Anda di halaman 1dari 14

FUNGSI , METABOLISME , BIOAVAILABILITAS DAN DEFISIENSI VITAMIN

LARUT DALAM LEMAK

(A, D, E, DAN K)

1. Huda Jafar Rasyid 125100402111006


2. Bayu Mas Amana 135100107121003
3. Afifah Dwi Yustikarini 175100100111008
4. Patricia Herwita S 175100101111045
5. Ivana Melanie W. S 175100107111005
6. M. Amien Ra’is R 175100107111023

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG

2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Vitamin (bahasa Inggris: vital amine, vitamin) adalah sekelompok senyawa organik berbobot
molekul kecil yang memiliki fungsi vital dalam metabolisme setiap organisme, yang tidak dapat
dihasilkan oleh tubuh.Nama ini berasal dari gabungan kata bahasa Latin vita yang artinya
"hidup" dan amina (amine) yang mengacu pada suatu gugus fungsi yang
memiliki atom nitrogen (N), karena pada awalnya vitamin dianggap demikian. Kelak diketahui
bahwa banyak vitamin yang sama sekali tidak memiliki atom N. Dipandang dari
sisi enzimologi (ilmu tentang enzim), vitamin adalah kofaktor dalam reaksi kimia yang
dikatalisasi oleh enzim. Pada dasarnya, senyawa vitamin ini digunakan tubuh untuk dapat
bertumbuh dan berkembang secara normal. Terdapat 13 jenis vitamin yang dibutuhkan oleh
tubuh untuk dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik. Vitamin tersebut antara lain vitamin
A, C, D, E, K, dan B (tiamin, riboflavin, niasin, asam pantotenat, biotin, vitamin B6, vitamin
B12, dan folat).Walau memiliki peranan yang sangat penting, tubuh hanya dapat
memproduksi vitamin D dan vitamin K dalam bentuk provitamin yang tidak aktif. Sumber
berbagai vitamin ini dapat berasal dari makanan, seperti buah-buahan, sayuran, dan suplemen
makanan.Vitamin memiliki peranan spesifik di dalam tubuh dan dapat pula memberikan manfaat
kesehatan. Bila kadar senyawa ini tidak mencukupi, tubuh dapat mengalami suatu
penyakit. Tubuh hanya memerlukan vitamin dalam jumlah sedikit, tetapi jika kebutuhan ini
diabaikan maka metabolisme di dalam tubuh kita akan terganggu karena fungsinya tidak dapat
digantikan oleh senyawa lain. Gangguan kesehatan ini dikenal dengan
istilah avitaminosis. Contohnya adalah bila kita kekurangan vitamin A maka kita akan
mengalami kerabunan. Di samping itu, asupan vitamin juga tidak boleh berlebihan karena dapat
menyebabkan gangguan metabolisme pada tubuh.

Berbicara mengenai vitamin memang beragam jenisnya dan mempunyai fungsi yang sangat
baik untuk tubuh. vitamin merupakan nutrisi yang penting untuk tubuh kita untuk menjalankan
pertumbuhan dan fungsinya dengan baik.Vitamin sendiri berbeda dengan mineral yang tidak
mudah untuk rusak, vitamin memang sangat dibutuhkan namun vitamin juga mudah rusak jika
terkena asam,oksigen,panas dan juga cahaya.
Berbeda dengan mineral, vitamin mempunyai sifat yang mudah sekali untuk larut didalam air
atau pun lemak. Vitamin yang larut dalam lemak adalah jenis vitamin yang tidak dapat
dikeluarkan dari tubuh melalui keringat maupun urin, serta secara umum vitamin larut lemak
hanya sedikit yang hilang pada proses pemasakan.Beberapa vitamin yang larut lemak yaitu
vitamin (A,D,E dan K).Vitamin larut lemak bersifat toksik pada dosis sangat tinggi.. Oleh karena
itulah perlu kita ketahui vitamin apa saja yang termasuk jenis vitamin yang larut lemak,dan
fungsinya serta bioavailabilitas vitamin tersebut dalam tubuh manusia.

