Disusun oleh :
Kelompok 1
1. DESYANI EKA SYAFITRI (P07131120008)
2. MARDIANA (P07131120024)
3. NOR’ ANITA (P07131120031)
4. SITI KHADIZAH (P07131120044)
Kelompok 1
ii
DAFTAR ISI
B. Rumusan Masalah................................................................................................1
C.Tujuan...................................................................................................................1
BAB V PENUTUP..........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Vitamin adalah suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan
oleh tubuh kita yang berfungsi untuk mambantu pengaturan atau proses
kegiatan tubuh. Tanpa vitamin manusia, hewan dan makhluk hidup lainnya
tidak akan dapatmelakukan aktifitas hidup dan kekurangan vitamin dapat
menyebabkan memperbesar peluang terkena penyakit pada tubuh kita.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan apa pengertian dari Vitamin A, B7, Dan B3?
C. Tujuan
1. Untuk dapat memahami apa pengertian dari Vitamin A, B7, Dan B3.
1
2. Untuk dapat memahami apa pentingnya Vitamin A, B7, Dan B3 beserta
analisisnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Vitamin
Vitamin adalah nutrisi tambahan yang diperlukan bagi tubuh untuk
bisa menunjang kinerja tubuh. Umumnya, vitamin berasal dari makanan dan
buah-buahan yang bersifat organik. Tubuh manusia membutuhkan vitamin,
hal ini dikarenakan tubuh manusia mungkin saja kurang dalam
produksi vitamin yang dibutuhkan tersebut.
Vitamin adalah sekelompok senyawa organik berbobot molekul kecil
yang memiliki fungsi vital dalam metabolisme organisme. Dipandang dari
sisi enzimologi (ilmu tentang enzim), vitamin adalah kofaktor dalam reaksi
kimia yang dikatalisasi oleh enzim. Istilah “vitamin” sebenarnya sudah tidak
tepat untuk dipakai dalam pengertian biokimia karena tidak memiliki
kesamaan struktur tetapi akhirnya dipertahankan dalam konteks ilmu
kesehatan dan gizi. Nama ini berasal dari gabungan kata bahasa Latin vita
yang artinya “hidup” dan amina (amine) yang mengacu pada
suatu gugus organik yang memiliki atom nitrogen (N), karena pada awalnya
vitamin dianggap demikian. Kelak diketahui bahwa banyak vitamin sama
sekali tidak memiliki atom N.
Sebagai salah satu komponen gizi, vitamin diperlukan memperlancar
proses metabolisme tubuh, dan tidak berfungsi menghasilkan energi.
Vitamin terlibat dalam proses enzimatik. Tubuh memerlukan vitamin dalam
jumlah sedikit, tetapi jika kebutuhan yang sedikit itu diabaikan, akan
mengakibatkan terganggunya metabolisme di dalam tubuh kita karena
fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Kondisi kekurang
vitamin disebut avitaminosis.
2
dan alkali tetapi sangat mudah teroksidasi oleh udara dan akan rusak pada
suhu tinggi. Vitamin A dikenal dengan nama retinol adalah vitamin
pembentuk pigmen mata di retina. Oleh sebab itu, vitamin ini berhubungan
dengan penglihatan. Selain itu, vitamin A berperan dalam menjaga
kesehatan kulit serta imunitas tubuh. Vitamin A mempunyai sifat mudah
rusak akibat terpapar panas, serta udara. Vitamin A banyak terkandung di
dalam susu, ikan , sayur-sayuran serta buah-buahan. Kekurangan vitamin ini
bisa menyebabkan katarak, rabun senja, ISPA (infeksi saluran oernapasan
atas), serta penurunan daya tahan tubuh.
Vitamin B7 bermanfaat untuk membantu tubuh mengubah makanan
menjadi energi. Selain itu, vitamin B7 diketahui berperan dalam menjaga
kesehatan kulit, rambut, mata, hati, dan sistem saraf, serta merupakan nutrisi
yang penting selama kehamilan guna mendukung pertumbuhan janin yang
sehat. Jumlah kebutuhan asupan vitamin B7 bagi orang dewasa adalah
sekitar 30 mikgrogam (mcg) per hari. Anda bisa mendapatkan vitamin B7
dengan mengonsumsi kuning telur, jeroan, kacang-kacangan, biji-bijian,
kembang kol, pisang, jamur, sereal.
