Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN SEMENTARA

ACARA VI
VITAMIN
Nama : Aurora Ananta Valencia
NIM : 24020121130065
Tanggal : Selasa, 10 Mei 2022
Kelompok :11 A

I. TUJUAN
Mampu mengidentifikasi vitamin berdasarkan reaksi warna
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pengertian Vitamin
Vitamin merupakan zat yang tidak dapat dibentuk oleh tubuh dan berperan
sebagai katalisator organik, mengatur proses metabolisme, dan fungsi normal tubuh.
Vitamin akan rusak dalam proses pengolahan dan penyimpanan yang salah.
Vitamin dapat dibedakan menjadi dua yaitu vitamin larut lemak dan vitamin larut
air. Vitamin larut lemak memerlukan lemak untuk absorpsinya. Jika terjadi
kelebihan asupan vitamin larut lemak, maka kelebihannya akan disimpan dalam hati
maupun jaringan adiposa (Tumiwa et al., 2020).
Vitamin merupakan salah satu zat senyawa kompleks yang sangat diperlukan
oleh tubuh kita yang berfungsi sebagai pembantu pengaturan atau proses
kegiatan tubuh. Tanpa adanya vitamin, manusia, hewan dan makhluk hidup
lainnya tidak akan dapat melakukan aktifitas hidup sehari-hari dengan.
Vitamin merupakan salah satu zat yang paling dibutuhkan oleh tubuh
manusia, karena itu kekurangan vitamin dapat menyebabkan memperbesar
peluang terkena penyakit pada tubuh kita serta memungkinkan fungsi-fungsi
tubuh tidak berfungsi secara maksimal. Berbagai vitamn memang tidak dapat
diproduksi sendiri oleh tubuh manusia, oleh karena itu, tubuh perlu asupan dari
makanan dan buah-buahan untuk mendapatkan vitamin tersebut.Masyarakat
awam yang belum mengerti tentang vitamin sering kali tidak memperhatikan pola
makannya setiaphari dan cenderung menyepelekan kekurangan vitamin pada
tubuh mereka, bagi mereka yang penting makan. Padahal kekurangan
vitamin tertentu dapat mempengaruhi kesehatan. Dengan banyaknya makanan
yang diproses dan instan, sangat mungkin tubuh kekurangan vitamin. Bisa
juga karena kita tidak mengkonsumsi makanan yang tepat, atau tubuh tidak bisa
menyerap karena masalah pencernaan. Tubuh memiliki cara sendiri
untuk berkomunikasi dengan kita. Misalnya saat kekurangan vitamin
tertentu, maka tubuh berusaha mengatakan sesuatu, terkadang melalui gejala-
gejala seperti kulit kering dan bersisik, bibir pecah-pecah, gampang lelah,
mudah memar, nafsu makan berkurang dan sebagainya. Yang paling umum
menyebabkan kekurangan vitamin diantaranya termasuk pola makan yang buruk,
alkoholisme, diet tidak seimbang, stres, kurangnya asupan vitamin, atau
konsumsi obat-obatan yang mengganggu asupan vitamin.Tubuh hanya
memerlukan vitamin dalam jumlah sedikit, tetapi jika kebutuhan ini
diabaikan maka metabolisme di dalam tubuh akan terganggu karena fungsinya
tidak dapat digantikan oleh senyawa lain (Permana et al., 2018).
II.2 Klasifikasi Vitamin
Secara umum vitamin diklasifikasikan menjadi dua yaitu vitamin yang
larut dalam air (vitamin B dan C) dan vitamin yang larut dalam lemak
(vitamin K, E, D dan A) (Latelay et al., 2020). Vitamin yang larut dalam air
biasanya tidak disimpan di dalam tubuh dan dikeluarkan melalui urin. Oleh
sebab itu vitamin larut air perlu dikonsumsi tiap hari untuk mencegah
kekurangan yang dapat mengganggu fungsi tubuh normal (Dewi, 2018).
Sedangkan pada vitamin yang larut dalam lemak memerlukan lemak untuk
absorpsinya. Jika terjadi kelebihan asupan vitamin larut lemak, maka kelebihannya
akan disimpan dalam hati maupun jaringan adiposa. Sayur dan buah merupakan
sumber dari vitamin larut lemak, sehingga mencukupi asupan vitamin larut lemak
dengan dosis yang baik dapat meningkat daya tahan tubuh. Asupan sayur dan buah
yang kaya akan serat dapat menjaga kekebalan tubuh. Sayur dan buah merupakan
sumber terbaik vitamin, mineral, dan serat. Dalam mempertahankan sistem
kekebalan tubuh, asupan gizi terutama vitamin dan mineral sangat diperlukan.
Vitamin larut lemak (A, D, E, K) yang mengandung antioksidan dan penangkal
