Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Menurut World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa gizi adalah
pilar utama dari kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan
(Soekirman, 2002:6). Penduduk yang sehat juga mendorong peningkatan
produktivitas.
Salah satu usaha perbaikan gizi nasional ditujukan pada tenaga kerja
wanita, yang merupakan 46,03 % tenaga kerja di Indonesia (Sugeng Budiono dkk,
2003:145). Sejalan dengan perkembangan zaman, pada saat ini jumlah kaum
wanita yang turut berpartisipasi di lapangan pekerjaan semakin banyak, baik
untuk membantu suami dalam meningkatkan ekonomi keluarga maupun untuk
aktualisasi diri kaum wanita itu sendiri, selain peranannya sebagai isteri atau ibu
dalam keluarga, wanita juga makin berperan sebagai tenaga kerja untuk
pembangunan (Wiwik Susanti, 2002 : 2 ).
Keadaan khas yang mendorong terjadinya masalah gizi pada tenaga kerja wanita
adalah karena sebagian besar tenaga kerja wanita adalah pelaksana yang berada
dalam keadaan sosial yang lemah, yang disebabkan antara lain karena tingkat
pendidikan dan keterampilan yang mereka miliki, pendidikan yang terbatas akan
mempengaruhi pengetahuan serta pemahaman mereka tentang gizi, disamping
itu faktor biologis yang disebabkan oleh haid, kehamilan, masa nifas dan
menopause juga menjadi salah satu pendorong terjadinya defisiensi gizi, apabila
dalam keadaan tersebut tidak diimbangi dengan konsumsi gizi yang seimbang.
Masalah kecukupan pangan dan gizi mutlak didapatkan oleh tenaga kerja, tanpa
makanan dan minuman yang cukup maka kebutuhan akan energi untuk bekerja akan
diambil dari energi cadangan yang yang terdapat dalam sel tubuh. Kekurangan
makanan yang terus menerus akan menyebabkan susunan fisiologis tubuh terganggu.
Apabila hal ini terjadi akibatnya tenaga kerja yang bersangkutan tidak dapat

1
melakukan pekerjaan secara baik dan produktivitas kerjanya akan menurun bahkan
dapat mencapai target rendah (Wiwik Susanti, 2002 : 2 ).

1.2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara status gizi dengan produktivitas tenaga kerja
wanita
b. Tujuan Khusus
a) Mengetahui status gizi tenaga kerja wanita.
b) Mengetahui produktivitas tenaga kerja wanita.

1.3. Manfaat
Diharapkan dapat memberi informasi adanya hubungan antara status gizi
dengan produktivitas tenaga kerja.

2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Gizi
Gizi merupakan proses organisme menggunakan makanan yang di konsumsi
secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan,
metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ
serta menghasilkan energi (I Dewa Nyoman Supariasa, 2002:17).
Tubuh manusia memperoleh zat gizi dalam bentuk makanan baik yang
berasal dari tumbuhan maupun dari hewan. Kebutuhan tubuh akan zat gizi tidak
dapat dipenuhi hanya dengan satu atau dua macam bahan makanan saja, karena pada
umumnya tidak ada satu bahan makanan yang mengandung bahan makanan secara
lengkap (Asmira Sutarto, 1980:12).
Gizi mempunyai nilai yana sangat penting bagi tubuh, yaitu, 1) untuk
memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan dan 2)
memperoleh energi guna melakukan kegiatan fisik sehari-hari (Kertasapoetra,
2002:1).

2.2. Kebutuhan Gizi Tenaga Kerja


Gizi kerja adalah nutrisi atau kalori yang diperlukan oleh tenaga kerja
untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaannya. Tenaga kerja
memerlukan makanan yang bergizi untuk pemeliharaan tubuh, untuk
perbaikan termasuk pekerjaan. Gizi kerja ditujukan untuk kesehatan dan daya kerja
tenaga kerja setinggi-tingginya. Bahan-bahan makanan pada umumnya
mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air
(Suma’mur,1996:197).
Sesuai dengan fungsinya zat-zat gizi dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu,
zat tenaga yang terdiri dari karbohidrat, lemak, protein. Zat pembangun yang terdiri