1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dikaji dalam makalah ini
yaitu sebagai berikut :
1. Apa pengertian vitamin?
2. Apa saja jenis vitamin yang larut dalam lemak?
3. Apa saja fungsi vitamin yang larut dalam lemak ?
4. Bagaimana bioavailibilitas vitamin larut lemak ?
5. Penyakit apa yang disebabkan karena kekurangan atau kelebihan salah satu dari
vitamin yang larut dalam lemak?

1.3.Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Pembaca mengerti akan definisi dari vitamin.
2. Untuk mengetahui macam-macam dari vitamin yang larut dalam lemak dan fungsi
serta bioavailabilitasnya.
3. Pembaca dapat mengertahui penyakit yang timbul akibat kekuranagn atau kelebihan
vitamin yang larut dalam lemak.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Vitamin larut lemak
Bedasarkan kelarutannya vitamin dibagi menjadi dua kelompok,yaitu vitamin yang larut
dalam air (vitamin C dan semua golongan vitamin B) dan yang larut dalam lemak (vitamin A, D,
E, dan K). Oleh karena sifat kelarutannya tersebut, vitamin yang larut dalam air tidak
dapat disimpan dalam tubuh, sedangkan vitamin yang larut dalam lemak dapat
disimpan dalam tubuh.Setiap vitamin larut lemak A, D, E, dan K mempunyai peranan tertentu
didalam tubuh. Sebagian besar vitamin larut lemak diabsorpsi bersama lipida lain.Absorpsi
membutuhkan cairan empedu dan pankreas. Vitamin larut lemak diangkut ke hati melalui sistem
limfa sebagai bagian dari lipoprotein, disimpan di berbagai jaringan tubuh dan biasanya
dikeluarkan melalui urin.
Vitamin yang larut dalam lemak merupakan molekul hidrofobik, yang semuanya adalah
derivat isoprene. Molekul-molekul ini tidak disintesis tubuh dalam jumlah yang memadai
sehingga harus disuplai dari makanan. Pemasokan vitamin- vitamin yang larut dalam lemak ini
memerlukan absorbsi lemak yang normal agar vitamin tersebut dapat diabsorbsi secara efisien.
Gangguan absorbsi lemak yang disebabkan oleh gangguan sistim empedu akan menyababkan
gangguan absorbsi vitamin–vitamin yang larut lemak. Setelah diabsorbsi, vitamin ini dibawa ke
hepar dalam bentuk kilomikron dan disimpan di hepar atau dalam jaringan lemak. Di dalam
darah, vitamin larut lemak diangkut oleh lipoprotein atau protein pengikat spesifik (Spesific
Binding Protein), dan karena tidak larut dalam air, maka ekskresinya lewat empedu, yang
dikeluarkan bersama-sama feses.

Fungsi vitamin larut lemak


2.1.1 Vitamin A
Vitamin A berperan dalam proses-proses didalam tubuh, yaitu :
1. Membantu proses penglihatan dengan menghasilkan rhodopsin
2. Membentu metabolisme protein
3. Membantu pembentukan kembali se-sel tubuh
2.1.2 Vitamin D
Fungsi vitamin D bagi tubuh adalah untuk :
1. Membantu absorsi Ca dan P dari usus halus.
2. Membantu transpor Ca dalam sel.
3. Pembentukan tulang dan gigi dalam bersama-sama Ca dan P.
4. Menjaga keseimbangan Ca dan P

2.1.3 Vitamin E
Fungsi vitamin E bagi tubuh manusia antara lain :
1. Dapat mencegah oksidasi vitamin A dan karoten dalam usus halus
2. Berpengaruh pada proses reproduksi atau kesanggupan untuk memperoleh keturunan
3. Dapat membantu menutupnya luka,karena mempengaruhi pembentukan prothrombin di dalam
hati
4. Merupakan obat mujarab bagi gangguan mentruasi
5. Meningkatkan reproduksi air susu

2.1.4 Vitamin K
Fungsi vitamin k bagi tubuh adalah :
1. Membantu pembentukan prothrombin dan zat pembeku darah lainnya.
2. Sebagai kofaktor dalam pembentukan carboxy glutamic acid dari glutamic acid