radikal bebas dapat membantu dalam meningkatkan daya tahan tubuh (Tumiwa et
al., 2020).
Bagian zat gizi mikro meliputi vitamin dan mineral. Vitamin adalah
komponen organik yang diperlukan dalam jumlah kecil, namun sangat penting
untuk reaksi-reaksi metabolik di dalam sel, serta diperlukan untuk pertumbuhan
normal dan pemeliharaan kesehatan. Beberapa vitamin berfungsi sebagai koenzim
yang bertanggung jawab terhadap berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang
esensial. Sebagian besar koenzim terdapat dalam bentuk apoenzim, yaitu vitamin
yang terikat dengan protein. Perlu diketahui bahwa sebagian besar vitamin dan
seluruh mineral tidak dapat disintesa oleh tubuh sehingga harus diperoleh dari
makanan terutama buah, sayur dan pangan hewani (Ernawati, 2013).
II.3 Identifikasi Vitamin
Identifikasi vitamin membahas uraian mengenai metode-metode yang
digunakan untuk menganalisis kadar suatu vitamin dalam suatu sampel. Pada
analisis kualitatif, dapat dilakukan dengan menggunakan pereaksi benedict. Pada
analisis kuantitatif, terdapat metode titrasi asam basa, metode iodimetri, metode
diklorofenolindofenol (DCIP), metode spektrofotometri, dan metode DPPH.
Metode spektrofotometri dan titrasi 2,6 D (Dichloroindophenol) jarang dilakukan
karena memerlukan biaya yang mahal. Analisis menggunakan metode asam basa
dan iodimetri merupakan metode yang banyak digunakan karena murah, sederhana,
dan tidak memerlukan peralatan laboratorium yang canggih (Pratiwi, 2018).
Vitamin merupakan komponen penting dalam suatu bahan, khususnya bahan
pangan karena kandungannya menentukan nilai nutrisi dari bahan tersebut. Vitamin
ini dalam proses metabolisme dapat berperan sebagai koenzim dan lainnya. Dalam
proses pengolahan pada umumnya vitamin ini akan mengalami perubahan sehingga
kadarnya menjadi berkurang. Sebaliknya dengan proses fermentasi dakan dapat
meningkatkan kandungan vitaminnya yang dihasilkan oleh miroorganisme
(Ardiansyah, 2013). Vitamin adalah senyawa organik berantai pendek yang
diperlukan oleh tubuh manusia untuk mempertahankan kesehatan dan kebugaran.
Vitamin berfungsi sebagai antioksidan, pencegah timbulnya berbagai penyakit,
pembentukan sel darah atau koenzim dalam memfasilitasi reaksi enzimatis. Vitamin
dikelompokkan berdasarkan kelarutannya, yaitu vitamin larut air (vitamin B dan C)
dan vitamin larut lemak (vitamin A, D, E dan K). Vitamin B sering disebut B
kompleks, karena terdiri dari berbagai jenis vitamin, yaitu B1 (thiamin), B2
(riboflavin), B3 (niacin, asam nikotinat, atau niasiamida). B4 (kolin), B5 (asam
pantotenat), B6 (pirodoksin), vitamin B12 (slanokobalamin), biotin dan folasin
(asam folat) (Kusnandar, 2019).
II.3.1 Vitamin A
Vitamin A adalah sekelompok senyawa organik tak jenuh gizi yang
diantaranya yakni retinol, retinal, asam retinoat dan beberapa provitamin A
seperti karotenoid. Struktur kimia vitamin A terdiri dari alkil dan rantai
cincin. Retinol berbentuk kristal padat berwarna kuning pucat. Retinol
dalam alam dalam bentuk berbagai isomer. Kebanyakan senyawa dalam
keluarga vitamin A yang larut dalam lemak dan penting untuk berbagai
proses dalam tubuh. Ada beberapa retinoid yang larut dalam air, yakni
retinoid yang diambil dari plasma, empedu, dan jaringan lainnya. Struktur
vitamin A merupakan senyawa berikatan rangkap dan memiliki gugus
aromatik. Bentuk utama dari vitamin A adalah bentuk ester dalam makanan
yang berasal dari hewan yakni terutama retinilpalmitat yang dalam usus
kecil dalam pencernaan makanan diubah menjadi bentuk retinol. Vitamin A
dalam makanan ditemukan dalam dua bentuk yakni bentuk retinol dan
bentuk karoten. Bentuk retinol adalah bentuk yang tidak stabil. Bentuk
retinol dalam makanan bersumber dari hewani ditemukan dalam bentuk
retinil ester. Sedangkan dalam bentuk karoten yakni terdiri dari a-karoten,
B-karoten, y-karoten dan Xantofil-B-kriptoksantin. Empat bentuk karoten
tersebut semuanya memiliki cincin B-ionon (Sumbono, 2021).
