Anda di halaman 1dari 26

Vitamin dan mineral

Pendahuluan

Vitamin larut air:

- Asam B kompleks: tiamin, riboflavin, asam nikotinat piridoksin, asam


pantotenat,biotin, kolin, inositol
- Asam askorbat (vitamin C)

Vitamin larut lemak:

- Vitamin A
- Vitamin D
- Vitamin E
- Vitamin K

Mineral yang dibutuhkan dalam jumlah relatif banyak

Unsur hara

1. PENDAHULUAN

Vitamin dan beberapa mineral penting untuk metabolisme. Vitamin merupakan senyawa
organik yang diperlukan tubuh dalam jumlah kecil untuk mempertahankan kesehatan dan
seringkali bekerja pada kofaktor untuk enzim metabolisme. Vitamin yang terdapat dalam
lebih dari satu bentuk kimia (misalnya piridoksin, piridoksal, piridoksamin) atau terdapat
sebagai suatu prekursor ( misalnya karoten untuk vitamin A) kadang-kadang dinamakan
vitamer. Mineral merupakan senyawa anorganik yang merupakan bagian penting dari enzim,
mengatur berbagai fungsi fisiologis, dan dibutuhkan untuk petumbuhan dan pemeliharaan
jaringan termasuk tulang. Sumber vitamin dan mineral yang paling baik adalah makanan
sehingga orang sehat yang makanannya bermutu baik, sudah mendapat vitamin dan mineral
yang cukup. Akan tetapi individu dengan diet rendah kalori (kurang dari 1200 kalori/hari)
sering kali asupan vitaminnya kurang dan memelukan tambahan. Selain terdapat dalam
makanan, vitamin juga dapat diberikan dalam bentuk murni sebagai sediaan tunggal atau
kombinasi. Sediaan untuk profilaktik harus dibedakan dari sediaan untuk tujuan pengobatan
defisiensi.
Vitamin dibagi menjadi dua golongan yaitu

(1) Vitamin larut lemak: Vitamin A, D,E, dan K


(2) Vitamin larut air. Vitamin B kompleks dan vitamin C

Vitaminj larut air disimpan dalam tubuh hanya dalam jumlah terbatas dan sisanya dibuang,
sehingga untuk mempertahankan saturasi jaringan vitamin larut air perlu sering dikonsumsi.
Meskipun demikian, pemberian vitamin larut air dalam jumlah berlebihan selain merupakan
pemborosan, juga mungkin menimbulkan efek yang tidak diinginkan. Sebaliknya vitamin
larut lemak dapat disimpan dalam jumlah banyak, sehingga untuk timbulnya gejala defisiensi
dibutuhkan waktu lebih lama dan kemungkinan terjadinya toksisitas jauh lebih besar daripada
vitamin yang larut dalam air.

Beberapa vitamin baru aktif setelah mengalami aktivasi in vivo. Aktivasi vitamin larut air
dapat berupa fosfoilasi (tiamin, riboflavin,niasin, piridoksin) dan dapat juga membutuhkan
pengikatan dengan nukleotida purin atau pirimidin (riboflavin, niasin). Vitamin larut air
berperan sebagai kofaktor untuk enzim tertentu, sedangkan vitamin A dan D mempunyai sifat
lebih menyerupai hormon dan mengadakan interaksi dengan reseptor spesifik intraselular
pada jaringan target.

Mineral dalam tubuh dibedakan atas mineral yang terdapat dalam jumlah relatif banyak (
kalsium, fosfor, magensium, kalium,natrium, klorida, sulfur) dan trace elements (flour, seng,
selenium, iodium, besi, kromium, kobalt, tembaga, mangan, molibdenum).

ANGKA KECUKUPAN GIZI RATA-RATA YANG DIBUTUHKAN (AKG =


Recomended Dietary Allowance, RDA).

Penggunaan vitamin dan mineral berlebih dapat menimbulkan gejala keracunan, sebaliknya
bila kekurangan dapat menimbulkan gejala defisiensi (kekurangan gii atau biasa disebut
malnutrisi). Oleh karena itu banyak negara yang telah mengadakan penelitian dan telah
melakukan evaluasi kebutuhan vitamin dan mineral serta zat gizi lainnya perhari pada
masyarakatnya. Angka kecukupan gizi rata-rata yang dianjurkan (AKG) adalah suatu
kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari bagi semua orang menurut golongan umur, jenis
kelamin, ukuran tubuh dan aktivitas untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.

Di Indonesia sejak tahun 1978 setiap 5 tahun sekali secara nasional dibuat angka kecukupan
gizi rata-rata yang dianjurkan yang disebarluaskan melalui Widya Karya Nasional pangan
dan gizi. Dalam menentukan kecukupan gizi yang dianjurkan telah diperhitungkan oleh
faktor variasi kebutuhan individual. Angka tersebut adalah angka kebutuhan rata-rata
ditambah 2 kali simpang baku. Dengan demikian angka kecukupan yang dianjurkan
merupakan jumlah yang dibutuhkan oleh 97,5% populasi. Untuk vitamin dan mineral AKG
sudah mencakup pula untuk cadangan zat gizi tersebut didalam tubuh. AKG didasarkan pada
patokan berat badan untuk masing-masing kelompok umur dan jenis kelamin. Patokan berat
badan didasarkan pada berat badan yang mewakili sebagian besar penduduk yang
digolongkan mempunyai derajat kesehatan optimal. Angka kecukupan berbagai zat gizi rata-
rata yang dianjurkan hasil Widya Karya nasional Pangan dan Gizi 2004 tertera pada tabel.
ASUPAN VITAMIN YANG BERLEBIHAN

Asupan (intake) vitamin yang berlebihan dapat disebabkan karena:

1. Penggunaan vitamin dalam jumlah besar, baik untuk tujuan pencegahan maupun
pengobatan penyakit yang tidak jelas berhubungan dengan defisiensi vitamin
2. Penggunaan vitamin secara rutin dengan jumlah yang jauh melebihi AKG karena
danya anggapan bahwa vitamin dapat memberikan tambahan energi dan membuat
seseorang lebih sehat
3. Banyaknya sediaan yang mengandung satu macam vitaminatau bebrapa macam
vitamin atau beberapa macam vitamin (multivitamin) dalam jumlah yang besar
dinyatakan sebagai suplementasi makanan dan dapat dibeli tanpa resep dari dokter.
Sediaan multivitamin sering kali diperlukan untuk pengobatan karena defisiensi
vitamin seringkali bersifat multipel, tapi sediaan ini seyogyanya dibedakan dengan
sediaan multivitamin untuk suplementasi/profilaksis. Sediaan multivitamin untuk
pengobatan penyakit defisiensi mengandung vitamin dalam jumlah lebih besar dan
hanya boleh diberikan oleh dokter.

