FARMAKOLOGI VITAMIN
Disusun Guna Memenuhi Mata Kuliah Farmakologi
Kelas 2B
1
Kata Pengantar
Kami menyadari, bahwa tugas makalah yang kami buat ini masih jauh dari
kata sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa
mendatang. Semoga tugas makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca
dan bisa bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................4
1.3 Tujuan....................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................6
2.1 Kesimpulan............................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................24
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Vitamin ada 2 macam yaitu larut dalam lemak ( A,D,E dan K ) serta vita-
min yang larut dalam air ( B kompleks dan C ) yang masing-masing memiliki
peranan penting. Buah-buahandan sayuran terkenal memiliki kandungan vitamin
yang tinggi dan hal tersebut sangatlah baik untuk tubuh. Asupan vitamin lain da-
pat diperoleh melalui suplemen makanan.
Vitamin memiliki peranan spesifik di dalam tubuh dan dapat pula mem-
berikan manfaat kesehatan. Bila kadar senyawa ini tidak mencukupi, tubuh dapat
mengalami suatu penyakit. Tubuh hanya memerlukan vitamin dalam jumlah
sedikit, tetapi jika kebutuhan ini diabaikan maka metabolisme di dalam tubuh kita
akan terganggu karena fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Gang-
guan kesehatan ini dikenal dengan istilah avitaminosis. Contohnya adalah bila
kita kekurangan vitamin A maka kita akan mengalami kerabunan. Di samping itu,
asupan vitamin juga tidak boleh berlebihan karena dapat menyebabkan gangguan
metabolisme pada tubuh.
1.2Rumusan Masalah
4
1. Apa itu vitamin?
7. Apa saja dampak yang ditimbulkan jika kekurangan atau kelebihan vitamin?
1.3Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
Kata Vitamin berasal dari kata vital yang artinya hidup,dan amin yang artinya
senyawa yang mengandung gugus N. Dari berbagai hasil penelitian,tidak semua
vitamin mengandung gugus N. Jadi, kata vitamin sudah tidak sesuai lagi dengan
kondisi yang sebenarnya,tetapi sampai saat ini masih tetap saja dipakai. Vitamin
adalah senyawa organik kompleks yang esensial untuk pertumbuhan dan fungsi
biologis yang lain bagi makhluk hidup. Vitamin tidak disintesis dalam tubuh,ke-
cuali Vitamin K. Oleh karena itu,makanan yang dikonsumsi harus ada yang men-
gandung Vitamin. Jika tubuh kekurangan vitamin akan mengakibatkan penyakit
defiensi atau avitamiosis. (Abdul Hadi : 2013)
Vitamin adalah suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh
tubuh kita. Vitamin berfungsi untuk mengatur metabolisme tubuh. Setiap vitamin
memiliki peranan dan fungsinya masing-masing. Tanpa vitamin, manusia tidak
akan dapat melakukan aktifitasnya. Namun perlu diperhatikan agar tidak
6
mengkonsumsi vitamin lebih atau kurang dari yang dibutuhkan tubuh. Jika
kelebihan, maka akan mengakibatkan perubahan pada bagian-bagian tubuh, ter-
gantung dari vitamin yang dikonsumsi tersebut. (Jupri Malino: 2013)
Vitamin memiliki peranan spesifik di dalam tubuh dan dapat pula mem-
berikan manfaat kesehatan. Bila kadar senyawa ini tidak mencukupi, tubuh dapat
mengalami suatu penyakit. Tubuh hanya memerlukan vitamin dalam jumlah
sedikit, tetapi jika kebutuhan ini diabaikan maka metabolisme di dalam tubuh kita
akan terganggu karena fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Gang-
guan kesehatan ini dikenal dengan istilah avitaminosis.Contohnya adalah bila kita
kekurangan vitamin A maka kita akan mengalami kerabunan. Di samping itu,
asupan vitamin juga tidak boleh berlebihan karena dapat menyebabkan gangguan
metabolisme pada tubuh.