3
dari protein, mineral, air. Zat pengatur yang terdiri dari vitamin, mineral, protein, air
(Asmira Sutarto, 1980:9).
Berikut ini adalah kegunaan dari zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk
metabolisme :
a. Karbohidrat
Fungsi utama karbohidrat adalah untuk menyediakan energi bagi tubuh.
seseorang yang memakan karbohidrat dalam jumlah yang berlebihan
akan menjadi gemuk. Apabila karbohidrat makanan tidak mencukupi, maka
protein akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi, dengan
mengalahkan fungsi utamanya sebagai zat pembangun (Agus Budiyanto,
2001 : 19)
b. Protein
Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh,
karena zat ini selain berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga
berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein selain akan digunakan
bagi pembangunan struktur tubuh juga akan disimpan untuk digunakan
dalam keadaan darurat, sehingga pertumbuhan atau kehidupan dapat terus
terjamin dengan wajar, akan tetapi dalam keadaan tidak diterimanya
makanan yang tidak bergizi secara terus menerus, dengan sendirinya akan
terjadi gejala-gejala kekurangan protein diantaranya adalah pertumbuhan
kurang, daya tahan tubuh menurun, rentan terhadap penyakit dan daya kerja
merosot (Kertasapoetra, 2002:61).
c. Lemak
Seperti halnya karbohidrat dan protein, lemak merupakan sumber energi bagi
tubuh. fungsi utama dari lemak adalah untuk memberi tenaga pada tubuh.
disamping fungsinya sebagai sumber tenaga, lemak juga merupakan bahan
pelarut dari beberapa vitamin yaitu vitamin A, D,E dan K (Asmira Sutarto,
1980:20).

4
d. Vitamin
Vitamin merupakan zat organik yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah
yang sangat sedikit, namun penting untuk mempertahankan kesehatan
tubuh. menurut sifatnya vitamin digolongkan menjadi dua yaitu vitamin yang
larut dalam lemak (vitamin A, D, E dan K) dan vitamin yang larut dalam air
(B dan C). walaupun vitamin hanya dibutuhkan dalam jumlah yang
sedikit, namun akan berpengaruh besar terhadap tubuh apabila kita
kekurangan vitamin. Faktor-faktor yang menyebabkan kekurangan vitamin
adalah :
1. Kurang memakan bahan makanan yang mengandung vitamin.
2. Tubuh kekurangan zat-zat tertentu, sehingga penyerapan vitamin
dalam tubuh terganggu.
3. Akibat penyakit saluran pencernaan misalnya disentri atau typus.
4. Adanya zat-zat tertentu dalam bahan makanan atau dalam obat yang
akan mengganggu penyerapan vitamin itu.
5. Dalam tubuh terjadi interaksi dari beberapa vitamin, kekurangan salah satu
vitamin akan menyebabkan terganggunya fungsi vitamin lain (Asmira
Sutarto, 1980:154).
e. Mineral
Mineral adalah bagian dari tubuh yang memegang peranan penting dalam
pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun
fungsi tubuh secara keseluruhan (Sunita Almatsier, 2001:228).
f. Air
Pada proses metabolisme tubuh sangat memerlukan sekali akan air. Kehilangan
10% dari cairan tubuh akan sangat membahayakan. Kematian biasanya terjadi
biasanya bila kehilangan cairan tubuh mencapai 20% dari berat badan.
Sedangkan pada orang dewasa lebih kurang 65% air berfungsi sebagai zat
pembangun dan zat pengatur.

5
2.3. Status Gizi
Status gizi diartikan sebagai keadaan kesehatan seseorang atau sekelompok
orang yang ditentukan dengan salah satu atau kombinasi dari ukuran-ukuran
gizi tertentu (Soekirman, 2002:65).
Status gizi adalah hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang masuk
kedalam tubuh (nutrient input) dengan kebutuhan tubuh (nutrient output) akan
zat gizi tersebut (I Dewa Nyoman Supariasa, 2002:88).
Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat
gizi esensial, status gizi lebih terjadi karena tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam
jumlah berlebihan, sehingga menimbulkan efek toksik yang membahayakan. Baik
pada status gizi kurang, maupun status gizi lebih terjadi gangguan gizi (Sunita
Almatsier, 2001:3).
Faktor yang mempengaruhi status gizi :
1. Konsumsi makanan
Seseorang yang dalam kehidupannya sehari-hari mengkonsumsi makanan yang
kurang asupan zat gizi, akan mengakibatkan kurangnya simpanan zat gizi
pada tubuh yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,
apabila keadaan ini berlangsung lama, maka simpanan zat gizi akan habis
dan akhirnya akan terjadi kemerosotan jaringan (I Dewa Nyoman Supariasa,
2002:8).
2. Status Kesehatan
Tingginya penyakit parasit dan infeksi pada alat pencernaan dan penyakit lain
yang diderita juga akan mempengaruhi ststus gizi seseorang.
Memburuknya keadaan akibat penyakit infeksi adalah akibat beberapa hal,
antara lain :
a) Turunnya nafsu makan akibat rasa tidak nyaman yang dialaminya,
sehingga masukan zat gizi kurang padahal tubuh memerlukan zat gizi lebih

