Anda di halaman 1dari 7

Gizi manusia

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Makanan tinggi magnesium (contoh dari hara)

Gizi manusia berkaitan dengan penyediaan nutrisi penting di dalam makanan yang


diperlukan untuk menunjang kehidupan dan kesehatan manusia. Hal ini secara ilmiah
digolongkan ke dalam ilmu gizi yang berfokus pada bagaimana penyakit, kondisi dan
masalah dapat dicegah atau dikurangi dengan makanan yang sehat sehingga
mencegah masalah gizi buruk. Masalah gizi buruk merupakan masalah kronis yang
sering dikaitkan dengan kemiskinan, keamanan pangan, atau pemahaman yang buruk
tentang gizi dan praktik diet. Kekurangan gizi dan konsekuensinya berkontributor besar
atas kematian dan kecacatan di seluruh dunia. Nutrisi yang baik dapat membantu anak-
anak untuk tumbuh secara fisik dan mental, serta menunjang perkembangan biologis
manusia.
Gizi digambarkan berbentuk zat yang terdapat pada makanan yang dibutuhkan oleh
organisme untuk pertumbuhan serta perkembangan yang dimanfaatkan langsung oleh
tubuh yang meliputi vitamin, mineral, protein, lemak maupun air. Zat tersebut berasal
dari makanan yang diperoleh dalam bentuk sari makanan dari hasil proses pencacahan
di dalam sistem pencernaan. Zat gizi itu dibagi ke dalam dua jenis, yaitu zat organik
(lemak, karbohidrat, protein dan vitamin) dan zat anorganik (air dan mineral).

Kebutuhan gizi optimal[sunting | sunting sumber]


Kebutuhan gizi setiap orang berbeda-beda, hal tersebut berhubungan dengan jenis
kelamin, usia, berat badan, tinggi badan dan juga aktivitas seseorang. [1]  Di samping itu,
keanekaragaman makanan juga harus diperhatikan karena pada dasarnya setiap jenis
makanan tertentu tidak mengandung semua kebutuhan yang dibutuhkan oleh tubuh
sehingga perlu beberapa makanan lain untuk mendapatkan komposisi makanan sesuai
yang dibutuhkan.[2] 
Keanekaragaman makanan tersebut membuktikan bahwa tidak ada satu jenis makanan
yang komplit memenuhi semua kandungan gizi.[3] Makanan yang mengandung
protein, lemak, karbohidrat serta beberapa mineral lain yang dibutuhkan tubuh harus
dikonsumsi setiap hari.[2] Di dalam ilmu gizi, sumber energi diperlukan tubuh dalam
jumlah yang lebih besar dibandingkan kebutuhan zat pembangun dan zat pengatur,
sedangkan kebutuhan zat pengatur diperlukan dalam jumlah yang lebih besar dari pada
kebutuhan zat pembangun.[4] 
Sumber energi diperoleh dari beras, jagung, sereal atau gandum, ubi kayu, kentang dan
sejenisnya.[5] Ketiga golongan bahan makanan dalam konsep dasar gizi seimbang
tersebut digambarkan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia dalam Pedoman
Umum Gizi Seimbang (PUGS) berbentuk kerucut dengan urutan-urutan menurut
banyaknya bahan makanan tersebut yang dibutuhkan oleh tubuh. [6]  Dasar kerucut
menggambarkan sumber energi atau tenaga, yaitu golongan bahan pangan yang paling
banyak dimakan, bagian tengah menggambarkan sumber zat pegatur, sedangkan
bagian atas menggambarkan sumber zat pembangun yang secara relatif paling sedikit
dimakan tiap harinya.[7] PUGS memberi informasi tentang pedoman untuk mengatur
makanan sehari-hari yang seimbang dan aman guna mencapai dan mempertahankan
status gizi dan kesehatan yang optimal.
Asupan gizi yang baik menentukan kesehatan yang optimal. [8] Asupan gizi yang baik
adalah asupan gizi yang menyediakan sejumlah zat esensial, serat dan energi yang
seimbang dengan kebutuhan gizi individu. [9] Asupan gizi tersebut akan digunakan untuk
proses metabolisme tubuh, beraktivitas dan berolahraga. [10] Oleh karena itu, asupan zat
gizi harus disesuaikan dengan kebutuhan gizi harian. Kebutuhan gizi harian ini telah
tercatat dalam pedoman Angka Kecukupan Gizi atau biasa disebut dengan AKG.[11] AKG
dapat dijadikan patokan untuk mengetahui jumlah zat gizi yang harus dipenuhi
seseorang dalam sehari secara praktis.[6]