2.2Fungsi Vitamin
Fungsi vitamin sangat bervariasi. Banyak vitamin secara biologis tidak
aktif, tetapi membutuhkan pengubahan kimia dalam tubuh, misalnya proses fos-
forilasi (vitamin B1, B2, B3, dan B6), fungsi metabolik vitamin dalam bentuk
koenzim diantaranya (Tabel 9.1.1), yaitu:
a. Sebagai koenzim bagi enzim tertentu, misalnya vitamin dari kelompok B bek-
erja
sebagai koenzim, yang aktif pada proses metabolisme dan pembentukan en-
ergi.
7
b. Membantu regulasi zat lain, misalnya vitamin A bekerja untuk pigmen retina
rodopsin,
yang esensial bagi proses penglihatan dalam keadaan gelap dan kurang cahaya;
bentuk aktifnya penting bagi regulasi kadar Ca dan P dalam jaringan tubuh.
2. Lansia, pada orang-orang di atas 60 tahun, semua proses faali dalam tubuh
mulai
menurun dan berlangsung lebih lambat. Sel-sel sistem imun bekerja kurang
efisien dan kurang mampu lagi mereparasi kerusakan.
8
okok dan olahragawan berat (vitamin B kompleks, vit A,C,E akibat stress ok-
sidatif).
4. Pasien kronis dan pemakai obat. Misalnya pada penderita penyakit kronis,
PJP, dan kanker sangat dibutuhkan vitamin dengan antioksidan tinggi (vit
A,C, dan E). Menurut beberapa penelitian orang yang banyak mengkonsumsi
vitamin akan memiliki risiko lebih kecil terkena kanker.
Farmakodinamik
Di dalam tubuh, tiamin akan diubah oleh enzim tiamin difosfoki-
nase menjadi bentuk aktif, yaitu thiamin pyrophosphate (TPP). Bentuk
aktif ini akan berperan dalam metabolisme, siklus Krebs, dan jalur pen-
tosa fosfat. TTP bekerja sama dengan enzim-enzim lain dalam
metabolisme karbohidrat, lemak, dan branched-chain amino acids.
9
dan piruvat dehidrogenase. Kedua enzim ini sangat penting perannya
dalam siklus Krebs dan siklus tricarboxylic acid (TCA).
Farmakokinetik
Farmakokinetik vitamin B1 secara oral diabsorpsi dengan baik,
dan didistribusikan secara luas ke hampir seluruh jaringan. Jika diberikan
secara intramuskular, vitamin B1 dapat absorpsi seluruhnya.
Metabolisme vitamin B1 terjadi di ginjal, menghasilkan bentuk aktif, pal-
ing banyak berupa tiamin pirofosfat (TPP). Ekskresi tiamin terjadi
melalui ginjal, dan dikeluarkan pada urin dalam bentuk yang tidak
berubah.
Indikasi
Indikasi suplementasi vitamin B1 atau tiamin, adalah sebagai pe-
natalaksanaan defisiensi vitamin B1. Bentuk klinis defisiensi vitamin B1
dapat berupa penyakit beri-beri, baik beri-beri kering maupun basah, dan
sindrom Wernicke-Korsakoff. Selain itu suplementasi vitamin B1 diper-
lukan pada terapi refeeding syndrome.
2. Vitamin B2 (riboflavin atau laktoflavin)
adalah vitamin yang memiliki ribosa dalam rumusnya
kimianya.Sumber yang mengandung vitamin B2 yaitu daging, hati, ragi,
telur, bebagai sayuran dan sebagainya.
Fungsi Vitamin B2 adalah
a. Untuk memnidahkan rangsangan sinar ke saraf mata
b. Sebagai enzim pada proses oksidasi di dalam sel
c. Memelihara jaringan kulit sekitar mulut
d. Memelihara nafsu makan dan fungsi saraf
e. Menghasilkan energi dalam sel
Indikasi
Indikasi vitamin B2, atau riboflavin, adalah sebagai suplementasi
pada defisiensi vitamin B2, dan untuk profilaksis migraine. Penggunaan
vitamin B2 diduga dapat mencegah katarak dan kanker kolorektal, na-
mun bukti ilmiah belum cukup mendukung hal ini.