6
banyak untuk menggantikan jaringan tubuhnya yang rusak akibat bibit
penyakit.
b) Penyakit infeksi sering dibarengi oleh diare dan muntah yang menyebabkan
penderita kehilangan cairan dan sejumlah zat gizi seperti berbagai
mineral, dan sebagainya. Penyakit diare menyebabkan penyerapan zat
gizi dari makanan juga terganggu, sehingga secara keseluruhan mendorong
terjadinya gizi buruk.
3. Faktor Lingkungan Kerja
Menurut Sugeng Budiono (2003:159) faktor lingkungan kerja menunjukkan
pengaruh yang jelas terhadap gizi kerja. Beban yang berlebihan menyebabkan
penurunan berat badan, sebaliknya motivasi yang kuat, kadang-kadang
meningkatkan selera makan yang menjadikan sebagai salah satu penyebab
bertambahnya berat badan dan kegemukan.

2.4. Penilaian Status Gizi


Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan secara tidak
langsung.
a. Penilaian Status Gizi Secara Langsung
1) Indeks Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia, maka
antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran
dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tinggkat umur dan
tingkat gizi (I Dewa Nyoman Supariasa, 2002:19). Ada beberapa
indeks antropometri yang umumnya dikenal, yaitu :
a) Berat badan menurut umur (BB/U)
b) Tinggi badan menurut umur (TB/U)
c) Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)

7
d) Lingkar lengan atas menurut umur (LLA/U), (I Dewa Nyoman
Supariasa, 2002:56-59).
Timbangan berat badan dan pengukur tinggi badan digunakan untuk
memantau Indeks Massa Tubuh (IMT) orang dewasa. IMT atau Body
Mass Tubuh (BMI) merupakan alat atau cara yang sederhana untuk
memantau status gizi orang dewasa. Untuk mengetahui nilai IMT ini,
dapat dihitung dengan rumus berikut :
IMT = Berat Badan (kg)
Tinggi Badan (m) × Tinggi Badan (m)
Dengan kategori ambang batas IMT sebagai berikut :
Tabel 1. Kategori ambang batas IMT
Kategori IMT

Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0


Kekurangan berat badan tingkat 17,0-18,4
ringan

Normal 18,5-25,0

Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1-27,0


Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0

Sumber : (I Dewa Nyoman Supariasa, 2002:61).


2) Klinis
Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang
dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi.
3) Biokimia
Penilaian status gizi dengan metode biokimia adalah
pemeriksaan dengan spesimen yang diuji secara laboratoris yang
dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh (I Dewa Nyoman
Supariasa, 2002:19).

8
b. Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung
1) Survei Konsumsi Makanan
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak
langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
2) Statistik Vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis
data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan
umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data
lain yang berhubungan dengan gizi (I Dewa Nyoman Supariasa,
2002:20).

2.5. Produktivitas Kerja


Produktivitas kerja adalah efisiensi proses menghasilkan dari sumber daya yang
digunakan (Pandji Anoraga, 2001:52). Produktivitas seringkali juga diidentifikasikan
dengan efisiensi dalam arti suatu rasio antara keluaran (output) dan masukan
(input) (Sritomo Wigjo Soebroto, 2003:5). Jadi produktivitas disini adalah
perbandingan secara ilmu hitung antara jumlah yang dihasilkan dari setiap
jumlah sumber daya yang dipergunakan selama proses berlangsung (Sugeng
Budiono, 2003:263).
Faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja, yaitu:
1) Jenis Kelamin
Ukuran dan daya tubuh wanita berbeda dengan pria. Pria lebih sanggup
menyelesaikan pekerjaan berat yang biasanya tidak sedikitpun dapat
dikerjakan wanita., kegiatan wanita pada umumnya lebih banyak
membutuhkan ketrampilan tangan dan kurang memerlukan tenaga. Beberapa
data menunjukkan bahwa tenaga kerja wanita lebih diperlukan pada suatu
industri yang memerlukan ketrampilan dan ketelitian daripada tenaga kerja pria
(Soeripto, 1992:36).

