Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja
pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. Tenaga kerja adalah setiap
orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa
baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat (ILO, 2005).
Untuk membangun suatu bangsa diperlukan sumber daya baik alam maupun
manusia. Sumber daya manusia memegang peranan penting dalam proses
keberhasilan suatu pembangunan (Puji Yanti, 2005).
Gizi dalam hal ini merupakan salah satu faktor penentu kapasitas kerja.
Masukan gizi yang cukup kualitas dan kuantitasnya sangat diperlukan untuk
pertumbuhan dan pembangunan fisik maupun mental. Dari berbagai penelitian
yang dilakukan ternyata bahwa gizi mempunyai kaitan dengan produktifitas kerja;
hal ini terbukti dari hasil-hasil penelitianyang menunjukkan bahwa secara umum
kurang gizi akan menurunkan daya kerja serta produktifitas kerja (Linda T., 2003)
Dalam melakukan pekerjaannya, perlu disadari bahwa masyarakat pekerja yang
sehat akan bekerja dengan giat, tekun, produktif dan teliti sehingga dapat
mencegah kecelakaan yang mungkin terjadi selama bekerja.
Dapat dibayangkan apabila pekerja mengalami kurang gizi, hal ini paling
tidak akan mengurangi konsentrasi bekerja ataupun ketelitiannya dalam
melakukan kerja, kondisi ini tentunya sangat membahayakan keselamatannya
apalagi kalau pekerja tersebut bekerja dengan menggunakan alat-alat yang dalam
penggunaanya sangat membutuhkan konsentrasi dan perhatian yang tinggi karena
kalau tidak berhati-hati dapat menimbulkan kecelakaan .
1.2 Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan zat gizi mikro dan apa saja kebutuhan zat gizi
mikro untuk tenaga kerja ?

1.3 Tujuan Penulisan


Untuk mengetahui pengertian zat gizi mikro dan apa saja kebutuhan zat
gizi mikro untuk tenaga kerja
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Zat gizi (nutrients) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk
melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara
jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan (Almatsier, 2011). Bila
dikelompokkan, ada tiga fungsi zat gizi dalam tubuh:
1. Memberi Energi
Zat-zat gizi yang dapat memberikan energi adalah karbohidrat, lemak, dan
protein. Oksidasi zat-zat gizi ini menghasilkan energi yang diperlukan tubuh
untuk melakukan kegiatan/aktivitas. Ketiga zat gizi termasuk ikatan organik yang
mengandung karbon yang dapat dibakar. Ketiga zat gizi terdapat dalam jumlah
paling banyak dalam bahan pangan. Dalam fungsi sebagai zat pemberi energi,
ketiga zat gizi tersebut dinamakan zat pembakar.
2. Pertumbuhan dan pemeliharaan Jaringan Tubuh
Protein, mineral, dan air adalah bagian dari jaringan tubuh. Oleh karena
itu, diperlukan untuk membentuk sel-sel baru, memelihara, dan mengganti sel-sel
yang rusak. Dalam fungsi ini ketiga zat gizi tersebut dinamakan zat pembangun.
3. Mengatur Proses Tubuh
Protein, mineral, air, dan vitamin diperlukan untuk mengatur proses tubuh.
Protein mengatur keseimbangan air di dalam sel, bertindak sebagai buffer dalam
upaya memelihara netralitas tubuh dan membentuk antibodi sebagai penangkal
organisme yang bersifat infektif dan bahan-bahan asing yang dapat masuk ke
dalam tubuh. Mineral dan vitamin diperlukan sebagai pengatur dalam proses-
proses oksidasi, fungsi normal saraf dan otot serta banyak proses lain yang terjadi
di dalam tubuh termasuk proses menua. Air diperlukan untuk melarutkan bahan-
bahan di dalam tubuh, seperti di dalam darah, cairan pencernaan, jaringan, dan
mengatur suhu tubuh, peredaran darah, pembuangan sisa-sisa/ekskresi dan lain-
lain proses tubuh. Dalam fungsi mengatur proses tubuh ini, protein, mineral, air,
dan vitamin dinamakan zat pengatur (Almatsier, 2001).
Dalam melaksanakan fungsinya di dalam tubuh, zat-zat gizi saling
berhubungan erat sekali, sehingga terdapat saling ketergantungan. Gangguan atau
hambatan pada metabolisme sesuatu zat gizi akan memberikan pula gangguan
atau hambatan pada metabolisme zat gizi lainnya (Achmad, 2010). Zat gizi
berdasarkan banyaknya yang diperlukan oleh tubuh dikeolmokkan menjadi 2,
yaitu zat gizi makro (karbohidrat, protein, dan lemak) dan zat gizi mikro (vitamin,
mineral, dan air).
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Zat Gizi Mikro