10
a. Pertumbuhan dan perbanyakan sel
b. Perombakan karbohidrat,lemak dan protein
c. Mencegah penyakit pellagra
d. Memelihara pencernaan
e. Berperan penting sebagai koenzim yang diperlukan oleh
semua proses hidup dalam sel.
Farmakokinetik
Farmakokinetik vitamin B3 (niasin, asam nikotinik) menghambat
pengambilan apolipoprotein di hepar sehingga meningkatkan jumlah
high-density lipoprotein cholesterol (HDL-C). Selain itu niasin juga
berfungsi dalam menurunkan sintesis trigliserida di hepar dan sekresi dari
very low density lipoprotein cholesterol (VLDL-C) dengan cara
menghambat mobilisasi asam lemak dari jaringan perifer.[1,2]
Farmakodinamik
Farmakokinetik
Farmakokinetik dari vitamin B6 atau piridoksin mencakup
fungsinya sebagai koenzim yang bekerja pada keseimbangan
metabolisme tubuh. Dalam metabolismenya, vitamin B6 akan dikonversi
menjadi piridoksal–5–fosfat yang berfungsi sebagai koenzim dalam sin-
tesis asam amino, neurotransmitter, sfingolipid, dan asam aminolevulinat.
[1,2,5]
11
Farmakodinamik
Vitamin B6 dikonversikan menjadi piridoksal fosfat dan
piridoksamin fosfat di dalam sel darah merah. Konversi dari vitamin B6
ini digunakan sebagai koenzim dari berbagai fungsi metabolik, seperti
metabolisme protein, karbohidrat, dan lemak.
Indikasi
Vitamin B6 atau piridoksin diindikasikan untuk tata laksana dan
profilaksis defisiensi vitamin B6 dan neuropati perifer seperti pada pasien
yang mengonsumsi isoniazid. Obat ini juga bisa digunakan dalam mana-
jemen pasien dengan hiperemesis gravidarum, anemia sideroblastik, dan
sebagai suplementasi nutrisi
5. Vitamin B5 (Pantetonat)
Membentuk koenzim A yang sangat penting dalam metabolisme,
karena bertindak sebagai katalisator pada rekasi – reaksi transfer gugus
asetil.
Sumber yang mengandung vitamin B1 yaitu gandum, daging, susu,
kacang hijau, ragi, beras, telur, dan sebagainya.
Vitamin ini berfungsi untuk:
a. Bahan pelengkap koenzim A yang penting dlam pem-
bentukan karbohidrat,lemak dan protein
b. Menjaga tingkat normal gula darah.
Farmakokinetik
Farmakokinetik vitamin B5 meliputi proses absorpsi,
metabolisme, dan eliminasi. Vitamin B5 dalam makanan terdapat dalam
bentuk CoA.
Absorpsi
Absorpsi pantothenic acid terjadi di usus halus melalui proses
transpor aktif dan difusi pasif. Pantothenic acid pada makanan
kebanyakan ditemukan dalam bentuk CoA. CoA mengalami hidrolisis di
usus halus menjadi dephospho-CoA, phosphopantetheine, dan
pantetheine. Kemudian pantetheine dihidrolisis menjadi pantothenic acid
bebas yang dapat diabsorpsi. Absorpsi pantothenic acid terutama terjadi
di jejunum.
Bioavailabilitas vitamin B5 berkisar antara 40–63% pada
pemberian oral.
Distribusi
Pantothenic acid didistribusikan oleh eritrosit ke seluruh jaringan
tubuh, termasuk ASI. Pantothenic acid memiliki transporter yang sama
dengan biotin dan asam lipoat berupa sodium-dependent multivitamin
transporter (SMVT). Konsentrasi tertinggi pantothenic acid ditemukan
12
pada jaringan hati, ginjal, jantung, dan kelenjar adrenal. Pantothenic acid
dalam bentuk CoA paling banyak ditemukan dalam mitokondria sel.