Vitamin A diperlukan oleh tubuh untuk menyokong pertumbuhan dan
kesehatan, terutama diperlukan untuk penglihatan, sekresi mukus,
pemeliharaan jaringan epitel dan reproduksi. Vitamin A dipergunakan
untuk regenerasi pigmen retina mata dalam proses adaptasi gelap. Selain itu
vitamin A juga berperan dalam sistim kekebalan tubuh. Retinol (vitamin A)
memegang peranan penting pada kesempurnaan fungsi dan struktur sel
epitel, karena retinol berperan dalam diferensiasi sel dan proliferasi epitel.
Dengan adanya retinol sel epitel basalis distimulasi untuk memproduksi
mukus. Kelebihan retinol akan menyebabkan pembentukan mukus yang
berlebihan dan menghambat keratinisasi. Bila tidak ada retinol, sel goblet
mukosa hilang dan terjadi atrofi sel epitel yang diikuti oleh proliferasi sel
basal yang berlebihan. Sel-sel baru yang terbentuk ini merupakan epitel
berkeratin dan menggantikan epitel semula. Penekanan sekresi mukus
menyebabkan mudah terjadi iritasi dan infeksi terjadi, hambatan dalam
sekresi RBP ("Retinol binding protein") sedangkan pada defisiensi protein
terdapat gangguan sintesis RBP (Sanif & Nurwany, 2017).
II.3.2 Vitamin B
Vitamin B merupakan vitamin larut air yang terdiri dari tiamin
(vitamin B1), riboflavin (vitamin B2), niasin (vitamin B3), piridoksin
(vitamin B6), asam folat/ folasin (vitamin B9), dan sianokobalamin
(vitamin B12). B1 (Tiamin Hidroklorida) berperan dalam metabolisme
glukosa, lipid dan neurotransmitter. Vitamin B2 (riboflavin) merupakan
bagian dari dua koenzim, yaitu riboflavin fosfat atau flavin mono
nukleotida (FMN) dan flavin adenine dinukleotida (FAD). Vitamin B3
(niasin atau asam nikotinat) berperan dalam reaksi enzimatik dalam tubuh
atau metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.Koenzim tersebut adalah
nicotinamide adenine dinucleotide (NAD) dan nicotinamide adenine
dinucleotide phosphate (NADP). Vitamin B6 terdapat dalam sistem
enzimatik yang berperan dalam proses metabolisme asam amino yang
berarti diperlukan dalam proses metabolisme protein. Vitamin B9 (Asam
folat/ Folasin) diperlukan tubuh dalam proses metabolik dan pembentukan
sel-sel darah merah sehingga asam folat baik digunakan dalam pengobatan
anemia. Vitamin B12 (sianokobalamin) diperlukan dalam pembentukan sel
darah, metabolisme, pertumbuhan jaringan dan pemeliharaan saraf (Fenti,
2018).
Vitamin B merupakan nutrisi yang esensial, termasuk di dalamnya
ialah tiamin, riboflavin, niasin, vitamin B6, asam folat, vitamin B12, biotin,
dan asam pantotenat. Vitamin B kompleks berfungsi sebagai koenzim
dalam banyak jalur metabolik yang berhubungan satu sama lain. Vitamin
B1 (tiamin) berperan dalam proses dekarboksilasi piruvat dan alfa-
ketoglutarat sehingga penting dalam pelepasan energi dari karbohidrat.
Tiamin terdiri atas cincin pirimidina dan cincin tiazola (mengandung sulfur
dan nitrogen) yang dihubungkan oleh jembatan metilen. Turunan fosfatnya
ikut serta dalam banyak proses sel. Vitamin B2 (riboflavin) membentuk
dinukleotida flavin adenin dan berpartisipasi dalam jalur metabolisme
esensial, termasuk reaksi rantai. Sumber vitamin B merupakan vitamin yang
larut air banyak terdapat dalam daging ikan, minyak ikan, biji-bijian,
kacang tanah, kacang kedelai dan sebagainya (Ruslie, 2012).
II.3.3 Vitamin C
Vitamin C adalah nutrien dan vitamin yang larut dalam air dan penting
untuk kehidupan serta untuk menjaga kesehatan. Vitamin C juga dikenal
dengan nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat. Vitamin C
berfungsi sebagai katalis dalam reaksi-reaksi kimia yang terjadi di dalam
tubuh manusia, sehingga apabila katalis ini tidak tersedia seperti pada
keadaan defisiensi vitamin, maka fungsi normal tubuh akan terganggu.
Vitamin C pertama kali dimurnikan oleh ahli biokimia Albert Szent-
Gyorgyi yang bekerja di Canbridge, Inggris. Beliau merumuskan suatu
komponen yang disebut asam heksurat, yang akhirnya menjadi asam
askorbat (Vitamin C generasi pertama) (Pakaya, 2014).