Bioavailabilitas Vitamin Larut Lemak


2.2.1 Vitamin A
Tujuh puluh sampai sembilan puluh persen vitamin A dari makanan diserap dalam usus.
Efisiensi penyerapan vitamin A terus meningkat menjadi 60-80% sebagai asupan yang terus
meningkat. Lebih dari 90% dari retinol dalam tubuh dalam bentuk ester retinil. Ester retinil
ditemukan dalam bagian lipid dari kilomikron. Penyerapan vitamin A sangat cepat setelah
penyerapan maksimum 2-6 jam setelah pencernaan. Proses dalam lumen usus, vitamin
dimasukkan ke dalam misel dan diserap ke dalam enterosit. Produk baru terbentuk dari prekursor
tambahan kemudian dimasukkan ke dalam kilomikron dan disiapkan untuk transportasi di
seluruh tubuh.
2.2.2 Vitamin D
Vitamin D dari makanan diserap pada bagian proksimal usus halus. Baik anak-anak maupun
orang dewasa dapat menyerap sampai 80%dari jumlah vitamin D yang dikonsumsi, tergantung
faktor faktor yang yang membantu atau menghambat penyerapan. Setelah diserap, vitamin D
digabungkan dengan kilomikron dan diangkut dalam sistem limfatik. Dari sistem limfatik,
vitamin D diikat oleh suatu protein yang mentransport, yaitu Vitamin D- Binding Protein (DBP)
atau globulin. Melalui saluran darah tersebut, vitamin D ditransportasikan ke hati dan oleh
mikrosom/mitokondria hati, vitamin D3 dihidroksilasi pada posisi ke 25, menjadi kalsidiol
dengan bantuan enzim 25-D3-Hidroksilase. Selanjutnya 25-hidroksi vitamin D3 memasuki
sirkulasi menuju ginjal.

2.2.3 Vitamin E
Penyerapan vitamin E adalah relatif rendah yakni sekitar 20% sampai 40% oleh usus kecil.
Penyerapan vitamin E ini dihambat oleh asam lemak tak jenuh. Penghambatan penyerapan
vitamin E karena interaksi kimia antara tokoferol dan asam lemak tak jenuh dalam lumen usus.
Dalam sel mukosa usus, semua vitamin E yang dimasukkan ke dalam kilomikron. Jaringan
mengambil sebagian vitamin E dari kilomikron. Sebagian besar sisa sisa vitamin E dari
kilomikron masuk ke hati. Protein yang mengikat α-tokoferol mentransfernya ke dalam hati,
kemudian diekspor dalam bentuk VLDL untuk diserap oleh jaringan dan menghasilkan pada
metabolisme dalam bentuk LDL dan HDL. Vitamin E lainnya yang tidak terikat protein tidak
dimasukkan ke dalam VLDL, tetapi dimetabolisme di hati dan diekskresikan. Karena vitamin E
diangkut dalam lipoprotein yang disekresikan oleh hati maka konsentrasi plasma tergantung pada
sebagian plasma lipid. Lipoprotein lipase melepaskan vitamin dengan menghidrolisis
triasilgliserol yang di kilomikron dan VLDL, sedangkan vitamin E yang terikat pada LDL secara
terpisah dimediasi reseptor penyerapan lainnya.

2.2.4 Vitamin K
Phylloquinone diserap dalam proksimal usus kecil dan dipengaruhi oleh mekanisme energi.
Phylloquinone diserap dalam proksimal usus kecil selanjutnya dimasukkan dalam kilomikron.
Jaringan ekstrahepatik mengambil phylloquinone dari kilomikron dan VLDL dan mensintesis
menaquinone-4. Beberapa menaquinone-4 juga diserap kedalam sistem portal dari usus besar.
Sekitar 10% dari total vitamin K di hati biasanya merupakan epoksida. Epoksida yang terbentuk
oleh vitamin K dependent karboksilase dan biasanya berkurang kembali menjadi vitamin aktif.
Menadione terutama diserap oleh sistem portal, meskipun beberapa juga diserap ke dalam sistem
limfatik. Dalam hati, menadione teralkilasi menjadi menaquinone-4 dengan penambahan geranil-
geranil pirofosfat. menadione teralkilasi merupakan pembentukan bertahap dari rantai samping
polyisoprenyl. Mikrosomal hati akan mengkatalisis pembentukan menaquinone-2 (dari geranil
pirofosfat), menaquinone-3 (dari farnesyl pirofosfat) dan menaquinone-4. Proses katalisis
tergantung pada isoprenyl pirofosfat yang tersedia. Warfarin merupakan zat antagonis vitamin K
menghambat alkilasi menadione. Menadione yang tidak dialkilasi dengan cepat dimetabolisme,
terutama oleh penurunan menjadi menadiol. Penurunan menjadi menadiol metabolisme
menadione diikuti dengan pembentukan glukuronida yang diekskresikan dalam empedu.
Sedangkan menadione yang beredar dalam aliran darah akan diekskresikan dalam empedu dan
urin. Metabolisme menadione cepat, sehingga hanya sebagian kecil dikonversi ke menaquinone-
4. Sekitar 20% dari dosis oral phylloquinone diekskresikan dalam feses. Hal ini, menunjukkan
bahwa 80% phylloquinone diserap. Sekitar 75% dari konjugat diekskresikan dalam empedu dan
sisanya dalam urin. Dalam lumen usus, glucuronides sebagian besar dihidrolisis oleh bakteri
glucuronidase. Gugus karboksil glucuronides yang bisa diesterifikasi oleh enzim bakteri,
sehingga metabolit tinja lebih lipofilik daripada awalnya diekskresikan dalam empedu.