Vitamin B3 atau niacin (Vitamin laruut air) adalah suplemen yang
digunakan untuk mengatasi kekurangan (defisiensi) vitamin B3 atau
pellagra. Selain itu, suplemen ini juga bisa digunakan dalam pengobatan
dislipidemia. Kebutuhan akan vitamin B3 sebenarnya sudah bisa dipenuhi
dengan rutin mengonsumsi susu, nasi, telur, roti gandum, ikan, daging tanpa
lemak, kacang-kacangan, ragi, dan sayuran hijau. Namun, saat seseorang
mengalami malnutrisi, kecanduan alkohol, atau tumor carcinoid, risikonya
untuk kekurangan vitamin B3 akan meningkat. Vitamin B3 atau niasin ini
berperan dalam proses metabolisme protein, lemak, serta karbohidrat
menjadi energi tubuh. Vitamin ini bisa menjaga kadar tekanan darah, kadar
gula darah, penyembuhan vertigo dan migraine, serta menyembuhkan dari
racun-racun tetentu. Vitamin B3 banyak terkandung di dalam bahan
makanan hewani contohnya hati, ginjal, daging unggas, dsb. Kekurangan
vitamin B3 bisa menyebabkan kejang, keram otot, muntah-muntah,
gangguan pencernaan, serta mual.
3
C. Nilai Normal Vitamin A, B7 dan B3
1. Kebutuhan Harian dan Batas Asupan Vitamin A
Angka kecukupan gizi (AKG) harian vitamin A bervariasi,
tergantung pada usia, jenis kelamin, dan kondisi kesehatan. Jumlah
asupan tersebut dapat diperoleh dari makanan, suplemen, atau gabungan
dari keduanya. Berikut adalah AKG harian vitamin A berdasarkan usia:
Usia Asupan (IU/hari)
1-3 tahun 1000 IU
4-8 tahun 1320 IU
9-13 tahun 2000 IU
Pria ≥14 tahun 3000 IU
Wanita ≥14 tahun 2310 IU
Ibu hamil usia 14-18 tahun 2500 IU
Ibu hamil usia ≥19 tahun 2565 IU
Ibu menyusui usia <19 tahun 4000 IU
Ibu menyusui usia ≥19 tahun 4300 IU
Disarankan untuk tidak mengkonsumsi vitamin A melebihi batas
atas asupan harian. Dosis yang lebih tinggi hanya disarankan untuk
penderita kekurangan vitamin A. Batas atas asupan vitamin A adalah
sebagai berikut:
Usia Batas Atas Asupan (IU/hari)
0-3 tahun 2000 IU
4-8 tahun 3000 IU
9-13 tahun 5610 IU
14-18 tahun 9240 IU
19≤ tahun 10000 IU
4
3. Angka Kecukupan Gizi (AKG) Vitamin B3 (Niacin)
Angka kecukupan gizi (AKG) harian vitamin B3 berbeda-beda,
tergantung usia, jenis kelamin, dan kondisi kesehatan pasien. Berikut
ini adalah AKG harian vitamin B3:
Usia 0–6 bulan: 2 mg per hari
Usia 7–12 bulan: 4 mg per hari
Usia 1–3 tahun: 6 mg per hari
Usia 4–8 tahun: 8 mg per hari
Usia 9–13 tahun: 12 mg per hari
Laki-laki usia >14 tahun: 16 mg per hari
Wanita usia >14 tahun: 14 mg per hari
Ibu hamil: 18 mg per hari
Ibu menyusui: 17 mg per hari
BAB III
PROSEDUR KERJA
5
A. Metode Analisis Vitamin A, B7 dan B3
1. Metode Analisis Vitamin A
Penentuan status vitamin A penting untuk melihat kadar vitamin
A di dalam tubuh seseorang. Secara tradisional, pemeriksaan KVA di
lapangan dilakukan berdasarkan kemampuan penglihatan yang terjadi
setelah mengalami KVA dalam waktu lama, melalui tanda-tanda klinis
dan gejala xeroftalmia. Pemeriksaan ini direkomendasikan oleh
International Vitamin A Consultative Group (IVACG) pada tahun 1976.
