Anda di halaman 1dari 55

PERTEMUAN GIZI 9-14

Topik 9. Kelompok Rawan Gizi (Dewasa dan Lansia)

10.1 Latar Belakang


Usia dewasa merupakan usia produktif yang membutuhkan zat gizi optimal untuk
kehidupan dan aktivitas. Zat gizi tersebut merupakan sesuatu yang esensial, yaitu zat
kimia yang berasal dari makanan dan tidak dapat disintesis dalam tubuh. Zat gizi
esensial dibutuhkan dalam diet untuk fungsi tubuh manusia yang normal, yaitu untuk
kehidupan, pertumbuhan, dan perbaikan jaringan.

Bagi orang dewasa , zat gizi dibutuhkan dalam pencapaian kesehatan yang
optimal dan pencegahan penyakit degeneratif kronis dengan penyebab yang kompleks,
khususnya obesitas, penyakit kardiovaskular, penyakit kanker, dan diabetes melitus,
penyakit generatif tersebut menjadi penyebab gangguan utama kesehatan dan kematian
dini pada kelompok masyarakat dengan ekonomi berkecukupan. Penyakit tersebut
dikatakan kronis karena penyebabnya lebih dari satu dan butuh waktu lama bahkan
sampai bertahun-tahun sebelum munculnya penyakit.

Timbulnya penyakit akibat ketidakseimbangan asupan zat gizi dapat disebabkan


oleh faktor kebiasaan makan karena sangat erat kaitannya dalam setiap aspek
pertumbuhan manusia, perkembangan, dan resistensi terhadap penyakit. Kebiasaan
makan mencerminkan faktor lingkungan seumur hidup yang paling relevan yang dapat
memengaruhi durasi dan kualitas hidup manusia. Makanan dan berbagai komponen
yang dikonsumsi akan berinteraksi dengan gen manusia yang dapat terjadi secara
langsung maupun tidak langsung. Hal tersebut dapat terjadi melalui proses absorpsi,
pencernaan, metabolisme, dan ekskresi makanan.

10.2 Kelompok Usia Dewasa


Usia dewasa dimulai pada umur 18 tahun sampai 40-an tahun, saat terjadi perubahan –
perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduksi.
Usia dewasa termasuk masa transisi secara fisik , transisi secara intelektual , dan transisi
secara peran sosial. Mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan RI No 41 Tahun 2014
tentang Pedoman Gizi Seimbang , usia dewasa dalam penentuan status gizi
menggunakan Indkes Massa Tubuh (IMT) digunakan bagi usia di atas 18 tahun.
Berdasarkan Permenkes tersebut, usia dewasa dikelompokkan berdasarkan kebutuhan
gizinya, yaitu kelompok usia 19 – 29 tahun, kelompok usia 30 – 49 tahun, dan kelompok
usia 50 – 64 tahun. Usia lebih dari 64 tahun termasuk kategori lanjut usia (Lansia)

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi Usia Dewasa

Pangan yang dikonsumsi bertujuan memenuhi kebutuhan gizi, faktor – faktor


yang mempengaruhi kebutuhan gizi adalah sebagai berikut:

1. Usia Tahap Perkembangan


Usia remaja membutuhkan banyak zat gizi untuk pertumbuhan dan perkembangan
karena periode remaja juga mengalami pertumbuhan yang cepat. Begitu pun dengan
usia dewasa membutuhkan asupan gizi yang besar untuk aktivitas dan produktivitasnya.

2. Ukuran Tubuh

Orang yang memiliki postur tubuh besar membutuhkan lebih banyak zat gizi
dibandingkan dengan orang yang postur tubuhnya kecil.

3. Komposisi Tubuh

Kebutuhan gizi lebih besar pada orang yang memiliki otot besar, misalnya seorang atlet
binaraga membutuhkan asupan gizi lebih besar dibandingkan pegawai kantoran. Dalam
hal ini komposisi tubuh, pria lebih banyak komposisi ototnya dibandingkan wanita
karena komponen lemak pada wanita lebih banyak

4. Jenis Kelamin

Pria membutuhkan asupan gizi lebih besar daripada wanita karena pria memiliki lebih
banyak massa otot dan lebih banyak otot yang aktif dalam kesehariannya

5. Jumlah dan Intensitas Aktivitas Fisik

Semakin aktif seseorang, maka semakin besar kebutuhan gizinya untuk aktivitas
tersebut.

6. Penyakit dan Cidera

Kebutuhan gizi meningkat jika seseorang sedang sakit atau mengalamih cedera untuk
mempercepat proses penyembuhan dan pemulihan

7. Kondisi Fisiologis

Contohnya adalah kehamilan dan proses menyusui (laktasi. Pada wanita hamil,
kebutuhan asupan gizi lebih besar dibandingkan sebelum hamil. Semakin lanjut usia
kehamilan, kebutuhan gizi semakin meningkat untuk pemenuhan gizi bagi dirinya sendiri
dan janin dalam kandungan. Ketika wanita tersebut melahirkan, kebutuhan gizi pun
semakin meningkat untuk memenuhi kebutuhan gizi selain untuk dirinya sendiri, juga
untuk produksi ASI saat menyusui anaknya.

8. Suhu Tubuh

Kebutuhan gizi meningkat jika suhu tubuh meningkat. Suhu tubuh yang meningkat
dapat disebabkan karena seseorang sedang sakit.

9. Suhu Lingkungan

Pada kondisi lingkungan yang suhunya rendah dapat menyebabkan tubuh kedinginan
bahkan menggigil. Sementara pada suhu tinggi dapat menyebabkan tubuh kepanasan
sehingga banyak mengeluarkan keringat. Kebutuhan gizi pada kedua kondisi tersebut
dapat meningkatkan asupan gizi

10. Sekresi Kelenjar Endokrin

Sekresi kelenjar adrenal dan tirosin dapat meningkatkan kebutuhan gizi

11. Status Gizi

Pada kondisi status gizi kurang, seseorang membutuhkan lebih banyak asupan gizi untuk
meningkatkan status gizinya mencapai kondisi normal. Sementara pada kondisi status
gizi lebih, seseorang harus mengurangi asupan gizi untuk mencapai status gizi normal.

Kebutuhan gizi yang terpenuhi dari konsumsi pangan pada akhirnya untuk mencapai
derajat kesehatan yang optimal. Kesehatan merupakan salah satu modal dasar dalam
pembangunan.

10.3 Kecukupan Gizi Usia Dewasa


Kecukupan gizi tiap manusia berbeda. Terkait kecukupan gizi di Indonesia, pemerintah
telah menetapkan Daftar Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan bagi Bangsa
Indonesia, yaitu suatu kecukupan rata – rata zat gizi setiap hari bagi semua orang
menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, dan aktivitas tubuh untuk
mencapai derajat kesehatan yang optimal. Kecukupan gizi berbeda – beda dengan
kebutuhan gizi. Kecukupan gizi (dietary recommended allowance) merupakan jumlah
masing- masing zat gizi yang sebaiknya dipenuhi seseorang agar hampir semua orang
(97,5% populasi) dapat hidup dengan sehat. Adapun kebutuhan gizi ( nutrient
requirements) merupakan banyaknya zat gizi minimal yang diperlukan seseorang agar
hidup sehat. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No 75 Tahun 2013, Angka
Kecukupan Gizi orang dewasa dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan untuk orang dewasa (orang/hari)

Kelompok usia BB (kg) TB (cm) Energi Protein Lemak KH Serat Air

(kkal) (gr) (gr) (gr) (gr) (ml)


Pria
19 - 29 tahun 60 168 2725 62 91 375 38 2500

30 - 49 tahun 62 168 2626 65 73 394 38 2600

50 – 64 tahun 62 168 2325 65 65 349 27 2600


Wanita
19 – 29 tahun 54 159 2250 56 75 309 32 2300

30 – 49 tahun 55 159 2150 57 60 323 30 2300

50 – 64 tahun 55 159 1900 57 53 285 28 2300


Menurut tabel 1. AKG, berdasarkan umur dapat diketahui bahwa kecukupan energi
kelompok usia 19 – 29 tahun lebih besar dibandingkan usia selanjutnya, baik pada
kelompok pria maupun wanita. Usia tersebut menurun seiring bertambanhnya usia.
Berdasarkan jenis kelamin, kelompok pria membutuhkan energi lebih besar
dibandingkan wanita pada tiap kelompok usia. Tingginya kecukupan energi pria
dibandingkan dengan wanita disebabkan kelompok pria lebih aktif dalam keseharian,
dan komposisi tubuh pria lebih didominasi oleh massa otot untuk melakukan aktivitas
yang lebih berat dibandingkan wanita.