Metabolisme Vitamin Larut Lemak

2.3.1 Vitamin A

Pada awalnya kilomikron yang membawa ester retinil, karotenoid dan retinol yang tidak
teresterifikasi bersama dengan trigliserida meninggalkan eritrosit untuk menuju sistem limfatik
dan melalui sistem sirkulasi umum. Di dalam sel hati, kilomikron akan melepaskan trigliserida.
Lalu vitamin A dimasukkan ke dalam kilomikron bebas yang akan melanjutkan proses kembali
ke hati untuk selanjutnya di metabolisme atau disimpan. Jika diperlukan, retinol akan diambil
dari hati dan melakukan transportasi melalui darah. Protein pengikat retinol atau Retinol Binding
Protein (RBP) adalah pembawa khusus yang berfungsi untuk mengangkut trans-retinol dalam
plasma dimana RBP ini diproduksi dan dieksresikan oleh sel – sel parenkim hati. Lalu setiap mol
retinol yang akan digunakan telah berikatan dengan RBP dan membentuk holo-RBP yang
kemudian akan terikat lagi dengan molekul transthyretin (TTR). Kemudian terbentuklah molekul
kompleks bernama retinol-RBP-TTR yang akan menuju plasma yang dapat digunakan dan
diambil oleh jaringan ketika diperlukan.

Sebanyak kira – kira 50% - 85% retinol dalam tubuh disimpan dalam bentuk vitamin A di
dalam hati. Kemudian retinol kembali ke hati untuk diesterifikasi sebelum disimpan. Akibat dari
esterifikasi adalah 90% retinol disimpan dalam bentuk ester retinil. Di dalam hati retinol akan
disimpan di dalam sel stellata hati bersama dengan tetesan lipid. Kemudian ketika sel stellata
hati jenuh dengan retinol akan memungkinkan terjadinya hypervitaminosis. Sedangkan
betakaroten dapat disimpan di seluruh sel adiposa dalam tubuh yang menghasilkan lemak. Lalu
proses pengeluaran atau eksresi retinol dilakukan dengan jalur utama RBP melalui katabolisme
ginjal dan filtrasi glomerulus.

2.3.2 Vitamin D

Vitamin D yang kita miliki dalam tubuh dapat diperoleh dari sinar matahari dan makanan.
Vitamin D yang berasal dari makanan pada umumnya hanya dapat diserap sebanyak 80% oleh
orang dewasa maupun anak – anak. Bagian tubuh yang bertugas melakukan penyerapan vitamin
ini adalah proksimal usus halus. Setelah diserap oleh tubuh, vitamin D akan bercampur dengan
kilomikron yang diangkut pada sistem limfatik. Dari sistem limfatik, vitamin D dilepaskan, dari
kilomikron dan masuk ke saluran darah. Di dalam plasma darah, vitamin D diikat oleh suatu
protein pentransport, yaitu vitamin D – binding protein (DBP) atau globulin. Selanjutnya dengan
saluran darah tersebut vitamin D ditransportasikan ke hati oleh mikrosom atau mitokondria hati
dan vitamin D3 akan di hidroksilasi pada posisi ke-25 dengan bantuan enzim 25-D3-hidroksilase
menjadi kalsidiol atau 25-hidroksi vitamin D3 dan kemudia memasuki sirkulasi menuju ginjal.