Seiring dengan perkembangan pengetahuan, status vitamin A
seseorang dapat diketahui lebih awal dengan pemeriksaan,
histopatologis, biologis dan biokimia. Secara biologis, fungsi dan
histologi, status vitamin A dapat diperiksa melalui tanda-tanda
xeroftalmia, buta senja, conjunctival impression cytology (CIC) dan
penyesuaian di kamar gelap1 . Secara biokimia dilakukan pemeriksaan
pada darah atau serum. Sebagian besar vitamin A di dalam tubuh
disimpan dalam bentuk retinyl ester dalam hati. Karena itu pengukuran
cadangan vitamin A di dalam hati merupakan indeks terbaik untuk
mengetahui status vitamin A. Namun, pengukuran dengan cara biopsi
tidak mungkin dilakukan pada penelitian di lapangan. Total serum
vitamin A atau yang lebih baru lagi konsentrasi serum retinol lebih
sering digunakan. Namun, serum atau plasma hanya mengandung
sekitar 1 persen dari total cadangan vitamin A dan konsentrasinya tidak
menggambarkan cadangan tubuh hingga terjadinya kekurangan yang
berat atau kelebihan yang tinggi. Konsekuensinya, yang paling baik
untuk menentukan status vitamin A, selain kadar serum retinol, juga
menggunakan fungsi fisiologi lainnya3 . Setiap metode analisis
mempunyai kekuatan dan kelemahan dalam menghasilkan informasi.
Berikut ini cara penentuan status vitamin A secara biokimia dengan
sampel darah yaitu:
a. Alat : HPLC
b. Metode: Spektrofotometri
c. Prinsip :
6
Prinsip kerja Spektrofotometri adalah bila cahaya
(monokrommatik maupun campuran) jatuh pada suatu medium
homogen, sebagian dari sinar masuk akan dipantulkan sebagian
diserap dalam medium itu dan sisanya diteruskan. Nilai yang keluar
dari cahaya yang diteruskan dinyatakan dalam nilai absorbansi
karena memiliki hubungan dengan konsentrasi sampel.
Kadar serum retinol menggambarkan status vitamin A hanya
ketika cadangan vitamin A dalam hati kekurangan dalam tingkat
berat (1,05 µmol/g hati). Bila konsentrasi cadangan vitamin A
dalam hati berada dalam batas ini, tidak menggambarkan total
cadangan tubuh, menggambarkan konsenstrasi status vitamin A
perseorangan terutama ketika cadangan vitamin A tubuh terbatas,
karena konsentrasi serum retinol terkontrol secara homeostasis dan
tidak akan turun hingga cadangan tubuh benar-benar menurun.
Konsentrasi serum retinol juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
mempengaruhi pengeluaran holo-RBP. Faktor yang berpengaruh
pada kadar serum retinol antara lain umur, jenis kelamin dan ras.
Diperlukan kriteria khusus umur untuk menginterpretasikan kadar
serum retinol. Faktor lain adalah asupan lemak yang rendah dalam
makanan, misalnya asupan < 5-10 g/hari, akan mengganggu
absorpsi dari provitamin A karoten dan pada jangka panjang
menurunkan konsentrasi plasma retinol. Selain dari asupan lemak
faktor gizi lainnya adalah defisiensi zat gizi lain. Kurang energi
protein menurunkan apoRBP, kurang zinc menurunkan kadar
retinol karena perannya dalam sintesa hepatik atau sekresi RBP.
Penyakit mungkin berpengaruh pada kadar serum retinol, penyakit
ginjal kronis meningkatkan konsentrasi retinol, sedangkan penyakit
hati menurunkan kadar serum retinol. Penyakit infeksi termasuk
HIV, campak, infeksi parasit berhubungan dengan rendahnya kadar
serum retinol.2 Namun, serum retinol merupakan indikator yang
sering digunakan untuk penentuan tingkat KVA pada populasi
karena banyak laboratorium yang mampu menganalisisnya dan ini
7
merupakan indikator biokimia status vitamin A terbaik3,4 . Serum
retinol biasanya ditentukan dengan High Performance Liquid
Chromatography (HPLC) atau dengan spektrofotometri. Walaupun
spektrofotometri lebih sederhana dan lebih murah, akurasinya
kurang. Karena itu HPLC lebih sering digunakan. Dari beberapa
metode yang tersedia untuk analisis total serum vitamin A atau
retinol, hanya HPLC yang dapat membedakan retinol dari retinyl
ester, sedangkan metode lain mengukur total serum vitamin A3,4 .
