Anda di halaman 1dari 10

VITAMIN B KOMPLEKS

Vitamin adalah senyawa-senyawa organik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan normal


dan mempertahankan hidup manusia, yang secara alami tidak mampu mensintesis senyawa –
senyawa tersebut. Sebagai mahluk hidup, manusia membutuhkan nutrisi dari makanan untuk
menghasilkan energi, sebagai penunjang dan sebagai sumber mempertahankan kondisi
tubuhnya agar tetap dapat bertahan hidup. Alam telah menyediakan sumber – sumber yang
dapat digunakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan– kebutuhan tersebut, diperoleh dari
berbagai tumbuhan, hewan, dan mineral yang di dalamnya terkandung berbagai macam zat
yang berguna bagi manusia.
Vitamin B kompleks adalah sekelompok vitamin B yang biasanya dikemas dalam satu
suplemen. Vitamin B kompleks seringkali digunakan oleh klinisi untuk pasien dengan
defisiensi vitamin B. Manfaat dari setiap jenis vitamin b ini berbeda-beda, namun setiap
vitamin B complex sangatlah penting bagi tubuh. Vitamin B complex merupakan satu
kelompok vitamin B yang berperan penting dalam memperbaiki stamina tubuh, dan juga sangat
berkaitan dengan proses menghasilkan energi di dalam tubuh manusia. Vitamin B kompleks
adalah suatu grup dari beberapa vitamin B, yang berperan sebagai kofaktor enzim atau
prekursor, pada berbagai proses metabolisme asam amino dan karbohidrat. Vitamin ini terdiri
atas vitamin B1 (tiamin), vitamin B2 (riboflavin), vitamin B3 (niacin), vitamin B5 (asam
pantotenat), vitamin B6 (pyridoxine), vitamin B7 (biotin), vitamin B9 (folat), dan vitamin B12
(cobalamin).
Vitamin B1 (Tiamin)
Vitamin B1 atau Tiamin (C12H17N4) adalah salah satu nutrisi vital bagi manusia dari
kelompok Vitamin B kompleks. Tiamin (vitamin B1) diperlukan dalam makanan semua
hewan, kecuali hewan memamah biak. Vitamin B1 dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan,
metabolisme karbohidrat, fungsi otot, dan sistem saraf . Tiamin dapat ditemukan disebagian
besar makanan, namun sumber makanan kaya tiamin meliputi biji-bijian, beras merah, daging
babi, unggas, kacang kedelai, kacang-kacangan, kacang kering, kacang polong, dan produk
biji-bijian sereal. Tiamin memiliki fungsi untuk aktivitas saraf dan tonus otot serta metabolism
karbohidrat. Namun tubuh tidak dapat menghasilkan tiamin, kekurangan tiamin pada diet
manusia menyebabkan penyakit beri-beri, suatu penyakit yang ditandai tidak terkendalinya
syarat, paralisis dan kehilangan berat badan, oleh karena itu tiamin merupakan salah satu nutrisi
yang penting (Fauzi dkk., 2019).
Angka kecukupan gizi (AKG) harian vitamin B1 bervariasi berdasarkan usia, jenis kelamin,
dan kondisi kesehatan masing-masing. Berikut ini adalah AKG vitamin B1 per hari:
• usia 0–6 bulan: 0,2 mg
• Usia 7–12 bulan: 0,3 mg
• Usia 1–3 tahun: 0,5 mg
• Usia 4–8 tahun: 0,6 mg
• Usia 9–13 tahun: 0,9 mg
• Laki-laki usia 14-18 tahun: 1,2 mg
• Perempuan usia 14-18 tahun: 1 mg
• Laki-Laki usia 19-50 tahun: 1,2 mg
• Perempuan usia 19-50 tahun: 1,1 mg
• Laki-Laki usia ≥ 51 tahun: 1,2 mg
• Perempuan usia ≥ 51 tahun: 1,2 mg
Struktur kimia tiamin, mengandung, sistem dua cincin yaitu perimidin dan
tiazol. Pada jaringan hewan tiamin terutama terdapat sebagai tiamin pirofosfat atau
kimia difosfat (TPP), yang merupakan bentuk koenzimnya
Tiamin (Vitamin B1)