Daftar AKG diperuntukkan secara rata – rata bagi orang Indonesia dan perlu konversi
kebutuhan gizi bagi tiap individu. Rumus konversi kebutuhan gizi individu dapat
ditentukan berdasarkan berat badan dan tinggi badan. Berat badan menggambarkan
massa tubuh seperti: protein, lemak, air, dan mineral pada tulang. Berat badan
merupakan parameter antropometri yang sangat labil oleh faktor penyakit infeksi dan
menurunnya asupan makanan. Berat badan dapat memberikan gambaran kondisi gizi
masa kini, bahkan masa lalu, berbeda halnya dengan tinggi badan yang
menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan
tumbuh seiring pertambahan umur. Tinggi badan kurang sensitif terhadap masalah
kekurangan gizi dalam waktu pendek. Dampaknya terlihat dalam jangka waktu lama.
Oleh karena sebab itu, tinggi badan memberikan gambaran gizi di masa lalu.

Keseimbangan Energi Usia Dewasa

Keseimbangan energi merupakan selisih antara asupan energi yang dapat


dimetabolisme dan total pemakaian energi. Energi tubuh dikatakan seimbang jika
pemakaian energi setara dengan asupan energi. Energi dibutuhkan manusia untuk
melakukan berbagai fungsi, membantu kerja otot, memenuhi kebutuhan perkembangan,
serta memperbaiki gangguan yang dapat disebabkan oleh penyakit atau cidera. Asupan
energi diperoleh dari konsumsi pangan baik hewani maupun nabati. Energi makanan
dilepaskan dalam tubuh melalui oksidasi zat gizi makro seperti, karbohidrat, lemak, dan
protein.

Dampak keseimbangan energi adalah tercapainya berat badan normal sehingga


tidak terjadi penimbunan energi dalam tubuh berupa lemak. Berat badan normal
memiliki keuntungan dalam hal penampilan yang baik dan menarik, lincah dan aktif,
serta memiliki resiko rendah terhadap penyakit infeksi. Berat badan normal perlu
dipertahankan dengan cara mempertahankan kebiasaan makan sehari – hari dengan
susunan makanan bergizi seimbang, mempertahankan kebiasaan olahraga teratur, tetap
melakukan aktivitas fisik sehari – hari, dan senantiasa memantau berat badan.

Apabila terjadi ketidakseimbangan antara asupan dan pemakaian energi, akan dihasilkan
keseimbangan positif yang berarti simpanan energi tubuh terutama lemak bertambah,
atau keseimbangan negatif yang berarti tubuh banyak menggunakan cadangan energi
berupa lemak, protein, dan glikogen. Ketidakseimbangan energi menyebabkan
terjadinya kekurangan berat badan maupun kelebihan berat badan. Berikut ini adalah
kerugian akibat kekurangan dan kelebihan berat badan serta upaya yang dapat
dilakukan untuk mencapai berat badan normal seperti terdapat pada Tabel 2. berikut ini:

Tabel 2. Penyebab, Kerugian dan Solusi Masalah Berat Badan

Berat Badan Penyebab Kerugian Solusi


Kekurangan berat Konsumsi energi lebih 1. Penampilan Cara menaikkan
badan (Kurus) rendah daripada kurang menarik berat badan:
kebutuhan dalam
jangka waktu lama 2. kurang mampu 1. Makan secara
sehingga cadangan bekerja keras teratur dengan gizi
energi tubuh dalam seimbang
bentuk lemak terpaksa 3. mudah letih
harus digunakan 2. Makan makanan
4. risiko sakit tinggi sumber energi dan
seperti penyakit protein lebih banyak
infeksi, depresi, daripada biasanya
anemia, diare
3. Olahraga secara
5. wanita kurus yang teratur
hamil mempunyai
risiko tinggi 4. Cukup istirahat
melahirkan bayi
dengan BBLR

1. Penampilan Cara menurunkan


kurang menarik berat badan:
Konsumsi energi
melebihi kebutuhan 2. Gerakan kurang 1. Makan teratur
tubuh sehingga gesit dan lambat dengan gizi
kelebihan energi seimbang
disimpan dalam bentuk 3. Merupakan faktor
lemak tubuh risiko penyakit 2. Kurangi jumlah
degeneratif makanan terutama
makanan sumber
Kelebihan Berat 4. Pada wanita dapat energi
badan (gemuk) mengakibatkan
gangguan haid dan 3. Kurangi
faktor penyulit pada makanan yang
persalinan berminyak, lemak,
atau bersantan

4. Makan banyak
sayuran dan cukup
buah – buahan yang
kaya serat pangan

5. Tingkatkan
olahraga dan
aktivitas fisik secara
teratur

Permasalahan Gizi Usia Dewasa

Asupan gizi akan berpengaruh terhadap berat badan. Berat badan yang stabil
menandakan adanya keseimbangan antara asupan energi dari makanan dan minuman
dengan penggunaan energi. Asupan energi disebabkan oleh perilaku makan yang
dipengaruhi oleh banyak faktor seperti rasa lapar dan selera makan, pengaruh sosial,
kelezatan makanan dan suasana hati. Asupan energi tersebut diimbangi dengan
penggunaan energi untuk laju metabolisme basal, termogenesis makanan (produksi
panas yang dihasilkan dari makanan) dan aktivitas fisik.

Berat badan bermasalah beresiko terhadap terjadinya suatu penyakit . Berat badan
berlebih meningkatkan resiko terjadinya penyakit degeneratif. Sebaiknya, berat badan
kurang meningkatkan resiko terjadinya penyakit infeksi. Usia dewasa tidak terlepas dari
masalah gizi. Adapun masalah gizi yang erat kaitannya dengan penyakit tidak menular
adalah:

a. Penyakit Kardiovaskular

Meliputi penyakit jantung koroner, stroke dan penyakit arteri perifer. Faktor resiko
kardiovaskular dan determinan gizinya ialah dislipidemia, diabetes melitus,
hiperglikemia, dan resisten insulin, hipertensi, obesitas, tanda – tanda inflamasi;
terganggunya gizi sewaktu janin dan kelainan kadar hormon sistein plasma

b. Penyakit kanker berkaitan dengan Gizi

Kaitan antara gizi dan kanker terdapat pada tabel....

c. Diabetes melitus

Diabetes melitus (DM) merupakan kumpulan gejala yang timbul karena peningkatan
kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan hormon insulin absolut (tidak ada insulin
sama sekali) atau relatih (jumlahnya lebih rendah dari kebutuhan atau daya kerja
kurang). Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif, saat terjadi
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein, serta ditandai dengan tingginya
kadar gula dalam darah (hiperglikemia) dan dalam urine (glukosuria).

Gejalah umum DM antara lain: poliuri (banyak kencing), polidipsi (banyak minum) dan
ploiifagi (banyak makan). Adapun efek yang ditimbulkan DM ialah efek mikrovaskuler
berupa gejala kerusakan pembuluh – pembuluh darah halus , terutama terjadi pada
mata, ginjal, dan saraf, serta efek makrovaskular berupa gula darah yang tinggi, yang
dapat mempercepat terjadinya proses aterosklerosis, yang pada akhirnya dapat
menyebabkan terjadinya penyakit jantung maupun stroke.

Saat ini, prevalensi penyakit karena faktor gizi semakin meningkat. Oleh karena itu,
diperlukan perubahan perilaku manusia terhadap pencegahan penyakit dan
pemeliharaan kesehatan. Perubahan perilaku yang diutamakan adalah memperhatikan
asupan keseimbangan energi. Selain upaya tersebut, upaya mengatasi berbagai
permasalahan gizi di atas adalah perlu memperhatikan jenis pangan yang dikonsumsi,
salah satunya adalah pangan fungsional.