Metabolisme
Di dalam sel, pantothenic acid disintesis kembali menjadi CoA.
Proses fosforilasi pantothenic acid menjadi D-4'-phosphopantothenate
merupakan proses penting di awal sintesis CoA dan dikatalisasi oleh
enzim pantothenate kinase.
Farmakodinamik
Aspek farmakodinamik meliputi peran pantothenic acid sebagai
komponen penyusun koenzim A dan acyl carrier protein.
Sintesis Koenzim A (CoA)
Pantothenic acid merupakan kofaktor penting dalam sintesis
koenzim A (CoA). CoA terlibat dalam banyak metabolisme tubuh seperti
siklus asam sitrat dalam metabolisme karbohidrat, proses asetilasi gula,
biosintesis fosfolipid, komponen penyusun struktur sel membran, biosin-
tesis kolesterol dan empedu, sintesis neurotrasmiter, pembentukan asam
lemak dan triasilgliserol.
Indikasi
Indikasi suplementasi vitamin B5 adalah untuk menangani de-
fisiensi vitamin terkait, acne vulgaris, rheumatoid arthritis, dan alopecia
Dosis pemberiannya disesuaikan dengan angka kecukupan gizi menurut
usia dan kondisi masing-masing individu.
c. mencegah anemia
13
Farmakokinetik
Farmakodinamik
Asam folat, juga dikenal sebagai folat atau Vitamin B9, merupakan ko-
faktor penting untuk enzim yang terlibat dalam sintesis DNA dan RNA.
Lebih khusus lagi, asam folat dibutuhkan oleh tubuh untuk sintesis purin,
pirimidin, dan metionin sebelum dimasukkan ke dalam DNA atau pro-
tein.
Indikasi
Indikasi asam folat adalah untuk mengobati defisiensi asam folat seperti
anemia megaloblastik, keracunan methanol (off-label), dan sebagai su-
plemen selama kehamilan. Indikasi lain adalah sebagai suplemen pada
terapi yang menggunakan methotrexate dan obat anti epilepsi seperti
carbamazepine, phenytoin, atau barbiturat. Dosis yang diberikan dalam
rentang 400 mcg hingga 5 mg.
14
Farmakokinetik
Farmakodinamik
Pada proses eritropoiesis, vitamin B12, asam folat, dan zat besi dibu-
tuhkan. Defisiensi vitamin B12 akan menghambat sintesis purin dan timidilat.
Sintesis DNA juga akan terganggu, yang menyebabkan maturasi sel yang tidak
sinkron antara nukleus dan sitoplasma. Gangguan ini akan tampak sebagai mega-
loblast. Selanjutnya, tubuh dapat mengalami apoptosis eritroblas, sehingga terjadi
anemia
Indikasi
15
a. Mempengaruhi kerja kelenjar anak ginjal
1. Vitamin A (aseroftol)
Farmakodinamik
16
nal berikatan dengan opsin pada rhodopsin terisomerisasi menjadi all-
trans-retinal. Proses ini mencetuskan impuls yang memungkinkan proses
persepsi cahaya.
Peran retinol pada diferensiasi sel epitel dan proses fisiologis lainnya
dipengaruhi oleh ikatan antara vitamin A dengan dua jenis nuclear
retinoid receptors, yaitu RARs dan retinoid-X receptors (RXRs). Resep-
tor-reseptor tersebut berperan dalam aktivasi faktor ligan transkripsi yang
memodulasi transkripsi genetik. Ketika terjadi defisiensi, maka terjadi
kekurangan jumlah vitamin A yang berikatan dengan reseptor tersebut,
sehingga proses diferensiasi sel ikut berkurang.
Farmakokinetik
Absorpsi
Distribusi
Metabolisme
17
Retinol dikonjugasikan dengan glucuronic acid, membentuk B-glu-
curonide, yang selanjutnya akan mengalami proses sirkulasi enterohep-
atik dan teroksidasi menjadi retinal dan retinoic acid.