8
Metode Elektrokimia. Metode terkait menggunakan horse-
radishperoxidase (HRP), yang mampu mereduksi hidrogenperoksida
secara elektrokatalitik. Sistem penginderaan seperti itu biasanya terdiri
dari elektroda pendeteksi yang dibuat dengan avidin. Fungsi dari sistem
penginderaan amperometrik ini didasarkan pada kompetisi biotin-
kompleks HRP dan biotin bebas terhadap avidin amobil pada
permukaan elektroda. Sebagai langkah terakhir, sinyal arus diperoleh
dari reaksi enzimatik biotin—HRP dengan konsentrasi hidrogen
peroksida yang diketahui yang disajikan dalam campuran reaksi
(Vreekeetal.1995; Wrightetal.1995).
Bioluminescence-bindingAssays
bab 23
9
multivitamin farmasi. Beberapa di antaranya juga telah digunakan
untuk menganalisis matriks sampel yang lebih rumit, mis. bahan
makanan (Livaniou et al. 2000). Deteksi biotin oleh HPLC dapat
dicapai dengan (baik sebelum atau sesudah kolom) atau tanpa sampel
derivatisasi (Livaniouetal.2000).
Biotin dan analognya dapat dibedakan berdasarkan perbedaan
strukturalnya menggunakan HPLC fase terbalik atau penukar anion
(Bowers-Komroet al. 1986; Chastain et al. 1985; Livaniou et al. 2000)
tanpa derivitisasi lebih lanjut. Namun, derivatisasi fluoresen dengan 4-
bromometil-7-metoksikumarin (Br-Mmc), 9-antrildiazometana
(ADAM), l-pirenildiazometana (PDAM), tiamin, o-ftalaldehid (OPA)
atau asam 3-merkaptopropionat (3-MPA) biasanya telah dicoba untuk
mendapatkan batas deteksi yang lebih baik (Nojiri et al. 1998;
Yokoyama dan Kinoshita1991).
Selain detektor spektrometri, HPLCa juga telah digabungkan
dengan sistem deteksi lainnya, seperti spektrometri massa (MS).
Spesifisitas dapat sangat ditingkatkan dengan menggunakan
spektrometri massa tandem (HPLC-MS/MS) (Hölleret al. 2006;
Yomota dan Ohnishi2007). Sensitivitas dan selektivitas yang tinggi
juga dapat dicapai dengan HPLC yang digabungkan dengan deteksi
elektrokimia (Kucera et al.2007).
10
menggunakan Lactobacillus plantarum (Baker 1985), elektroforesis
zona kapiler (Schieneet al. 1996), kromatografi kertas (Reio 1970), dan
metode polarografi (Serna et al. 1973) juga disebutkan dalam literatur
sebelumnya tentang penentuan biotin.
11
3. Sampel hand body,
4. Kertas membran mikro 0.45 um
E. Cara Kerja
1. Pembuatan Larutan Induk 100 ppm/100ml Vitamin B3 (add
Methanol : air (1:2))
2. Pembuatan Kurva Baku Vitamin B3 berbagai konsentrasi 1 ppm; 5
ppm; 10 ppm; 15 ppm; 20 ppm. (add Methanol : air (1:2)) di sonikasi,
dilakukan penyaringan kertas membran mikro 0.45 um masukan vial
3. Penyiapan Larutan Sampel di timbang 0,0049 g/10 ml (add Methanol
: air (1:2)) di sonikasi, dilakukan penyaringan kertas membran mikro
0.45 um masukan vial
# KONDISI ANALISIS#
• detektor UV dengan 2 256 nm
• kolom C18
• suhu oven 30°C
• laju alir 1,0 ml/mnt
• volume injeksi 20 uL
• F.G. . Methanol : air (1:2)
F. Hasil
A. 15032,31 Sampel = Luas Area 256930
B. 13566,28
R. 0,99409
Y=A+B
= 256930 - 15032,31
X= 13566,28
= 17,831 ppm x 10ml L.T (0,017%)
G. Pembahasan
Vitamin B3 (niasin) sangat mudah diserap diusus kecil, dan beberapa
cadangannya dapat disimpan dalam tubuh. Niasin berperan dalam
reaksi enzimatik dalam tubuh atau metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein. Koenzim tersebut adalah nicotinamide adenine dinucleotide
12
(NAD) dan nicotinamide adenine dinucleotide phosphate
(NADP).Keduanya bertindak sebagai penerima hidrogen.Kekurangan
niasin yang parah selama beberapa bulan dapat mengakibatkan pellagra
dengan gejala spesifik yaitu sakit tenggorokan, lidah dan mulut, serta
dermatitis yang khas (Winarno, 2004).