10.4 Kelompok Usia lanjut


Manusia Lanjut Usia (MANULA) dimasukkan kedalam kelompok rawan gizi, meskipun
tidak ada hubungannya dengan pertumbuhan badan, bahkan sebaliknya sudah terjadi
involusi dan degenerasi jaringan dan sel-selnya. Timbulnya kerentanan terhadap kondisi
Gizi disebabkan kondisi fisik, baik anatomis maupun fungsionalnya. Contohnya pada
usila beberapa gigi-geligi bahkan semuanya tanggal sehingga terjadi kesulitan dalam
mengunyah makanan.

Fungsi alat pencernaan dan kelenjar-kelenjarnya juga sudah menurun sehingga harus
dipilih makanan yang mudah dicerna dan tidak memberatkan fungsi kelenjar
pencernaan. Keperluan energi pada USILA sudah menurun, oleh sebab itu konsumsi
makanan untuk USILA secara kuantitas tidak sama dengan pada kelompok rentan yang
lain. Oleh karena itu, kualitas makanan atau keseimbangan zat gizi harus dijaga.
Berkurangnya kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan gigi atau ompong.
Berkurangnya indera pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap cita rasa manis,
asin, asam, dan pahit. Esophagus/kerongkongan mengalami pelebaran. Rasa lapar
menurun, asam lambung menurun. Gerakan usus atau gerak peristaltic lemah dan
biasanya menimbulkan konstipasi serta penyerapan makanan di usus menurun.

Berkurangnya sekresi empedu menyebabkan pencernaan lemak menjadi lebih lambat.


Absorbsi lemak dan vitamin ADEK menjadi menurun. Kemampuan mencerna protein
juga semakin menurun, karena rendahnya sekresi pepsin dan enzim proteolitik.

Selain faktor –faktor fisiologis tersebut di atas, ada pula faktor psikososial yang membuat
kaum manula rawan gizi. Manula sering mengalami depresi karena perasaan kehilangan,
Misalnya: kehilangan rasa cinta karena meninggalnya pasangan hidupnya atau
ditinggalkan anak – anak yang sudah pada berumah tangga. Selain itu mereka juga
merasa tidak produktif lagi dan mobilisasi berkurang karena pensiun, sehingga seolah –
olah menjadi individu yang tidak berharga lagi. Akibat paling buruk dari keadaan depresi
seperti ini adalah mereka mulai menghindari makanan atau tidak mau makan, sehingga
status gizi dan kesehatan semakin merosot. Pendapatan di hari tua (pensiun) seringkali
tidak cukup sehingga akan memperburuk keadaan gizi manula. Mereka tidak bisa lagi
memilih dan mengkonsumsi makanan yang berkualitas.

Masalah Gizi pada Lansia

1) Gizi berlebih

Gizi berlebih pada lansia banyak terjadi di negara-negara barat dan kota-kota besar.
Kebiasaan makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan berlebih, apalai
pada lansia penggunaan kalori berkurang karena berkurangnya aktivitas fisik. Kebiasaan
makan itu sulit untuk diubah walaupun disadari untuk mengurangi makan. Kegemukan
merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit, misalnya : penyakit jantung, kencing
manis, dan darah tinggi.

2) Gizi kurang

Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah social ekonomi dan juga karena
gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan
menyebabkan berat badan kurang dari normal. Apabila hal ini disertai dengan
kekurangan protein menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki,
akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun, kemungkinan akan
mudah terkena infeksi.

3) Kekurangan vitamin

Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan ditambah dengan
kekurangan protein dalam makanan akibatnya nafsu makan berkurang, penglihatan
menurun, kulit kering, penampilan menjadi lesu dan tidak bersemangat.

Perencanaan Makanan untuk Lansia

Perencanaan makan untuk kelompok lanjut usia secara umum adalah berikut ini:

a. Makanan harus mengandung zat gizi dari makanan yang beraneka ragam, yang
terdiri dari : zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.

b. Perlu diperhatikan porsi makanan, jangan terlalu kenyang. Porsi makan hendaknya
diatur merata dalam satu hari sehingga dapat makan lebih sering dengan porsi yang
kecil.

c. Banyak minum dan kurangi garam, dengan banyak minum dapat memperlancar
pengeluaran sisa makanan, dan menghindari makanan yang terlalu asin akan
memperingan kerja ginjal serta mencegah kemungkinan terjadinya darah tinggi.

d. Batasi makanan yang manis-manis atau gula, minyak dan makanan yang berlemak
seperti santan, mentega dll.

Bagi pasien lansia yang proses penuaannya sudah lebih lanjut perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :

- Makanlah makanan yang mudah dicerna Hindari makanan yang terlalu manis,
gurih, dan goring-gorengan Bila kesulitan mengunyah karena gigirusak atau gigi palsu
kurang baik, makanan harus lunak/lembek atau dicincang. Makan dalam porsi kecil
tetapi sering makanan selingan atau snack, susu, buah, dan sari buah sebaiknya
diberikan.

- Batasi minum kopi atau teh, boleh diberikan tetapi harus diencerkan sebab berguna
pula untuk merangsang gerakan usus dan menambah nafsu makan.
- Makanan mengandung zat besi seperti : kacang-kacangan, hati, telur, daging
rendah lemak, bayam, dan sayuran hijau.

Lebih dianjurkan untuk mengolah makanan dengan cara dikukus, direbus, atau
dipanggang kurangi makanan yang digoreng

10.5 Kebutuhan Gizi pada Lansia


1. Kalori

Kecepatan metabolisme basal pada orang-orang berusia lanjut menurun sekitar 15-20%,
disebabkan berkurangnya massa otot dan aktivitas. OKI, Kebutuhan kalori untuk lansia
laki-laki sebanyak 1960 kal, sedangkan untuk lansia wanita 1700 kal. Bila jumlah kalori
yang dikonsumsi berlebihan, maka sebagian energi akan disimpan berupa lemak,
sehingga akan timbul obesitas. Sebaliknya, bila terlalu sedikit, maka cadangan energi
tubuh akan digunakan, sehingga tubuh akan menjadi kurus.

2. Protein

Secara umum kebutuhan protein bagi orang dewasa per hari adalah 1 gram per kg berat
badan. Pada lansia, masa ototnya berkurang. Tetapi kebutuhan tubuhnya akan protein
tidak berkurang, bahkan harus lebih tinggi dari orang dewasa, karena pada lansia
efisiensi penggunaan senyawa nitrogen (protein) oleh tubuh telah berkurang
(disebabkan pencernaan dan penyerapannya kurang efisien). Beberapa penelitian
merekomendasikan, untuk lansia sebaiknya konsumsi proteinnya ditingkatkan sebesar
12-14% dari porsi untuk orang dewasa.

3. Lemak

Konsumsi lemak yang dianjurkan adalah 30% atau kurang dari total kalori yang
dibutuhkan. Konsumsi lemak total yang terlalu tinggi (lebih dari 40% dari konsumsi
energi) dapat menimbulkan penyakit atherosclerosis (penyumbatan pembuluh darah ke
jantung). Juga dianjurkan 20% dari konsumsi lemak tersebut adalah asam lemak tidak
jenuh (PUFA = poly unsaturated fatty acid).

Konsumsi lemak yang dianjurkan adalah 30% atau kurang dari total kalori yang
dibutuhkan. Konsumsi lemak total yang terlalu tinggi (lebih dari 40% dari konsumsi
energi) dapat menimbulkan penyakit atherosclerosis (penyumbatan pembuluh darah ke
jantung).

Juga dianjurkan 20% dari konsumsi lemak tersebut adalah asam lemak tidak jenuh
(PUFA = poly unsaturated fatty acid).

4. Karbohidrat dan Serat Makanan

Salah satu masalah yang banyak diderita para lansia adalah sembelit atau konstipasi
(susah BAB) dan terbentuknya benjolan-benjolan pada usus. Serat makanan telah
terbukti dapat menyembuhkan kesulitan tersebut. Sumber serat yang baik bagi lansia
adalah sayuran, buah-buahan segar dan biji-bijian utuh.
Lansia dianjurkan untuk mengurangi konsumsi gula-gula sederhana dan menggantinya
dengan karbohidrat kompleks, yang berasal dari kacang-kacangan dan biji-bijian.

