Anda di halaman 1dari 23

“METABOLISME VITAMIN A, B7, DAN B3”

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata kuliah : Biokimia
Dosen pengampu : Siti Mas’odah, S. Pd,. M.Gizi

Disusun oleh :
Kelompok 1
1. DESYANI EKA SYAFITRI (P07131120008)
2. MARDIANA (P07131120024)
3. NOR’ ANITA (P07131120031)
4. SITI KHADIZAH (P07131120044)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
JURUSAN GIZI
2021/2022
KATA  PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Segala puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Berkat


rahmat dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah
Biokimia yang berjudul “Metabolisme Vitamin A, B7, Dan B3”. Tak lupa pula
shalawat serta salam yang kita haturkan kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad SAW, keluarga beserta sahabat-sahabat beliau hingga akhir zaman.
Dalam pembuatan makalah ini, kami ucapkan terima kasih kepada Dosen
yang telah memberikan tugas dan bimbingannya. Juga tak lupa kami sampaikan
banyak terimakasih kepada rekan-rekan kelompok 1 yang telah bekerjasama
sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu. Makalah ini bertujuan untuk
memenuhi tugas yang telah diberikan selain itu makalah ini kami dedikasikan
untuk menambah pengetahuan kepada para pembaca juga penulis tentang
Metabolisme Vitamin A, B7, Dan B3.
Walaupun demikian, kami menyadari dalam penulisan makalah ini
memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
sangatlah bermanfaat untuk meningkatkan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Aamiin Allahumma Aamiin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Banjarbaru, 17 September 2021

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................i


KATA  PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A.Latar Belakang.....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah................................................................................................1

C.Tujuan...................................................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................2


A.Pengertian Vitamin..............................................................................................2

B. Pentingnya Vitamin A, B7, dan B3 Beserta Analisanya....................................2

C.Nilai Normal Vitamin A, B7 dan B3...................................................................4

BAB III PROSEDUR KERJA.........................................................................................6


A.Metode Analisis Vitamin A, B7 dan B3..............................................................6

B. Dampak Kekurangan Vitamin A, B7 dan B3.....................................................8

C.Interaksi Vitamin A, B7 dan B3 dengan obat lain...........................................10

BAB IV KELEBIHAN DAN KEKURANGAN METODE.........................................12


A.Kelebihan Metode Analisis Vitamin A, B7 dan B3..........................................12

B. Kekurangan Metode Analisis Vitamin A, B7 dan B3......................................12

BAB V PENUTUP..........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Vitamin adalah suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan
oleh tubuh kita yang berfungsi untuk mambantu pengaturan atau proses
kegiatan tubuh. Tanpa vitamin manusia, hewan dan makhluk hidup lainnya
tidak akan dapatmelakukan aktifitas hidup dan kekurangan vitamin dapat
menyebabkan memperbesar peluang terkena penyakit pada tubuh kita.

Vitamin memiliki peranan spesifik di dalam tubuh dan dapat pula


memberikan manfaat kesehatan. Bila kadar senyawa ini tidak mencukupi,
tubuh dapat mengalami suatu penyakit. Tubuh hanya memerlukan vitamin
dalam jumlah sedikit, tetapi jika kebutuhan ini diabaikan maka metabolism
di dalam tubuh kita akan terganggu karena fungsinya tidak dapat digantikan
oleh senyawa lain. Gangguan kesehatan ini dikenal dengan istilah
avitaminosis. Di samping itu, asupan vitamin juga tidak boleh karena dapat
menyebabkan gangguan metabolisme pada tubuh. Dalam penentuan apakah
makanan itu mengandung vitamin apa tidak, diperlukan suatu pengujian
agar dapat mengetahui kadar vitamin yang ada seperti vitamin A, B1, B2,
B3, B5, B6, B8, B9, B12, C, D, E berlebihan, dan K. Dengan mengetahui
kadar vitamin yang ada dalam bahan pangan, maka kita dapat mengetahui
kadar vitamin yang diperlukan oleh tubuh kita agar tidak terjadi kekurangan
vitamin yang dapat mengganggu kesehatan tubuh kita. Oleh karena itu
dibuatlah makalah ini untuk mengetahui tentang metode analisis vitamin.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan apa pengertian dari Vitamin A, B7, Dan B3?