Menurut Food and Drug Administration (FDA) di Amerika Serikat seidaan multivitamin
digolongkan sebagai suplementasi mkanan atau untuk profilaksis bila mengandung 50-150%
U.S RDA (kecuali untuk vitamin D dan asam folat yang tidak boleh melebihi U.S RDA).
Sediaan ini mungkin diperlukan selama kebutuhan meningkat (misalnya masa hamil dan
laktasi), selama sakit dimana terdapat absorpsi makanan, dan pada pasien yang makanannya
kurang baik. Selama masa hamil dan laktasi, sediaan multivitamin yang diberikan sebaiknya
mengandung asan folat, sianokobalamin dan besi, karena at-at tersebut mungkin tidak cukup
didapatkan dari makanan. Tambahan vitamin D tidak diperlukan bila pajanan terhadap sinar
matahari sudah cukup atau bila diet normal. Sediaan vitamin untuk pengobatan hanya
diperlukan untuk terapi penyakit defisiensi vitamin dan terapi supportif pada keadaan
patologik dimana kebutuhan makanan sangat meningkat misalnya pada alkoholisme dan
kaheksia pascabedah. Pemberiannya memerlukan pengawasan dokter. Sediaan ini dapat
mengandung vitamin sampai 5 kali. U.S.RDA, kecuali vitamin D yag tidak boleh melebihi
U.s RDA. Selain itu asupan vitamin A harus dibatasi untuk mencegah hipervitaminosis A.
Bila kebutuhan akan satu jenis vitamin melebihi 5 kali RDA, maka vitamin kitu diberikan
secara terpisah.

ASUPAN VITAMIN YANG KURANG

Asupan vitamin yang kurang dapat terjadi sebagai akibat:

1. Asupan makanan yang tidak mencukupi


2. Gangguan absorpsi vitamin
3. Meningkatnya kebutuhan tubuh

Asupan makanan yang tidak mencukupi dapat disebabkan oleh anoreksia, diet rendah kalori,
diet khusus misalnya pada diabetes mellitus dan nilai gizi makanan yang rendah karena
keadan ekonomi atau kurangnya pengetahuan mengenai nilai gizi makanan. Gangguan
absorpsi vitamin dapat terjadi misalnya pada poenyakit hati dan empedu, diare kronik,
macam macam gangguan sistem pencernan dan pada penggunaan antibiotik jangka lama.
Meningkatnya kebutuhan tubuh akan vitamin terjadi selama masa pertumbuhan, hamil,
laktasi, haid, kerja fisik yang berat, stres dan pada penyakit yang disertai peningkatan
metabolisme, misalnya hiperiroidisme dan demam. Selain itu kelainan genetik juga dapat
meningkatkan kebutuhan tubuh akan vitamin. Tambahan vitamin diperlukan pada kedaan-
keadaan tersebut diatas untuk mencegah terjadinya defisiensi vitamin.

2. VITAMIN LARUT AIR

Vitamin larut air terdiri dari vitamin B kompleks dan vitamin C. Vitamin B kompleks
mencakup vitamin sejumlah vitamin dengan rumus kimia dan efek biologik yang sangat
berbeda yang digolongkan bersama karna dapat diperoleh dari sumber yang sama, antara lain
hati dan ragi. Yang termasuk dalam golongan vitamin ini adalah : tiamin (vitamin B1),
riboflavin (vitamin B2) , asam nikotinat (niasin), piridoksin (vitamin B6) , asam
pantotenat, biotin, kolin, inositol ,asam para-amino benzoat, asam folat dan
sianokobalamin dibicarakan dalam bab 52. Asam para-amino benzoat (PABA) merupakan
bahan untuk sintesis asam folat, tetapi ini hanya terjadi pada bakteri. Manusia memperoleh
asam folat langsung dari makanan, sehingga PABA tidak esensian untuk manusia atau
mamalia pada umumnya. Vitamin C (Asam askorbat) terutama didapatkan pada buah jeruk.

Flavonoid (misalnya rutin dan hesperidin) juga merupakan senyawa larut air dan semula
dinyatakan mempunyai aktivitas sebagai vitamin yang bermanfaat untuk beberapa jenis
penyakit perdarahan. Ternyata gal ini tidak jelas terbukti. Pengamic acid dan retril yang
dilromosukan sebagai "Vitamin B15" dan "Vitamin B17" sebetulnya tidak memperlihatkan
aktivitas vitamin, dan juga bukan merupakam makanan. Kedua senyawa tersebut bersifat
toksik. Pengamic acid atau asam pengamat mungkin bersifat mutagenik sedangkan retril
mengandung sianida sebanyak 6% sehingga dapat menyebabkan keracunan sianida menahun
dan kematian.

2.1 VITAMIN B KOMPLEKS

TIAMIN

KIMIA. Tiamin (Vitamin B1) merupakan kompleks suatu organik yang mengandung satu inti
tiazol dan pirimidin. Dalam badan zat ini akan diubah menjadi tiamin firofosfat.

FARMAKODINAMIK

Pada dosis kecil tidak memperlihatkan efek farmakodinamik yang nyata.

Pada pemberian IV secara cepat dapat terjadi efekefek langsung pembuluh darah perifer
berupa vasodilatasi ringan, disertai penurunan tekanan darah, yang bersifat sementara.

Defisiensi tiamin

Defisiensi berat dapat meimbulkan penyakit beri-beri yang gejalanya terutama tampak pada
sistem saraf dan kardiovaskular. Gangguan saraf dapat beruoa neuriis perifer dengan gejala
rasa berat dan lemah pada tungkai, gangguan sensorik seperti hiperestua, anestesia, rasa nyeri
dan rasa terbaka. Gejala yang timbul dari sistem kardiovaskular dapat berupa gejala
insufisiensi jantung antara lain sesak nafas, setelah kerja jasmani, palpitasi, takikardi,
gangguan ritme serta pembesran jantung dan perubahan elektrokardiogram.

(beri-beri basah adalah bentuk defisiensi tiemin dan disertai edema, bengkak ini terjadi
karena hipotrombopinemia dan gangguan fungsi jantung)

Kebutuhan sehari

Kebutuhan minimum adalah 0,3 mg mg/1000 kcal

FARMAKOKINETIK

Setelah pemberian parenteral absorpsi berlangsung cepat dan sempurna. Absorpsi peroral
berlangsung dalam usus halus dan duodenum, maksimal 8-15 mg/hari yang dicapai dengan
pemberian oral sebanyak 40 mg
EFEK SAMPING

Tiamin tidak menimbulkan efek toksik apabila diberikan per oral dan bila kelebihan tiamin
cepat diekskresi melalui urin. Meskipun jarang, reaksi anafilaktoi dapat terjadi setelah
pemberian IV dosis besar pada pasien yang sensitif, dan beberapa diantaranya bersifat fatal.

SEDIAAN DAN INDIKASI

Tiamin HCl (Vitamin B1, aneurin HCl) tersedia dalam bentuk tablet 5-500 mg. Larutan steril
100-200 mg untuk penggunaan parenteral, dan eliksir mengandung 2-25 mg tiamin tiap mL.

Tiamin di indikasikan pada pencegahan (dengan dosis 2-5 mg/hari ) dan pengobatan
defisiensi tiamin (5-10 mg tiga kali sehari).

Tiamin berguna untuk pengobatan neuritis yang disebabkan oleh defisiensi tiamin, misalnya:

1. Neuritis alkoholik yang terjadi karena sumber kalori hanya alkohol saja
2. Wanita hamil yang kurang gizi
3. Pasien emesis gravidarum
4. Juga digunakan untuk pengobatan penyakit jantng dan gangguan saluran cerna yang
dasarnya defisiensi tiamin

RIBOFLAVIN

Berperan dalam berbagai proses metabolisme.