5. Vitamin dan Mineral

Umumnya lansia kurang mengkonsumsi vitamin A, B1, B2, B6, niasin, asam folat, vitamin
C, D, dan E umumnya kekurangan ini terutama disebabkan dibatasinya konsumsi
makanan, khususnya buah-buahan dan sayuran, kekurangan mineral yang paling banyak
diderita lansia adalah kurang mineral kalsium yang menyebabkan kerapuhan tulang dan
kekurangan zat besi menyebabkan anemia. Kebutuhan vitamin dan mineral bagi lansia
menjadi penting untuk membantu metabolisme zat-zat gizi yang lain. Sayuran dan buah
hendaknya dikonsumsi secara teratur sebagai sumber vitamin, mineral dan serat.

6. Air

Cairan dalam bentuk air dalam minuman dan makanan sangat diperlukan tubuh untuk
mengganti yang hilang (dalam bentuk keringat dan urine), membantu pencernaan
makanan dan membersihkan ginjal (membantu fungsi kerja ginjal). Pada lansia
dianjurkan minum lebih dari 6-8 gelas per hari.

Topik 10. Gizi Lebih Dan Obesitas

Latar belakang
Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh
yang berlebihan. Obesitas adalah kelebihan berat lebih dari 120% berat badan ideal (BBI)
atau berat badan yg diinginkan. Obesitas adalah kondisi kronis akibat penumpukan
lemak dalam tubuh yang sangat tinggi. Obesitas terjadi karena asupan kalori yang lebih
banyak dibanding aktivitas membakar kalori, sehingga kalori yang berlebih menumpuk
dalam bentuk lemak. Kondisi tersebut dalam waktu lama menambah berat badan hingga
mengalami obesitas. Penumpukan lemak tubuh ini meningkatkan risiko gangguan
kesehatan serius, seperti penyakit jantung, diabetes, atau hipertensi. Obesitas juga
dapat menyebabkan gangguan kualitas hidup dan masalah psikologi, seperti kurang
percaya diri hingga depresi.

Seseorang dewasa dinyatakan mengalami obesitas, jika indeks massa tubuh (IMT) lebih
dari 25. Perhitungan tersebut didapat dengan membandingkan berat badan dengan
tinggi badan. Nilai IMT ini digunakan untuk mengetahui berat badan seseorang normal,
kurang atau berlebih, hingga obesitas. Namun, ukuran IMT tersebut dapat tidak akurat
untuk beberapa orang, karena IMT tidak mengukur lemak tubuh secara langsung.

Masalah obesitas semakin meningkat di dunia. Hal ini menjadi tantangan yang besar
dalam mencegah pertumbuhan penyakit kronis di dunia. Obesitas juga dipicu
pertumbuhan industri dan ekonomi, serta perubahan gaya hidup, asupan nutrisi yang
semakin banyak dari makanan olahan, atau diet dengan tinggi kalori. Berdasarkan data
WHO tahun 2016, sekitar 650 juta penduduk berusia dewasa mengalami obesitas,
sedangkan 340 juta anak-anak dan remaja usia 5 hingga 19 tahun mengalami berat
badan berlebih. Di Indonesia sendiri, pada tahun 2010, diperkirakan terdapat 23% orang
dewasa mengalami obesitas, dan wanita lebih banyak yang mengalaminya dibanding
dengan pria.

Masalah obesitas ini terkait dengan peningkatan jumlah kematian akibat penyakit
jantung dan pembuluh darah, diabetes melitus, serta beberapa penyakit kanker.
Jumlah kematian penderita obesitas yang disertai sejumlah penyakit tersebut lebih
banyak dibanding penderita dengan berat badan yang normal.

Penanganan obesitas ditujukan untuk mencapai dan mempertahankan berat badan yang
normal dan sehat. Untuk tujuan ini, maka perlu dilakukan perubahan pola makan dan
peningkatan aktivitas fisik. Selain itu, perubahan perilaku juga diperlukan untuk
mengatasi masalah psikologis terkait berat badan melalui konseling. Penurunan berat
badan, meski dalam jumlah kecil, dan mempertahankannya secara stabil dapat
mengurangi risiko mengalami komplikasi penyakit terkait obesitas.

Pengertian Obesitas
OBESITAS

Definisi Obesitas

Obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang umumnya ditimbun dalam
jaringan subkutan (bawah kulit), sekitar organ tubuh dan kadang terjadi perluasan ke
dalam jaringan organnya (Misnadierly, 2007). Menurut WHO Obesitas adalah
penumpukan lemak yang berlebihan ataupun abnormal yang dapat mengganggu
kesehatan. Menurut Myers (2004), seseorang yang dikatakan obesitas apabila terjadi
pertambahan atau pembesaran sel lemak tubuh mereka

Obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan ketidak seimbangan antara


tinggi dan berat badan akibat jaringan lemak dalam tubuh sehingga terjadi kelebihan
berat badan yang melampaui ukuran ideal (Sumanto, 2009).

Terjadinya obesitas lebih ditentukan oleh terlalu banyaknya makan, terlalu


sedikitnya aktivitas atau latihan fisik, maupun keduanya (Misnadierly, 2007). Dengan
demikian tiap orang perlu memperhatikan banyaknya masukan makanan (disesuaikan
dengan kebutuhan tenaga sehari-hari) dan aktivitas fisik yang dilakukan. Perhatian lebih
besar mengenai kedua hal ini terutama diperlukan bagi mereka yang kebetulan berasal
dari keluarga obesitas, berjenis kelamin wanita, pekerjaan banyak duduk, tidak senang
melakukan olahraga, serta emosionalnya labil.

Definisi Obesitas Obesitas dan kelebihan berat badan telah di dekade terakhir
menjadi masalah global – menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kembali pada
tahun 2005 sekitar 1,6 miliar orang dewasa diatas usia 15 + adalah kelebihan berat
badan, setidaknya 400 juta orang dewasa yang gemuk dansetidaknya 20 juta anak di
bawah usia 5 tahun yang kelebihan berat badan.Para ahli percaya jika kecenderungan ini
terus berlangsung pada tahun 2015 sekitar 2,3 miliar orang dewasa akan kelebihan berat
badan dan lebih dari 700 juta akan obesitas. Skala masalahobesitas memiliki sejumlah
konsekuensi serius bagi individu dan sistem kesehatan pemerintah

B. Tipe-Tipe Obesitas

Tipe pada obesitas dapat dibedakan menjadi 2 klasifikasi, yaitu:

1. Tipe obesitas berdasarkan bentuk tubuh dan

2. Tipe obesitas berdasarkan keadaan sel lemak.

1. Tipe Obesitas Berdasarkan Bentuk Tubuh

a. Obesitas tipe buah apel (Apple Shape)

Type seperti ini biasanya terdapat pada pria. dimana lemak tertumpuk di sekitar perut.
Resiko kesehatan pada tipe ini lebih tinggi dibandingkan dengan tipe buah pear
(Gynoid),

b. Obesitas tipe buah pear (Gynoid)

Tipe ini cenderung dimiliki oleh wanita, lemak yang ada disimpan di sekitar
pinggul dan bokong. Resiko terhadap penyakit pada tipe gynoid umumnya kecil.

c. Tipe Ovid (Bentuk Kotak Buah)

Ciri dari tipe ini adalah "besar di seluruh bagian badan". Tipe Ovid umumnya terdapat
pada orang-orang yang gemuk secara genetic.

2. Tipe Obesitas Berdasarkan Keadaan Sel Lemak

a. Obesitas Tipe Hyperplastik

Obesitas terjadi karena jumlah sel lemak yang lebih banyak dibandingkan keadaan
normal.

b. Obesitas Tipe Hypertropik

Obesitas terjadi karena ukuran sel lemak menjadi lebih besar dibandingkan
keadaan normal,tetapi jumlah sel tidak bertambah banyak dari normal.