Sedangkan vitamin D yang diperoleh dari sinar matahari karena adanya pembentukan
kolekalsiferol akibat radiasi sinar UV dari 7-dehidrokskolesterol. Dimana 7-dehidrokskolesterol
adalah senyawa intermediet hasil sistesis kolesterol yang terkumpul di kulit. Senyawa 7-
dehidrokskolesterol disintesis di kelenjar sebaceous lalu di sekresikan ke permukaan kulit dan di
serap ke dalam epidermis. Akibat dari paparan sinar UV membuat 7-dehidrokskolesterol
mengalami fotolisis sehingga terjadi pembelahan cincin-B dan inversi cincin-A menghasilkan
prekalsiferol (previtamin B). Lalu prekalsiferol mengalami isomerasi termal menjadi
kolekalsiferol. Sintesis kolekalsiferol terjadi karena sinar matahari tetapi tidak terlalu banyak
karena adanya awan telah mengurangi UV-B sebanyak hampir 50%. Intensitas UV-B yang
rendah ini bersifat iradiasi dan tidak mengakibatkan fotolisis signifikan dari 7-
dehidrokskolesterol menjadi previtamin D bagi seluruh tubuh.

2.3.3 Vitamin E

Vitamin E yang sebagian besar berasal dari makanan hanya mengalami penyerapan oleh
tubuh sebanyak 20% - 40% yang terjadi di usus kecil. Penyebab vitamin yang diserap hanya
sedikit karena adanya hambatan dari asam lemak tak jenuh akibat interaksi kimia antara
tokoferol dengan asam lemak tak jenuh di dalam lumen usus. Lalu di dalam sel mukosa usus,
seluruh vitamin E yang diserap masuk ke kilomikron. Kemudian jaringan mengambil sebagian
vitamin E dan sisanya masuk ke dalam hati. Selanjutnya protein yang mengikat 𝛼-tokoferol akan
mentransfer dari hati dalam bentuk VLDL (Very Low Density Lipoprotein) untuk berikutnya
diserap oleh jaringan. Lalu hasil metabolisme VLDL pada sirkulasi berikutnya adalah LDL
(Low-Density Lipoprotein) dan HDL (High-Density Lipoprotein). Sedangkan yang terjadi pada
vitamin E yang tidak terikat pada protein adalah dimetabolisme di hati dan di eksresikan.

Tokoferol dapat mengalami oksidasi reversible yang akan menghasilkan kuinon. Kemudian
kuinon direduksi menjadi hidrokuinon dan terkonjugasi oleh asam glukoronat yang akan di
ekskresikan dalam empedu. Proses ini dinamakan rute utama eksresi. Produk oksidasi
hidrokuinon oleh 𝛽-oksidasi dan konjugatnya diekskresikan dalam urin merupakan sekitar 1%
dari metabolisme diekskresikan dalam urin. Sedangkan sebagian besar vitamin E yang
dieksresikan dalam bentuk urin merupakan bentuk oksidasi vitamin E lainnya.

2.3.4 Vitamin K

Untuk penyerapan phylloquinone dalam tubuh dilakukan oleh proksimal usus kecil dan
dipengaruhi oleh mekanisme energi untuk selanjutnya phylloquinone dimasukkan ke dalam
kilomikron. Kemudian jaringan ekstrahepatik mengambil phylloquinone dari kilomikron dan
VLDL dan mensintesis menaquinone-4 dan kemudian beberapa diserap ke dalam sistem portal
usus besar. Hanya sedikit menaquinone yang dibentuk oleh kolon dapat diserap karena
menaquinone terikat erat dengan sel bakteri. Itulah yang menyebabkan sirkulasi phylloquinone
berlangsung lebih cepat dibandingkan menaquinone dan sebesar 60% - 70% dari asupan
phylloquinone diekskresikan.