Praktikan menjelaskan cara analisis kadar vitamin b3 dengan
menggunakan metode KCKT (kromatografi cair kinerja tinggi) pada
sediaan hand and body lotion. Dilakukan penyiapan larutan uji dengan
cara menimbang 0,0049 g/10 ml dilarutkan dalam methanol : air (1:2)
lalu disaring dilakukan sonikasi. Sonikasi perlu dilkakukan untuk
menghilangkan partikel-partikel yang masih ada dalam larutan uji.
Sebab akan mempengaruhi kinerja kolom sangat proses pemisahan.
Setelah itu, dilakukan pembuatan larutan kurva baku berbagai
konsentrasi vitamin b3 1,2 ppm; 6 ppm; 12 ppm; 18ppm; 24 ppm
sebagai pembanding sampel yang akan di ujikan. Untuk memvalidkan
metode dilakaukan terlebih dahulu kondisi analisisnya seperti apa
dengan cara di atur pada detektor UV dengan 2 256 nm, kolom C18,
suhu oven 30°C, laju alir 1,0 ml/mnt, volume injeksi 20 uL, F.G. .
Methanol : air (1:2). Masing-masing sampel dan baku di injeksikan
sehingga dapat diperoleh nilai luas area untuk digunakan penetapan
kadar vit b3 melalui persamaan regresi linier y=a+bx. Dari hasil yang
didapatkan diperoleh nilai berturut-turut A 15032,31; B 13566,28; R
0,99409 dan nilai Sampel = Luas Area 256930. Sehingga dapat
diketahui kadar vit b3 dalam sediaan hand body lotion sebesar 0,017%.
Kesimpulan
Untuk menganalisis adanya kandungan vitamin b3 dalam sediaan hand
body lotion bisa digunaka metode KCKT ( kromatografi cair kinerja
tinggi ) didapatkan kadar dari vitamin b3 sebesar 0,017%.
13
Salah satu dampak paling umum dari kekurangan vitamin A
adalah masalah pada mata, seperti degenerasi makula, mata kering,
penurunan fungsi penglihatan, dan kelainan kornea yang disebut
xerophthalmia.
Selain mengganggu kesehatan mata, dampak kekurangan vitamin
A yang dapat terjadi antara lain:
a. Kulit kering
Orang-orang yang kekurangan vitamin A lebih berisiko
terkena masalah pada kulit, terutama penyakit eksim dan kulit
kering. Hal itu terjadi karena vitamin A merupakan salah satu
vitamin penting yang ikut berperan dalam membantu menciptakan
dan memperbaiki sel-sel kulit.
b. Mudah terserang infeksi
Vitamin A memiliki peranan penting dalam menjaga daya
tahan tubuh. Kurang asupan vitamin A dikaitkan dengan berbagai
risiko infeksi seperti ISPA, pneumonia, diare, dan campak. Mereka
yang kekurangan vitamin A, terutama anak-anak, berisiko terkena
komplikasi campak. Oleh karena itu, asupan vitamin A penting
untuk dipenuhi agar daya tahan tubuh tetap kuat.
c. Risiko kanker meningkat
Kaitan antara kekurangan vitamin A dengan kanker masih
menjadi perdebatan. Namun menurut suatu riset, rendahnya kadar
vitamin A dalam tubuh berisiko memicu tumbuhnya sel-sel kanker.