Obesitas Tipe Hyperplastik Dan Hypertropik Obesitas terjadi karena jumlah dan ukuran
sel lemak melebihi normal.
Pembentukan sel lemak baru terjadi segera setelah derajat hypertropi mencapai
maksimal dengan perantaraan suatu sinyal yang dikeluarkan oleh sel lemak yang
mengalami hypertropik.

C. Gejala Timbulnya Obesitas

Penimbunan lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam dinding


dada bisa menekan paru-paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas,
meskipun penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan. Gangguan pernafasan bisa
terjadi pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu
(tidur apneu), sehingga pada siang hari penderita sering merasa ngantuk. Obesitas bisa
menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri punggung bawah dan
memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut dan pergelangan kaki).
Juga kadang sering ditemukan kelainan kulit.

Seseorang yang menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif lebih sempit
dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang
secara efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak. Sering ditemukan edema
(pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan pergelangan
kaki.

D. Penyebab Timbulnya Obesitas

Obesitas dapat terjadi karena faktor internal dan eksternal. Penyebab-penyebab tersebut
antara lain adalah:

1. Internal
a. Genetik

Seperti kondisi medis lainnya, obesitas adalah perpaduan antara genetik dan
lingkungan. Gen yang ditemukan diduga dapat mempengaruhi jumlah dan besar sel
lemak, distribusi lemak dan besar penggunaan energi untuk metabolisme saat tubuh
istirahat. Polimorfisme dalam variasi gen mengontrol nafsu makan dan metabolisme
menjadi predisposisi obesitas ketika adanya kalorui yang cukup.Prader-Willi Syndrome
Selain itu, obesitas terjadi pada penderita Sindrom Prader-Willi adalah penyakit genetic
yang menimpa kira-kira satu dari 15 ribu kelahiran. Mutasi gen terjadi pada kromosom
ke 15 yang mengatur nafsu makan. Sindrom ini dikenali sebagai gen penyebab obesitas
pada anak kecil. Symptoms yang timbul akibat sindrom ini disebabkan oleh disfungsi
hipotalamus yang salah satu fungsinya adalah mengatur rasa lapar.

Jenis Kelamin
Jenis kelamin berpengaruh terhadap obesitas. Pria memiliki lebih banyak otot
dibandingkan dengan wanita. Otot membakar lebih banyak lemak daripada sel-sel lain.
Oleh karena wanita lebih sedikit memiliki otot, maka wanita memperoleh kesempatan
yang lebih kecil untuk membakar lemak. Hasilnya, wanita lebih berisiko mengalami
obesitas.

b. Kelainan endokrin

1) Hipotiroidisme

Hipotiroidisme terjadi ketika kelenjar tiroid tidak memproduksi hormone tiroid sesuai
kebutuhan tubuh.

Oleh karena itu, apabila hormone tiroid yang dihasilkan tidak sesuai dengan kebutuhan
tubuh, pertumbuhan akan terganggu. Hormon tiroid sangat dibutuhkan untuk
pertumbuhan tubuh. Terganggunya produksi hormon ini dapat mempengaruhi
metabolisme, perkembangan otak, pernafasan, system jantung dan saraf, temperature
tubuh, kekuatan otot, kulit, sirkulasi menstruasi pada wanita, berat badan, dan tingkat
kolesterol. Produksi hormone tiroid diatur oleh hormone TSH yang diproduksi oleh
hipofisis anterior. TSH akan merangsang kelenjar tiroid untuk mensekresi hormone tiroid,
yaitu triidotironin (T3) dan tiroksin (T4). Apabila dalam darah terdapat sedikit hormone
tiroid tersebut, maka kadar TSH akan meningkat untuk merangsang kelenjar tiroid
mensekresi hormone tiroid. Sebaliknya, apabila dalam darah telah cukup atau bahkan
lebih banyak terdapat hormone tiroid, kadar TSH akan menurun. Sekresi TSH diatur oleh
hormone hipotalamus, yaitu TRH. Penurunan respons hipofisis terhadap TRH sangat
jarang terjadi. Yang terjadi pada hipotiroidisme adalah kadar TSH meningkat akibat dari
fungsi kelenjar tiroid yang menurun. Selain itu, hipotiroidisme dapat disebabkan oleh
kelenjar hipofisis tidak bekerja dengan normal. Terganggunya kerja hipofisis dapat
menyebabkan produksi TSH terganggu dan akibatnya kelenjar tiroid pun akan
terganggu. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, hipotiroidisme menyebabkan
metabolisme tubuh terganggu. Hipotiroidisme menyebabkan kecepatan metabolisme
karbohidrat dan lemak menurun. Hal ini akan menyebabkan obesitas. Hipotiroidisme
yang berat disebut Miksedema.

2) Sindrom Cushing

Sindrom Cushing disebabkan karena kadar cortisol berlebih. Hipotalamus


mensekresikan CRH (Coticotropin releasing hormone) ke hipofisis. CRH menyebabkan
hipofisis mensekresi ACTH (Adrenocorticotropin hormone) yang menstimulus kelenjar
adrenal menghasilkan cortisol ke dalam darah. Tanda-tanda dan keluhan yang terjadi
antara lain obesitas di bagian atas tubuh, wajah membulat, kulit terluka dengan mudah,
lemah tulang, mentruasi tidak teratur pada wanita, dan

infertilitas pada pria.


3) Kelainan pada Hipotalamus

Pusat makan dan kenyang, yang mengatur rasa lapar dan kenyang, terdapat pada
hipotalamus. Pusat kenyang berfungsi menghambat pusat makan, begitu pula
sebaliknya. Yang mengatur semua hal tersebut adalah polipeptida. Polipeptida tersebut
antara lain adalah neuropeptida Y dan Leptin. Neuropeptida Y meningkatkan nafsu
makan sedangkan leptin menurunkan nafsu makan dan meningkatkan konsumsi energi.
Obesitas terjadi apabila leptin tidak tersedia di otak atau rusak. Yang terjadi adalah gen
reseptor leptin mengalami defek. Reseptor leptin terdapat pada jaringan adipose coklat.
Kemungkinan lainnya adalah terganggunya transportasi leptin ke dalam otak atau defek
dalam mekanisme yang diaktifkan oleh gen manusia. Leptin menyebabkan peningkatan
lipólisis dan penurunan lipogenesis. Selain itu, leptin merangsang sekresi insulin.

2. Eksternal

a. Gaya hidup atau Tingkah Laku

Kemajuan teknologi, seperti adanya kendaraan bermotor, lift, dan lain sebagainya
dapat memicu terjadinya obesitas karena kurangnya aktifitas fisik yang dilakukan oleh
sesorang. Gaya hidup yang seperti ini yang meningkatkan risiko obesitas. Mengonsumsi
makanan junk food juga dapat menyebabkan obesitas karena pada umumnya berkalori
tingggi.

b. Lingkungan dan faktor lain

Obesitas juga dapat disebabkan oleh emosi. Orang mungkin makan berlebihan
ketika depresi, merasa putus asa, marah, bosan, dan berbagai sebab lain yang
sebenarnya tidak butuh makan. Ini umum terjadi pada wanita muda. Perasaan mereka
berpengaruh terhadap kebiasaan makanya. Selain itu, factor ststus sosial dan ekonomi
sangat memengaruhi. Pada masyarakat menengah ke bawah, obesitas sangat identik
dengan makmur. Namun, pada masyarakat modern, obesitas adalah hal yang harus
dihindari.

E. Cara pengukuran Obesitas

Pada umumnya Obesitas dapat dibagi atas dua kelompok besar, yaitu Obesitas tipe
Android dan Obesitas tipe Gynoid.

1. Obesitas tipe Android

Badan berbentuk gendut seperti gentong atau buah apel, perut membuncit
kedepan, banyak didapatkan pada kaum pria, sehingga disebut pula obesitas tipe pria
atau male type obesity. Tipe ini cenderung mengakibatkan penyakit jantung koroner,
diabetes, dan stroke. Nama lain obesitas tipe ini adalah obesitas tipe sentral (central
obesity), abdominal obesity, atau visceral obesity.