Retinoic acid (RA) adalah metabolit bioaktif dari vitamin A yang bekerja
pada sel untuk memproses atau mengubah pola genetik. Retinol diubah
menjadi RA dengan bantuan dua enzim, yaitu retinol dehydrogenase dan
retinal dehydrogenase. Di dalam nukleus, RA bertindak sebagai ligand
untuk mengaktivasi dua faktor transkripsi, yaitu retinoic acid receptors
(RAR) dan retinoid X receptors (RXR).
Eliminasi
Indikasi
2. Vitamin D
18
pertumbuhan tulang yang dikenal sebagai penyakit rakitis.Pada orang
dewasa, defisiensi vitamin D menyebabkan osteomalasia yang di-
tandai oleh berkurangnya densitas tulang, sedangkan deformitas tu-
lang hanya terjadi pada kasus yang lanjut(Syarif, 2007).
Farmakokinetik
Farmakodinamik
Indikasi
19
studi yang menunjukkan manfaat vitamin D dalam pencegahan dan penanganan COVID-
19, serta pencegahan infeksi pernapasan secara umum
3. Vitamin E (tokoferol)
Farmakokinetik
Farmakodinamik
Indikasi
20
Indikasi vitamin E adalah terapi defisiensi vitamin E, suplementasi pada
penderita fibrosis kistik, dan kondisi abetalipoproteinemia. Defisiensi vi-
tamin E merupakan kondisi yang jarang terjadi, dapat disebabkan oleh
asupan rendah vitamin E ataupun gangguan metabolisme lemak.
4. Vitamin K
Farmakodinamik
21
Farmakodinamik dari vitamin K1 serupa dengan vitamin K alami. Vitamin K1
merupakan kofaktor yang diperlukan untuk aktivitas protein yang bergantung
pada vitamin K, meliputi produksi prothrombin aktif (faktor II), prokonvertin
(faktor VII), protromboplastin beta (faktor IX), dan protrombinase (faktor X) di
hati. Selain itu, vitamin K1 juga merupakan kofaktor penting untuk enzim yang
mengkatalisis karboksilasi pasca translasi dari beberapa residu asam glutamat
yang terikat pada peptida. Residu asam gamma-karboksiglutamat yang dihasilkan
akan mengkonversi prekursor faktor II, VII, IX, dan X di hati menjadi faktor
koagulasi aktif yang kemudian disekresikan oleh sel-sel hati ke dalam darah.[2,7]
Farmakokinetik
Vitamin K memerlukan adanya garam empedu agar dapat diserap melalui saluran
gastrointestinal. Vitamin K awalnya akan terkonsentrasi di hati, tetapi kemudian
menurun dengan cepat dan hanya sedikit yang disimpan di jaringan tubuh.[2,3]
Absorpsi
Vitamin K memerlukan adanya garam empedu agar dapat diserap melalui saluran
gastrointestinal. Pada pemberian vitamin K1 per oral, faktor koagulasi akan
meningkat dalam 6-10 jam. Vitamin K1 diserap langsung setelah pemberian
intramuskuler. Pada pemberian melalui jalur parenteral, faktor koagulasi
meningkat dalam 1-2 jam. Selain itu, pada pemberian melalui jalur parenteral,
perdarahan biasanya terkontrol dalam 3-6 jam dan prothrombin time normal
dicapai dalam 12-14 jam.[3-5]
Distribusi
Setelah vitamin K1 diabsorbsi, maka akan terkonsentrasi di hepar, disimpan di
dalam tubuh untuk waktu yang singkat, dan konsentrasinya akan menurun dengan
cepat. Sekitar 90% vitamin K1 terikat pada protein plasma dengan volume dis-
tribusi sekitar 20 ± 6 L.[3,5,7]
Metabolisme
Vitamin K1 dimetabolisme dengan cepat di hepar menjadi metabolit yang lebih
polar (phytomenadione-2,3-epoksida). Rantai samping dari phylloquinone's phytyl
dihidroksilasi oleh CYP4F2, lalu dipendekkan menjadi lima atau tujuh atom kar-
bon sehingga menghasilkan asam karboksilat yang terkonjugasi dengan
glukuronat sebelum diekskresikan.[3,4,7]
Eliminasi
Vitamin K1 dieliminasi melalui urine dan feses sebagai konjugat glukuronida dan
sulfat, dengan waktu paruh eliminasi plasma selama 2-3 jam. Konsentrasi vitamin
K yang tinggi pada feses kemungkinan disebabkan oleh sintesis bakteri di usus.