Tiamin pirofosfat (TPP)

Karakteristik dari tiamin yaitu, Tiamin adalah vitamin yang larut dalam air dan tidak
berwarna dengan bau yang khas dan rasanya agak pahit. Nama senyawa tiamin adalah 3-[(4-
amino-2-metil-5-pirimidinil)metil]-5-(2-hidroksietil)-4-metiltiazolium. Struktur thiamin
terdiri dari pirimidin cincin terhubung ke cincin tiazol oleh 1-karbon. Atom nitrogen dalam
cincin tiazol melayani banyak fungsi sebagai penyerap elektron penting dalam pirofosfor
thiamin (Wooley, 2008).
Vitamin B2 (Riboflavin)
Riboflavin, dikenal juga sebagai vitamin B₂, adalah mikronutrisi yang mudah dicerna, bersifat
larut dalam air, dan memiliki peranan kunci dalam menjaga kesehatan pada manusia dan
hewan. Vitamin B₂ diperlukan untuk berbagai ragam proses seluler. Vitamin B3 (Ribiflavin)
dapat ditemukan di dalam susu, roti, daging,telur, kacang-kacangan, dan sayuran hijau. Selain
itu, vitamin B2 juga bisa ditemukan dalam bentuk suplemen. Suplemen vitamin B2 sering
ditemukan dalam multivitamin yang tersedia dalam bentuk tablet, sirop, atau kapsul. Vitamin
B2 atau riboflavin adalah suplemen untuk mencegah dan mengatasi kekurangan (defisiensi)
vitamin B2 (Astawa, 2015).
Vitamin B2 bekerja bersama vitamin B lain untuk menjaga kesehatan kulit, saraf, mata,
dan sel darah merah. Kekurangan vitamin B2 bisa terjadi pada orang yang menderita kondisi
tertentu, seperti infeksi berkepanjangan, penyakit liver, penyakit pada saluran pencernaan,
kecanduan alkohol, atau kanker. Angka kecukupan gizi (AKG) harian vitamin B2 bervariasi
berdasarkan usia, jenis kelamin, dan kondisi kesehatan masing-masing. Berikut ini adalah
AKG vitamin B2 per hari:
• Usia 0–5 bulan: 0,3 mg
• Usia 6–11 bulan: 0,4 mg
• Usia 1–3 tahun: 0,5 mg
• Usia 4–6 tahun: 0,6 mg
• Usia 7–9 tahun: 0,9 mg
• Laki-laki usia ≥10 tahun: 1,3 mg
• Perempuan usia 10–18 tahun: 1 mg
• Perempuan usia ≥19 tahun: 1,1 mg
• Ibu hamil: 1,4 mg
• Ibu menyusui: 1,6 mg
Riboflavin atau vitamin B2 terdiri dari D-ributol yang terikat pada cincin isoaloksazin
vitamin ini telah terbukti berperan sebagai faktor pertumbuhan pada tikus. Kini dapat diperoleh
secara komersial dari mikroba tertentu.