2. Jelaskan apa pentingnya Vitamin A, B7, Dan B3 beserta analisisnya?

C. Tujuan
1. Untuk dapat memahami apa pengertian dari Vitamin A, B7, Dan B3.

1
2. Untuk dapat memahami apa pentingnya Vitamin A, B7, Dan B3 beserta
analisisnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Vitamin
Vitamin adalah nutrisi tambahan yang diperlukan bagi tubuh untuk
bisa menunjang kinerja tubuh. Umumnya, vitamin berasal dari makanan dan
buah-buahan yang bersifat organik. Tubuh manusia membutuhkan vitamin,
hal ini dikarenakan tubuh manusia mungkin saja kurang dalam
produksi vitamin yang dibutuhkan tersebut.
Vitamin adalah sekelompok senyawa organik berbobot molekul kecil
yang memiliki fungsi vital dalam metabolisme organisme. Dipandang dari
sisi enzimologi (ilmu tentang enzim), vitamin adalah kofaktor dalam reaksi
kimia yang dikatalisasi oleh enzim. Istilah “vitamin” sebenarnya sudah tidak
tepat untuk dipakai dalam pengertian biokimia karena tidak memiliki
kesamaan struktur tetapi akhirnya dipertahankan dalam konteks ilmu
kesehatan dan gizi. Nama ini berasal dari gabungan kata bahasa Latin vita
yang artinya “hidup” dan amina (amine) yang mengacu pada
suatu gugus organik yang memiliki atom nitrogen (N), karena pada awalnya
vitamin dianggap demikian. Kelak diketahui bahwa banyak vitamin sama
sekali tidak memiliki atom N.
Sebagai salah satu komponen gizi, vitamin diperlukan memperlancar
proses metabolisme tubuh, dan tidak berfungsi menghasilkan energi.
Vitamin terlibat dalam proses enzimatik. Tubuh memerlukan vitamin dalam
jumlah sedikit, tetapi jika kebutuhan yang sedikit itu diabaikan, akan
mengakibatkan terganggunya metabolisme di dalam tubuh kita karena
fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Kondisi kekurang
vitamin disebut avitaminosis.

B. Pentingnya Vitamin A, B7, dan B3 Beserta Analisanya


Vitamin A merupakan salah satu vitamin yang larut dalam lemak atau
minyak namun tidak larut dalam air. Vitamin A stabil terhadap panas, asam

2
dan alkali tetapi sangat mudah teroksidasi oleh udara dan akan rusak pada
suhu tinggi. Vitamin A dikenal dengan nama retinol adalah vitamin
pembentuk pigmen mata di retina. Oleh sebab itu, vitamin ini berhubungan
dengan penglihatan. Selain itu, vitamin A berperan dalam menjaga
kesehatan kulit serta imunitas tubuh. Vitamin A mempunyai sifat mudah
rusak akibat terpapar panas, serta udara. Vitamin A banyak terkandung di
dalam susu, ikan , sayur-sayuran serta buah-buahan. Kekurangan vitamin ini
bisa menyebabkan katarak, rabun senja, ISPA (infeksi saluran oernapasan
atas), serta penurunan daya tahan tubuh.
Vitamin B7 bermanfaat untuk membantu tubuh mengubah makanan
menjadi energi. Selain itu, vitamin B7 diketahui berperan dalam menjaga
kesehatan kulit, rambut, mata, hati, dan sistem saraf, serta merupakan nutrisi
yang penting selama kehamilan guna mendukung pertumbuhan janin yang
sehat. Jumlah kebutuhan asupan vitamin B7 bagi orang dewasa adalah
sekitar 30 mikgrogam (mcg) per hari. Anda bisa mendapatkan vitamin B7
dengan mengonsumsi kuning telur, jeroan, kacang-kacangan, biji-bijian,
kembang kol, pisang, jamur, sereal.
Vitamin B3 atau niacin (Vitamin laruut air) adalah suplemen yang
digunakan untuk mengatasi kekurangan (defisiensi) vitamin B3 atau
pellagra. Selain itu, suplemen ini juga bisa digunakan dalam pengobatan
dislipidemia. Kebutuhan akan vitamin B3 sebenarnya sudah bisa dipenuhi
dengan rutin mengonsumsi susu, nasi, telur, roti gandum, ikan, daging tanpa
lemak, kacang-kacangan, ragi, dan sayuran hijau. Namun, saat seseorang
mengalami malnutrisi, kecanduan alkohol, atau tumor carcinoid, risikonya
untuk kekurangan vitamin B3 akan meningkat. Vitamin B3 atau niasin ini
berperan dalam proses metabolisme protein, lemak, serta karbohidrat
menjadi energi tubuh. Vitamin ini bisa menjaga kadar tekanan darah, kadar
gula darah, penyembuhan vertigo dan migraine, serta menyembuhkan dari
racun-racun tetentu. Vitamin B3 banyak terkandung di dalam bahan
makanan hewani contohnya hati, ginjal, daging unggas, dsb. Kekurangan
vitamin B3 bisa menyebabkan kejang, keram otot, muntah-muntah,
gangguan pencernaan, serta mual.

