensi.
 Untuk Margarin dan Minyak nabati : sampel dilarutkan dalam heksan, MgSO4
ditambahkan untuk mengganti air kemudian difilter dan diuji dengan HPLC.
 Untuk minyak : dilarutkan dalam heksan dan diinjeksi secara langsung ke dalam kolom
HPLC.

Metode Kromatografi (HPLC) :

 Produk makanan umum



Tambahkan 10 ml pirogallol 6 % ke sampel, campurkan dan aliri dengan N2. Panaskan
pada suhu 70°C selama 10 menit dengan sonikasi. Tambahkan 2 ml KOH 60 %,
campurkan dan aliri dengan N2. Dipanaskan selama 30 menit pada suhu 70°C. Sonikasi
selama 5 menit, dinginkan pada suhu ruang dan tambahkan NaCl dan air. Ekstrak dengan
heksan (0,1% BHT) sebanyak 3 kali. Tambahkan 0,5 g MgSO4 dan homogenkan.
Saringlah dan encerkan sampai volume dengan heksan dan injeksi 20 
 µl. 

 Margarin dan minyak nabati 
 Tambahkan 40 ml heksan (0,1% BHT) ke dalam 10 g
sampel dan homogenkan. 
 Tambahkan 3 g MgSO4 dan campur, biarkan ≥ 2 jam.
Saringlah dan encerkan sampai 
 volume dengan heksan. Injeksi 20 µl. 

 Parameter Kromatografi 
 - Kolom : Hibar RT, Lichrosorb Si60 5µm, 25 cmx4.6 mm
- Fase gerak : 0,9% isopropanol dalam heksan
- Flow : 1 ml/menit

- Detektor-fluoresensi, Ex = 290 nm, Em = 330 nm 


Perhitungan Kadar :
area puncak sampel
𝑥 {standar vit E} 𝑥 volume akhir (mL) 𝑥 fp
area puncak standar
kadar vitamin E = bobot sampel

2.4.4 Vitamin K (Menadion)


A. Uji Kuantitatif
Prinsip :
Prinsip yang digunakan dalam analisis vitamin K adalah ekstraksi vitamin kobalamin
dengan asam asetat. Sampel dan standar pembanding yang mengandung vitamin kobalamin
disuntik ke kolom HPLC pada panjang gelombang yang telah ditentukan.

Cara Analisis
Ekstraksi vitamin K diawali dengan penimbangan sampel (contoh; keong macan, kerang
salju, atau kerang tahu) sebanyak 2-5 gr yang mengandung sekitar 40 mikrogram vitamin B12
dimasukkan ke dalam tabung reaksi tertutup. Bufer asetat sebanyak 20 ml dan 0,2 ml larutan
kalium-sianida ditambahkan pada tabung reaksi. Tabung dimasukkan ke dalam penangas air
mendidih selama 30 menit, lalu didinginkan dan diencerkan sampai 50 ml dengan air suling
dan disaring dengan kertas whatman 42. Homogenisasi selama 5 menit dengan ultrasonic dan
didiamkan pada suhu ruang sampai dingin. Penambahan 25 ml metanol dan ditepatkan sampai
volume 50 ml dengan asam asetat 2 %. Sampel disentrifuse pada 4000 rpm selama 30 menit.
Supernatan dipisahkan untuk disuntikkan ke HPLC, dengan kondisi HPLC sebagai berikut :

 Fase gerak : H2O pH 2
 Kolom : C18
 Kecepatan aliran : 0,5 ml/menit Pompa : 515
HPLC pump Injector : Cecil 1100 series Program : Isokratik
 Detektor : UV visible Panjang gelombang : 280 nm Sensitivitas : 0,01 AUFS Suhu :
kamar
 Tekanan : 6000 psi

Perhitungan Kadar
area puncak sampel
𝑥 {standar vit K} 𝑥 volume akhir (mL) 𝑥 fp
area puncak standar
kadar vitamin K = bobot sampel

2.4.5 Vitamin C (Asam Askorbat)


A. Uji Kualitatif
Prinsip :

Berdasarkan penambahan pereaksi benedict akan menghasilkan warna hijau kekuningan


sampai merah bata yang menandakan reaksi positif (+) mengandung vitamin C.