Dampak kurang gizi[sunting | sunting sumber]


Kurang gizi adalah kondisi tubuh ketika seseorang tidak dapat memenuhi asupan gizi
hariannya secara seimbang dalam taraf yang tidak normal. [12] Umumnya, diidentikan
dengan penyakit busung lapar.[13] Kekurangan gizi dapat berdampak akut dan kronis.
Orang-orang yang mengalami kekurangan gizi akut akan terlihat lemah secara fisik.
[14]
 Orang yang mengalami kekurangan gizi dalam jangka waktu yang lama atau kronis,
terutama yang terjadi sebelum usia dua tahun, akan terhambat pertumbuhan fisiknya
sehingga menjadi pendek.[15] Kurang gizi merupakan suatu fenomena yang saling terkait,
dalam konteks masyarakat peningkatan itu harus terjadi seiring dengan upaya
peningkatan ekonomi.[16] Masalah gizi dapat terjadi pada seluruh kelompok umur,
bahkan masalah gizi pada suatu kelompok umur tertentu akan mempengaruhi pada
status gizi pada periode siklus kehidupan berikutnya. [17]
Kekurangan gizi biasanya terjadi secara tersembunyi dan sering luput dari pengamatan
biasa.[18] Masalah gizi disebabkan oleh banyak faktor yang saling terkait baik secara
langsung maupun tidak langsung. Secara langsung dipengaruhi oleh penyakit infeksi
dan tidak cukupnya asupan gizi secara kuantitas maupun kualitas, sedangkan secara
tidak langsung dipengaruhi oleh jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan, pola
asuh anak yang kurang memadai, kurang baiknya kondisi sanitasi lingkungan serta
rendahnya ketahanan pangan di tingkat rumah tangga. [19] Sebagai pokok masalah di
masyarakat adalah rendahnya pendidikan, pengetahuan tentang hal gizi dan
keterampilan serta tingkat pendapatan masyarakat.[20] Kekurangan gizi secara perlahan
akan berdampak terhadap tingginya kematian anak, kematian perempuan (ibu) dan
menurunnya produktivitas kerja. Kondisi ini akan berdampak pada menurunnya tingkat
kesejahteraan masyarakat di suatu negara.[21]
Kondisi tersebut akan menurunkan tingkat kesadaran individu terhadap gizi dan
menjatuhkan angka dari kebijakan penanggulangan kemiskinan dan pembangunan
SDM.[22] Lingkungan menjadi tidak sehat, karena masalah kurang gizi akan menghambat
pencapaian tujuan pembangunan suatu negara. Peningkatan status gizi dibutuhkan
untuk meningkatkan kecerdasan, ketahanan fisik dan produktivitas kerja, sehingga
hambatan peningkatan ekonomi dapat meningkatkan asupan kebutuhan gizi
masyarakat.[17]

Perhitungan kebutuhan gizi[sunting | sunting sumber]


Menjaga gizi seimbang tidak hanya ditentukan dengan menjaga makanan yang
merupakan sumber utama pemenuhan gizi harian dan setiap asupan itu perlu
disesuaikan kembali dengan perhitungan Angka Kecukupan Gizi (AKG).
[23]
 AKG merupakan nilai yang mengatur rata-rata kebutuhan zat gizi tertentu yang harus
dipenuhi setiap hari oleh hampir semua orang yang masih sehat. [24] Zat gizi yang harus
dipenuhi adalah energi, protein, lemak, karbohidrat, serat, air, vitamin dan mineral.
[25]
 RDA untuk setiap orang berbeda-beda, tergantung jenis kelamin, usia, aktivitas fisik
dan kondisi fisiologis.[26]
Permenkes Nomor 28 Tahun 2019 menyebutkan bahwa rata-rata pasokan energi bagi
masyarakat Indonesia adalah 2.100 kilokalori per orang per hari. [27] Sementara itu, rata-
rata tingkat kecukupan protein orang Indonesia adalah 57 gram per orang per hari.
[28]
 Secara khusus, diatur AKG rata-rata yang dianjurkan (per orang per hari) untuk anak
umur 7-12 tahun yang adalah sebagai berikut: [29]