3
C. Nilai Normal Vitamin A, B7 dan B3
1. Kebutuhan Harian dan Batas Asupan Vitamin A
Angka kecukupan gizi (AKG) harian vitamin A bervariasi,
tergantung pada usia, jenis kelamin, dan kondisi kesehatan. Jumlah
asupan tersebut dapat diperoleh dari makanan, suplemen, atau gabungan
dari keduanya. Berikut adalah AKG harian vitamin A berdasarkan usia:
Usia Asupan (IU/hari)
1-3 tahun 1000 IU
4-8 tahun 1320 IU
9-13 tahun 2000 IU
Pria ≥14 tahun 3000 IU
Wanita ≥14 tahun 2310 IU
Ibu hamil usia 14-18 tahun 2500 IU
Ibu hamil usia ≥19 tahun 2565 IU
Ibu menyusui usia <19 tahun 4000 IU
Ibu menyusui usia ≥19 tahun 4300 IU
Disarankan untuk tidak mengkonsumsi vitamin A melebihi batas
atas asupan harian. Dosis yang lebih tinggi hanya disarankan untuk
penderita kekurangan vitamin A. Batas atas asupan vitamin A adalah
sebagai berikut:
Usia Batas Atas Asupan (IU/hari)
0-3 tahun 2000 IU
4-8 tahun 3000 IU
9-13 tahun 5610 IU
14-18 tahun 9240 IU
19≤ tahun 10000 IU

2. Angka Kecukupan Gizi Biotin


Biotin belum memiliki angka kecukupan gizi (AKG) harian yang
tetap. Namun, ada batas asupan harian yang direkomendasikan untuk
biotin, yaitu:
 Usia di atas 10 tahun dan dewasa: 30–100 mcg/hari
 Usia 7–10 tahun: 30 mcg per hari
 Usia 4–6 tahun: 25 mcg per hari
 Usia 0–3 tahun: 10–20 mcg per hari

4
3. Angka Kecukupan Gizi (AKG) Vitamin B3 (Niacin)
Angka kecukupan gizi (AKG) harian vitamin B3 berbeda-beda,
tergantung usia, jenis kelamin, dan kondisi kesehatan pasien. Berikut
ini adalah AKG harian vitamin B3:
 Usia 0–6 bulan: 2 mg per hari
 Usia 7–12 bulan: 4 mg per hari
 Usia 1–3 tahun: 6 mg per hari
 Usia 4–8 tahun: 8 mg per hari
 Usia 9–13 tahun: 12 mg per hari
 Laki-laki usia >14 tahun: 16 mg per hari
 Wanita usia >14 tahun: 14 mg per hari
 Ibu hamil: 18 mg per hari
 Ibu menyusui: 17 mg per hari

BAB III
PROSEDUR KERJA

5
A. Metode Analisis Vitamin A, B7 dan B3
1. Metode Analisis Vitamin A
Penentuan status vitamin A penting untuk melihat kadar vitamin
A di dalam tubuh seseorang. Secara tradisional, pemeriksaan KVA di
lapangan dilakukan berdasarkan kemampuan penglihatan yang terjadi
setelah mengalami KVA dalam waktu lama, melalui tanda-tanda klinis
dan gejala xeroftalmia. Pemeriksaan ini direkomendasikan oleh
International Vitamin A Consultative Group (IVACG) pada tahun 1976.
Seiring dengan perkembangan pengetahuan, status vitamin A
seseorang dapat diketahui lebih awal dengan pemeriksaan,
histopatologis, biologis dan biokimia. Secara biologis, fungsi dan
histologi, status vitamin A dapat diperiksa melalui tanda-tanda
xeroftalmia, buta senja, conjunctival impression cytology (CIC) dan
penyesuaian di kamar gelap1 . Secara biokimia dilakukan pemeriksaan
pada darah atau serum. Sebagian besar vitamin A di dalam tubuh
disimpan dalam bentuk retinyl ester dalam hati. Karena itu pengukuran
cadangan vitamin A di dalam hati merupakan indeks terbaik untuk
mengetahui status vitamin A. Namun, pengukuran dengan cara biopsi
tidak mungkin dilakukan pada penelitian di lapangan. Total serum
vitamin A atau yang lebih baru lagi konsentrasi serum retinol lebih
sering digunakan. Namun, serum atau plasma hanya mengandung
sekitar 1 persen dari total cadangan vitamin A dan konsentrasinya tidak
menggambarkan cadangan tubuh hingga terjadinya kekurangan yang
berat atau kelebihan yang tinggi. Konsekuensinya, yang paling baik
untuk menentukan status vitamin A, selain kadar serum retinol, juga
menggunakan fungsi fisiologi lainnya3 . Setiap metode analisis
mempunyai kekuatan dan kelemahan dalam menghasilkan informasi.
Berikut ini cara penentuan status vitamin A secara biokimia dengan
sampel darah yaitu:
a. Alat : HPLC
b. Metode: Spektrofotometri
c. Prinsip :