Cara analisis :
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Dimasukkan kedalam tabung reaksi 5 tetes larutan benedict.
3. Dipanaskan di atas api kecil sampai mendidh selama 2 menit.
4. Perhatikan adanya endapan yang terbentuk. Warna hijau kekuningan sampai merah bata
menandakan vitamin C positif. 


Prinsip :
Larutan sampel dinetralkan dengan menambahkan NaHCO3 (pH=8), lalu direaksikan dengan
FeCl3 akan menghasilkan warna ungu yang menandakan reaksi positif (+) mengandung
vitamin C.

Cara Analisis :
1. Disiapkan alat dan bahan 


2. Masukan 10 tetes larutan asam askorbat 1% ke dalam tabung reaksi. 


3. Kemudian, dinetralkan larutan (pH = 8) menggunakan NaHCO3 5%. 


4. Ditambahkan 2 tetes larutan FeCl3 


5. Diamati warna yang terjadi. Adanya warna merah-ungu berarti vitamin C positif. 

B. Uji Kuantitatif
Prinsip :
Prinsip yang digunakan dalam analisis vitamin C adalah dengan oksidasi analat oleh I2
-
sehingga I tereduksi menjadi ion iodida kemudian ditambahkan C2 dan C3 dengan indikator
amilum. Akhir titrasi ditandai dengan warna biru (iod-amilum).

Cara Analisis :
Sebanyak 5 mL vitamin C ditambahkan 25 mL aquades kemudian ditambahkan 2 mL
larutan Pati 1 %. Setelah itu dititrasi dengan larutan iodin standar 0,01 N. Akhir titrasi
terbentuk warna biru yang tetap. Titrasi harus dikerjakan cepat karena pada senyawa lain
seperti glutathion dan sistein akan teroksidasi perlahan-lahan oleh larutan iodin dan
menghasilkan hasil yang tidak akurat (error).

Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Larutan Vitamin C


Dipipet 1 ml larutan vitamin C 100 ppm dan dimasukkan kedalam labu tentukur 50 m
(konsentrasi 2 ppm). Lalu ditambahkan aquabides sampai tanda batas dan dihomogenkan.
Diukur serapan maksimum pada panjang gelombang 200 – 400 nm dengan menggunakan
blanko aquabides.
Pembuatan Kurva Kalibrasi
Dipipet larutan vitamin C 100 ppm kedalam labu ukur 50 ml masing-masing sebesar 2
ml, 4 ml, 6 ml, dan 8 ml (4 ppm, 8 ppm, 12 ppm, dan 16 ppm). Kemudian ditambahkan
aquabides hingga tanda batas lalu dihomogenkan, lalu diukur serapannya pada panjang
gelombang maksimum yang diperoleh

Perhitungan Kadar :
Perhitungan penetapan kadar vitamin C menggunakan rumus :
mL larutan Iodin 𝑥 0,88 mg askorbat
Kadar Vit. C = mL Iodin

1 mL 0,01 N iodin ekuivalen dengan 0,88 mg asam askorbat.

2.4.6 Vitamin B Kompleks


2.4.6.1 Vitamin B1 (Tiamin)
A. Uji Kualitatif
Prosedur A :

1. Masukkan 10 tetes larutan yang diuji (misalnya thiamin 1%) ke dalam tabung reaksi.
2. Tambahkan 10 tetes larutan Pb-asetat 10% dan 1 mL NaOH 6 N.
3. Campurlah dengan baik, perhatikan warna kuning yang terjadi.
4. Lalu panaskan dan amati perubahan yang terjadi (Jika timbul endapan warna coklat-hitam
yang menandakan positif mengandung vitamin B1 ) 