(Riboflavin) Vitamin B2

Vitamin B3 (Niacin)
Vitamin B3 atau niacin adalah suplemen yang digunakan untuk mengatasi kekurangan
(defisiensi) vitamin B3 atau pellagra. Selain itu, suplemen ini juga bisa digunakan dalam
pengobatan dislipidemia. Niacin merupakan salah satu vitamin yang tergolong vitamin B
kompleks. Definisi dari niacin mengacu pada asam nikotinat (asam piridin-3-karboksilat),
nikotinamida (amida asam nikotinat dan piridin-3-karboksamida), dan turunannya. Niasin juga
dikenal sebagai vitamin B3, vitamin yang larut dalam air, niacin memiliki peran penting dalam
keseluruhan pengembangan tubuh, kekurangan niacin dapat mengakibatkan masalah yang
berhubungan dengan kulit, pencernaan, dan fungsi otak. Kebutuhan akan vitamin B3
sebenarnya sudah bisa dipenuhi dengan rutin mengonsumsi susu, nasi, telur, roti gandum, ikan,
daging tanpa lemak, kacang-kacangan, ragi, dan sayuran hijau. Namun, saat seseorang
mengalami malnutrisi, kecanduan alkohol, atau tumor carcinoid, risikonya untuk kekurangan
vitamin B3 akan meningkat. Niacin berperan penting dalam menjaga kesehatan kulit, sel saraf,
dan sistem pencernaan. Dalam menurunkan kadar kolesterol, vitamin B3 bekerja dengan cara
menurunkan produksi protein yang mengangkut kolesterol di dalam darah (Lule dkk., 2016).
Angka kecukupan gizi (AKG) harian vitamin B3 berbeda-beda, tergantung usia, jenis
kelamin, dan kondisi kesehatan pasien. Berikut ini adalah AKG harian vitamin B3:
• Usia 0–6 bulan: 2 mg per hari
• Usia 7–12 bulan: 4 mg per hari
• Usia 1–3 tahun: 6 mg per hari
• Usia 4–8 tahun: 8 mg per hari
• Usia 9–13 tahun: 12 mg per hari
• Laki-laki usia >14 tahun: 16 mg per hari
• Wanita usia >14 tahun: 14 mg per hari
• Ibu hamil: 18 mg per hari
• Ibu menyusui: 17 mg per hari

Asam nikotinat (Niacin)

Nikotinamid (Niasinamid)

Karakteristik dari vitamin B3 bersifat larut air sehingga terbuang melalui urine dan
tidak bisa disimpan di dalam tubuh. Vitamin niacin dikategorikan vitamin B kompleks yang
larut dalam air di mana nikotinamida lebih larut dalam air daripada nikotinik acid. Berat
molekul asam nikotinat dan nikotinat amida adalah 123,11 dan 122,12 g/mol , masing-masing,
dengan rumus empiris C6H6NO2 dan C6H6N2O (Lule dkk., 2016).
Vitamin B5 (Asam Pantotenat)
Asam pantotenat merupakan salah satu jenis vitamin golongan vitamin B kompleks
yang bersifat larut dalam air. Vitamin B5 atau asam pantotenat adalah suplemen untuk
mencegah dan mengatasi kekurangan (defisiensi) vitamin B5. Vitamin B5 berfungsi untuk
membantu tubuh memecah karbohidrat, protein, dan lemak. Vitamin B5 dapat diperoleh
dengan mengonsumsi makanan dan minuman yang kaya akan vitamin ini. Vitamin ini
ditemukan pada semua jaringan, baik tumbuh-tumbuhan maupun hewan, dan juga pada
mikrooganisme seperti brokoli, kubis, ubi, kentang, jamur, telur, produk susu, gandum utuh,
jeroan, dan daging asam pentotenat banyak tersebar dalam berbagai makananan sehingga tidak
ada penyakit yang diketahui disebabkan oleh kekurangan vitamin ini. Namun, apabila
kekurangan vitamin B5 dapat mengalami sakit kepala, tubuh terasa lelah, mudah emosi, sensasi
perih pada lengan atau kaki, mual, rambut rontok, denyut jantung meningkat, dan gangguan
pencernaan (Astawa, 2015).
Kebutuhan vitamin B5 dapat dipenuhi melalui makanan, suplemen, atau gabungan
keduanya. Angka kecukupan gizi (AKG) yang dianjurkan bervariasi berdasarkan usia dan
kondisi kesehatan. Berikut adalah uraian AKG harian untuk vitamin B5 berdasarkan usia:
• Usia 0–6 bulan: 1,7 mg
• Usia 7–12 bulan: 1,8 mg
• Usia 1–3 tahun: 2 mg
• Usia 4–8 tahun: 3 mg
• Usia 9–13 tahun: 4 mg
• Usia ≥14 tahun: 5 mg
• Ibu hamil: 6 mg
• Ibu menyusui: 7 mg
Struktur kimia asam pantotenat terdiri dari asam pantoat dan alanin yang terikat dalam
ikatan amida. Karakteristik asam pantotenat adalah larut dalam air, kental, kuning, minyak
rendah. Stabil pada pH netral, tetapi mudah dihancurkan oleh asam, basa, dan panas. Bentuk
asam pentotenat adalah putih, tidak berbau, dan cat kristal. Asam pentotenat biasanya
ditemukan dalam suplemen vitamin komersial karena stabilitasnya lebih besar daripada asam
murni (Miller dan Bucker, 2012).