22
Indikasi
vitamin K1 adalah dalam profilaksis dan tata laksana gangguan perdarahan akibat
defisiensi vitamin K1, baik yang diakibatkan oleh pemberian antikoagulan
maupun sekunder akibat penyakit lain. Dosis pemberian disesuaikan dengan in-
dikasi dan usia pasien
Gejala kekurangan
Keracunan
Dosis
23
tinggi (Pabrinex iv: isi vitamin C 500 mg, glukosa anhidrosa 1 g,
nicotinamide 160 mg, pyridoxine HCl 50 mg, riboflavin 4 mg, tiamin
HCl 250mg/10 ml).
b. Vitamin B2 (Riboflavin)
Gejala kekurangan
Dosis:
• Terapi defisiensi vitamin B2, per oral: dosis dewasa dan anak
hingga 30 mg sehari.
c. Vitamin B3 (Niacin)
Gejala kekurangan
Keracunan
Niasin dalam jumlah yang besar dapat menjadi racun pada sistem
syaraf, lemak darah dan gula darah. Gejala – gejala seperti muntah, li-
dah membengkak dan pingsan dapat terjadi. Lebih lanjut, hal ini dapat
24
berpengaruh pada fungsi hati dan dapat mengakibatkan tekanan darah
rendah.
Gejala kekurangan
Keracunan
Gejala kekurangan
Keracunan
Dosis:
25
• Neuropati akibat isoniazid: 10 mg sehari untuk pencegahan,
50 mg 3x sehari untuk terapi
f. Vitamin B8 (biotin)
Gejala kekurangan
Gejala kekurangan
Keracunan
26
h. Vitamin B12 (Kobalamin)
Gejala kekurangan
Vitamin B12 dapat menembus sawar uri dan masuk kedalam sirkulasi
bayi.Dosis sianokobalamin untuk pasien anemia permisiosa
tergantung dari berat anemianya, ada tidaknya komplikasi dan
respons terhadap pengobatan. Secara garis besar cara penggunaannya
dibagi atas terapi awal yang intensif dan terapi penunjang.
Dosis:
Gejala kekurangan
27
kerusakan otot seperti juga rasa nyeri, gangguan syaraf dan depresi.
Gejala selanjutnya adalah anemia, sering terkena infeksi, kulit kasar
dan kegagalan dalam menyembuhkan luka. Ketika seseorang
mengkonsumsi sejumlah besar vitamin C dalam bentuk suplemen
dalam jangka panjang, tubuh menyesuaikannya dengan menghan-
curkan dan mengeluarkan kelebihan vitamin C dari pada biasanya.
Jika konsumsi kemudian secara tiba-tiba dikurangi, tubuh tidak akan
menghentikan proses ini, sehingga menyebabkan penyakit kudisan.
Keracunan
2. Vitamin B1
Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin B1 yaitu
kulit kering/kusik/busik, kulit bersisik, daya tahan tubuh berkurang.
3. Vitamin B2
Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin B2 yaitu
turunnya daya tahan tubuh, kilit kering bersisik, mulut kering, bibir
pecah-pecah, sariawan, dan sebagainya
4. Vitamin B3
28
Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin B3 yaitu
terganggunya sistem pencernaan, otot mudah keram dan kejang, in-
somnia, badan lemas, mudah muntah dan mual-mual, dan lain-lain
5. Vitamin B5
6. Vitamin B6
7. Vitamin B12
8. Vitamin C
9. Vitamin D
10. Vitamin E
11. Vitamin K
29
Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin K yaitu
darah sulit membeku bila terluka/berdarah/luka/pendarahan, pendarahan di
dalam tubuh, dan sebagainya.