Prosedur B :
1. Masukkan 10 tetes larutan yang diuji (misalnya: thiamin 1%) ke dalam tabung reaksi.
2. Tambahkan 10 tetes larutan bismuth nitrat, campurlah dengan baik.
3. Lalu tambahkan pula 2 tetes larutan KI 5%.
4. Perhatikan perubahan warna yang terjadi (Jika timbul warna endapan merah jingga berarti

positif mengandung vitamin B1 ) 


B. Uji Kuantitatif

Prinsip :
Ekstraksi dan hidrolisis enzimatis dari ester-ester tiamin fosfat dan pembersihan. Metode ini
didasarkan pada pengukuran fluoresensi dari bentuk oksidasi tiamin (tiokrom).

Metode Alkalimetri :

Adanya hidroklorida pada tiamin hidroklorida dapat dititrasi dengan natrium hidroksida 0,1 N
menggunakan indikator brom timol biru.

Prosedur penetapan kadar tiamin hidroklorida dengan metode alkalimetri :

 Lebih kurang 500 mg tiamin hidroklorida yang ditimbang seksama, dilarutkan dalam 75
mL air bebas CO2 lalu dititrasi dengan NaOH 0,1 N menggunakan indikator brom timol
biru. Tiap mL NaOH 0,1 N setara dengan 33,70 gram tiamin hidroklorida.

 Berat ekivalen (BE) tiamin hidroklorida pada penetapan secara alkalimetri adalah sama
dengan berat molekulnya (BM). Hali ini disebabkan karena tiap 1 mol tiamin
hidroklorida bereaksi dengan 1 mol NaOH.

Metode Argentometri :
Adanya klorida dalam tiamin hidroklorida dapat ditetapkan secara argentometri dengan
menggunakan metode Volhard. Pada penetapan dengan metode Volhard suasananya harus
asam sebab jika suasananya basa maka akan terjadi reaksi antara perak nitrat dengan basa
membentuk Ag(OH) yang pada tahap selanjutnya akan membentuk endapan putih Ag2O,
akibatnya perak nitrat tidak hanya bereaksi dengan sampel tetapi juga bereaksi dengan basa.

Prosedur penetapan kadar vitamin B1 secara argentometri :


 Lebih kurang 100 mg tiamin hidroklorida yang ditimbang secara seksama dilarutkan
dalam 20 mL air. Larutan diasamkan dengan asam nitrat encer dan ditambah 10 mL
perak nitrat 0,1 N. Endapan yang terjadi disaring dan dicuci dengan air sampai tidak
mengandung klorida. Filtrat selanjutnya dititrasi dengan larutan baku ammonium
tiosianat 0,1 N menggunakan indikator besi (III) amonium sulfat. Tiap mL perak nitra 0,1
N setara dengan 16,86 mg tiamin hidorklorida. 

 Berat ekivalen (BE) tiamin hidroklorida pada penetapan secara argentometri adalah
setengah dari berat molekulnya (BM/2). Ini disebabkan karena tiap 1 mol tiamin
-
hidroklorida (yang mengandung 2 Cl ) bereaksi dengan 2 mol AgNO3.

Metode Gravimetri : 

Tiamin dalam tablet vitamin B1 dan dalam injeksi dapat ditetapkan secara gravimetri
dengan cara mengendapkan larutan tiamin menggunakn asam silikowolframat. 


Prosedur penetapan kadar tiamin dengan metode gravimetri : 



Sejumlah tertentu tablet yang telah ditimbang secara seksama dan setara dengan lebih
kurang 50 mg tiamin hidroksida, diencerkan dengan air secukupnya hingga 50 mL lalu
ditambah 2 mL asam klorida pekat dan dipanaskan hingga mendidih. Pada larutan yang telah
mendidih ini selanjutnya ditambah dengan cepat tetes demi tetes 4 mL asam silikowolframat
yang baru disaring lalu dididihkan selama 4 menit. Larutan disaring melalui penyaring kaca
masir lalu dicuci dengan 50 mL campuran mendidih yang terdiri atas 1 bagian volume asam
klorida pekat dan 19 bagian air yang mengandung asam silikowolframat 0,2% (b/v),
o
kemudian dicuci 2 kali tiap kali dengan 5 mL aseton. Sisa dikeringkan pada suhu 105 C
selama satu jam lalu didinginkan selama 10 menit dan 
 dibiarkan dalam eksikator di atas
larutan asam sulfat 38% dan ditimbang. Tiap gram sisa setara dengan 192,9 mg tiamin
hidroklorida.