Disebut obesitas viseral karena penimbunan lemak terjadi di dalam rongga perut
(abdomen), tepatnya di sekitar omentum usus (viseral). Lemak viseral yang berlebihan ini
memperoleh suplai darah dari pembuluh darah omentum, dan mengeluarkan banyak
bahan kimia dan hormone ke dalam peredaran darah. Banyaknya lemak yang tertimbun
dalam rongga perut mencerminkan makin lebarnya lingkaran pinggang (waist
circumference) orang itu.

2. Obesitas tipe Gynoid

Banyak dijumpai pada kaum wanita, terutama yang telah masuk masa menopause,
panggul dan pantatnya besar, dari jauh tampak seperti buah pir. Tipe ini dinamakan juga
obesitas tipe wanita ataufemale-type obesity. Nama lain tipe ini adalah obesitas tipe
perifer (peripheral obesity), atau gluteal obesity (dari kata gluteus yang berarti pantat).

Adapun cara menentukan derajat obesitas yang paling sering dipakai adalah dengan
mengukur Body Mass Index atau BMI, yaitu dengan mengukur tinggi badan (dalam
meter) dan berat badan (dalam kilogram), kemudian membagi berat badan dengan
kuadrat dari tinggi badan. Lihat Rumus dibawah ini:

BMI = Berat Badan / ((Tinggi Badan (m)) x (Tinggi Badan (m)))

Contoh seseorang dengan berat badan 70 kg dan tinggi badan 160 cm, maka
didapatkan

BMI = 70 / (1.6 x 1.6) = 27.3 (Gemuk)

KLASIFIKASI BMI
OBESITAS WHO POPULER / UMUM (kg/m2)
Underweight Kurus < 18,5
Healthy weight Normal 18,5 – 24,9
Obesitas derajat 1 Overweight / Gemuk 25 – 29,9
Obesitas derajat 2 Obesitas 30 – 39,9
Obesitas derajat 3 Obesitas Morbid / Berat > 40

Menurut WHO, BMI orang normal adalah 18,5 – 24,9. BMI kurang dari 18,5 dikatakan
kurus. Sedangkan BMI 25 keatas disebut obesitas, yang dibagi pula dalam obesitas
derajat satu (BMI 25 – 29,9), obesitas derajat dua (BMI 30 – 39,9), dan obesitas derajat
tiga atau morbid / severe obesity (BMI 40 atau lebih). Untuk lebih rincinya, berikut adalah
table klasifikasi obesitas menurut WHO dan umum:

Berat badan yang sehat, normal, atau ideal (Healthy Weight) adalah berat badan
yang bukan Underweight, bukan pula Overweight (Kegemukan) atau obesitas, berarti
BMI 20 – 25, lingkar pinggang dibawah 88 cm untuk wanita dan di bawah 102 cm untuk
pria.

Mekanisme terjadinya obesitas dan Penanggulangannya


Mekanisme terjadinya obesitas

Obesitas terjadi karena energi intake lebih besar dari energi expenditure. Apapun
penyebabnya, yang menjadikan seseorang obesitas pada dasarnya adalah energi intake
atau masukan yang didapat dari makanan atau lainnya lebih besar dibandingkan energi
expenditure atau energi yang dikeluarkan.

Mekanisme dasar terjadinya kegemukan adalah masukan kalori yang melebihi


pemakaian kalori untuk memelihara dan pemulihan kesehatan yang ,berlangsung lama.
Kelebihan kalori tersebut akan disimpan dalam bentuk lemak, yang lama kelamaan akan
mengakibatkan kegemukan.

G. Penyakit-penyakit yang timbul akibat obesitas

Namun, berapa pun pertambahan berat badan Anda dan menimbulkan obesitas, semua
memiliki dampak buruk bagi kesehatan. Pasalnya, obesitas memicu beragam penyakit di
dalam tubuh. Dikutip dari Times of India, setidaknya ada 10 penyakit yang muncul dari
kondisi seseorang yang mengalami kegemukan:

1. Diabetes tipe 2.

Banyak studi mengungkapkan obesitas berkaitan dengan risiko Diabetes melitus.


Bahkan, jika sudah kena penyakit ini maka bisa menjalar untuk mengalami komplikasi
penyakit yang lebih serius. Misalnya serangan jantung, stroke, kebutaan, gagal ginjal,
hingga kerusakan saraf yang berujung amputasi.

2. Serangan jantung. Lemak dalam tubuh bisa menutupi pembuluh darah jantung
dan menyumbatnya. Ini yang kemudian menyebabkan serangan jantung koroner.

3. Hipertensi. Orang gemuk cenderung memiliki tekanan darah tinggi. Hal ini bisa
diatasi dengan mengurangi berat badan dan berolahraga.

4. Sleep apnea. Tandanya adalah sulit tidur nyenyak dan suka mengorok saat tidur.
Ini adalah gangguan pernafasan yang membuat jalan udara seakan berhenti beberapa
kali kala terlelap. Sleep apne dikaitkan dengan kemunculan hipertensi, gagal jantung,
dan penyakit lainnya.
5. Asam urat. Orang obesitas empat kali lebih berisiko mengalami asam urat atau
gout. Penyakit ini menyerang sendi yang diakibatkan tingginya kadar purin di daerah
sendi. Sendi bisa bengkak, memerah, dan nyeri. Mengurangi berat badan bisa menjadi
salah satu solusi.

6. Kolesterol tinggi. Kegemukan cenderung memicu tingginya kolesterol jahat (LDL)


ketimbang kolesterol baik (HDL). Banyaknya kolesterol jahat menjadi penyebab penyakit
kardiovaskular dan stoke.

7. GERD atau refluks asam. Obesitas meningkatkan refluks karena lemak perut
memberikan tekanan pada cincin otot yang ada di bawah kerongkongan. Ukuran tabung
cincin ini sekitar 10 inci yang menghubungkan tenggorokan ke perut. Dalam kondisi
tidak obesitas, fungsinya mencegah kembalinya asam lambung ke kerongkongan.

8. Osteoarthritis. Kelebihan berat badan menyebabkan sendi mengalami tekanan


berlebih untuk menopang tubuh. Akibatnya, dimungkinkan sendi mengalami
osteoarthritis yang justru akan merusaknya dalam jangka panjang.

9. Kanker. Obesitas punya peran penting dalam pembentukan sel kanker secara aktif.
Dan, risiko kanker yang kerap ditemui pada tubuh gemuk adalah kanker usus, payudara,
dan tenggorokan.

10. Gagal jantung. Peningkatan indeks massa tubuh dikaitkan dengan peningkatan
risiko gagal jantung.

H. Cara penanggulangan obesitas

Menurut perhimpunan Studi Obesitas Indonesia atau Indonesian Society for the
Study of Obesity, penanganan kegemukan dilaksanakan berpedoman pada lima prinsip
yaitu:

1. Motivasi

Jika seseorang menganggap gemuk bukan hal yang merisaukan, tentu program
penurunan berat badan tidak akan berhasil. Sebagai contoh ada seorang pembawa acara
yang berbadan gemuk dan senang akan kondisi tubuhnya. Beberapa kali diwawancarai,
yang bersangkutan dengan semangat mengatakan bahwa ia tidak akan menurunkan
berat badannya. Tetapi apa yang terjadi? Saat ini terlihat sang presenter kurus akibat
mengalami penyakit tertentu.

Sebelum memulai program penurunan berat badan, pertama-tama yang harus


diubah adalah pola pikir dari orang gemuk. Motivasi menjadi kurus harus kuat tertanam
di dalam dirinya, bukan sekedar ikut-ikutan karena misalnya baru saja membaca tulisan
ini. Motivasi ini bis diperkuat dengan bergabung dalam kelompok mereka yang
mempunyai program sama, berdiskusi dengan pakarnya, dan lain sebagainya. Biasanya
dalam kelompok, para anggota bisa saling mengingatkan dan saling berkompetisi.
Begitu pula dengan adanya pakar dalam kelompok tersebut, usaha yang dilakukan
menjadi sistematik dan terarah. Adalah lebih baik jika penurunan berat badan dilakukan
pada saat belum mengalami kondisi penyakit tertentu, bukan akibat dari penyakit yang
diderita.