· Kelebihan Vitamin
1. Vitamin A
Akibat dari kelebihan mengkonsumsi vitamin A yaitu Keracunan
hatiKulit kering, Rambut rontok, Efek Teratologikal, Osteoporosis
(suspected, long-term)
2. Vitamin B1
Pemakaian thiamin yang melebihi normal mempengaruhi sistem
syaraf. Hal ini karena reaksi hipersensitif yang dapat berpengaruh pada
kelelahan, sakit kepala, sifat lekas marah dan susah tidur. Sistem darah
dapat terpengaruh, karena denyut nadi menjadi cepat.Vitamin B2
3. Vitamin B3
Akibat dari kelebihan mengkonsumsi vitamin B3 yaitu Niasin
dalam jumlah yang besar dapat menjadi racun pada sistem syaraf, lemak
darah dan gula darah. Gejala – gejala seperti muntah, lidah membengkak
dan pingsan dapat terjadi. Lebih lanjut, hal ini dapat berpengaruh
pada fungsi hati dan dapat mengakibatkan tekanan darah rendah, Pusing,
mual,ataksia,neuropatiperifer.
Sedangkan untuk vitamin B12 tidak ada gejala keracunan yang
berhubungan dengan vitamin B12
4. Vitamin C
Gejala keracunan vitamin C adalah mual, kejang perut, diare, sakit
kepala, kelelahan dan susah tidur. Hal ini juga dapat mengganggu tes
medis, atau menyebabkan buang air kecil yang berlebihan dan membentuk
batu ginjal.
5. Vitamin D
30
Jangan makan vitamin D secera berlebihan kerana dapat merusak
ginjal dan hati.Di Indonesia sebenarnya seseorang tidak perlu menembah
konsumsi vitamin D kerana di Indonesia cukup banyak sinar
matahari.Kulit dapat memprroduksi vitamin D bila terkena Sinar ultra
violet dari matahari
6. Vitamin E
Akibat dari kelebihan mengkonsumsi vitamin E yaitu bila
dikonsumsi dalam dosis tinggi, vitamin ini diduga dapat meningkatkan
risiko kanker paru-paru, demikian dilaporkan sebuah riset yang
dipublikasikan awal Februari ini.Penelitian di Amerika Serikat yang
melibatkan 77 ribu partisipan mengindikasikan bahwa mengonsumsi
400 miligram per hari dalam jangka waktu lama dapat meningkatkan
risiko kanker hingga 28 persen, khususnya di antara para perokok.
BAB III
PENUTUP
31
3.1 KESIMPULAN
Terdapat 13 jenis vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh untuk dapat bertumbuh dan
berkembang dengan baik. Vitamin tersebut antara lain vitamin A, C, D, E, K, dan B
(tiamin, riboflavin, niasin, asam pantotenat, biotin, vitamin B6, vitamin B12, dan folat).
DAFTAR PUSTAKA
32
Drs. Sunaryo, M.Kes. 2004. Vitamin dan mineral untuk kesehatan. Jakarta: Pener-
bit EGC
http://books.google.co.id/books?
id=6GzU18bHfuAC&pg=PA3&lpg=PA3&dq=Nutrisi-Parenteral-untuk-
kesehatan.
Sadikin Muhamad.2002.Biokimia Darah.widia medika.Jakarta
Sylvia A. Price Lorraine M. Wilson, 2002, Patofisiologi, Jilid1, EGC, Jakarta
Setiabudy, Rianto. 2007.Farmakologi dan Terapi, edisi 5.Gaya Baru.Jakarta
http://www.scribd.com/doc/37220094/Obat-Anti-Anemia-Defisiensi
33