Sebagian besar menadione diserap oleh sistem portal dan sebagian sisanya diserap oleh sistem
limfatik. Di dalam hati, menadione mengalami alkilasi yang menghasilkan menaquionen-4
dengan tambahan geranil – geranil pirofosfat. Kemudian mikrosomal hati akan melakukan
pembentukan menaquinone-2 dari geranil fosfat, menaquinone-3 dari farnesyl pirofosfat dan
menaquinone-4. Proses katalisis ini tergantung dari ketersediaan isoprenyl pirofosfat. Kemudian
terdapat warfarin yang merupakan zat antagonis vitamin K yang dapat menghambat proses
alkilasi menadione. Menadione yang tidak mengalami metabolisme akan mengalami perubahan
menjadi menadiol dan diikuti dengan pembentukan glukuronida yang dieksresikan di dalam
empedu. Sedangkan menadione yang tersebar di aliran darah akan dieksresikan dalam empedu
dan urine. Sekitar 20% phylloquinone akan dieksresikan melalui feses dan menunjukkan bahwa
80% phylloquinone diserap oleh tubuh.

Defisiensi Vitamin Larut Lemak


2.4.1 Vitamin A
Secara umum, defisiensi gizi sering merupakan awal dari gangguan sistem kekebalan.
Gizi kurang dan infeksi, kedua-duanya dapat bermula dari kemiskinan dan lingkungan yang
tidak sehat dengan sanitasi buruk. Selain itu juga diketahui bahwa infeksi menghambat reaksi
imunologis yang normal dengan menghabiskan sumbersumber energi di tubuh. Dalam hal ini
vitamin A juga memilki peranan penting dalam fungsi normal sistem kekebalan tubuh. Oleh
karena itu pada saat terjadi defisiensi vitamin A fungsi normal system kekebalan tubuh
(imunologis) terganggu, akibatnya tingkat infeksi bibit penyakit ke dalam tubuh juga akan
meningkat. Menurut Sunita Almatsier (2003), kekurangan vitamin A meningkatkan resiko anak
terhadap penyakit infeksi seperti penyakit saluran pernafasan dan diare, meningkatkan angka
kematian karena campak, serta menyebabkan keterlambatan pertumbuhan.
Penelitian-penelitian 10 tahun terakhir menunjukkan kemungkinan hubungan antara beta
karoten dan vitamin A dengan pencegahan dan penyembuhan penyakit jantung koroner dan
kanker. Hal ini dikaitkan dengan fungsi beta-karoten dan vitamin A sebagai antioksidan yang
mampu menyesuaikan fungsi kekebalan dan system perlawanan tubuh terhadap mikroorganisme
atau proses merusak lain.
Fungsi vitamin A bagi mata terutama pada proses penglihatan dimana vitamin A berperan
dalam membantu proses adaptasi dari tempat yang terang ke tempat yang gelap. Kekurangan
vitamin A dapat mengakibatkan kelainan pada sel-sel epitel termasuk sel-sel epitel pada selaput
lendir mata. Kelainan tersebut karena terjadinya proses metaplasi sel-sel epitel, sehingga
kelenjartidak memproduksi cairan yang dapat menyebabkan terjadinya kekeringan pada mata,
disebut xerosis konjungtiva. Bila kondisi ini berlanjut akan terjadi yang disebut bercak Bitot
(Bitot Spot).
Kekurangan vitamin A dapat disebabkan karena beberapa hal, yaitu kurang
mengkonsumsi makanan yang tidak mengandung cukup vitamin A atau pro vitamin A dalam
jangka waktu yang lama, menu makanan sehari-hari yang diperlukan untuk penyerapan vitamin
A dan penggunaan vitamin A di dalam tubuh tidak seimbang, adanya gangguan penyerapan
vitamin A atau pro-vitamin A seperti penyakit pankreas, diare kronik, kurang energi protein, dan
lain-lain sehingga kebutuhan vitamin A meningkat, serta adanya kerusakan hati seperti
kwashiorkor dan hepatitis kronik yang menyebabkan gangguan pembentukan RBP (Retinol
Binding Protein) dan pre-albumin yang penting untuk penyerapan vitamin A.