Perhitungan Kadar :
Perhitungan kadar vitamin B1 dapat dihitung dengan rumus :
(V x N)AgNO x mg kesetaraan
3
Kadar Vitamin B1 = N kesetaraan x berat penimbangan (mg)

Dimana volume AgNO3 adalah volume hasil titrasi dan untuk Normalitas AgNO3 adalah
hasil standarisasi larutan AgNO3 dengan NaCl kemudian dikalikan dengan mg kesetaraan
vitamin B1 dan hasilnya dibagi dengan Normalitas kesetaraan AgNO3 yang dikalikan
dengan berat penimbangan NaCl lalu dikalikan 100%. Dimana Tiap ml larutan AgNO3 0,1
N setara dengan 16,86 vitamin B1.

2.4.6.2 Vitamin B2 (Riboflavin)


A. Uji Kuantitatif
Prinsip :

Ektraksi, pembersihan dan kompensasi adanya substansi pengganggu dan ditentukan


dengan fluorometer


Metode spektrofotometri :
Larutan riboflavin dalam pH 4,0 menunjukkan absorbs maksimum (λ maks) pada 444 nm.
Cara ini digunakan untuk menetapkan kemurnian riboflavin atau untuk penetapan
riboflavin dilakukan dengan cara terlindung dari cahaya.


Prosedur penetapan kadar riboflavin tunggal secara spektrofotometri :



Sekitar 100 mg riboflavin yang ditimbang seksama dilarutkan dengan pemanasan dalam
campuran 2 mL asam asetat glacial dan 150 mL air. Larutan selanjutnya diencerkan
dengan air, didinginkan, ditambah air secukupnya hingga 1000 mL. pada 10,0 mL larutan
ditambah 3,5 mL natrium asetat 0,1 M kemudian ditambah air secukupnya hingga 100 mL.
kadarnya dihitung dengan menggunakan riboflavin baku sebagai pembanding.

Perhitungan Kadar :
{I−b}
µg Tiamin HCl tiap 5 mL larutan uji = s−d

2.4.6.3 Vitamin B3 (Niasin)


A. Uji Kuantitatif
Prinsip :
Prinsip penentuan analisis didasarkan pada tingkat kemampuan larutan vitamin B3 untuk
mengabsorbsi beberapa jenis panjang gelombang.


Metode Spektrofotometer :
- Preparasi Sampel, Timbang sampel (kira-kira mengandung 0,1 mg niasin) dan tambahkan
NH2SO4, autoklaf selama 1 jam dan dinginkan. Atur pH sampai 6,8 dan encerkan sampai
volume konsentrasi 0,1 g niasin/mL. campur dan saring.
- Preparasi tabung pengujian, Pengulangan sedikitnya menggunakan 0,5, 1,0, 2,0, 3,0, 4,0
dan 5,0 mL sampel kemudian tambahkan air sampai mencapai 5 mL. tambahkan 5 mL
Difco Basal medium untuk niasin ke dalam masing-masing tabung, autoklaf selama 10
o
menit pada suhu 121 C dan dinginkan.
- Preparasi standar Sama dengan preparasi pengujian Standar = larutan yang mengandung
o
0,1 μL/mL niasin Inokulasi dan inkubasi (37 C, 16-18 jam) Tambahkan 1 tetes
o
inokulum ke masing-masing tabung, tutup tabung dan inkubasi pada suhu 37 C selama
16-18 jam sampai kekeruhan maksimum pada tabung dengan konsentrasi niasin paling
tinggi.
- Pengukuran Absorbansi diukur pada panjang gelombang 540-660 nm.