3.1.1. Vitamin
Funk dalam bukunya The Etiology of Deficiency Disease yang diterbitkan
pada tahun 1912 mengusulkan nama vitamine untuk faktor-faktor zat aktif
tersebut. Vita berarti esensial untuk untuk kehidupan, sedangkan faktor anti beri-
beri yang diduga berperan tersebut adalah suatu ikatan amine. Pada tahun 1920
istilah vitamine diganti menjadi vitamin karena zat-zat antifaktor tersebut ternyata
tidak selalu dalam bentuk ikatan amine. Usul perubahan nama ini datang dari
Drummond, yang juga mengusulkan pemberian nomenklatur menurut abjad.
Penemuan vitamin A oleh McCollum dan Davis pada tahun 1913 menandakan era
vitamin dalam penelitian gizi. Vitamin kemudian diakui sebagai zat gizi yang
esensial untuk kehidupan dan kesehatan, yang mudah diperoleh dari susunan
makanan yang bervariasi .
Vitamin diberi nama menurut abjad (A, B, C, D, E, dan K). Vitamin B
ternyata terdiri dari beberapa unsur vitamin. Penelitian-penelitian kemudian
membedakan vitamin dalam dua kelompok; (1) vitamin larut dalam lemak
(vitamin A, D, E, dan K) dan (2) vitamin larut dalam air (vitamin B dan C).
a. Vitamin Larut Lemak
- Vitamin A
Vitamin A adalah vitamin larut lemak yang pertama ditemukan. Secara
luas, vitamin A merupakan nama generik yang menyatakan semua retinoid dan
prekursor/provitamin A karotenoid yang mempunyai aktivitas biologi sebagai
retinol. Vitamin A bagus untuk pengelihatan kita. Jika kita mengalami defisit
vitamin A, kita akan mengalami yang namanya rabun senja atau istilah medisnya
xeroftalmia. Sumber vitamin A banyak pada buah dan sayur yang berwarna terang
seperti wortel dan apel.
Sumber vitamin A adalah hati, kuning telur, dan mentega. Sumber lainnya
yaitu sayuran berwarna hijau tua dan buah-buahan yang berwana kuning-jingga,
seperti daun singkong, daun kacang, kangkung, bayam, kacang panjang, buncis,
wortel, tomat, jagung kuning, pepaya, mangga, nangka masak, dan jeruk. Gejala-
gejala mata pada defisit vitamin A disebut xeroftalmia.
- Vitamin D
Vitamin D mencegah dan menyembuhkan riketsia, yaitu penyakit di mana
tulang tidak mampu melakukan klasifikasi. Vitamin D dapat dibentuk tubuh
dengan bantuan sinar matahari. Bila tubuh mendapat cukup sinar matahari
konsumsi vitamin D melalui makanan tidak dibutuhkan. Karena dapat disintesis di
dalam tubuh, vitamin D dapat dikatakan bukan vitamin, tapi suatu prohormon.
Bila tubuh tidak mendapat cukup sinar matahari, vitamin D perlu dipenuhi melalui
makanan. Bahan makanan yang kaya akan vitamin D ialah susu. Defisit vitamin D
memberikan penyakit rakhitis (rickets) atau disebut pula penyakit Inggris karena
mula-mula banyak terdapat dan dipelajari di negara Inggris.
- Vitamin E
Berbagai biji-bijian merupakan sumber kaya vitamin E. Khususnya biji
yang sudah berkecambah dikenal mengandung vitamin E dalam konsentrasi
tinggi. Kekurangan vitamin E pada manusia menyebabkan hemolisis eritrosit,
yang dapat diperbaiki dengan pemberian tambahan vitamin E. Vitamin E
merupakan vitamin yang bagus untuk kulit dan untuk kesuburan. Sumber utama
vitamin E bisa kita dapatkan pada kacang-kacangan atau kecambah. Defisit
vitamin E bisa mengakibatkan kemandulan.
- Vitamin K
Sumber utama vitamin K adalah hati, sayuran daun berwarna hijau, kacang
buncis, kacang polong, kol dan brokoli. Semakin hijau daun-daunan semakin
tinggi kandungan vitamin K-nya. Bahan makanan lain yang mengandung vitamin
K dalam jumlah lebih kecil adalah susu, daging, telur, serealia, buah-buahan, dan
sayuran lain. Kekurangan vitamin K menyebabkan darah tidak dapat
menggumpal, sehingga bila ada luka atau pada operasi terjadi pendarahan.
b. Vitamin Larut Air
- Vitamin C
Pada umumnya hanya terdapat di dalam pangan nabati, yaitu sayur dan
buah terutama yang asam, seperti jeruk, nenas, rambutan, pepaya, gandaria, dan
tomat, vitamin C juga banyak terdapat di dalam sayuran daun-daunan dan jenis
kol. Defisit vitamin C memberi gejala-gejala penyakit skorbut. Kerusakan
terutama terjadi pada jaringan rongga mulut, pembuluh darah kapiler dan jaringan
tulang. Vitamin C bisa di dapatkan dari buah-buahan seperti jeruk, nanas, dan
buah dengan rasa asam lainnya. Defisit vitamin C menyebabkan penyakit skorbut
atau sering kita bilang sariawan.
- Vitamin B
Sumber utama vitamin B adalah beras dan serealia. Defisit vitamin B
menyebabkan penyakit beri-beri. Vitamin B bisa kita dapatkan dari beras atau
sereal. Pada beras, vitamin B ada pada selaputnya. Itulah alasannya kenapa kalau
kita mencuci beras jangan terlalu bersih, karena kandungan vitamin B yang ada
pada beras akan hilang. Defisit vitamin B mengakibatkan terjadinya beri-beri.