6
Prinsip kerja Spektrofotometri adalah bila cahaya
(monokrommatik maupun campuran) jatuh pada suatu medium
homogen, sebagian dari sinar masuk akan dipantulkan sebagian
diserap dalam medium itu dan sisanya diteruskan. Nilai yang keluar
dari cahaya yang diteruskan dinyatakan dalam nilai absorbansi
karena memiliki hubungan dengan konsentrasi sampel.
Kadar serum retinol menggambarkan status vitamin A hanya
ketika cadangan vitamin A dalam hati kekurangan dalam tingkat
berat (1,05 µmol/g hati). Bila konsentrasi cadangan vitamin A
dalam hati berada dalam batas ini, tidak menggambarkan total
cadangan tubuh, menggambarkan konsenstrasi status vitamin A
perseorangan terutama ketika cadangan vitamin A tubuh terbatas,
karena konsentrasi serum retinol terkontrol secara homeostasis dan
tidak akan turun hingga cadangan tubuh benar-benar menurun.
Konsentrasi serum retinol juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
mempengaruhi pengeluaran holo-RBP. Faktor yang berpengaruh
pada kadar serum retinol antara lain umur, jenis kelamin dan ras.
Diperlukan kriteria khusus umur untuk menginterpretasikan kadar
serum retinol. Faktor lain adalah asupan lemak yang rendah dalam
makanan, misalnya asupan < 5-10 g/hari, akan mengganggu
absorpsi dari provitamin A karoten dan pada jangka panjang
menurunkan konsentrasi plasma retinol. Selain dari asupan lemak
faktor gizi lainnya adalah defisiensi zat gizi lain. Kurang energi
protein menurunkan apoRBP, kurang zinc menurunkan kadar
retinol karena perannya dalam sintesa hepatik atau sekresi RBP.
Penyakit mungkin berpengaruh pada kadar serum retinol, penyakit
ginjal kronis meningkatkan konsentrasi retinol, sedangkan penyakit
hati menurunkan kadar serum retinol. Penyakit infeksi termasuk
HIV, campak, infeksi parasit berhubungan dengan rendahnya kadar
serum retinol.2 Namun, serum retinol merupakan indikator yang
sering digunakan untuk penentuan tingkat KVA pada populasi
karena banyak laboratorium yang mampu menganalisisnya dan ini

7
merupakan indikator biokimia status vitamin A terbaik3,4 . Serum
retinol biasanya ditentukan dengan High Performance Liquid
Chromatography (HPLC) atau dengan spektrofotometri. Walaupun
spektrofotometri lebih sederhana dan lebih murah, akurasinya
kurang. Karena itu HPLC lebih sering digunakan. Dari beberapa
metode yang tersedia untuk analisis total serum vitamin A atau
retinol, hanya HPLC yang dapat membedakan retinol dari retinyl
ester, sedangkan metode lain mengukur total serum vitamin A3,4 .

2. Metode Analisis Vitamin B7


Metode Analitis untukBiotin
Pengujian ikatan avidin
Protein, avidin dan streptavidin, banyak digunakan dalam analisis
biotin karena afinitas dan spesifisitasnya yang luar biasa terhadap
pengikatan biotin (Zempleni et al. 2009). Umumnya uji ikatan avidin
untuk penentuan biotin bekerja melalui kompetisi biotin sampel dan
biotin berlabel (seperti biotin berlabel isotop atau enzim terbiotinilasi)
dengan jumlah avidin yang terbatas. Akhirnya, sinyal diperoleh secara
spektrofotometri atau elektrokimia dari reaksi enzim berlabel dengan
substrat yang sesuai atau berdasarkan jumlah radioaktivitas.

Metode Spektrofotometri.Pada pengikatan biotin dengan avi-din,


pergeseran (dari 280 nm ke 233 nm) dapat diamati pada spektrum
penyerapan residu triptofan dari avidin. Oleh karena itu, biotin dapat
ditentukan dengan mengukur perubahan spektrum, terutama penyerapan
pada 233 nm (Livaniou et al. 2000). Format lain dari uji ikatan avidin
telah dijelaskan sebelumnya, di mana sampel biotin mampu
menggantikan asam p-hidroksi-azo-benzena-2'-karboksilat (HABA),
molekul pewarna, dari kompleks avidin-HABA, yang mengarah ke
penurunan yang bergantung pada dosis dalam penyerapan yang sesuai
pada 500nm (Zemplenietal). .2009).