Perhitungan Kadar :
Penentuan kadar Vitamin B3 dilakukan dengan mengukur tingkat kemampuan absorbansi
larutan vitamin dengan berbagai panjang gelombang dan konsentrasi berbeda-beda sehingga
dapat dibuat kurva linear dengan menggunakan nilai hubungan antara panjang gelombang
dengan absorbansi larutan.

2.4.6.4 Vitamin B7 (Biotin)


A. Uji Kuantitatif

Prinsip :
Ektraksi, pembersihan dan kompensasi adanya substansi pengganggu dan ditentukan
dengan fluorometer

Metode spektrometri :
Larutan riboflavin dalam pH 4,0 menunjukkan absorbs maksimum (λ maks) pada 444 nm.
Cara ini digunakan untuk menetapkan kemurnian riboflavin atau untuk penetapan
riboflavin dilakukan dengan cara terlindung dari cahaya.


Prosedur penetapan kadar riboflavin tunggal secara spektrofotometri :


Sekitar 100 mg riboflavin yang ditimbang seksama dilarutkan dengan pemanasan dalam
campuran 2 mL asam asetat glacial dan 150 mL air. Larutan selanjutnya diencerkan
dengan air, didinginkan, ditambah air secukupnya hingga 1000 mL. pada 10,0 mL larutan
ditambah 3,5 mL natrium asetat 0,1 M kemudian ditambah air secukupnya hingga 100 mL.
kadarnya dihitung dengan menggunakan riboflavin baku sebagai pembanding.

Perhitungan Kadar :
{I−b}
µg Tiamin HCl tiap 5 mL larutan uji = s−d

2.4.6.5 Vitamin B9 (Asam Folat)


A. Uji Kuantitatif

Prinsip :
Prinsip yang digunakan dalam analisis vitamin B9 adalah menggunakan beberapa larutan
yaitu larutan sampel, larutan standar, dan eluent dengan metode identifikasi dengan cara
menginjeksi larutan standar dan larutan sampel ke dalam sistem HPLC.

Metode dan Tahapan Analisis :

 Pembuatan Fase Gerak


1. Ditimbang seksama 1640 mg natrium asetat dengan menggunakan neraca analitik (untuk
volume 2 L larutan MPh).
2. Dimasukan ke dalam beaker glass 2000 mL.
3. Dilarutkan dengan 1800 mL purified water, kemudian diaduk dengan magnetic stirer.
4. Diatur pH dengan menambahkan asam asetat glasial hingga mencapai pH 3,0.
5. Ditambahkan purified water hingga volume mencapai 2000 mL. Kemudian jadilah
larutan
6. Diambil 1800 mL larutan 1 dengan menggunakan gelas ukur 2000 mL.
7. Ditambahkan asetonitril sebanyak 200 mL, kemudian dikocok hingga larutan homogen.
8. Disaring ke dalam botol dengan menggunakan millipore 0,45 mm.

 Preparasi Standar
1. Ditimbang seksama 100 mg standar folic acid dengan menggunakan neraca analitik. 

2. Dimasukan kedalam labu ukur 250 mL. 

3. Diencerkan dengan larutan buffer citrate secukupnya, kemudian dilarutkan dengan buffer
citrate hingga tanda batas labu ukur. (Standar 1).
4. Dipipet 5 mL dari standar 1 kedalam labu ukur 100 mL, kemudian diencerkan dengan
larutan buffer citrate hingga tanda batas labu ukur. (Standar 2).
5. Dipipet 2.5 mL dari standar 2 kedalam labu ukur 100 mL, kemudian diencerkan dengan
larutan buffer citrate hingga tanda batas labu ukur. (Standar 3).
6. Masing-masing standar disaring dengan filter 0,45 μm kedalam vial HPLC untuk
dianalisis.

 Preparasi Sampel 

1. Ditimbang seksama 6 tablet sediaan obat yang akan dianalisis.
2. Ditaruh pada cawan petri dan diberi nomor sesuai urutan saat penimbangan.
3. Dilakukan penghitungan rata-rata bobot dalam 1 tablet.