FARMAKODINAMIK

Pemberian ribovlafin secara oral maupun parenteral tidak memberikan efek farmakodinamk
yang jelas

Defisiensi Ribovlavin

Ditandai dengan

- Sakit tenggorokkan dan radang disekitar mulut (somatitis angularis),


- keltosis,
- glositis,
- lidah berwarna merah dn licin

Kebutuhan Sehari
Berbanding lurus dengan energi yang digunakan, minimum 0,3 mg/1000 kcal

FARMAKOKINETIK

Akan diabsorpsi dengan bauj dan di distribusi merata keseluruh jaringan. Asupan yang
berlebihan akan dikeluarkan melalui urin.

INDIKASI

Penggunaan yang utama untuk pencegahan dan terapi defisiensi vitamin B2 yang sering
menyertai pelagra atau defisiensi vitamin B kompleks lainnya, sehingga riboflavin sering
diberikan bersama vitamin lain. Dosis untuk pengobatan adalah 5-10 mg/hari

ASAM NIKOTINAT

asam nikotinat atau niasin dikenal juga sebagai faktor PP atau pellagra preventif (penyakit
yang disebabkan karena kekurangan niasin. Penyakit pelagra memiliki karakteristik 3D yaitu

dermatitis, demensia, serta diare. ) karena dapat mencegah penyakit pelagra pada manusia
atau penyakit lidah hitam pada hewan

sumber alami vitamin ini adalah hati ragi dan daging

FARMAKODINAMIK DAN EFEK SAMPING

Bentuk Amida dari asam nikotinat yaitu niasinamide juga berefek antipelagra.

Esam nikotinat merupakan suatu prosedur yang terutama bekerja pada blazing area
yaitu di muka dan area di muka dan leher kemerahan pada tempat berlangsungnya pada
tempat tersebut dapat berlangsung sampai 2 jam sertai rasa panas dan gatal.

Pada dosis besar asam nikotinat dapat menurunkan kadar kolesterol dan asam lemak pada
asam lemak bebas dalam

Efek samping umumnya timbul pada garis besar dapat menurunkan toleransi terhadap
Tglukosa sampai hiper sampai terjadi hiperglikemia. Selain itu terjadi kenaikan kadar
asam urat dalam darah, gangguan fungsi hati, gangguan lambung berupa sampai mual
sampai muntah serta peningkatan motilitas usus. Reaksi anafilaktik dilaporkan terjadi
pada pemberian secara IV.
Defisiensi Niasin adalah penyakit defisiensi niasin dengan kelainan pada kulit, saluran
cerna dan SSP, kulit mengalami erupsi eritematosa, bengkak dan merah, pada saluran
cerna terjadi lidah membengkak, merahm stomatitis, mual, muntah, dan enteritis.

Kebutuhan Sehari. Kebutuhan minimal niasin intuk mencega palagra rata-rata 4,4
mg/1000kcal, pada dewasa asupan minimal 13 mg.

FARMAKOKINETIK

Niasin dan niasinamid mudah diabsorpsi melalui semua bagian saluran cerna dan
didistribusi ke seluruh tubuh . ekskresinya melalui urin

SEDIAAN DAN POSOLOGI

Sediaan untuk injeksi mengandung 50 atau 100 mg niasin/ml. Larutan injeksi umunya
mengandung 100 mg/ml

Tablet niasinamid mengandung 50-1000 mg/ml.

Untuk pengobatan pelagra pada keadaan aktif fianjurkan dosis oral 50 mg diberikan
sampai 10 kali sehari, atau 25 mg niasin 2-3 kali sehari secara IV

PIRIDOKSIN

FARMAKODINAMIK DAN FISIOLOGIS

Piridoksain fosfat dalam tubuh merupakan koensim yang berperan penting dalam
metabolisme berbagai asam amino

Defisiensi piridoksin

1. kelainan kulit berupa matitis seboroik dan peradangan pada selaput lendir mulut
dan lidah
2. kelainan SSP berupa perangsangan sampai timbulnya kejang
3. gangguan eritropoetik hipokrom mikrositer

Kebutuhan Sehari

Kebutuhan akan piridoksin berhbngan dengan konsumsi protein yaitu kira-kira 2 mg/100
mg protein
FARMAKOKINETIK

Mudah di absorpsi melalui saluran cerna. Di ekskresi melalui urin terutama dalam bentuk
4-asam piridoksat dan piridoksal

EFEK SAMPING

Dapat menyebabkan neuropati sensorik. Gejala awal sikap tidak stabil, kebas kaki,
tangan dan sekitar mulut

SEDIAAN DAN INDIKASI

Tersedia tablet piridoksin HCl 10-100 mg dan sebagai larutan steril 100 mg/mL
piridoksin HCl untuk injeksi.

Mencegah dan mengobati defisiensi vitamin B6, dapat memperbaiki gejala keilosis,
dermatitis seboroik, glositis dan stomatitis

2.2 ASAM ASKORBAT (VITAMIN C)

Vitamin C bekerja sebagai suatu koenim dan pada keadaan tertentu merupakan reduktor
dan antioksidan. Zat ini berbentuk kristal dan bubuk putih kekuningan, stabil pada
keadaan keing. Dalam bentuki larutan diwadah terbuka, zat ini cepat rusak.

FISIOLOGI DAN FARMAKOLOG

Vitamin C dibutuhkan untuk mempercepat perubahan residu prolin dan lisin hidroksilisin
pada sintesis kolagen, selain itu juga diperlukan untuk perubahan asa folat menjadi asam
folinat.

Pada jaringan fungsi utama vitamin C ialah dalam sintesis kolagen, proteoglikan zat
organik matriks antar sel lain misalnya pada tulang, gigi, endotel kapiler

Pemberian vitamin C pada keadaan normal tidak menunjukkan efek farmakodinamik


yang jelas.tetapi pada keadaan defisiensi, pembeian vitamin C akan menghilangkan
gejala penyakit dengan cepat.

Defisiensi Vitamin C

Gejala awal hipovitaminosis C adalah malaise, mudah tersinggung, gangguan emos,


artragia, hiperkeratosis folikel rambut.
FARMAKOKINETIK

Vit. C mudah diabsorpsi melalui saluran cerna. Pada keadaan normal tampak kenaikan
kadar vitamin C dalam darah setelah diabsorpsi. Ekskresi melalui urin dalam bentuk utuh
dan bentuk garam sulfatnyaterjadi jika kadar dalam darah melewati ambang rangsang
ginjal 1,4 mg%

Kebutuhan Sehari

AKG vitamin C untuk bayi (35 mg) dan meningkat pada dewasa (sampai kira-kira 60
mg). Pada masa hail dan laktasi diperluka tambahan vitamin C 10-25 mg/hari

INDIKASI

Vitamin C diindikasikan untuk pencegahan dan pengobatan skorbut. Selain itu vit.C
digunakan untuk penyakit yang tidak ada hubungannya dengan defisiensi vitamin Cdan
seringkai digunakan dalam dosis besar`

EFEK SAMPING

Vitamin C dengan dosis lebih dari 1 g/hari dapat menyebabkan diare. Dosis besar
tersebut juga meningkatkan bahaya terbentuknya batu ginjal, karena sebagian vitamin C
dimetabolisme dan diekskresi sebagai oksalat, penggunaan vitamin dalam jumlah sangat
besar dapat menimbulkan ketergantungan.