8
Metode Elektrokimia. Metode terkait menggunakan horse-
radishperoxidase (HRP), yang mampu mereduksi hidrogenperoksida
secara elektrokatalitik. Sistem penginderaan seperti itu biasanya terdiri
dari elektroda pendeteksi yang dibuat dengan avidin. Fungsi dari sistem
penginderaan amperometrik ini didasarkan pada kompetisi biotin-
kompleks HRP dan biotin bebas terhadap avidin amobil pada
permukaan elektroda. Sebagai langkah terakhir, sinyal arus diperoleh
dari reaksi enzimatik biotin—HRP dengan konsentrasi hidrogen
peroksida yang diketahui yang disajikan dalam campuran reaksi
(Vreekeetal.1995; Wrightetal.1995).
Bioluminescence-bindingAssays
bab 23

Aequorin (AEQ) adalah fotoprotein, yang berasal dari ubur-


uburAequoreaVictoria, yang menawarkan sensitivitas luar biasa untuk
dideteksi pada level serendah 10° 21mol. Untuk alasan ini, telah banyak
digunakan dalam pengembangan uji pengikat bioluminesensi untuk
berbagai target, termasuk biotin (Feltus Bi al.2001). Uji pengikatan
bioluminesensi dibuat berdasarkan kompetisi antara jumlah biotin—
aequorin conjugate (AEQ-biotin) yang diketahui dan konsentrasi
sampel biotin yang bervariasi untuk situs pengikatan pada protein
avidin. Semakin sedikit biotin bebas yang ada dalam sampel, semakin
besar fotoprotein berlabel biotin yang dapat berikatan dengan avidin,
yang mengarah ke sinyal bioluminesensi yang lebih tinggi yang
dipancarkan oleh fotoprotein AEQ (Feltus et al. 2001). Berdasarkan
prinsip yang sama, pengujian dapat dikembangkan lebih lanjut dengan
menggabungkan sistem transfer energi resonansi bioluminesensi
(BRET) dan teknik fusi protein (Vinokurovetal. 2003).

Analisis Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Biotin


Metode kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) telah diterapkan
secara komprehensif untuk penentuan biotin dalam sediaan

9
multivitamin farmasi. Beberapa di antaranya juga telah digunakan
untuk menganalisis matriks sampel yang lebih rumit, mis. bahan
makanan (Livaniou et al. 2000). Deteksi biotin oleh HPLC dapat
dicapai dengan (baik sebelum atau sesudah kolom) atau tanpa sampel
derivatisasi (Livaniouetal.2000).
Biotin dan analognya dapat dibedakan berdasarkan perbedaan
strukturalnya menggunakan HPLC fase terbalik atau penukar anion
(Bowers-Komroet al. 1986; Chastain et al. 1985; Livaniou et al. 2000)
tanpa derivitisasi lebih lanjut. Namun, derivatisasi fluoresen dengan 4-
bromometil-7-metoksikumarin (Br-Mmc), 9-antrildiazometana
(ADAM), l-pirenildiazometana (PDAM), tiamin, o-ftalaldehid (OPA)
atau asam 3-merkaptopropionat (3-MPA) biasanya telah dicoba untuk
mendapatkan batas deteksi yang lebih baik (Nojiri et al. 1998;
Yokoyama dan Kinoshita1991).
Selain detektor spektrometri, HPLCa juga telah digabungkan
dengan sistem deteksi lainnya, seperti spektrometri massa (MS).
Spesifisitas dapat sangat ditingkatkan dengan menggunakan
spektrometri massa tandem (HPLC-MS/MS) (Hölleret al. 2006;
Yomota dan Ohnishi2007). Sensitivitas dan selektivitas yang tinggi
juga dapat dicapai dengan HPLC yang digabungkan dengan deteksi
elektrokimia (Kucera et al.2007).

Tes Biotin Lainnya


Biotin juga dapat ditentukan dengan berbagai metode lain. Dalam
analisis kromatografi gas, hidrogen aktif dari gugus karboksil dalam
biotin dapat disubstitusi dengan gugus silil menggunakan bis-
(trimetilsi1il) asetamida (BSA) sebelum analisis untuk meningkatkan
sensitivitas dan reproduktifitas kuantitatif (Viswanathanetal.1970).
Metode kromatografi lapis tipis dengan metode memvisualisasikan
sistem penyemprotan, seperti p-dimethylaminocinnamaldehyde, yang
digunakan dalam penentuan biotin dalam preparat multi-vitamin telah
dijelaskan (Gröningsson dan Jansson 1979). Uji mikrobiologis (MBA)

10
menggunakan Lactobacillus plantarum (Baker 1985), elektroforesis
zona kapiler (Schieneet al. 1996), kromatografi kertas (Reio 1970), dan
metode polarografi (Serna et al. 1973) juga disebutkan dalam literatur
sebelumnya tentang penentuan biotin.