Asam pantotenat (Vitamin B5)

Vitamin B6 (Pyridoxine)
Vitamin B6 adalah suatu vitamin yang larut air dan termasuk dalam golongan vitamin
B kompleks. Piridoksal fosfat adalah bentuk aktifnya dan merupakan kofaktor dalam berbagai
reaksi metabolisme asam amino, termasuk diantaranya proses transaminasi, deaminasi, dan
dekarboksilasi. Vitamin B6 juga merupakan nutrisi yang penting bagi perkembangan otak,
saraf, kulit. Vitamin ini juga penting untuk proses pembentukan energi dari lemak, protein, dan
karbohidrat, antibodi, dan sel darah merah, serta untuk menjaga keseimbangan kadar gula darah
(Astawa, 2015).
Vitamin B6 terdiri dari tiga senyawa yang berhubungan erat, yaitu peridoksin,
piridoksal dan piridoksamin. Ketiganya tersebar luas di alam baik pada hewan maupun
tumbuhan seperti, dari sayuran, daging, ikan, telur, oat, pisang, dan kacang-
kacanganKekurangan (defisiensi) vitamin B6 jarang terjadi. Kondisi ini lebih mungkin terjadi
pada penderita penyakit celiac, obesitas, radang usus, gagal ginjal, tuberkulosis (karena
konsumsi obat isoniazid), penyakit hati, rheumatoid arthritis, malnutrisi, kecanduan minuman
beralkohol, atau wanita hamil yang menderita preeklamsia atau eklamsia. Namun bila
kekurangan B6 akan mengalami peningkatan risiko gangguan otak, seperti depresi, kejang,
kebingungan, mual, anemia, otot berkedut, luka di sudut bibir, kesemutan, dan nyeri pada
tangan dan kaki maupun telapak kaki terasa panas (Astawa, 2015).
Angka kecukupan gizi (AKG) yang dianjurkan bervariasi berdasarkan usia dan kondisi
kesehatan. Berikut adalah uraian AKG harian untuk vitamin B6 berdasarkan usia:
• Usia 0–6 bulan: 0,1 mg per hari
• Usia 7–12 bulan: 0,3 mg per hari
• Usia 1–3 tahun: 0,5 mg per hari
• Usia 4–8 tahun: 0,6 mg per hari
• Usia 9–13 tahun: 1 mg per hari
• Laki-laki usia ≥50 tahun: 1,7 mg per hari
• Wanita usia ≥50 tahun: 1,5 mg per hari