 Pengkondisian HPLC
 Dilakukan pencucian kolom HPLC sebagai berikut :


1. Dicuci Kolom Utispher HDO C18 125×4,6 mm dengan Asetonitril 70% selama 45 menit.
2. Dicuci Kolom Utispher HDO C18 125×4,6 mm dengan Metil Alkohol 10% selama 45
menit. 

3. Dicuci Kolom Utispher HDO C18 125×4,6 mm dengan MPh selama 45 menit.

 Uji Disolusi
1. Siapkan alat disolusi, RPM diatur menjadi 75 rpm. 

2. Isi alat disolusi dengan air sampai batas, kemudian tunggu suhu mencapai 37 ̊C. 

3. Setelah suhu mencapai 37 ̊C masukkan sampel sesuai nomor urutan, dimulai dari nomor
1, kemudian beri selang 1 menit untuk sampel berikutnya hingga sampel nomor 6. 

4. Setelah dimasukkan sampel terakhir kemudian nyalakan timer atur waktu 60 menit. 

5. Setelah 60 menit ambil larutan dari basket 1 menggunakan syringe dan masukkan ke
dalam tabung nomor 1. Pada menit berikutnya ulangi langkah tersebut pada basket nomor
2 dan masukkan pada tabung nomor 2, lakukan sampai basket nomor 6. 

6. Pipet 2 mL larutan masing-masing dari tabung nomor 1 sampai 6 kemudian dimasukkan
pada tabung nomor 7 dan dicampur. 

7. Saring masing-masing tabung dan masukkan ke dalam vial HPLC dan beri sesuai nomor.
8. Masukkan Buffer Citrate ke dalam vial HPLC sebagai larutan kontrol (eluent).
9. Kemudian Masukkan kedalam HPLC dengan urutan vial yaitu vial eluent, vial standar 1,
vial standar 2, vial standar 3, vial sampel 1, vial sampel 2, vial sampel 3, vial sampel 4,
vial sampel 5, vial sampel 6, vial sampel 7, vial standar 1, vial standar 2, vial standar 
3,
dan vial eluent.

 Identifikasi 

1. Diinjeksikan 20 μL larutan standar dan larutan sampel ke dalam sistem HPLC (High
Performance Liquid Chromatography).

Perhitungan Kadar

Perhitungan penetapan kadar vitamin B9 menggunakan rumus :


1 5 2,5 900
DF = 250 𝑥 𝑥 𝑥 𝑥 1000 = 4,5 µg
100 100 1

mg disolusi
% disolusi = 𝑥 100%
mg LC

A sampel
Kadar B9 = A standar 𝑥 mg standar 𝑥 DF

2.4.6.6 Vitamin B12 (Kobalamin)


A. Uji Kuantitatif

Prinsip :
Prinsip yang digunakan dalam analisis vitamin B12 adalah ekstraksi vitamin kobalanin
dengan asam asetat. Sampel dan standar perbandingan yang mengandung vitamin kobalanin
disuntik ke kolom HPLC paa panjang gelombang yang telah ditentukan.

Metode dan Tahapan Analisis :


Ekstraksi vitamin B12 diawali dengan penimbangan sampel sebanyak 2-5 g yang
mangandung sekitar 40 mikrogram vitamin B12 dimasukkan ke dalam tabung reaksi
tertutup. Buffer asetat sebanyak 20 mL dan 0,2 mL larutan kalium sianida ditambahkan pada
tabung reaksi. Tabung dimasukkan ke dalam penangas air mendidih selama 30 menit, lalu
ddinginkan dan diencerkan sampai 50 mL air suling dan disaring dengan kertas Whatman
42. Homogenisasi selama 5 menit dengan ultrasonic dan didiamkan pada suhu ruang sampai
dingin. Penambahan 25 mL metanol, dan tepatkan sampai volume 50 mL dengan asam
asetat 2 %. Sampel disentrifuse pada 4000 rpm selama 30 menit.