3. Metode Analisis Vitamin B3


Analisis Kadar vitamin B3 (Niasin) secara KCKT (Kromatografi
Cair Kinerja Tinggi)
A. Tujuan
Mampu mengetahui cara analisis vitamin b3 dengan
menggunakan metode KCKT (kromatografi cair kinerja tinggi)
B. Metode
Analisis vitamin b3 secara KCKT (kromatografi cair kinerja
tinggi)
C. Prinsip
Sampel yang telah dilarutkan dapat dipisahkan dan dihitung
konsentrasi zat spesifik yang terkandung di dalamnya berdasarkan
afinitas sampel oleh fase gerak terhadap fase diam pada kolom yang
digunakan.
D. Alat dan Bahan
Alat :
1. Seperangkat alat KCKT
2. Gelas ukur,
3. Pipet ukur,
4. Gelas kimia
5. Labu ukur,
6. Sonikasi,
7. Pipet volume,
8. Batang pengaduk,
9. Vial.
Bahan :
1. Methanol : air (1:2),
2. Standar vitamin b3,

11
3. Sampel hand body,
4. Kertas membran mikro 0.45 um
E. Cara Kerja
1. Pembuatan Larutan Induk 100 ppm/100ml Vitamin B3 (add
Methanol : air (1:2))
2. Pembuatan Kurva Baku Vitamin B3 berbagai konsentrasi 1 ppm; 5
ppm; 10 ppm; 15 ppm; 20 ppm. (add Methanol : air (1:2)) di sonikasi,
dilakukan penyaringan kertas membran mikro 0.45 um masukan vial
3. Penyiapan Larutan Sampel di timbang 0,0049 g/10 ml (add Methanol
: air (1:2)) di sonikasi, dilakukan penyaringan kertas membran mikro
0.45 um masukan vial
# KONDISI ANALISIS#
• detektor UV dengan 2 256 nm
• kolom C18
• suhu oven 30°C
• laju alir 1,0 ml/mnt
• volume injeksi 20 uL
• F.G. . Methanol : air (1:2)
F. Hasil
A. 15032,31 Sampel = Luas Area 256930
B. 13566,28
R. 0,99409
Y=A+B
= 256930 - 15032,31
X= 13566,28
= 17,831 ppm x 10ml L.T (0,017%)

G. Pembahasan
Vitamin B3 (niasin) sangat mudah diserap diusus kecil, dan beberapa
cadangannya dapat disimpan dalam tubuh. Niasin berperan dalam
reaksi enzimatik dalam tubuh atau metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein. Koenzim tersebut adalah nicotinamide adenine dinucleotide

12
(NAD) dan nicotinamide adenine dinucleotide phosphate
(NADP).Keduanya bertindak sebagai penerima hidrogen.Kekurangan
niasin yang parah selama beberapa bulan dapat mengakibatkan pellagra
dengan gejala spesifik yaitu sakit tenggorokan, lidah dan mulut, serta
dermatitis yang khas (Winarno, 2004).
Praktikan menjelaskan cara analisis kadar vitamin b3 dengan
menggunakan metode KCKT (kromatografi cair kinerja tinggi) pada
sediaan hand and body lotion. Dilakukan penyiapan larutan uji dengan
cara menimbang 0,0049 g/10 ml dilarutkan dalam methanol : air (1:2)
lalu disaring dilakukan sonikasi. Sonikasi perlu dilkakukan untuk
menghilangkan partikel-partikel yang masih ada dalam larutan uji.
Sebab akan mempengaruhi kinerja kolom sangat proses pemisahan.
Setelah itu, dilakukan pembuatan larutan kurva baku berbagai
konsentrasi vitamin b3 1,2 ppm; 6 ppm; 12 ppm; 18ppm; 24 ppm
sebagai pembanding sampel yang akan di ujikan. Untuk memvalidkan
metode dilakaukan terlebih dahulu kondisi analisisnya seperti apa
dengan cara di atur pada detektor UV dengan 2 256 nm, kolom C18,
suhu oven 30°C, laju alir 1,0 ml/mnt, volume injeksi 20 uL, F.G. .
Methanol : air (1:2). Masing-masing sampel dan baku di injeksikan
sehingga dapat diperoleh nilai luas area untuk digunakan penetapan
kadar vit b3 melalui persamaan regresi linier y=a+bx. Dari hasil yang
didapatkan diperoleh nilai berturut-turut A 15032,31; B 13566,28; R
0,99409 dan nilai Sampel = Luas Area 256930. Sehingga dapat
diketahui kadar vit b3 dalam sediaan hand body lotion sebesar 0,017%.

Kesimpulan
Untuk menganalisis adanya kandungan vitamin b3 dalam sediaan hand
body lotion bisa digunaka metode KCKT ( kromatografi cair kinerja
tinggi ) didapatkan kadar dari vitamin b3 sebesar 0,017%.