Sumber vitamin C berasal dari pangan terutama sayur dan buah
utamanya yang rasanya asam seperti jeruk, nenas atau tomat. Pada sayuran,
kandungan vitamin C banyak terkandung pada sayuran daun-daunan dan
jenis kol. Vitamin C termasuk golongan antioksidan karena sangat mudah
teroksidasi oleh panas, cahaya, dan logam. Vitamin C juga sebagai
antioksidan dan prooksidan. antioksidan dapat menankap radikal bebas.
Sehingga menghambat proses oksidasi (Pakaya, 2014).
II.3.4 Vitamin D
Vitamin D merupakan salah satu mikronutrien yang bersifat larut
dalam lemak yang berperan dalam metabolisme kalsium dan fosfat,
homeostasis kalsium, kesehatan vaskuler, diferensiasi dan proliferasi sel.
Vitamin D, yang juga disebut “sunshine vitamin”, sering dikaitkan dengan
beberapa penyakit mulai dari penyakit degeneratif sampai keganasan. Bukti
menunjukan apabila kadar vitamin D lebih tinggi dari yang dibutuhkan
untuk menjaga homeostasis kalsium dapat mengurangi risiko resistensi
insulin, obesitas, sindrom metabolik, dan keganasan. Menjaga kadar
vitamin D selalu adekuat dapat membantu mengurangi risiko fraktur
osteopotik. Kadar vitamin D tidak adekuat selain menyebabkan gangguan
kesehatan skeletal seperti riketsia, osteoporosis, dan osteomalsia juga
dikaitkan dengan penyakit non-skeletal seperti kesehatan gigi yang buruk,
meningkatkan risiko diabetes tipe 1, dan juga kanker (Fiannisa, 2019).
Metabolisme vitamin D diawali dengan Ergostreol yang ditemukan
pada tanaman dan 7-dehidrokolesterol pada tubuh hewan. Ergostreol
berbeda dari 7-dehidrokolesterol hanya pada rantai sampingnya, yang
bersifat tidak jenuh dan mengandung gugus metil ekstra. Sinar ultraviolet
memutus cincin B kedua senyawa. Ergokalsiferol (Vitamin D2) dapat
dibuat dari tanaman m, sedangkan pada hewan, 7-dehidrokolesterol akan
membentuk kolekalsiferol (Vitamin D3) pada kulit yang terpajan. Vitamin
D2 dan Vitamin D3 memiliki potensi yang sama. Fungsi utama dari vitamin
D manusia adalah untuk mempertahankan konsentrasi serum kalsium
dengan cara meningkatkan kemampuan usus kecil untuk menyerap kalsium
pada makanan, serta meningkatkan penyerapan fosfor, namun konsentrasi
fosfor dalam darah tidak diatur oleh vitamin D melainkan tergantung dari
ekskresi ginjal (Suryadinata et al., 2017)
II.4 Sifat-Sifat Vitamin
Sifat vitamin yang larut dalam air yaitu mudah larut dalam air. Selain itu
vitamin yang larut dalam air dapat dikeluarkan melalui urine, sehingga untuk
kebutuhan konsumsinya diperlukan setiap hari, sifat lainnya yaitu tidak memiliki
prekusor dan bersifat toksik hanya pada dosis tinggi/megadosis (>10xKGA).
Sedangkan sifat vitamin yang larung dalam lemak yaitu dapat larut dalam lemak,
dikeluarkan dalam jumlah kecil melalui empedu, kelebihan konsumsi dari yang
dibutuhkan disimpan dalam tubuh, dan mempunyai provitamin atau prekursor.
Selain itu vitamin yang dapat larut dalam lemak bersifat toksik pada jumlah relatif
rendah (6-10 xKGA) (Hamidah, 2015). Sifat pada vitamin sendiri dibedakan
menjadi dua yaitu sifat fisik vitamin dan sifat kimia vitamin. Pada sifat fisik vitamin
yang meliputi kadar air dan berat jenis pada suatu vitamin. Sedangkan sifat kimia
vitamin meliputi pH dan total padatan terlarut dalam vitamin (Hawa, 2011).
Vitamin memiliki dua jenis sifat, yaitu sifat fisik dan sifat kimia. Sifat
fisik merupakan suatu sifat yang dapat diamati dan diukur oleh panca indera tanpa
mengubah zat-zat penyusun dari vitamin tersebut. Sifat kimia merupakan suatu
sifat yang berkaitan dengan kemampuan vitamin untuk bereaksi atau mengalami
perubahan tertentu dengan lingkungan sekitar, seperti suhu atau tekanan atmosfer.
Vitamin juga bersifat esensial, yang artinya vitamin tidak dapat dihasilkan oleh
tubuh sehingga harus didapatkan dari luar atau bahan makanan. Vitamin pada
umumnya bersifat mudah larut dalam air dan lemak sehingga tidak perlu dicerna
dalam tubuh untuk dapat menjalankan fungsinya (Rahayu et al., 2020).