SEDIAAN

Terdapat dalam bentuk tablet yang mengandung 50-1500 mg, air jeruk mengandung
vitamin C yang tinggi. Kalsium askorbat dan natrium askorbat didapatkan dalam bentuk
tablet dan bubuk untuk penggunaan per oral

3. VITAMIN LARUT LEMAK

Viamin larut lemak (vitamin A, D, E dan K), keadaan keadaan yanng menyebabkan
gangguan absorpsi lemak seperti defisiensi asam empedu, ikterus, dan enteritis dapat
mengakibatkan defisiensi sau atau mungkin semua vitamin golongan ini.

3.1 VITAMIN A
Vitamin A terutama terdapat pada bahan yang berasal dari hewan seperti mentega,
telur, hati dan daging.
FARMAKODINAMIK
Vitamin A dosis kecil tidak akan menunjukkan efek farmakodinamik yang berarti,
sebaliknya pemberian dalam dosisi besar vitamin A menimbulkan keracunan.
Retina yang fotosensitif yaitu rodopsin dan iodopsin bila terkena cahaya akan
memutih terurai dan menimbulkan impuls listrik yang dialirkan melalui nervus
optikus otak, sebaliknya pada tempat gelap akan terjadi regenarasi pigmen yang
memerlukan vitamin A. Pada defisiensi vitamin A regenarasi tinggi terutama
rodopsin yang penting untuk melihat dalam keadaan gelap akan terhalang atau
berlangsung lebih lambat sehingga kemampuan untuk adaptasi gelap akan
berkurang dan timbul keadaan yang disebut buta senja atau niktalopia.
Defisiensi vitamin A yang sangat berat dapat menyebabkan kebutaan
Mekanisme Kerja
pada fibroblas atau jaringan epitel terisolasi dapat meningkatkan beberapa jenis
protein seperti fibronektin dan mengurangi sintesis protein lainnya seperti
collagen dan keratin.
Defisiensi vitamin A
defisiensy vitamin A terjadi bila kesanggupan tubuh untuk menyimpan vitamin A
terganggu misalnya pada sirosis hati
Pada orang dewasa sehat terdapat persediaan vitamin A sehingga gejala defisiensi
baru timbul dua atau tiga tahun Setelah orang tersebut tidak mendapat vitamin A
dalam dietnya. Gejala yang paling dini dan paling mudah dikenali ialah buta senja
defisiensi lebih berat menyebabkan gangguan pada mata yang berupa
xerophthalmia timbulnya bercak bitot keratomalasia dan akhirnya kebutaan
defisiensi vitamin A dilaporkan meningkatkan kepekaan jaringan epitel terhadap
karsinogenesis pada umumnya jaringan yang berpoliferasi cepat lebih sensitif
terhadap keadaan defisiensi retinol
HIPERVITAMINOSIS A
Hipervitaminosis A pada dewasa menyebabkan menurunyya kadar RBP (retinol-
binding protein). Toksisitas pada dewasa jarang terjadi pada individu yang
mengkonsumsi kurang dari 30 mg/hari. Pada bayi konsumsi vitamin A 7,5-a5
mg/hari selama 30 hari sudah dapat menimbulkan toksisitas.
TERATOGENITAS
Dosis melebihi AKG tidak dianjurkan selama kehamilan normal, dilaporkan
terjadi defirmitas pada bayi yang ibunya mendapat 25000 IU vitamin A segera
sebelum dan beberapa bulan pertama kehamilan.
FARMAKOKINETIK
Vitamin A diabsorpsi sempurna melalui usus halus dan kadarnya dalam plasma
mncapai puncak setelah 4 jam, tetapi absorpsi dosis besar vitamin A kurang
efisien karena sebaian akan keluar melalui tinja.