Supernatan dipisahkan untuk disuntikkan ke HPLC, dengan kondisi HPLC sebagai berikut:

Fase gerak : H2O pH 2



Kolom : C18


Kecepatan aliran : 0,5 mL/menit


Pompa : 515 HPLC pump
Injektor : Cecil 1100 series

Program : Isokratik


Detektor : UV visibel


 Panjang gelombang : 280 nm

Sensitivitas : 0,01 AUFS

Suhu : kamar


Tekanan : 6000 psi

Perhitungan Kadar :
Perhitungan penetapan kadar vitamin B12 menggunakan rumus :
area puncak sampel
𝑥 {standar vit B12} 𝑥 volume akhir (mL) 𝑥 fp
area puncak standar
kadar vitamin B12 = bobot sampel
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Vitamin adalah kofaktor dalam reaksi kimia yang dikatalisasi oleh enzim. Pada dasarnya,
senyawa vitamin ini digunakan tubuh untuk dapat bertumbuh dan berkembang secara normal.

2. Fungsi vitamin secara umum antara lain sebagai berikut; Mengatur zat dalam tubuh, Berfungsi
menguatkan gigi dan tulang, Mempercepat Pertumbuhan , Memperkuat daya tahan tubuh
terhadap penyakit, Mempercepat proses dalam penyembuhan penyakit, Menjaga dan
meningkatkan kebugaran tubuh, dsb.Selain itu vitamin berperan sebagai antioksidan, yakni
zat untuk menghindari terjadinya radikal bebas (free radikal bebas). 


3. Vitamin memiliki dua kelompok yaitu Water Soluble Vitamin atau vitamin yang dapat 
 larut
dalam air seperti vitamin C dan vitamin B, sedangkan Fat Soluble Vitamin atau 
 vitamin
yang dapat larut dalam lemak seperti vitamin A,D,E dan vitamin K 


4. Kadar vitamin dapat diukur dengan cara yang berbeda-beda. Namun secara umum ada 
 dua
cara yang dapat digunakan untuk menganalisis vitamin, yaitu dengan cara kualitatif dan
kuantitatif. 

DAFTAR PUSTAKA

Jumadil.2001.Pengertian dan Definisi Vitamin - Fungsi, Guna, Sumber, Akibat Kekurangan,


Macam dan Jenis
Vitamin.(online).tersedia:http://www.organisasi.org/1970/01/pengertian- dan-definisi-
vitamin-fungsi-guna-sumber-akibat-kekurangan-macam-dan-jenis- vitamin.html. [diakses
01 Maret 2016 13:05 Wita]

Muchtadi, Deddy. 2009. Pengantar Ilmu Gizi. Bandung: Alfabeta.

Naga. 2014. Analisis Vitamin. [online]. tersedia:


https://www.scribd.com/doc/248899851/MAKALAH-ANALISIS-VITAMIN-
docx#download [diakses 01 Maret 2016 13:00 Wita]

Pratiwi, Sri Maryati, dkk.. 2007. Biologi untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.

Proverawati, Atikah dan Erna Kusumawati. 2011. Ilmu Gizi untuk Keperawatan dan Gizi
Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Robi.2014.Macam-Macam Manfaat dan Fungsi Vitamin.


(online).tersedia:http://www.robi.web.id/2014/03/macam-macam-dan-fungsi-
vitamin.html. [diakses 01 Maret 2016 14:00 Wita]

Sirajuddin, Saifuddin. 2012. Penuntun Praktikum Biokimia. Makassar: Universitas Hasanuddin.

Winda. 2011. Laporan Praktikum Vitamin. [online]. tersedia:


http://tugaswindaselesaijuga.blogspot.co.id/2011/06/laporan-praktikum-vitamin.html
[diakses 02 Maret 2016 13:00 Wita]
 deMan, John M. 1997. Kimia Makanan. Bandung:
Institut Teknologi Bandung.

Anda mungkin juga menyukai