3.1.2. Air dan Cairan Tubuh


Tubuh dapat bertahan selama berminggu-minggu tanpa makanan, tapi
hanya beberapa hari tanpa air. Air atau cairan tubuh merupakan bagian utama
tubuh, yaitu 55-60% dari berat badan orang dewasa atau 70% dari bagian tubuh
tanpa-lemak (lean body mass). Angka ini lebih besar untuk anak-anak. Pada
proses menua manusia kehilangan air. Kandungan air bayi pada waktu lahir
adalah 75% berat badan, sedangkan pada usia tua menjadi 50%. Kehilangan ini
sebagian besar berupa kehilangan cairan ekstraselular.
Kandungan air tubuh relatif berbeda antar manusia, bergantung pada
proporsi jaringan otot dan jaringan lemak. Tubuh yang mengandung relatif lebih
banyak otot mengandung lebih banyak air, sehingga kandungan air atlet lebih
banyak daripada nonatlet, kandungan air pada laki-laki lebih banyak daripada
perempuan, dan kandungan air pada anak muda lebih banyak daripada orang tua.
Sel-sel yang aktif secara metabolik, seperti sel-sel otot dan visera (alat-alat yang
terdapat dalam rongga badan, seperti paru-paru, jantung, dan jeroan) mempunyai
konsentrasi air paling tinggi, sedangkan sel-sel jaringan tulang dan gigi paling
rendah. Air mempunyai berbagai fungsi dalam proses vital tubuh, yaitu:
- Pelarut zat-zat gizi yang diperlukan tubuh dan mengangkut sisa metabolisme
- Katalisator dalam berbagai reaksi biologi dalam sel
- Pelumas dalam cairan sendi-sendi tubuh
- Fasilitator pertumbuhan atau sebagai zat pembangun
- Pengatur suhu karena kemampuan air menyalurkan panas
- Peredam benturan dalam mata, jaringan saraf tulang belakang, dan dalam
kantung ketuban melindungi organ-organ tubuh dari benturan.