9
2) Umur
Kebanyakan kinerja fisik mencapai puncak dalam umur pertengahan 20 dan
kemudian menurun dengan bertambahnya umur dan akan berkurang
sebanyak 20% pada usia 60 tahun (Sugeng Budiono, 2003:147).
Berkurangnya kebutuhan tenaga tersebut dikarenakan telah menurunnya
kekuatan fisik.
3) Status Kesehatan
Seorang tenaga kerja yang sakit biasanya kehilangan produktivitasnya secara
nyata, bahkan tingkat produktivitasnya menjadi nihil sekali. Keadaan sakit yang
menahun menjadi sebab rendahnya produktivitas untuk relatif waktu yang
panjang. Keadaan diantara sehat dan sakit juga menjadi turunnya
produktivitas yang sering dapat dilihat secara nyata bahkan besar (Sugeng
Budiono, 2003:59).
4) Gangguan Biologis Tenaga Kerja Wanita
Tenaga kerja wanita mempunyai berbagai gangguan yang berhubungan dengan
fungsi kelaminnya yang akan berpengaruh terhadap produktivitas kerjannya,
antara lain: Siklus haid yang tidak teratur, kehamilan, masa nifas, menopause
(Sugeng Budiono, 2003:147-148)
5) Masa Kerja
Adalah kurun waktu atau lamanya tenaga kerja itu bekerja disuatu tempat.
Masa kerja dapat mempengaruhi kinerja baik positif maupun negatif.
Akan memberikan pengaruh positif pada kinerja bila dengan semakin lamanya
personal semakin berpengalaman dalam melaksanakan tugasnya (Tulus
MA, 1992:12).
6) Pendidikan
Pendidikan dan pelatihan membentuk dan menambah pengetahuan dan
keterampilan tenaga kerja untuk melakukan pekerjaan dengan aman, selamat
dalam waktu yang cepat. Pendidikan akan mempengaruhi seseorang dalam

10
cara berfikir dan bertindak dalam menghadapi pekerjaan (Sugeng
Budiono, 2003:265).
7) Gangguan Lingkungan Kerja
Gangguan lingkungan juga dapat mempengaruhi para pekerja, yaitu :
Gangguan Fisik Yang meliputi :
a) Suhu
b) Radiasi kelembaban
c) Sinar
d) Suara dan getaran
Gangguan KimiaYang meliputi :
a) Logam
b) Debu
c) Aerosol
d) Gas
e) Uap dan kabut
Gangguan Biologis Yang meliputi :
a) Bakteri
b) Virus
c) Parasit

2.6. Penilaian Produktivitas Kerja


Menurut Anto Dajan (1976:254), produktivitas kerja dapat diukur dengan
menggunakan rumus :
Rpo = K/M
Keterangan :
Rpo = rasio produktivitas dan juga dinamakan indeks produktivitas.
K = kuantitas (output) barang yang dihasilkan.
M = jumlah jam kerja per orang.

11
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN TOPIK KAJIAN
3.1. Pembahasan
Status gizi diartikan sebagai keadaan kesehatan seseorang atau sekelompok
orang yang ditentukan dengan salah satu atau kombinasi dari ukuran-ukuran
gizi tertentu. Status gizi adalah hasil akhir dari keseimbangan antara makanan
yang masuk kedalam tubuh (nutrient input) dengan kebutuhan tubuh (nutrient
output) akan zat gizi tersebut (I Dewa Nyoman Supariasa, 2002:88).
Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat
gizi esensial, status gizi lebih terjadi karena tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam
jumlah berlebihan, sehingga menimbulkan efek toksik yang membahayakan. Baik
pada status gizi kurang, maupun status gizi lebih terjadi gangguan gizi.
Bagi tenaga kerja, gizi yang memadai menjadi syarat utama yang
menentukan tingkat produktivitas kerja. Seorang tenaga kerja hanya akan dapat
bekerja selama ia memiliki energi yang didapat dari makanan. Gizi atau makanan
diperlukan tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis
pekerjaannya.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesehatan tenaga kerja dan
produktivitas yang setinggi-tingginya. Tenaga kerja dengan status gizi di bawah
normal, meskipun persentasenya tidak besar tetapi perlu mendapat perhatian, hal
ini karena konsumsi energi yang kurang memadai akan menyebabkan kebutuhan
energi untuk bekerja akan diambil dari energi cadangan yang terdapat dalam sel.
Apabila hal ini terjadi akibatnya tenaga kerja yang bersangkutan tidak dapat
melakukan pekerjaan secara baik dan produktivitas kerjanya akan menurun bahkan
dapat mencapai target rendah, untuk tenaga kerja dengan status gizi gemuk maka
orang tersebut kurang gesit dan lamban dalam bekerja. Sedangkan orang yang
mempunyai berat badan normal akan lebih lincah dalam bekerja.