 Anak yang berusia 7-9 tahun dengan berat badan 25 kg dan tinggi badan 120 cm
membutuhkan energi 1800 kkal dan protein 45 g.
 Anak yang berusia 10-12 tahun dengan berat badan 35 kg dan tinggi 138 cm
membutuhkan energi 2050 kkal dan protein 50 gram.
 Anak yang berusia 10-12 tahun dengan berat badan 38 kg dan tinggi 145 cm
membutuhkan energi 2050 kkal dan protein 50 gram.
Namun, tunjangan harian yang direkomendasikan untuk orang dewasa disesuaikan
berdasarkan berbagai faktor, misalnya, kebutuhan vitamin B12 meningkat pada lansia,
karena tubuh kesulitan menyerap nutrisi jenis ini. [30] Beberapa jenis nutrisi juga ada yang
dikonsumsi dalam jumlah berbeda-beda karena kebutuhan tubuh yang berbeda. [31]

Fungsi zat gizi[sunting | sunting sumber]


1. Karbohidrat. Fungsi karbohidrat bagi tubuh manusia sangat diperlukan dalam
menunjang aktivitas sehari-hari. Karbohidrat merupakan sumber kekuatan atas
tubuh karena zat karbohidrat adalah zat yang dapat meningkatkan atau memberi
energi bagi tubuh selain lemak dan protein. Dan senyawa tersebut akan kita
dapatkan dari makanan yang mengandung karbohidrat setiap hari.
2. Protein. Protein berfungsi sebagai komponen yang bermanfaat untuk
pertumbuhan, penyembuhan luka, regenerasi sel, menghasilkan enzim dan
hormon untuk metabolisme tubuh juga sebagai sumber energi. Kekurangan
protein akan mengganggu pertumbuhan, menyebabkan tulang keropos dan
rambut rontok. Protein diperlukan untuk pembentukan dan perbaikan semua
jaringan di dalam tubuh termasuk darah, enzim, hormon, kulit, rambut, dan kuku.
Protein juga berfungsi dalam pembentukan hormon untuk pertumbuhan dan
mengganti jaringan yang rusak, perkembangan seks dan metabolisme.
Disamping itu, protein berguna untuk melindungi supaya keseimbangan asam
dan basa di dalam darah dan jaringan terpelihara, selain itu juga mengatur
keseimbangan air di dalam tubuh.
3. Lemak. Fungsi lemak secara umum adalah sebagai sumber energi utama selain
protein dan karbohidrat yang dibutuhkan bagi tubuh manusia. Satu gram lemak
dapat menghasilkan sekitar 90 kalori. Lemak harus dipenuhi sekitar 20%-30%
dari total kebutuhan kalori. Lemak memenuhi fungsi dasar bagi manusia yaitu
erguna sebagai alat perlindungan organ tubuh yang vital seperti lambung dan
jantung, sebagai bahan dalam penyusunan vitamin dan hormon, salah satu
sumber energi dalam tubuh manusia. Dan dapat melindungi tubuh dari
perubahan suhu tubuh manusia.
4. Vitamin. Sebagai bagian dari enzim atau coenzim untuk mengatur berbagai
proses metabolisme dalam tubuh. Mempertahankan fungsi berbagai jaringan
tubuh. Mempengaruhi pertumbuhan & pembentukan sel-sel baru. Membantu
pembuatan senyawa kimia tertentu dalam tubuh.
5. Mineral. Menjaga keseimbangan asam basa tubuh. Katalis reaksi-reaksi biologis.
Komponen dari bagian-bagian tubuh yang penting. Menjaga keseimbangan air
dan Transmisi impuls syaraf. Mengatur kontraksi otot dan Membantu
pertumbuhan jaringan tubuh.
6. Air. Sebagai pelarut mineral, vitamin, asam amino, glukosa, dan zat gizi lainnya.
Pembentuk komponen tubuh yang berupa cairan seperti darah, hormon dan
enzim. Melakukan reaksi kimia seperti dalam proses pencernaan dan
metabolisme. Sebagai pelumas sendi2 tubuh Peredam benturan pada organ2
tubuh. Sebagai pelarut dan pengangkut sisa-sisa metabolisme (urin dan
keringat). Membantu fungsi kerja ginjal dan pengatur suhu tubuh.