Piridoksin Piridoksal Pitidoksamin

Vitamin B6 (C8 H11 NO3 ) dikenal sebagai pyridoxal phosphate atau pyridoxamine.
Pyridoxine sendiri memiliki sifat yang larut dalam air dan diserap di jejenum dengan sistem
difusi pasif. Vitamin ini dibutuhkan untuk sintesis neurotransmitters, serotonin dan
noradrenaline, dan myelin formation. Vitamin B6 berfungsi sebagai co-enzyme pada
metabolisme amino acid, glycogen dan sphingoid (Shellack, 2015).
Vitamin B7 (Biotin)
Vitamin B7 antau biotin (C10 H16 N2 O3 S) adalah asam organik yang berfungsi sebagai
koenzim untuk reaksi karboksilasi katalase enzim dan sintesis asam lemak. Biotin adalah
sebagai suatu bentuk vitamin bersifat larut air yang diserap melalui usus. Biotin juga
merupakan vitamin yang berperan dalam metabolisme protein, karbohidrat, dan lemak, serta
dipercaya mampu menjaga kesehatan kulit, rambut, mata, hati, dan sistem saraf. Biotin dapat
ditemukan dalam padi-padian ragi, telur dan limpa. Kekurangan biotin bisa ditandai
dengan rambut yang tipis, adanya ruam kemerahan di sekitar mata, hidung, dan mulut,
atau kesemutan (Astawa, 2015).

Vitamin B7 (Biotin)
Biotin belum memiliki angka kecukupan gizi (AKG) harian yang tetap. Namun, ada
batas asupan harian yang direkomendasikan untuk biotin, yaitu:
• Usia di atas 10 tahun dan dewasa: 30–100 mcg/hari
• Usia 7–10 tahun: 30 mcg per hari
• Usia 4–6 tahun: 25 mcg per hari
• Usia 0–3 tahun: 10–20 mcg per hari
Vitamin B9 (Folat)
Vitamin B9 atau Asam folat (C19 H19 N7 O6 ) adalah vitamin yang larut air. Vitamin B9
berperan penting dalam proses pembentukan sel darah merah dan materi genetik, seperti DNA.
Asam folat juga digunakan untuk mencegah terjadinya cacat tabung saraf (neural tube
defect) pada janin. Fungsi asam folat adalah membentuk sel darah merah. Tanpa asam folat
yang cukup, produksi sel darah merah akan berkurang dan meningkatkan risiko terjadinya
anemia.
Takaran yang direkomendasikan para ahli untuk B9 adalah untuk usia 19 tahun ke atas
direkomendasikan untuk mengonsumsi 400mcg DFE sedangkan untuk wanita hamil dan
menyusui direkomendasikan sebanyak 600mcg DFE. Apabila kekurangan dari asam folat
maka akan mengalami kelemahan otot, kelelahan, mati rasa di tangan dan kaki, kulit pucat
maupun anemia. Kandungan B9 biasanya ditemukan pada sayuran yang daunnya berwarna
hijau gelap seperti bayam, broccoli, bihun, asparagus. Selain itu dapat juga ditemukan pada
buah-buahan segar, bibit bunga matahari, seafood, liver, dan telur. Nama lain dari asam folat
adalah asam pteroilglutamat dan asam folat tidak memiliki tidak memiliki aktivitas koenzim
(Astawa, 2015).

Vitamin B12 (Cobalamin)