INDIKASI
Vitamin A diindikasikan untuk pencegahan dan pengobatan defisiensi vitamin A
untuk pencegahan tambahan vitamin A dapat dianjurkan untuk kebutuhan
meningkat misalnya pada bayi akan tetapi retinol sejumlah Rp20.000 per hari
selama 1 atau 2 bulan pada bayi atau anak sehat dengan makanan yang baik
mungkin dapat menimbulkan gejala keracunan pada masa hamil dan laktasi
dianjurkan untuk meningkatkan asupan vitamin A meskipun hal ini juga
tergantung pada jenis makanan yang dimakan tambahan vitamin A juga
diperlukan untuk pasien obstruksi biliaris sirosis hepatis setelah gastrectomy total
dan pada penyakit infeksi setelah yang disertai peningkatan ekskresi vitamin A
melalui urine seperti pada nefritis menahun untuk suplementasi makanan
umumnya diperlukan vitamin A 5000 unit vitamin A digunakan untuk pengobatan
penyakit kulit seperti acne Psoriasis dan iktiosis akan tetapi dewasa ini telah
banyak digantikan oleh retinoids retinoids lain yaitu tretinoin dan isotretinoin
kedua obat ini digunakan topikal dan sama efektifnya nya buta senja yang
disebabkan oleh defisiensi vitamin A memberikan respon yang baik terhadap
vitamin A Tetapi keadaan defisiensi lebih lanjut ternyata sulit diobati hasil
penelitian pada anak Indonesia di bagian ilmu kesehatan anak menunjukkan
bahwa gejala defisiensi vitamin A dapat diatasi dengan pemberian vitamin A cara
suntikan sebanyak 100000 unit untuk satu kali pemberian dan dilanjutkan dengan
pemberian oral tambahan suntikan 20000 unit setiap minggu dapat dianjurkan
vitamin A terdapat dalam berbagai sediaan untuk penggunaan secara oral dan
topikal untuk penggunaan orang terhadap bentuk tablet kapsul ataupun larutan
sirup yang mengandung vitamin A proses pada dosis pada defisiensi berat
pemberian pada orang dewasa dan anak berusia lebih dari 8 tahun yaitu 50000
sampai Rp100.000 perhari selama 3 hari diikuti dengan 50 ribu perhari untuk 2
minggu pada anak 1 sampai 8 tahun diberikan dosis 5000 sampai Rp15.000
perhari untuk 102 hari dan bayi Rp5.000 sampai Rp10.000 perhari untuk 10 hari
orang untuk orang dewasa dan anak lebih dari 8 tahun adalah Rp100.000 per hari
selama 3 hari jika q dengan Rp50.000 perhari selama 2 minggu tergantung
makanan dan tidak melebihi 2 kg vitamin D vitamin D senyawa larut senyawa
yang larut dalam lemak terbukti berguna untuk mencegah dan mengobati rakitis
yaitu penyakit yang banyak terdapat pada anak terutama di daerah yang kurang
mendapat sinar matahari farmakodinamik fisiologi vitamin D berperan dalam
homeostasis kalsium meskipun dinamakan vitamin sebetulnya memiliki
karakteristik suatu hormon yang sama yang besar hormon paratiroid mengatur
kadar C plasma
3.2 VITAMIN D
Vitamin D, senyawa yang larut dalam lemak, terbukti berguna untuk mencegah
dan mengobati rakitis yaitu penyakit yang banyak terdapat pada anak, terutama di
daerah yang kurang mendapat sinar matahari. Pada tahun 1920, Mellaby dan
Huldschinsky mendapatkan bahwa rakitis dapat dicegah ataupun diobati dengan
minyak ikan atau dengan sinar matahari yang cukup. Ternyata sterol yang terdapat
pada hewan atau tumbuh-tumbuhan merupakan provitamin D yang dengan
penyinaran ultraviolet akan diubah menjadi vitamin D.
Provitamin D yang terdapat pada ragi dan jamur ialah ergosterol yang akan diubah
menjadi vitamin D₂ (kalsiferol). Selain itu, 7-dehidrokolestrol juga disintesis pada
kulit. Potensi vitamin D₂ dan D₃ pada manusia praktis tidak bereda.
FARMAKODINAMIKA
FISIOLOGI. Vitamin D berperan dalam homeostasis kalsium. Karakteristik
vitamin D yang sesuai dengan hormone adalah disintesis di kulit dan pada
keadaan ideal mungkin tidak dibutuhkan dalam makanan, mengalami transportasi
melalui darah menuju organ yang jauh (hati, ginjal) untuk diaktivasi oleh enzim,
bentuk aktivnya mengikat reseptor spesifik pada jaringan target yang pada
akhirnya meningkatkan kadar Ca²+ plasma. Reseptor bentuk aktif vitamin D
ternyata didapatkan pada banyak sel termasuk sel hematopoietic, sel epidermis, sel
pankreas, otot dan saraf yang memperantarai kerja vitamin D yang tidak
berhubungan dengan homeostasis Ca²+.
Pengaturan hemeostatik kalsium plasma. Vitamin D berefek meningkatkan
absorpsi kalsium dan fosfat melalui usus haluus, sehingga menjamin kebutuhan
kalsium dan fosfat yang cukup untuk tulang. Vitamin D bekerja langsung dan
tidak langsung pada sel yang berperan dalam remodeling tulang. Vitamin D juga
mengurangi ekskresi Ca²+ melalui ginnjal.
Mekanisme Kerja
Pada kalsitriol, metabolit aktif vitamin D, mirip hormone ssteroid dan tiroid.
Kalsitriol mengikat reseptor sitosolik dalam sel target, dan kompleks ini
berinteraksi dengan DNA sehinngga mengubah transkripsi gen. Reseptor
kalsitriol termasuk golongan reseptor hormone steroid dan tiroid.
Selain oleh vitamin D, pengaturan kadar kalsium plasma dipengaruhi juga oleh
hormon paratiroid (HPT) dan kalsitonin. HPT berefek meningkatkan absorpsi
kalsium dari usus halus, mempercepat transger kalsium dari tulang dan
meningkatkan reabsorpsi kalsium oleh ginjal, sedangkan kalsitonin menurunkan
kadar ion kalsium plasma. HPT disekresi bila kadar ion kalsium menurun,
sebaliknya kalsitonin dirangsang sekresinya bila kadar ion kalsium plasma
meningkat. Turunnya kadar ion kalsium disebabkan terutama oleh berkurangnya
resorpsi kalsium dari tulang.
Efek kasitriol lainnya.
Untuk mempengaruhi naturasi dan diferensiasi sel mononuklear dan
mempengaruhi produksi sitokin, menghambat poliferasi dan menginduksi
diferensiasi sel malgina, serta menghambat proliferasi dan meningkatkan
diferensiasi epidermis. Kemungkinan potensi vitamin D untuk mempengaruhi
sistem imun, terapi kanker dan terapi psoriasis.
DEFISIENSI VITAMIN D
Vitamin D terjadi penurunan kadar kalsium plasma, selanjutnya merangsang
sekresi HPT yang berakibat meningkatnya resorpsi tulang. Pada bayi dan anak,
hal ini mengakibatkan gangguan pertumbuhan tulang yang dikenal sebagai
penyakit rakitis. Pada orang dewasa, defisiensi vitamin D menyebabkan
osteomalasia yang ditandai oleh berkurangnya densitas tulang, sedangkan
deformitas tulang hanya terjadi pada kasus yang lanjut.
HIPERVITAMINOSIS. Dapat timbul akibat asupan vitamin D yang berlebihan.
Terdapat variasi yang besar dari jumlah vitamin D yang dapat menyebabkan
hipervitaminosis D. Secara kasar, diperkirakan 50.000 unit vitamin D tiap hari
terus menerus, dapat mengakibatkan keracunan, tetapi pada anak-anak keracunan
dapat timbul dengan dosis yang relatif kecil. Gejala hipervitaminosis D berupa
hiperkalsemia, klasifikasi ektopik pada jaringan lunak (misalnya ginjal, pembuluh
darah, jantung dan paru), anoreksia, mual, diare, sakit kepala, hipertensi dan
hiperkolesterolemia. Hiperkalsemia dapat menyebabkan gangguan fungsi ginjal
dengan gejala poliuria, polydipsia, nokturia. Asupan vitamin D yang berlebihan
pada ibu hamil dihubungkan dengan timbulnya stenosis aorta supravalvular
kongenital nonfamilia pada fetus yang dilahirkan. Selain itu, hiperkalsemia pada
ibu hamil dapat menekan fungsi paratiroid bayi yang dilahirkan, sehingga dapat
menimbulkan hipokalsemia dan tetani.
Hipervitaminosis D diatasi dengan penghentian pemberian vitamin D, diet rendah
kalsium, minum banyak dan pemakaian glukokortikoid untuk mengurangi
absorpsi kalsium.
KEBUTUHAN SEHARI. Bayi memerlukan 400 unit/hari. Jumlah tersebut juga
diperkirakan cukup untuk anak, orang dewasa, pada masa hamil dan laktasi.
FARMAKOKINETIK
Absorpsi vitamin D melalui saluran cerna cukup baik. Gangguan fungsi hati,
kandung empedu dan saluran cerna seperti steatore akan mengganggu absorpsi
vitamin D.
SEDIAAN DAN INDIKASI
Vitamin D terdapat dalam beberapa macam bentuk sediaan, misalnya dalam
minyak ikan yang biasanya mengandung vitamin A, dalam sediaan multivitamin,