2. Pengaturan Diet

Makin gemuk seseorang maka makin mudah untuk merasa lapar. Ini karena
pengaruh zat/hormon yang terdapat dalam sel-sel lemak. Maka usaha pembatasan diet
harus dilakukan sesegera mungkin. Jika yang bersangkutan menganggap bahwa usaha
pembatasan diet bisa dilakukan kapan saja (tetapi tidak saat ini), tentu usahanya menjadi
lebih sulit. Karena itu, pada saat ini juga, tetapkanlah bahwa saya harus membatasi diet
saya, sebelum menjadi lebih gemuk lagi dengan risiko lebih susah lagi untuk berdiet.
Carilah makanan yang rendah kalori. Mulailah hari kita hanya dengan mengonsumsi
setengah dari porsi makan Anda sehari-hari. Semua porsi yang kita makan dikurangi
separoh. Itu saja. Jangan lupa pula membatasi makanan manis, asin, dan lemak. Tetapi
harus diingat, jangan sampai kebablasan mengatasi kegemukan. Anjuran WHO, jumlah
penurunan massa tubuh yang baik dan aman adalah sekitar setengah hingga 1 kg per
minggu.

3. Pola Hidup Sehat

Selain pengaturan diet, biasakanlah menimbang badan Anda untuk mengevaluasi


usaha Anda. Hal ini kelihatan sepele namun memberi efek yang tidak kalah besarnya
dengan program diet itu sendiri. Begitu pula dengan berolahraga, lakukan dengan baik
dan benar.

4. Terapi Kedokteran

Meskipun banyak obat-obatan yang ditawarkan agar bisa menjadi langsing, namun
sebaiknya sebelum menggunakan obat-obatan, berkonsultasi dulu dengan dokter.
Tanyakanlah bagaimana cara kerja, efek samping, atau bahaya jika obat tersebut secara
berlebihan terdapat dalam tubuh. Obat yang cocok pada seseorang belum tentu cocok
dan sesuai pada orang lain. Lagi pula, program penurunan berat badan tidak bisa hanya
bergantung pada obat-obatan.

5. Pembedahan

Pembedahan berupa pengambilan lemak perut (omentum) dilakukan jika


seseorang telah memiliki BMI sama atau lebih dari 40. Selain itu bisa juga dilakukan pada
BMI kurang dari 35 jikalau telah memiliki penyakit yang bisa mengancam jiwa akibat
berat tubuh berlebihan.

I. Program Pemerintah
Program Nasional di bidang kesehatan :

a. Lingkungan sehat,Perilaku sehat,dan pemberdayaan masyarakat

b. Upaya Kesehatan

c. Perbaikan Gizi Masyarakat

d. Sumber Daya Kesehatan

e. Obat,Makan dan Bahan Berbahaya

f. Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan

Pogram Kesehatan Kota Makassar

a. Peningkatan Sarana dan Prasarana

b. Pencegahan dan Pemberantasan penyakit menular

c. Penanggulangan Gizi Buruk

d. Kesehatan Ibu dan Anak

Peranan utama kesehatan adalah memelihara dan meningkatkan kesehatan


segenap warga negaranya yaitu setiap individu, keluarga dan masyarakat Indonesia
tanpa meninggalkan upaya penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan dan
perbaikan kualitas lingkungannya.

Titik berat Pembangunan Nasional yang telah dicanangkan oleh Presiden RI


pada tanggal 1 Maret 1999 yaitu Pembangunan Nasional Berwawasan Kesehatan yang
artinya setiap sektor harus mempertimbangkan aspek kesehatan dalam setiap program
pembangunan. Hal ini berarti pula kesehatan merupakan bagian integral dari program
pembangunan nasional (Propenas) yang juga telah ditetapkan melalui Undang-undang
Nomor 25 Tahun 2000.

Namun, meskipun sudah dicanangkannya berbagai program kesehatan baik


tingkat nasional maupun provensi dan kab/kota tapi belum juga menunjukkan hasil yang
signifikan dalam hal penurunan prevalensi Obesitas.Prevalensi obesitas di Indonesia
mengalami peningkatan mencapai tingkat yang membahayakan. Ditinjau dari Prevalensi
obesitas di Indonesia yang terus mengalami peningkatan mencapai tingkat yang
membahayakan. Ini menunjukkan bahwa pemerintah belum mampu menangani kasus
penderita Obesitas.Berdasarkan data SUSENAS tahun 2004 prevalensi obesitas pada
anak telah mencapai 11%. Di Indonesia hingga tahun 2005 prevalensi gizi baik 68,48%,
gizi kurang 28%, gizi buruk 88%, dan gizi lebih 3,4% (Data SUSENAS, 2005).
Sedangkan berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007,
prevalensi nasional obesitas umum pada penduduk berusia ≥ 15 tahun adalah 10,3%
terdiri dari (laki-laki 13,9%, perempuan 23,8%). Sedangkan prevalensi berat badan
berlebih anak-anak usia 6-14 tahun pada laki-laki 9,5% dan pada perempuan 6,4%.
Angka ini hampir sama dengan estimasi WHO sebesar 10% pada anak usia 5-17 tahun.

Menurut data Susenas tahun 1995 dan 1998 di Sulawesi Selatan. angka
kegemukan cukup tinggi, yaitu dari 4,7% ke 6,22% dengan menggunakan indikator BB/U
median baku WHO-NCHS. Hal ini menunjukkan jika masalah tersebut tidak segera
diatasi, maka beban pemerintah khususnya Departemen Kesehatan akan semakin
bertambah (Kanwil Depkes,1998). Sedangkan prevalensi obesitas pada kelompok umur
6-14 tahun berdasarkan Riskesdar 2007 di Sul-Sel terdapat 7,4% laki-laki dan 4,8%
perempuan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, pada tahun 2005, secara
global ada sekitar 1,6 miliar orang dewasa yang kelebihan berat badan atau overweight
dan 400 juta di antaranya dikategorikan obesitas.

Penelitian Obesitas yang dilakukan di RSUP.DR Wahidin Sudirohusodo


Makassar Tahun 2007 selama kurang lebih 1 bulan (21 Mei – 21 Juni 2007) bahwa ada 68
responden yang obesitas.

Data-data tersebut merupakan indicator penilaian bahwa belum berhasilnya


program-program pemerintah di bidang kesehatan khususnya status gizi karena
prevalensi penderita obesitas masih meningkat tiap tahunnya.

Preskripsi Diet Obesitas


- Menghitung kebutuhan energi, kemudian menguranginya sebanyak 500 – 700
kalori, utk menurunkan BB

- Memilih makanan yg memiliki kalori rendah dgn indeks kekenyangan yang tinggi,
seperti: havermut, beras merah, ikan,dll

- Protein, lemak essensial, vitamin, mineral, dan air harus tetap seimbang sesuai
dengan kebutuhan

- Meningkatkan aktivitas sehari-hari untuk dapat mengubah simpanan lemak


dalam tubuh secara permanen.