3.1.3. Mineral
Mineral merupakan bagian dari tubuh dan memegang peran penting dalam
pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi
tubuh secara keseluruhan. Kalsium, fosfor, dan magnesium adalah bagian dari
tulang, besi dari hemoglobin dalam seldarah merah, dan iodium dari hormon
tiroksin. Di samping itu mineral berperang dalam berbagai tahap metabolisme,
terutama sebagai kofaktor dalam aktivitas enzim-enzim.
Keseimbangan ion-ion mineral di dalam cairan tubuh diperlukan untuk
pengatur pekerjaan enzim-enzim, pemeliharaan keseimbangan asam-basa,
membantu transfer ikatan-ikatan penting melalui membran sel dan pemeliharaan
kepekaan otot dan saraf terhadap rangsangan. Mineral mikro dibutuhkan kurang
dari 100 mg sehari antara lain besi, seng, iodium, selenium, flour, molibdenum,
dan kobal. Jumlah mineral mikro dalam tubuh kurang dari 15 mg. Hingga saat ini
di kenal sebanyak 24 mineral yang dianggap esensial. Jumlah ini setiap waktu bisa
berubah.

3.2 Kebutuhan Zat Gizi Mikro Untuk Tenaga Kerja


Gizi merupakan salah satu aspek kesehatan kerja yang memiliki peran
penting dalam peningkatan produktivitas kerja. Hal ini perlu menjadi perhatian
semua pihak, terutama pengelola tempat kerja mengingat para pekerja umumnya
menghabiskan waktu sekitar 8 jam setiap harinya di tempat kerja. Rendahnya
produktivitas kerja dianggap akibat kurangnya motivasi kerja, tanpa menyadari
faktor lainnya seperti gizi pekerja. Perbaikan dan peningkatan gizi mempunyai
makna yang sangat penting dalam upaya mencegah morbiditas, menurunkan
angka absensi serta meningkatkan produktivitas kerja. Berat ringannya beban
kerja seseorang ditentukan oleh lamanya waktu melakukan pekerjaan dan jenis
pekerjaan itu sendiri. Semakin berat beban kerja, sebaiknya semakin pendek
waktu kerjanya agar terhindar dari kelelahan dan gangguan fisiologis yang berarti
atau sebaliknya. Pengelompokan aktivitas atau beban kerja (ringan, sedang dan
berat) berdasarkan proporsi waktu kerja dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Pengelompokan aktivitas atau beban kerja

Tabel 2. Kebutuhan gizi Perhari bagi pekerja menurut umur, jenis kelamin
dan aktivitas fisik
Kebutuhan energi selama bekerja (8 Jam) adalah 40-50% dari kebutuhan
sehari. Bila diterjemahkan kedalam menu menjadi kebutuhan untuk 1 kali makan
dan 1 kali snack. Kebutuhan energi dan protein selama bekerja seperti tercantum
dalam tabel di bawah ini.

Tabel 3. Kebutuhan energi dan protein selama bekerja (8 jam)


BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Zat gizi merupakan ikatan kimia yang diperlukan oleh tubuh untuk
melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, pertumbuhan dan memelihara
jaringan, dan mengatur proses metabolisme tubuh. Zat gizi di bagi dua macam,
yaitu zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi mikro terdiri dari vitamin , air,
dan mineral. Vitamin terdiri dari vitamin yang larut lemak yaitu vitamin A, D, E,
dan K dan vitamin yang larut air yaitu Vitamin B dan vitamin C. Air mempunyai
fungsi dalam tubuh yaitu sebagai pelarut dan alat angkut, katalisator, fasilitator
pertumbuhan, pengatur suhu, dan peredam benturan.

4.2 Saran
Disarankan pekerja untuk meningkatkan asupan energinya sesuai dengan
kebutuhan dan aktivitas fisik yang dilakukan. Pekerja sebaiknya meningkatkan
variasi konsumsi makanannya terutama untuk sumber vitamin agar dapat
memenuhi seluruh kebutuhan gizinya sehingga mendukung status gizi dan
produktivitas kerja subyek. Sebaiknya perlu diadakan pendidikan gizi terhadap
karyawan dan pemilik industri mengenai pentingnya makanan yang beragam dan
bergizi seimbang sebagai penyokong status gizi dan produktivitas kerja.

Anda mungkin juga menyukai