II.4.1 Sifat Fisik Vitamin


Berdasarkan sifat fisiknya, vitamin ditinjau dari struktur masing-
masing vitamin. Thiamin merupakan kristal putih kekuningan yang larut
dalam air. Struktur ribloflavib terdiri atas cincin isoaloksazin dengan rantai
ribityl. Flavin Mononukleotida (FMN) dibentuk dengan dikaitkabbya etes
fosfat pada rantai samping ribityl. Flavin Adenin Disfofat (FAD) dibentuk
bila FMN pada rantai sampingnya dan dikaitkan dengan adenin monofosfat
(Rahayu et al., 2020).
Sifat fisik vitamin c yaitu Hablur atau serbuk putih atau agak kuning
oleh pengaruh cahaya lambat laun menjadi warna gelap. Dalam keadaan
kering stabil di udara. Dalam larutan tersbeut cepat teroksidasi. Melebur
pada suhu ±190⁰C. Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol,
tidak larut dalam kloroform, eter dan benzene. Kelarutan dalam air 33 g/100
ml, dalam etanol 2 g/100 ml, dalam gliserol 1 g/100 ml, dalam propilen
glikol 5 g/100 ml, larut dalam dietil eter, kloroform, benzene, eter minyak
bumi, minyak, lemak pelarut. Keasaman (pKa) 4,17 (pertama), 11,6 (detik)
(Ningsih, 2017).
II.4.2 Sifat Kimia Vitamin
Sifat kimia pada vitamin, adalah ada yang tahan dan tidak tahan
saat kondisi dipanaskan. Vitamin amemiliki jenis yang mudah teroksidasi
dan tidak mudah teroksidasi. Vitamin yang tahan saat dipanaskan adalah
vitamin B2, vitamin B3, vitamin B6, vitamin H, vitamin A, dan vitamin K.
Vitamin yang tidak tahan saat dipanaskan adalah vitamin B1, vitamin B5,
vitamin C, dan vitamin E. Vitamin yang mudah teroksidasi terdiri dari
vitamin B11, vitamin H, vitamin C, vitamin A, dan vitamin E. Sedangkan,
vitamin yang tidak mudah teroksidasi terdiri dari vitamin B2, vitamin B3,
dan vitamin B12 (Irnaningtyas, 2017).
Sifat kimia vitamin c yaitu dalam air bersifat asam terhadap
kertas lakmus, reduktor yang mudah teroksidasi karena adanya gugus etanol
pada atom C2 dan C3 yang mudah melepaskan 2 atom H. Vitamin C
terdapat dalam dua bentuk di alam yaitu L-asam askorbat (bentuk tereduksi)
dan L-asam dehidroaskorbat atau bentuk teroksidasi. Vitamin C termasuk
golongan vitamin yang sangat mudah larut dalam air, sedikit larut dalam
alkohol dan gliserol, tetapi tidak dapat larut dalam pelarut non polar seperti
eter, benzene, kloroform dan lain-lain. Berbentuk kristal putih, tidak
berbau, bersifat asam dan stabil dalam bentuk kering. Karena mudah
dioksidasi, maka vitamin C merupakan suatu reduktor yang kuat (Nigsih,
2017) .