Meski demikian, masih dibutuhkan studi lebih lanjut untuk
memastikan seberapa besar pengaruh kekurangan vitamin A
terhadap munculnya kanker.
d. Gangguan pertumbuhan pada anak
Anak-anak membutuhkan nutrisi yang lengkap untuk mencapai
tumbuh kembang yang optimal. Salah satu nutrisi yang juga perlu
tercukupi adalah vitamin A. Kekurangan vitamin A pada anak-anak
dalam jangka panjang diketahui dapat membuat pertumbuhan anak
14
terhambat, sehingga tubuh anak menjadi lebih pendek dari teman-
teman sebayanya.
e. Masalah kesuburan
Ada berbagai hal yang dapat menyebabkan masalah kesuburan
atau infertilitas. Salah satunya adalah kekurangan vitamin A. Tidak
hanya pada wanita, gangguan kesuburan akibat kekurangan vitamin
A juga bisa terjadi pada pria.
Lebih jauh lagi, kekurangan vitamin A juga dapat
meningkatkan risiko terjadinya keguguran dan kelainan genetik
atau cacat bawaan lahir pada janin yang dikandung.
15
Terdapat sejumlah obat yang berpotensi menimbulkan interaksi
jika dikonsumsi bersamaan dengan vitamin A. Beberapa interaksi yang
dapat timbul antara lain:
Menurunkan penyerapan vitamin A dari makanan, jika digunakan
bersama dengan orlistat.
Menyebabkan perdarahan, jika digunakan dengan obat warfarin.
Meningkatkan risiko timbulnya kondisi serius akibat tekanan dalam
otak meningkat, jika digunakan bersama doxycycline, minocycline,
oxytetracycline, dan tetracycline.
Meningkatkan risiko gangguan hati, jika digunakan dengan obat
simvastatin.
Menyebabkan kadar vitamin A berlebih dalam darah,.jika
digunakan bersama dengan retinoid, tretinoin, dan isotretinoin.
Menurunkan efektivitas vitamin A, jika digunakan bersama dengan
cholestyramine, sevelamer, dan colestipol.
16
Meningkatkan risiko terjadinya rhabdomyolysis jika digunakan
dengan obat golongan statin, seperti atorvastatin, cerivastatin,
iovastatin, pitavastatin, rosuvastatin, atau simvastatin
Meningkatkan risiko terjadinya gangguan hati jika digunakan
dengan lopitamide, leflunomide, mipomersen, pexidartinib,
teriflunomide
Menurunkan efektivitas allopurinol
Meningkatkan risiko terjadinya pendarahan jika digunakan dengan
antikoagulan atau antiplatelet
Meningkatkan risiko terjadinya efek samping vitamin B3 jika
digunakan dengan zinc
Memengaruhi kadar gula darah jika digunakan dengan obat
antidiabetes
Meningkatkan risiko terjadinya hipotensi jika digunakan dengan
obat antihipertensi
BAB IV
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN METODE
17
abc
3. Kelebihan Metode Analisis Vitamin B3
abc
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Abc
18
DAFTAR PUSTAKA
19
gejala-yang-ditimbulkan#:~:text=Tanpa%20vitamin%20B3%2C%20tubuh
%20akan,muntah%2C%20kelelahan%2C%20hingga%20depresi. diakses
pada tanggal 19 September 2021
Anonim. 2019. Vitamin A. https://www.alodokter.com/vitamin-a. diakses pada
tanggal 19 September 2021
Noya, Allert Benedicto Ieuan. 2019. Seperti Ini Dampak Kekurangan Vitamin A
dan Cara Mencegahnya. https://www.alodokter.com/seperti-ini-dampak-
kekurangan-vitamin-a-dan-cara-mencegahnya#:~:text=Salah%20satu
%20dampak%20paling%20umum,kelainan%20kornea%20yang%20disebut
%20xerophthalmia.. diakses pada tanggal 19 September 2021
Pane, Merry Dame Cristy. 2021. Biotin. https://www.alodokter.com/biotin.
diakses pada tanggal 19 September 2021
Pane, Merry Dame Cristy. 2021. Vitamin B3 (Niacin).
https://www.alodokter.com/vitamin-b3-niacin#:~:text=Usia
%209%E2%80%9313%20tahun%3A%2012,hamil%3A%2018%20mg
%20per%20hari. diakses pada tanggal 19 September 2021
Willy, Tjin. 2019. Vitamin A. https://www.alodokter.com/vitamin-a. diakses pada
tanggal 19 September 2021
20