B. Dampak Kekurangan Vitamin A, B7 dan B3


1. Dampak Kekurangan Vitamin A

13
Salah satu dampak paling umum dari kekurangan vitamin A
adalah masalah pada mata, seperti degenerasi makula, mata kering,
penurunan fungsi penglihatan, dan kelainan kornea yang disebut
xerophthalmia.
Selain mengganggu kesehatan mata, dampak kekurangan vitamin
A yang dapat terjadi antara lain:
a. Kulit kering
Orang-orang yang kekurangan vitamin A lebih berisiko
terkena masalah pada kulit, terutama penyakit eksim dan kulit
kering. Hal itu terjadi karena vitamin A merupakan salah satu
vitamin penting yang ikut berperan dalam membantu menciptakan
dan memperbaiki sel-sel kulit.
b. Mudah terserang infeksi
Vitamin A memiliki peranan penting dalam menjaga daya
tahan tubuh. Kurang asupan vitamin A dikaitkan dengan berbagai
risiko infeksi seperti ISPA, pneumonia, diare, dan campak. Mereka
yang kekurangan vitamin A, terutama anak-anak, berisiko terkena
komplikasi campak. Oleh karena itu, asupan vitamin A penting
untuk dipenuhi agar daya tahan tubuh tetap kuat.
c. Risiko kanker meningkat
Kaitan antara kekurangan vitamin A dengan kanker masih
menjadi perdebatan. Namun menurut suatu riset, rendahnya kadar
vitamin A dalam tubuh berisiko memicu tumbuhnya sel-sel kanker.
Meski demikian, masih dibutuhkan studi lebih lanjut untuk
memastikan seberapa besar pengaruh kekurangan vitamin A
terhadap munculnya kanker.
d. Gangguan pertumbuhan pada anak
Anak-anak membutuhkan nutrisi yang lengkap untuk mencapai
tumbuh kembang yang optimal. Salah satu nutrisi yang juga perlu
tercukupi adalah vitamin A. Kekurangan vitamin A pada anak-anak
dalam jangka panjang diketahui dapat membuat pertumbuhan anak

14
terhambat, sehingga tubuh anak menjadi lebih pendek dari teman-
teman sebayanya.
e. Masalah kesuburan
Ada berbagai hal yang dapat menyebabkan masalah kesuburan
atau infertilitas. Salah satunya adalah kekurangan vitamin A. Tidak
hanya pada wanita, gangguan kesuburan akibat kekurangan vitamin
A juga bisa terjadi pada pria.
Lebih jauh lagi, kekurangan vitamin A juga dapat
meningkatkan risiko terjadinya keguguran dan kelainan genetik
atau cacat bawaan lahir pada janin yang dikandung.

2. Dampak Kekurangan Vitamin B7


Biotin atau vitamin B7 merupakan nutrisi yang berperan
mengubah karbohidrat dan lemak menjadi energi. Selain itu, biotin juga
merupakan nutrisi yang dibutuhkan tubuh untuk menjaga kesehatan
mata dan pertumbuhan rambut, mengatur metabolisme, dan menjaga
kadar gula darah tetap stabil.
Kekurangan jenis vitamin B yang satu ini bisa Anda kenali
dengan munculnya gejala berupa rambut rontok, kulit kering, ruam
bersisik di sekitar mata atau mulut, mata kering, kelelahan, dan depresi.

3. Dampak Kekurangan Vitamin B3


Vitamin B3 perlu dikonsumsi sebanyak 10-15 mg per hari. Tanpa
vitamin B3, tubuh akan mudah mengalami kelelahan, gangguan
pencernaan, sariawan, muntah, kelelahan, hingga depresi.
Kalau parah, kekurangan vitamin B jenis ini bisa menimbulkan
penyakit pellagra yang ditandai dengan ruam bersisik pada area kulit
yang terkena matahari, muntah, diare, sakit kepala, tubuh sering lelah,
depresi, mulut bengkak, lidah memerah cerah, dan kesulitan
berkonsentrasi. Jika tidak diobati, penyakit ini dapat menyebabkan
kematian.

C. Interaksi Vitamin A, B7 dan B3 dengan obat lain


1. Interaksi Vitamin A dengan Obat Lain

15
Terdapat sejumlah obat yang berpotensi menimbulkan interaksi
jika dikonsumsi bersamaan dengan vitamin A. Beberapa interaksi yang
dapat timbul antara lain:
 Menurunkan penyerapan vitamin A dari makanan, jika digunakan
bersama dengan orlistat.
 Menyebabkan perdarahan, jika digunakan dengan obat warfarin.
 Meningkatkan risiko timbulnya kondisi serius akibat tekanan dalam
otak meningkat, jika digunakan bersama doxycycline, minocycline,
oxytetracycline, dan tetracycline.
 Meningkatkan risiko gangguan hati, jika digunakan dengan obat
simvastatin.
 Menyebabkan kadar vitamin A berlebih dalam darah,.jika
digunakan bersama dengan retinoid, tretinoin, dan isotretinoin.
 Menurunkan efektivitas vitamin A, jika digunakan bersama dengan
cholestyramine, sevelamer, dan colestipol.