III. METODE PENELITIAN


3.1. Alat
3.1.1. Tabung reaksi
3.1.2. Alat Pemanas
3.2. Bahan
3.2.1. Minyak ikan
3.2.2. Kloroform
3.2.3. Asam cuka anhidrida
3.2.4. TCA
3.2.5. Vitamin B2
3.2.6. NaOH 6 N
3.2.7. Pb-asetat 10%
3.2.8. Vitamin C
3.2.9. Reagen Bennedict
3.3. Cara Kerja
3.3.1. Identifikasi Vitamin A
1. Sebanyak 5 tetes ikan ditambah dengan 10 tetes kloroform.
2. Tambahkan 2 tetes asam cuka anhidrida (untuk menghilangkan air).
3. Tambahkan 20 tetes TCA (trikoloroasetat) dalam kloroform yang baru
dan jenuh.
4. Perhatikan warna biru yang terjadi.
3.3.2. Identifikasi Vitamin B
1. Dimasukkan 10 tetes larutan vitamin B2 ke dalam tabung reaksi.
2. Di tambahkan 10 tetes Pb-asetat 10% dan 1 ml NaOH 6 N.
3. Semua larutan dicampur, kemudian amati perubahan warna.
4. Di panaskan hingga timbul endapan warna coklat hitam.
3.3.3. Identifikasi Vitamin C
1. Dimasukkan 5 tetes asam askorbat 1% ke dalam tabung reaksi.
2. Ditambahkan 15 tetes pereaksi benedict.
3. Dipanaskan di atas api kecil sampai mendidih selama 2 menit.
4. Diperhatikan adanya endapan yang terbentuk.

3.3.4. Identifikasi Vitamin D


1. Dimasukkan 10 tetes minyak ikan ke dalam tabung reaksi.
2. Lalu ditambahkan 10 tetes H2O2 5%, campuran dikocok selama 1
menit.
3. Kemudian dipanaskan di atas api kecil perlahan-lahan sampai tidak ada
gelembung gas keluar dan jangan sampai mendidih.
4. Tabung di dinginkan dengan di alirkan air keran.
5. Berikutnya sampel di uji sesuai prosedur uji vitamin A sebelumnya.
6. Diamati perubahan warna yang terjadi.
IV.
IV. HASIL PENGAMATAN

No. Nama Percobaan Sampel Hasil

1. Identifikasi Vitamin A Asam asetat aninhidrin Hasil positif terdapat


dan TCA warna biru kehijauan

2. Identifikasi Vitamin B Pb-Asetat Hasil positif terdapat


warna coklat hitam atau
kuning

3. Identifikasi Vitamin C Reagen Benedict Hasil positif terdapat


warna merah bata

4. Identifikasi Vitamin D TCA Hasil positif terdapat


warna kuning
LEMBAR PENGESAHAN

Madiun, 29 Mei 2022

Mengetahui,
Asisten Praktikan

(Tadzkirotul Laili Nur Fahma) (Aurora Ananta Valencia)

NIM. 24020119120002 NIM . 24020121130065

Anda mungkin juga menyukai