12
Produktivitas kerja adalah efisiensi proses menghasilkan dari sumber daya yang
digunakan. Produktivitas seringkali juga diidentifikasikan dengan efisiensi dalam
arti suatu rasio antara keluaran (output) dan masukan (input) (Sritomo Wigjo
Soebroto, 2003:5). Jadi produktivitas disini adalah perbandingan secara ilmu
hitung antara jumlah yang dihasilkan dari setiap jumlah sumber daya yang
dipergunakan selama proses berlangsung.
Kemampuan kerja seseorang tenaga kerja satu kepada yang lain sangat
bergantung pada umur, status kesehatan, gangguan biologis TKW, masa kerja,
pendidikan, gangguan lingkungan kerja yang meliputi; gangguan fisik, gangguan
kimia, gangguan biologis.
Bagi tenaga kerja, gizi dengan kalori yang memadai menjadi syarat utama yang
menentukan tingkat produktivitas kerja, antara kesehatan, status gizi dan
produktivitas kerja terdapat korelasi yang sangat nyata. Tenaga kerja dengan status
gizi dibawah normal, meskipun persentasenya tidak besar tetapi perlu mendapat
perhatian, hal ini karena konsumsi energi yang kurang memadai akan
menyebabkan kebutuhan energi untuk bekerja akan diambil dari energi cadangan
yang terdapat dalam sel. Apabila hal ini terjadi akibatnya tenaga kerja yang
bersangkutan tidak dapat melakukan pekerjaan secara baik dan produktivitas
kerjanya akan menurun bahkan dapat mencapai target rendah (Wiwik Susanti,
2002 : 2), untuk tenaga kerja dengan status gizi gemuk maka orang tersebut kurang
gesit dan lamban dalam bekerja. Sedangkan orang yang mempunyai berat badan
normal akan lebih lincah dalam bekerja.

13
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Gizi kerja adalah nutrisi atau kalori yang diperlukan oleh tenaga kerja
untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaannya. Tenaga kerja
memerlukan makanan yang bergizi untuk pemeliharaan tubuh, untuk
perbaikan termasuk pekerjaan.
Bagi tenaga kerja, gizi dengan kalori yang memadai menjadi syarat utama yang
menentukan tingkat produktivitas kerja, antara kesehatan, status gizi dan
produktivitas kerja terdapat korelasi yang sangat nyata. Tenaga kerja dengan status
gizi dibawah normal, meskipun persentasenya tidak besar tetapi perlu mendapat
perhatian, hal ini karena konsumsi energi yang kurang memadai akan
menyebabkan kebutuhan energi untuk bekerja akan diambil dari energi cadangan
yang terdapat dalam sel.

4.2. Saran
Bagi tenaga kerja wanita dengan kondisi gizi yang kurus hendaknya dapat
menaikkan berat badannya menjadi berat badan ideal dengan cara mengkonsumsi
makanan yang memenuhi gizi seimbang, sedangkan bagi tenaga kerja dengan
kondisi gizi normal hendaknya selalu menjaga dan mempertahankan keadaan
gizinya agar diperoleh produktivitas kerja yang setinggi-tingginya, dan bagi tenaga
kerja dengan kondisi gizi gemuk diharapkan dapat mengatur konsumsi makanan
yang sesuai dengan gizi yang diperlukan oleh tubuhnya agar dapat diperoleh gizi
yang seimbang.

14
DAFTAR PUSTAKA
Agus Krisno Budiyanto. 2002. Dasar Dasar Ilmu Gizi. Malang : UMM PRSS A.M.

Sugeng Budiono. 2003. Bunga Rampai HIPERKES DAN KK. Semarang : Badan
Penerbit UNDIP

Anto Dajan. 1986. Pengantar Metodologi Statistik Jilid I. Jakarta : Lembaga


Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial

Asmira Sutarto. 1980. Ilmu Gizi. Jakarta : Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan

I Dewa Nyoman Supariasa. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC


Kartasaepoetra. 2002. Ilmu Gizi (Korelasi Gizi, Kesehatan dan
Produktivitas

Suma’mur PK. 1989. Ergonomi Untuk Produktivitas Kerja. Jakarta : Gunung


Agung

1996. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : Toko


Gunung Agung

Sunita Almatsier. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utara

Wiwik Susanti, Hubungan Antara Status Gizi Dengan Produktivitas Tenaga


Kerja Wanita di Perusahaan Rokok Pamor Kudus, Skripsi S-1.
Universitas Negeri Sebelas Maret Penilaian Indeks Produktivitas

15

Anda mungkin juga menyukai