2. Interaksi Vitamin B7 (Biotin) dengan Obat Lain


Berikut ini adalah sejumlah efek interaksi yang dapat terjadi jika
menggunakan suplemen biotin dengan obat, suplemen, produk herbal,
atau makanan tertentu:
 Penurunan kadar biotin dalam tubuh jika digunakan dengan
acetazolamide, carbamazepine, phenobarbital, phenytoin, atau
primidone
 Penurunan efek clozapine, olanzapine, propranolol, teofilin, atau
zolmitriptan
 Berkurangnya penyerapan biotin, asam alfa-lipoat, atau vitamin B5
oleh tubuh jika digunakan secara bersamaan
 Peningkatan risiko terjadinya kekurangan biotin jika dikonsumsi
bersama putih telur yang mentah

3. Interaksi Vitamin B3 (Niacin) dengan Obat Lain


Vitamin B3 dapat menimbulkan efek interaksi obat jika
digunakan bersama obat-obatan tertentu, di antaranya:

16
 Meningkatkan risiko terjadinya rhabdomyolysis jika digunakan
dengan obat golongan statin, seperti atorvastatin, cerivastatin,
iovastatin, pitavastatin, rosuvastatin, atau simvastatin
 Meningkatkan risiko terjadinya gangguan hati jika digunakan
dengan lopitamide, leflunomide, mipomersen, pexidartinib,
teriflunomide
 Menurunkan efektivitas allopurinol
 Meningkatkan risiko terjadinya pendarahan jika digunakan dengan
antikoagulan atau antiplatelet
 Meningkatkan risiko terjadinya efek samping vitamin B3 jika
digunakan dengan zinc
 Memengaruhi kadar gula darah jika digunakan dengan obat
antidiabetes
 Meningkatkan risiko terjadinya hipotensi jika digunakan dengan
obat antihipertensi

BAB IV
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN METODE

A. Kelebihan Metode Analisis Vitamin A, B7 dan B3


1. Kelebihan Metode Analisis Vitamin A
a. lebih sederhana dan murah
b. .
c. .
2. Kelebihan Metode Analisis Vitamin B7

17
abc
3. Kelebihan Metode Analisis Vitamin B3
abc

B. Kekurangan Metode Analisis Vitamin A, B7 dan B3


1. Kelebihan Metode Analisis Vitamin A
a. hasil akurasinya kurang
b. .
c. .
2. Kelebihan Metode Analisis Vitamin B7
abc
3. Kelebihan Metode Analisis Vitamin B3
abc

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Abc

18
DAFTAR PUSTAKA

Adrian, Kevin. 2019. Akibat Kekurangan Vitamin B dan Gejala yang


Ditimbulkan. https://www.alodokter.com/akibat-kekurangan-vitamin-b-dan-

19
gejala-yang-ditimbulkan#:~:text=Tanpa%20vitamin%20B3%2C%20tubuh
%20akan,muntah%2C%20kelelahan%2C%20hingga%20depresi. diakses
pada tanggal 19 September 2021
Anonim. 2019. Vitamin A. https://www.alodokter.com/vitamin-a. diakses pada
tanggal 19 September 2021
Noya, Allert Benedicto Ieuan. 2019. Seperti Ini Dampak Kekurangan Vitamin A
dan Cara Mencegahnya. https://www.alodokter.com/seperti-ini-dampak-
kekurangan-vitamin-a-dan-cara-mencegahnya#:~:text=Salah%20satu
%20dampak%20paling%20umum,kelainan%20kornea%20yang%20disebut
%20xerophthalmia.. diakses pada tanggal 19 September 2021
Pane, Merry Dame Cristy. 2021. Biotin. https://www.alodokter.com/biotin.
diakses pada tanggal 19 September 2021
Pane, Merry Dame Cristy. 2021. Vitamin B3 (Niacin).
https://www.alodokter.com/vitamin-b3-niacin#:~:text=Usia
%209%E2%80%9313%20tahun%3A%2012,hamil%3A%2018%20mg
%20per%20hari. diakses pada tanggal 19 September 2021
Willy, Tjin. 2019. Vitamin A. https://www.alodokter.com/vitamin-a. diakses pada
tanggal 19 September 2021

20

Anda mungkin juga menyukai