dalam sediaan yang mengandung campuran dengan kalsium dan sediaan yang
hanya mengandung vitamin D saja.
Rakitis Dosis vitamin D 1.000 unit per hari akan mengembalikan kadar kalsium
dan fosfat plasma menjadi normal setelah kurang lebih 10 hari, sedangkan hasil
pemeriksaan radiologic akan menunjukan penyembuhan dalam waktu 3 minggu.
Tetani infaltin. Gejala penyakit ini paling cepat diatasi dengan pemberian
kalsium, sedangkan pemberian vitamin D berguna untuk menjamin absorpsi
kalsium yang cukup.
Hipoparatiroidisme. Pada keadaan ini diperlukan vitamin D dosis besar yaitu,
50.000-250.000 unit sebagai dosis pemeliharaan. Selain itu, dapat juga digunakan
dihidrotakisterol yang mula kerjanya lebih cepat dan masa kerjanya lebih singkat.
Untuk mencegah hiperkalsemia maka kadar kalsium darah harus sering diperiksa.
Profilaksis. Pemberian vitamin D untuk tujuan pencegahan antara lain diperlukan
untuk penyakit dengan gangguan absorpsi vitamin D seperti diare, steatore,
obstruksi biliaris. Tambahan vitamin D mungkin diperlukan pada masa hamil,
laktasi dan pada orang tua agar asupan vitamin D per hari 400 IU. Pada bayi
prematur atau bayi yang mendapat ASI dalam jumlah yang tidak cukup diperlukan
dosis pencegahan 400 IU/hari. Bayi yang kemungkinan besar mengalami raakitis
(misalnya pada sindrom malabsorpsi, lahir dari ibu yang mengalami defisiensi
vitamin D) memerlukan sampai 30.000 IU/hari.
3.3 VITAMIN E
Vitami E antara lalin didapatkan pada telur, susu, daging, buah-buahan, kacang-
kacangan dan dapat 8 jenis tokoferol alam yang mempunyai aktivitas vitamin E.
Tokoferol akan rusak bila terkena udara atau sinar ultraviolet. Vitamin E
dipasarkan sebagai campuran tokoferol.
FUNGSI FISIOLOGIK DAN FARMAKODINAMIKA
Vitamin E berperan sebagai antioksidan dan dapat melingdungi kerusakan
membran biologis akibat radikal bebas. Vitamin E melindungi asam lemak tidak
jenuh pada membran fosfolipid. Vitaminn E misalnya penting untuk melindungi
membran sel darah merah yang kaya akan asam lemak tidak jenuh ganda dari
kerusakan akibat oksidasi. Selain itu vitamin E melindungi lipoprotein dalam
sirkulasi LDL teroksidasi yang ternyata memegang peranan penting dalam
menyebabkan aterosklerosis. Vitamin E dosis besar (1600 mg/hari) melindungi
LDL dari oksidasi. Vitamin E mengatur poliferasi sel otot polos pembuluh darah,
menyebabkan vasodilatasi dan menghambat baik aktivitas trombosit maupun
adhesi lekosit. Vitamin E juga melindungi β-karoten dari oksidasi.
Defisiensi vitamin E
Vitamin E banyak terdapat pada makanan, maka defisiensi vitamin E biasanya
lebih sering disebabkan oleh gangguan absorpsi misalnya steatore, obstruksi
biliaris dan penyakit pankreas. Gejala defisiensi vitamin E antara lain anemia
hemolitik, degenerasi retina, kelemahan otot, miopatia, ataksia, dan gangguan
neurologis. Beberapa penelitian menunjukan bahwa vitamin E dosis farmakologis
dapat mencegah progesifitas atau menyebabkan perbaikan gangguan saraf
tersebut. Bayi prematur dengan makanan yang kaya akan asam lemak tidak jenuh
ganda dan kurang akan vitamin E mengalami anemia hemolitik, lesi kulit dan
edem.
Hipervitaminosis E. Pemakaian vitamin E dosis besar untuk waktu lama dapat
menyebabkan kelemahan otot, gangguan reproduksi dan gangguan saluran cerna.
FARMAKOKINETIK
Vitamin E diabsorpsi baik melalui saluran cerna. Dalam darah terutama terikat
dengan beta-lipo protein dan didistribusi ke semua jaringan. Kadar plasma sangat
bervariasi di antara individu normal, dan berfluktuasi tergantung kadar lipid.
Gudang vitamin E di jaringan tubuh dapat merupakan sumber vitamin E untuk
waktu lama. Kebanyakan vitamin E diekskresi secara lambat kedalam empedu,
sedangkan sisanya diekskresi melalui urin sebagai glukuronida dari asam
meferonat atau metabolit lain.
INDIKASI DAN DOSIS
Penggunaan vitamin E hanya diindikasikan pada keadaan defisiensi yang dapat
terlihat kadar serum yang rendah dana tau peningkatan fragilitas eritrosit terhadap
hidrogen peroksida. Penggunaan vitamin E untuk penyakit-penyakit yang mirip
dengan keadan yang timbul sebagai akibat defisiensi vitamin E pada hewan,
misalnya distrofia otot, abortus habitualis, sterilitas dan toksemia gravidarum,
ternyata hasilnya mengecewakan. Dari penelitian epidemiologic dan beberapa uji
klinik disimpulkan bahwa peran suplementasi vitamin E jangka panjang untuk
memproteksi risiko infark miokard dan kematian karena penyakit jantung koroner
masih diragukan/kontradiktif. Makanan yang mengandung jumlah besar vitamin
antioksida A, C, dan E disertai dengan berkurangnya risiko berbagai keganasan.
Beberapa penelitian melaporkan adanya respoon yang baik terhadap α-tokoferol
pada anemia megaloblastic makrositer yang terdapat pada anak PCM, anemia
hemolitik pada bayi prematur, anemia hemolitik pada sindrom akantositosis dan
anemia hemolitik pada sindrom malabsorpsi yang ditandai oleh steatore. Untuk
anemia hemolitik pada bayi prematur, digunakan dosis 200-800 mg α-tokoferol
asetat/har, dan untuk anemia anemia hemolitik pada sindrom akantositosis
digunakan dosis 100 mg/hari α-tokoferol asetat secara parenteral. Untuk
memperbaiki keadaan defisiensi umumnya dicapai dengan vitamin E dosis besar,
50-200 mg/hari, diberikan secara oral. Bila secara oral tidak memberikan hasil
dapat diberikan d, 1- α-tokoferol dengan dosis 1-2 mg/kgBB per-hari secara IM.
3.4 VITAMIN K
Dikenal 2 jenis vitamin K alam, yaitu vitamin K1 (filokuinon=fitonadion) dan
vitamin K2 (senyawa menakuinon), dan 1 jenis vitamin K sintetik. Vitamin K
yang digunakan untuk pengobatan, Vitamin K2 disintesisoleh bakteri khusus dan
vitamin K sintetik yaitu vitamin K3 (menadion).
FARMAKODINAMIKA
Pada orang normal vitamin K tidak mempunyai aktivitas farmakodinamika, tetapi
pada pasien defisiensi vitamin K, vitamin ini berguna untuk meningkatkan
biosintesis beberapa faktor pembekuan darah yaitu prothrombin, faktor VII
(prokonvertin), faktor IX (faktor christmas) dan faktor X (faktor stuart) yang
berlangsung di hati. Vitamin K merupakan suatu kofaktor enzim mikrosom hati
yang penting untuk mengaktivasi prekursor faktor pembekuan darah, dengan
mengubah residu asam glutamate dekat amino terminal tiap prekursor menjadi
residiu γ-karboksilglutamil. Selain pada faktor pembekuan pada darah yang
vitamin K dependent karboksilglutamil juga didapatkan pada berbagai protein
antara lain pada osteocalcin tulang yang dieksresikan oleh osteoblast.
Kebutuhan manusia
Pada orang dewasa sehat, kebutuhan akan vitamin K biasanya sudah terpenuhi
dari makanan dan hasil sintesis oleh bakteri usus. Sintesis vitamin K oleh bakteri
usus sekitar 50% dari kebutuhan vitamin K per hari.
Defisiensi vitamin K
Defisiensi vitamin K menyebabkan hipoprotrombinema dan menurunnya kadar
beberapa faktor pembekuan darah, sehingga waktu pembekuan darah memanjang
dan dapat terjadi perdarahan spontan seperti: ekimosis, epistaksis, hematuria,
perdarahan saluran cerna, perdarahan intracranial, perdarahan pascabedah dan
kadang-kadang hemoptisis.
FARMAKOKINETIK
Absorpsi filokuinon dan menakuinon hanya berlangsung baik bila terdapat garam-
garam empedu, sedangkan menadion dan derivatnya yang larut air dapat
diabsorpsi walaupun tidak ada empdeu. Berbeda dengan filokuinon dan
menakuinon yang harus melalui saluran limfae lebih dahulu, menadion dan
derivatnya yang larut air dapat langsung masuk ke sirkulasi darah. Metabolisme
vitamin K di dalam tubuh tidak banyak diketahui. Pada empedu dan urin hamper
tidak ditemukan bentuk bebas, sebagian besar di konjugasi dengan asam
glukuronat. Pemakaian antibiotic sangat mengurangi jumlah vitamin K dalam
tinja, yang terutama merupakan hasil sintesis bakteri usus.