2.4.2 Vitamin D
Kekurangan vitamin D dapat menyebabkan rakitis, osteoporosis, osteomalasia. Rakitis
adalah suatu penyakit dimana terjadi pelunakan tulang pada anak-anak yang disebabkan karena
kekurangan atau gangguan metabolisme vitamin D, magnesium, fosfor atau kalsium yang
berpotensi menyebabkan patah tulang dan kelainan bentuk. Gejala yang ditimbulkan, misalnya
pembengkokan tungkai, nyeri pada tulang, postur tubuh pendek bahkan bisa terjadi gangguan
pada pernapasan. Asupan kalsium dan vitamin D sangatlah penting untuk membentuk puncak
massa tulang yang optimal pada usia muda. Selain itu, hal ini juga sangat penting guna
mencegah osteoporosis pada wanita di kemudian hari. Pasalnya, kalsium merupakan mineral
penting untuk membentuk tulang, sedangkan vitamin D penting untuk membantu penyerapan
kalsium di dalam tulang. Osteomalasia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
kondisi seperti rakitis, namun terjadi pada orang dewasa. Osteomalasia merupakan kelainan pada
tulang yang menyebabkan tulang menjadi lunak dan rapuh sehingga mudah mengalami patah
tulang. Hal ini umumnya disebabkan karena kekurangan vitamin D. Umumnya penyakit pada
tulang ini disebabkan karena kurangnya asupan vitamin D yang dimakan karena vitamin D
membantu penyerapan kalsium pada tubuh.

2.4.3 Vitamin E
Defisiensi vitamin E terjadi bila asupan kurang atau absorbsi terganggu. Malabsorbsi
lemak juga dapat menimbulkan defisiensi vitamin E, karena pembawa vitamin ini adalah lemak.
Defisiensi vitamin E dapat mempengaruhi beberapa sistem organ yang berbeda. Kekurangan
vitamin E pada manusia menyebabkan hemolisis eritrosit, yang dapat diperbaiki dengan
pemberian tambahan vitamin E. Akibat lain adalah sindroma neurologik sehingga terjadi fungsi
tidak normal pada sumsum tulang belakang dan retina. Tanda-tandanya adalah kehilangan
koordinasi dan refleks otot, serta gangguan penglihatan dan berbicara. Kekurangan vitamin E
juga dapat menyebabkan penyakit pada kulit. Hal ini terjadi karena vitamin E berfungsi sebagai
antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas. Apabila tidak ada vitamin E, radikal bebas
akan mengalami kontak dengan kulit dan menimbulkan penyakit kulit.
Berbagai tanda defisiensi vitamin E ini merupakan akibat adanya disfungsi membran
disebabkan degradasi oksidatif dari membran fosfolipid polyunsaturated (peroksidasi lipid)
dan/atau terganggunya proses seluler penting yang lain, sehingga menyebabkan kerusakan sel
dan nekrosis.

2.4.4 Vitamin K
Jika vitamin K tidak terdapat di dalam tubuh, darah tidak dapat membeku. Hal ini dapat
menyebabkan pendarahan atau hemoragik. Bagaimanapun, kekurangan vitamin K jarang terjadi
karena hampir semua orang memperolehnya dari bakteri dalam usus dan makanan. Namun
kekurangan bisa terjadi pada bayi karena sistem pencernaan yang steril dan tidak mengandung
bakteri yang dapat mensintesis vitamin K, sedangkan ASI hanya mengandung sedikit vitamin K.
Pada orang dewasa, kekurangan dapat terjadi karena minimnya konsumsi sayuran atau
karena mengonsumsi antibiotik terlalu lama. Antibiotik dapat membunuh bakteri
menguntungkan dalam usus yang memproduksi vitamin K. Terkadang kekurangan vitamin K
disebabkan oleh penyakit liver atau masalah pencernaan dan kurangnya garam empedu.
Kekurangan vitamin K ditandai dengan timbulnya gejala seperti hipoprotombinemia atau suatu
keadaan adanya defisiensi protrombin dalam darah.
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier , Sunita. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Departemen Kesehatan RI. 2003. Xeroftalmia. Jakarta: Departemen Kesehatan
Hermawan, Dessy. 2016. Sehat Selalu dengan Vitamin D. Yogyakarta: CV Andi Offset
Nadia. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Suplemen Vitamin E pada Siswi di
SMAN 65 Jakarta Tahun 2011. Jakarta: Universitas Islam Negeri
Sumbono, Aung. 2016. Biokimia Pangan Dasar. Yogyakarta: Deepublish

Anda mungkin juga menyukai