B12 (C63 H88 CoN14 O14 𝑃) atau cobalamin merupakan salah satu agen haematinic yang
berbentuk kristal merah, memiliki sifat yang larut dalam air dan akan rusak perlahan jika
terkena asam encer, alkali, terpapar cahaya dan bahan bahan pengoksidasi dan pereduksi
lainnya. Sumber makanan yang mengandung B12 yaitu ikan, daging merah, telur, susu, keju,
dan yogurt, enriched soy milk, dan fortified cereal (Anonim, 2022).
Angka kecukupan gizi (AKG) harian vitamin B12 berbeda-beda, tergantung usia, jenis
kelamin, dan kondisi kesehatan pasien. Berikut ini adalah AKG harian vitamin B12:
• Usia 0–6 bulan: o,4 mg per hari
• Usia 7–12 bulan: 0,5 mg per hari
• Usia 1–3 tahun: 0,9 mg per hari
• Usia 4–8 tahun: 1,2 mg per hari
• Usia 9–13 tahun: 1,8 mg per hari
• Usia >14 tahun: 2,4 mg per hari
Vitamin B12 merupakan vitamin yang memiliki struktur kimia paling komplek
dibandingkan dengan vitamin lainnya. Vitamin B12 tidak dibuat oleh tumbuhan atau hewan,
tetapi dapat dijumpai pada hewan dan mikroorganisme. Vitamin B12 ini hanya dapat disintesis
oleh mikroorganisme 50% vitamin B12 pada orang dewasa dihasilkan oleh bakteri usus.
Vitamin B12 bermanfaat untuk pembentukan sel darah merah yang sehat, mengoptimalkan
fungsi saraf, menghasilkan energi, serta menjaga kesehatan kulit dan rambut. Kekurangan
vitamin B12 dapat menyebabkan gangguan pada sistem saraf dan sistem peredaran darah.
Kekurangan vitamin B12 dapat menyebabkan anemia megaloblastik, suatu kondisi di mana
sumsum tulang menghasilkan sel darah merah besar berbentuk tidak normal dan enggan
berfungsi dengan baik. Struktur dari B12 (Cobalamin), yaitu:

Vitamin B12 unik di antara semua vitamin atau molekul lainnya karena memiliki
molekul organik kompleks, serta berisi elemen jejak penting yaitu Cobalt (Co). Nama lain
Vitamin B12 adalah Cyanocobalamin karena mengandung gugus amino yang melekat pada
molekul kompleks koordinasi mirip dengan sistem cincin porfinin pada heme dan protein heme
pada bentuk koenzim vitamin B12 yang disebut 5 desksiadenosilkobalamin, gugus siono
digantikan oleh gugus S;deoksiadenosil. Bentuk lain dari koenzim B12 adalah metilkobalamin
(Astawa, 2015).
Kesimpulan
Vitamin adalah senyawa-senyawa organik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
normal dan mempertahankan hidup manusia. Vitamin B kompleks adalah sekelompok vitamin
B yang biasanya dikemas dalam satu suplemen. Vitamin B kompleks seringkali digunakan oleh
klinisi untuk pasien dengan defisiensi vitamin B. Vitamin B kompleks adalah suatu grup dari
beberapa vitamin B, yang berperan sebagai kofaktor enzim atau prekursor, pada berbagai
proses metabolisme asam amino dan karbohidrat. Vitamin ini terdiri atas vitamin B1 (tiamin),
vitamin B2 (riboflavin), vitamin B3 (niacin), vitamin B5 (asam pantotenat), vitamin B6
(pyridoxine), vitamin B7 (biotin), vitamin B9 (folat), dan vitamin B12 (cobalamin). Setiap
macam-macam vitamin b komplek memiliki perbedannya masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim (2022). The Nutrition Source. School of Public Health, Harvard T.H. Chan. Diakses
pada tanggal 16 Oktober 2022 melalui www.hsph.harvard.edu/nutritionsource.
Astawa, I., P., A. (2015). Struktur Vitamin dan Koenzim Yang Larut Dalam Air. Bahan Ajar
Biokimia.
Fauzi, Y. S., Apriliana, E., & Jausal, A. N. (2019). Peran Tiamin (Vitamin B1) dalam
Meningkatkan Aktivitas Makrofag Alveolar terhadap Pertumbuhan Bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Jurnal Majority, 8(1), 242-245.
Lule, V. K., Garg, S., Gosewade, S. C., Tomar, S. K., & Khedkar, C. D. (2016). Niacin.
Encyclopedia of Food and Health.
Miller, J. W., & Rucker, R. B. (2020). Pantothenic acid. In Present knowledge in nutrition (pp.
273-287). Academic Press.
Shellack, N. (2015). B-complex vitamin deficiency and supplementation. S Afr Pharm J
82(4):28-33.
Wooley, J., A. (2008). Characteristics of Thiamin and Its Relevance to the Management of
Heart Failure. Invited Review.

Anda mungkin juga menyukai