SEDIAAN DAN INDIKASI


Tabel fitonadion (vitamin K₁) 5 mg. Emulsi fitonadion yang mengandung 2 atau
10 mg/ml , untuk parenteral. Tablet menadion 2,5; dan 10 mg. Larutan menadion
dalam minyak yang mengandung 2, 10 dan 25 mg/mL, untuk pemakaian IM.
Tablet menadion bisulfit yang mengandung 5 dan 10 mg/mL, untuk pemakaian
parenteral. Tablet menadiol natrium bisulfit 5 mg. Larutan menadion natrium
difosfat 5 mg. Larutan menadiol natrium difosfat dan 10 mg/mL, untuk pemakaian
parenteral. Vitamin K berguna untuk mencegah atau mengatasi perdarahan akibat
defisiensi vitamin K. Defisiensi vitamin K dapat terjadi akibat gangguan absorpsi
vitamin K, berkurangnya bakteri mensistensi vitamin K pada usus dan pemakaian
antikoagulan tertentu yang dapat mempengaruhi aktivitas vitamin K. Gangguann
absorpsi vitamin K dapat terjadi pada penyakit obstruksi biliaris dan gangguan
usus seperti sariawan, enteritis, enterokolitis dan reseksi usus. Pemakaian obat
seperti antibiotic dan sulfonamid untuk waktu lama dapat mengurangi bakteri
yang mensintesis vitamin K di usus. Untuk pengobatan perdarahan pada bayi
dapat diberikan 1 mg IM atau IV dan bila perlu dapat diulangi setelah 8 jam.
Antikoagulan misalnya derivat kumarin, mengadakan hambatan bersaing dengan
vitamin K sehingga dapat menyebabkan hipoprotombinemia dan perdarahan.
Hipoprotombinemia berat dan perdarahan ini dapat diatasi dengan vitamin K
dalam beberapa jam, dalam hal ini filokuinon jauh lebih efektif daripada
menadion dan derivatnya. Bila pendarahan hebat diperlukan 20-40 mg filokuinon
yang diberikan dengan segera disamping transfuse darah segar. Bila perlu setelah
4 jam diberikan lagi filokuinon.
4. MINERAL YANG DIBUTUHKAN DALAM JUMLAH RELATIF BANYAK
KALSIUM
Kalsium merupakan mineral yang paling banyak didapatkan di dalam tubuh.
Untuk absorpsinya diperlukan vitamin D. Selam masa laktasi dan pada masa
pascamenopouse, bayi yang mendapat susu buatan memerlukan tambahan
kalsium. Selain itu asupan kalsium juga perlu ditingkatkan bila makanan banyak
mengandung protein dan fosfor. Banyak penelitian yang menganjurkan asupan
sekitar 1,2 g/hari untuk pasien alkholik, sindrom malabsorpsi dan pasien-pasien
yang mendapat kortikosteroid, isoniadiz, tetrasiklin atau antacid yang
mengandung aluminium.