Sumber makanan yang memenuhi AKG[sunting | sunting sumber]


Studi menemukan bahwa terdapat beberapa sumber makanan yang dapat membantu
memenuhi AKG harian dalam tubuh manusia sehingga gizinya seimbang dan terhindar
dari kekurangan gizi.[32] Sayuran, buah dan daging adalah sumber pangan yang
mengandung vitamin, mineral, dan nutrisi lain yang dibutuhkan tubuh untuk memenuhi
AKG harian.[33]
Secara spesifik, berikut ini beberapa contoh sumber sayur-sayuran dan buah-buahan,
daging hewan dan nasi yang mengandung capaian pemenuhan AKG harian [34]:

 Sayur-sayuran: wortel, ubi, paprika, kacang-kacangan dan biji-bijian, sayuran


berdaun hijau pekat, brokoli, dan sayuran berwarna terang. [35]
 Buah-buahan: jeruk, stroberi, kiwi, brokoli, paprika, alpukat, gandum utuh, apel,
stroberi, dan rasberi.[36]
 Daging hewan: sarden, hati ayam, kerang, hati sapi, daging sapi, daging ayam. [37][38]
Gizi yang cukup adalah faktor utama yang berpengaruh terhadap kesehatan tubuh
optimal hingga jangka panjang dan itu semua bergantung pada konsumsi sumber
makanan yang masuk ke dalam tubuh setiap harinya. [39]

Referensi[sunting | sunting sumber]
1. ^ Kent Jones, Douglas W. (13 Desember 2021). "human nutrition | Importance, Essential Nutrients,
Food Groups, & Facts | Britannica". www.britannica.com  (dalam bahasa Inggris). Diakses
tanggal 2021-12-31.
2. ^ Lompat ke:a b Progress for Children: A Report Card on Nutrition (No. 4), UNICEF, May
2006, ISBN 978-92-806-3988-9. http://www.unicef.org/nutrition/index_33685.html
3. ^ World Health Organization. (2013). Essential Nutrition Actions: improving maternal, newborn, infant
and young child health and nutrition. Washington, DC:
WHO. http://www.who.int/nutrition/publications/infantfeeding/essential_nutrition_actions/en/index.html
4. ^ Almatsier, S., Soetardjo, S., & Soekatri, M. (2019). Gizi seimbang dalam daur kehidupan. hlm. 20-
22. https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=1160660
5. ^ Wijayanti, Novita (2017-11-01). Fisiologi Manusia dan Metabolisme Zat Gizi. Universitas Brawijaya
Press. hlm.  2–3. ISBN 978-602-432-379-0.
6. ^ Lompat ke:a b Superadmin.  "Cara Mengatur Asupan Gizi Dengan Makanan Yang Sehat".  Direktorat
Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan RI (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-01-27.
7. ^ Indriani, Yaktiworo (2015-02-03). Gizi dan Pangan (dalam bahasa Inggris). AURA Printing.
hlm. 50–51. ISBN 978-602-1297-83-4.
8. ^ Pane, Herviza Wulandary; Tasnim, Tasnim; Sulfianti, Sulfianti; Hasnidar, Hasnidar; Puspita, Ratna;
Hastuti, Puji; Apriza, Apriza; Pattola, Pattola; Sianturi, Efendi (2020-09-07). Gizi dan Kesehatan.
Yayasan Kita Menulis. hlm.  157. ISBN 978-623-94636-3-2.
9. ^ Suryana, Achmad (2008-12-01). "Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Gizi Faktor
Pendukung Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia". JURNAL PANGAN  (dalam bahasa
Inggris). 17 (3): 3–12.  doi:10.33964/jp.v17i3.262. ISSN 2527-6239.
10. ^ Nardina, Evita Aurilia; Astuti, Etni Dwi; Hutomo, Cahyaning Setyo; Winarsih, Winarsih; Prihartini,
Sabrina Dwi; Azizah, Ninik; Sumiyati, Sumiyati; Mahmud, Abbas; Sari, Cyntia Ratna (2021-11-
09).  Gizi Reproduksi. Yayasan Kita Menulis. hlm. 51–52. ISBN 978-623-342-284-0.
11. ^ Sandjaja (2009).  Kamus gizi: pelengkap kesehatan keluarga. Penerbit Buku Kompas.
hlm. 130.  ISBN  978-979-709-448-5.
12. ^ Moehji, Sjahmien (2019-12-02).  "Ilmu Gizi Penanggulangan Gizi Buruk"  (dalam bahasa Indonesia).
13. ^ Latham, Michael C.; Nations, Food and Agriculture Organization of the United (1997).  Human
Nutrition in the Developing World  (dalam bahasa Inggris). Food & Agriculture Org.
hlm. 55.  ISBN  978-92-5-103818-5.
14. ^ Azwar, A. (2004). Kecenderungan masalah gizi dan tantangan di masa datang. Disampaikan Pada
Pertemuan Advokasi Program Perbaikan Gizi Menuju Keluarga Sadar Gizi. Jakarta: Hotel Sahid
Jaya. https://docplayer.info/30504806-Kecenderungan-masalah-gizi-dan-tantangan-di-masa-
datang.html
15. ^ Hueda, María Chávarri (2017-08-02). Functional Food: Improve Health through Adequate
Food (dalam bahasa Inggris). BoD – Books on Demand. hlm.  165. ISBN 978-953-51-3439-8.
16. ^ Fenitia, Lia (2020-10-30).  FAKTOR RISIKO GIZI KURANG PADA ANAK USIA 1-5 TAHUN DARI
KELUARGA MISKIN. Penerbit NEM. hlm. 6. ISBN 978-623-7566-89-2.
17. ^ Lompat ke:a b Ulijaszek, Stanley J.; Mann, Neil; Elton, Sarah (2012-10-18). Evolving Human
Nutrition: Implications for Public Health (dalam bahasa Inggris). Cambridge University Press.
hlm. 286–287. ISBN 978-0-521-86916-4.
18. ^ Darma, Dio Caisar; Purwadi, Purwadi; Wijayanti, Tri Cicik (2020-01-24). Ekonomika Gizi: Dimensi
Baru di Indonesia. Yayasan Kita Menulis. hlm.  133. ISBN 978-623-7645-29-0.
19. ^ Wildman, Robert E. C.; Medeiros, Denis M. (1999-08-23). Advanced Human Nutrition (dalam
bahasa Inggris). CRC Press. hlm.  146. ISBN 978-0-8493-8566-7.