FOSFOR
Mineral ini terlibat dalam penggunaan vitamin B kompleks di dalam tubuh. Fosfor
terdapat pada semua jaringan tubuh dan di dalam tulang dan gigi didapatkan
dalam jumlah yang hampir sama dengan kalsium. Fosfor sangat penting sebagai
bufer cairan tubuh. Lemak, protein, karbohidrat, dan berbagai enzim yang
berperan dalam transfer energy mengandung mineral ini. Perbandingan
kandungan kalsium dan fosfor dalam makanan dianjurkan 1 : 1. Pada oarng
dewasa defisiensi umumnya tidak terjadi kecuali pada alkoholisme, penggunaan
antasid yang tidak dapat diabsorpsi untuk jangka lama, mudah berkepanjangan,
pasien penyakit hati atau hiperparatirodisme.
MAGNESIUM
Magnesium mengaktivasi banyak sistem enzim ( misalnya alkali fosfatase, leusin
aminopeptidase) merupakan kofaktor yang penting pada fosforilasi oksidatif,
pengaturan suhu tubuh, kontraktilitas otot dan kepekaan saraf. Kebutuhan akan
magnesium tergantung pada jumlah protein, kalsium dan fosfor yang dimakan.
Hipomagnesemia meningkatkan kepekaan saraf dan transmisi neuromuscular.
Pada keadaan defisiensi berat mengakibatkan tetani dan konvulsi.
Hipomagnesemia dapat terjadi pada pasien alkholik, kwashiorkor, tetani infantil,
diabetes, sindrom malabsorpsi, hiper atau hipoparatiodisme, penyakit ginjal,
selama terpai diuretic, pada pasien yang hanya mendapat makanan secara
parenteral pascabedah. Hipermagnesemia menyebabkan vasodilatasi perifer dan
hilangnya refleks tendon, memepunyai efek seperti kurare pada sambungan saraf-
otot dan menghambat pelepasan katekolamin dari kelenjar adrenal.
KALIUM
Perbedaan kadar kalium (kation utama dalam cairan intrasel) dan natrium (kation
utama dalam cairan ekstrasel) mengatur kepekaan sel, konduksi impuls saraf dan
keseimbangan dan volume cairan tubuh. Hipokalemia dapat terjadi pada anak-
anak yang makanan nya tidak mengandung protein. Penyebab hypokalemia yang
paling sering adalah terapi diuretic terutama tiazid. Penyebab lain hypokalemia
adalah diare yang berkepanjangan terutama pada anak, hiperaldosternisme, terapi
cairan parenteral yang tidak tepat atau tidak mencukupi, penggunaan
kortikosteroid atau laksan jangka lama. Aritmia jantung dan gangguan
neuromuskular merupakan akibat hypokalemia yang paling berbahaya. Aritmia
jantung dan dangguan konduksi merupakan gejala sisa yang paling berbahaya.
Manifestasi lain hyperkalemia termasuk kelemahan dan parestesia.
NATRIUM
Natrium penting untuk membantu mempertahankan volume dan keseimbangan
cairan tubuh kadarnya dalam cairan tubuh diatur oleh mekanisme homeostatik.
Asupan yang kurang dari normal yang dimulai sejak masa kanak-kanak dan
berlanjut sampai dewasa dapat membantu pencegahan hipertensi pada individu
tertentu. Akan tetapi pembatasan natrium pada wanita sehat selama kehamilan
tidak diaanjurkan. Hipernatremia jarang ditemui pada individu sehat tetapi dapat
terjadi setelah diare atau muntah yang lama terutama pada bayi, pada gangguan
ginjal, fibrosis kistik atau insufisiensi korteks adrenal, atau pada penggunaan
diuretik tiazid. Keringat yang berlebihan dapat mengakibatkan kehilangan natrium
yang banyak dan perlu diganti dalam bentuk air dan NaCl.
KLORIDA
Klorida merupakan anion yang paling penting dalam mempertahankan
keseimbangan elektrolit. Kehilangan klorida berlebihan dapat menyertai
kehilangan natrium berlebihan.Kemungkinan terjadinya hiperkalemia perlu
dipertimbangkan bila terpaksa menggunakan KCl sebagai pengganti klorida yang
hilang.
SULFUR
Beberapa asam amino, tiamin dan biotin mengandunng sulfur. Meskipun sulfur
esensial untuk manusia fungsinya yang tepat selain sebagai komponen tersebut di
atas tidak diketahui. Demikian pula sampai saat ini belum diketahui keutuhannya
per hari.
5. UNSUR HARA (TRACE ELEMENTS)
FLUOR
Fluor terdapat pada gigi dan bermanfaat untuk menurunkan insidens karies
dentis terutama pada anak. Selain itu fluor juga membantu retensi kalsium
pada tulang. Akan tetapi bukti-bukti yang menunjukan bahwa suplementasi
fluor bermanfaat untuk mencegah atau memperbaiki penyakit tulang seperti
osteoporosis masih kontroversial. Fluoridasi air minum dengan kadar optimum
0,7-1,2 ppm merupakan cara yang paling efisien dan ekonomis untuk
menjamin asupan fluor yang cukup. Suplementasi fluor hanya dibutuhkan bila
kandungan fluor dalam air minum kurang dari 0,7 ppm dan dosis yang
diperlukan tergantung dari kandungan fluor dalam air tersebut. Toksisitas
menahun (fluorosis) biasanya akibat pajanan jangka lama dengan insektisida
atau debu industi atau meminum air yang mengandung fluor >4 ppm untuk
jangka lama. Fluorosis gigi (Mottled enamel) dapat terjadi pada gigi yang
sedang tumbuh dan pada orang yang lebih tua dapat menyebabkan
osteomalasia dan osteosklerosis.
SENG (Zn)
Zn merupakan kofaktor lebihh dari 100 enzim dan penting untuk metabolisme
asam nukleat dan sintesis protein. Diperlukan untuk pertumbuhan, fungsi dan
maturase alat kelamin, nafsu makan dan ketajaman rasa, serta penyembuhan
luka. Absorpsi Zn dipercepat oleh ligand berat molekul rendah yang berasal
dari pankreas. Jumlah Zn yang diabsorpsi tergantung pada berbagai faktor
termasuk sumbernya. Fospat, besi, Cu, Pb, Kalium dan kalsium juga
menghambat absorpsi Zn sebaliknya absorpsi Zn ditingkatkan pada masa
kehamilann, oleh kortikosteroid dan endotoksin. Defisiensi Zn dapat terjadi
sebagai akibat asupan yang tidak cukup misalnya pada orang tua, alkoholisme
dengan sirosis dan gizi buruk.
SELENIUM
Selenium mrupakan unsur enzim glutation peroksidase yang terdapat pada
sebagian besar jaringan tubuh. Dan hal ini menerangkan sebagian aktivitas
biologik yang ditimbulkannya. Selain itu terdapat hubungan erat antara
vitamin E dan selenium. Selenium 0,05-0,2 mg/hari nampaknya aman untuk
orang dewasa. Selenium dosis besar bersifat toksik dan dapat menyebabkan
alopesia, lepasnya kuku, lemah, mual, dan muntah.
YODIUM
Yodium merupakan bagian dari hormon tiroid tetrayodotironin (tiroksin) dan
triyodotironin. Keadaan defisiensi mengakibatkan terjadinya hyperplasia dan
hipertrofi kelenjar tiroid (goiter endemik). Penyakit ini terjadi di daerah
dimana tanahnya kurang mengandung yodium dan sering terjadi sebelum
tersedianya garam meja beryodium. Yodium juga banyak didapatkan pada
makanan laut. Mineral ini dibutuhkan sejumlah 100-1300 µg/ hari dan sampai
dengan 1 mg/hari mungkin dapat dikonsumsi dengan aman. Kebutuhan
yodium pada anak yang sedang tumbuh dan wanita pada masa hamil dan
laktasi. Akan tetapi penggunaan jumlah besar jangka lamma selamma
kehamilan dapat mengakibatkan pembesaran tiroid neonates, hipotiroidisme
atau kretinisme.
Intoksikasi kronik yodium (yodisme) lebih sering terjadi. Sensitivitas terhadap
yodium bervariasi antar individu, dan yodium 6 mg atau lebih per hari dapat
menghambat aktivitas tiroid dan mengakibatkan terjadinya hipotiroidisme.
Gejala yang timbul antara lain reaksi hipersensitivitas misalnya ruam kulit dan
dermatosis (yang nampaknya tergantung dosis), mual, edema muka dan mata,
sakit kepala, batuk dan iritasi lambung.
KROMIUM
Kromium trivalen berperan segabai kompleks kofaktor untuk insulin dan
karena itu berperan pada penggunaan glukosa secara normal di dalam tubuh.
Defisiensi pernah dilaporkan pada pasien yang hanya mendapat makanan
secara parenteral selama 5 bulan – 3 tahun. Pasien – pasien tersebut
mengalami neuropati perifer dana tau ensefalopati yang membaik dengan
penggunaan kromium 150 µg/ hari. Gejala defisiensi lain seperti diabetes
dengan gangguan glukosa. Akan tetapi pada orang normal tambahan kromium
tidak menimbulkan efek hipoglikemik.
MANGAN
Mineral ini terdapat pada mitokondria sel, terutama pada kelenjar hipofisis,
hati, pankreas, ginjal dan tulang. Mangan mempengaruhi sintesis
mukopolisakarida, menstimulasi sinteis kolesterol hati dan asma lemak, dan
merupakan kofaktor banyak enzim seperti arginase dan alkali fosfatase di hati.
Banyak jenis makanan mengandung mangan dalam jumlah besar. Pada orang
dewasa asupan sejumlah 2-5 mg aman dan cukup jumlahnya. Bila makanan
hanya diberikan secara parenteral untuk jangka panjang maka diperlukan
suplementasi mangan.
MOLIBDEN
Molibden merupakan konstituen penting dari banyak enzim. Mineral ini
diabsorpsi baik dan terdapat dalam tulang, hati, ginjal. Defisiensi jarang
terjadi. Molibden 0,15-0,5 mg/hari diperkirakan cukup dana man untuk orang
dewasa dan nampaknya dapat dipenuhi oleh makanan sehari-hari. Asupan
sebesar 10-15 mg/hari disertai dengan gejala seperti pirai, sedangkan
kelebihan ringan mungkin diserai dengan keluarnya Cu secara bermakna
melalui urin.

Anda mungkin juga menyukai