20. ^ Allen, Lindsay; Prentice, Andrew (2005-07-20).  Encyclopedia of Human Nutrition  (dalam bahasa
Inggris). Elsevier. hlm.  578. ISBN 978-0-08-045428-3.
21. ^ Squires, Victor R. (2011-11-15). The Role of Food, Agriculture, Forestry and Fisheries in Human
Nutrition - Volume IV (dalam bahasa Inggris). EOLSS Publications. hlm. 24.  ISBN  978-1-84826-195-
2.
22. ^ IPB, Dewan Guru Besar (2016-01-01).  Pembangunan dan Kebijakan Ekonomi Indonesia
Menghadapi Tantangan Globalisasi Ekonomi. PT Penerbit IPB Press. hlm.  580. ISBN 978-623-256-
224-0.
23. ^ Harti, Leny Budhi; Cempaka, Anggun Rindang (2021-12-31).  Individual Meal Planning: Pengaturan
Makan Individu Dewasa Sehat. Universitas Brawijaya Press. hlm.  89. ISBN 978-623-296-335-1.
24. ^ Pendidikan Ilmu Gizi. Media Sains Indonesia. 2022-01-05. hlm.  225. ISBN 978-623-362-302-5.
25. ^ ILMU GIZI DASAR BUKU PEMBELAJARAN. Penerbit CV. SARNU UNTUNG. hlm.  170. ISBN 978-
623-6766-49-1.
26. ^ Wulandari, Fitri; Yuliandri, Ihsan (2014).  "DIAGNOSA GANGGUAN GIZI MENGGUNAKAN
METODE CERTAINTY FACTOR".  SITEKIN: Jurnal Sains, Teknologi dan Industri. 11 (2): 305–
313.  doi:10.24014/sitekin.v11i2.760.  ISSN  2721-2041.
27. ^ Litaay, Christina; Paotiana, Monica; Elisanti, Evi; Fitriyani, Dian; Agus, Pande Putu; Permadhi, Inge;
Indira, Arti; Puspasari, Grace; Hidayat, Meilinah.  KEBUTUHAN GIZI SEIMBANG. Zahir Publishing.
hlm. 61.  ISBN  978-623-6398-65-4.
28. ^ Pattola, Pattola; Nur, Arfan; Atmadja, Taufiq Firdaus Al-Ghifari; Yunianto, Andi Eka; Rasmaniar,
Rasmaniar; Marzuki, Ismail; Unsunnidhal, Lalu; Siregar, Deborah; Puspita, Ratna (2020-11-19). Gizi
Kesehatan dan Penyakit. Yayasan Kita Menulis. hlm. 133.  ISBN  978-623-6761-65-6.
29. ^ "Mengenal Angka Kecukupan Gizi (AKG) dan Cara Menghitungnya". SehatQ. Diakses
tanggal 2022-01-27.
30. ^ Camaschella, C. (2015). Iron deficiency: New insights into diagnosis and treatment. Retrieved from
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/26637694
31. ^ Brown, M. J., Ferruzzi, M. G., Nguyen, M. L., Cooper, D. A., Eldridge, A. L., Schwartz, S. J., &
White, W. S. (2004, August). Carotenoid bioavailability is higher from salads ingested with full-fat than
with fat-reduced salad dressings as measured with electrochemical detection. Retrieved from
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15277161
32. ^ Services, United States Department of Health and Human (2005).  Dietary Guidelines for
Americans, 2005  (dalam bahasa Inggris). U.S. Government Printing Office. hlm. 71.  ISBN  978-0-16-
072398-8.
33. ^ Damayanthi, Evy (2020-01-01). Buku pegangan ilmu gizi dasar. PT Penerbit IPB Press. hlm. 3–
4. ISBN 978-623-256-215-8.
34. ^ Bender, David (2002-09-11).  An Introduction To Nutrition And Metabolism (dalam bahasa Inggris).
CRC Press. hlm. 119–120. ISBN 978-1-4822-6784-6.
35. ^ Monsen, E. R. (1988, July). Iron nutrition and absorption: Dietary factors which impact iron
bioavailability. Retrieved from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/3290310
36. ^ Spritzler, F. (2020, January 27). 12 Healthy Foods That Are High in Iron. Retrieved from
https://www.healthline.com/nutrition/11-healthy-iron-rich-foods#section4
37. ^ Zeisel, S. H., & Da Costa, K. (2009, November). Choline: An essential nutrient for public health.
Retrieved from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19906248
38. ^ Kubala, J. (2019, March 08). Oysters: Nutrition, Risks, and How to Cook Them. Retrieved from
https://www.healthline.com/nutrition/oysters
39. ^ Abbaspour, N., Hurrell, R., & Kelishadi, R. (2014, February). Review on iron and its importance for
human health. Retrieved from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3999603/

Anda mungkin juga menyukai