Tabel 2. Jenis Makanan dengan Indeks Kekenyangan

Nama makanan Indeks kekenyangan (%)

(standar: roti putih 100%)


Produk roti

1.Cake 65
2.Donat 68

3.Cookies 120
Kaya Hidratarang

1.Roti putih 100

2.Kentang goreng 116

3.Nasi putih 138

4.Roti gandum utuh 157

5.Kentang rebus 323


1.Kacang 84

2.Yogurt 89

3.Es krim 96

4.Pop corn 154


1.Bubur havermut 209

2.Telur 150

3.Keju 146

4.Daging sapi 176

5.Ikan 225
1.Pisang 118

2.Buah anggur 162

3.Apel 197

4.Jeruk 202

Topik 11. Gizi dan Penyakit Infeksi (HIV-AIDS)

Latar Belakang
Latar Belakang

Kekurangan gizi menghambat respons imunitas dan meningkatkan resiko penyakit


infeksi dan sebaliknya pemberian zat gizi dapat memperbaiki/meningkatkan imunitas
tubuh, Contoh: Penelitian pada anak-anak di Afrika yang positif terinfeksi HIV
menunjukkan bahwa pemberian vitamin A meningkatkan jumlah limposit total dan juga
jumlah subpopulasi T-cell setelah 4 minggu pasca-pemberian vitamin A.
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan
tubuh yang selanjutnya melemahkan kemampuan tubuh melawan infeksi dan penyakit.
Obat atau metode penanganan HIV belum ditemukan. Dengan menjalani pengobatan
tertentu, pengidap HIV bisa memperlambat perkembangan penyakit ini, sehingga
pengidap HIV bisa menjalani hidup dengan normal. AIDS (Acquired Immune Deficiency
Syndrome) adalah kondisi di mana HIV sudah pada tahap infeksi akhir. Ketika seseorang
sudah mengalami AIDS, maka tubuh tidak lagi memiliki kemampuan untuk melawan
infeksi yang ditimbulkan

Pengertian dan Kebutuhan Gizi pada HIV


Defenisi HIV AIDS

Penyakit AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) adalah penyakit


kekebalan/infeksi yang disebabkan oleh HIV (Human Immuno Deficiency Virus).
Penularan virus HIV melalui pertukaran cairan atau darah antara pasien AIDS dengan
orang sehat (senggama, transfusi darah, pemakaian jarum suntik, ibu hamil/menyusui
pada bayinya)

Gambar 1. Malnutrition Dan infeksi HIV AIDS

Gambar 2. Hubungan Gizi dengan HIV AIDS

Tujuan Diet

Tujuan Umum Diet HIV/AIDS adalah:

1. Memberikan intervensi gizi secara cepat dan tepat dengan mempertimbangkan


seluruh aspek dukungan gizi pada semua tahap dini penyakit infeksi HIV
2. Mencapai dan mempertahankan berat badan serta komposisi tubuh yang
diharapkan, terutama jaringan otot

3. Memenuhi kebutuhan energi dan semua zat gizi

4. Mendorong perilaku sehat dalam menerapkan diet, olah raga, dan relaksasi

Tujuan Khusus Diet HIV/AIDS

1. Mengatasi gejalah diare, intoleransi laktosa, mual, dan muntah

2. Meningkatkan kemampuan untuk memusatkan perhatian, yang terlihat pada: pasien


dapat membedakan antara gejala anoreksia, perasaan kenyang, perubahan indra
pengecap, dan kesulitan menelan.

3. Mencapai dan mempertahankan berat badan normal

4. Mencegah penurunan berat badan yang berlebihan (terutama jaringan otot)

5. Memberikan kebebasan pasien untuk memilih makanan yang sesuai dengan


kemampuan makan dan jenis terapi yang diberikan.

Penatalaksanaan Gizi dan Makanan bagi ODHA

Terdiri dari 3 kegiatan :

1. Pemantauan status gizi & makanan

2. Intervensi gizi & makanan

3. Konseling gizi & makanan

1. Pemantauan Status Gizi dan Makanan

Tujuan : untuk mengetahui status gizi ODHA apakah normal, kurang atau buruk.

Cara :

- Anamnesis diet

- Pengukuran antropometri

- Pemeriksaan laboratorium
Metode Penilaian Status Gizi Dan Makanan

a. Anamnesis Diet

- Dietary recall selama 48 – 72 jam

- Konsumsi Makanan dan intake Zat-zat Gizi

- Potensi terjadinya defisiensi Zat Gizi

b. Assessment dari Anthropometry klinik

- Pengukuran BB dan TB

- Body Mass Index ( IMT )

- Protein Energy Malnutrition

2. Intervensi Gizi dan Makanan

Tujuan : Mempertahankan status gizi agar ODHA tidak cepat masuk tahap AIDS.

- Harus dilakukan secara komprehensif meliputi upaya promotif, preventif, kuratif


dan rehabilitatif

- Meningkatkan energi dan/atau protein yang dibutuhkan (penting mengobati


penyakit yang ada).

- Meningkatkan kalori sebesar 150% dari kebutuhan normal dapat dilakukan di R.S,
atau pelayanan kesehatan lain maupun keluarga yang dilakukan oleh tim asuhan gizi

Syarat-syarat Diet HIV/AIDS

1. Energi tinggi: pada perhitungan kebutuhan energi, diperhatikan faktor stres,


aktivitas fisik, dan kenaikan suhu tubuh. Tambahkan energi sebanyak 13% utk setiap
kenaikan suhu 1oC

2. Protein tinggi 1,1 – 1,5 g/kg BB

3. Lemak cukup 10 – 25% dari kebutuhan energi total. Disesuaikan dengan keadaan
pasien, bila ada malabsorpsi lemak, digunakan lemak rantai sedang mis: minyak ikan
(omega 3).

4. Vitamin dan mineral tinggi 150% AKG yang dianjurkan terutama sumber vitamin A,
B12, C, E, Asam Folat, Kalsium, Magnesium, Seng, dan Selenium ( bila perlu berikan
suplemen)
5. Serat cukup, terutama serat yang mudah dicerna

6. Cairan cukup

7. Elekrolit (natrium, kalium, dan klorida)

8. Bentuk makanan dimodifikasi sesuai dengan kondisi pasien. Apabila terjadi


penurunan BB pasien yang cepat, pemberian makanan melalui pipa/sonde

9. Makanan diberikan dalam porsi yang kecil namun sering

10. Hindari makanan yang merangsang pencernaan

Keamanan Makanan & Minuman

Mengurangi kontaminasi bahan makanan & minuman yang berisiko menyebabkan


keracunan atau tertular infeksi perlu diperhatikan :

- Tidak makan makanan kaleng kadaluarsa

- Hindari daging, ikan & telur mentah, daging ayam termsk unggas setengah
matang.

- Hindari konsumsi sayur mentah/lalapan

- Sedapat mungkin hindari jajan

3. Konseling Gizi dan Makanan

Tujuan : ODHA mendapat jaminan kebutuhan gizi sesuai kondisi kesehatan &
kemampuan keluarga, pendamping ODHA & Masyarakat.

Konseling meliputi:

- Penyuluhan HIV/AIDS

- Pengaruh infeksi HIV pd status gizi

- Tatalaksana gizi, terapi gizi medis, penyusunan diet, pemilihan bahan makanan,
aspek psikologis, yang mempengaruhi nafsu makan, dll.

- Gizi & HIV/AIDS

- Berat Badan & Aktifitas

- Meningkatkan Intake Makanan

- Obat-obatan, Mitos & Magic


- Gizi Bumil dan Busui

- HIV & Infant feeding

- Pilihan ASI atau Formula

Asuhan Gizi pada Ibu Hamil dengan HIV


- Asupan makanan pada ibu hamil dengan HIV sama dengan ibu tidak hamil
dengan HIV.

- Asuhan gizi pada bayi dari ibu HIV, Prinsip ibu dengan HIV dianjurkan tidak
menyusui ( diberi P-ASI)

Rekomendasi Terkait Menyusui

- Secara eksklusif 4-6 bulan untuk ibu tidak terinfeksi

- Ibu HIV Positif à dianjurkan tidak beri ASI sebaiknya diberi P-ASI (susu formula)

- Secara eksklusif 4-6 bulan untuk ibu tidak terinfeksi/ tidak diketahui status HIV

- Ibu HIV Positif à dianjurkan tidak beri ASI sebaiknya diberi Pasi (susu formula)
atau susu sapi/ kambing yang diencerkan

Indikasi Pemberian Diet

Diberikan melalui 3 cara:

1. Secara oral

2. Secara enteral (sonde)

3. Secara parenteral (infus)

Ada 3 Macam Diet

a. Diet AIDS I

b. Diet AIDS II

c. Diet AIDS III

1. Diet AIDS I

Diberikan kepada infeksi HIV/AIDS akut, seperti berikut ini:

a. Panas tinggi

b. Sariawan
c. Kesulitan menelan

d. Sesak nafas berat

e. Diare akut

f. Kesadaran menurun

Bentuk makanan yang diberikan berupa cairan dan bubur susu (beberapa hari sesuai
keadaan pasien, dalam porsi kecil setiap 3 jam). Bila kesulitan menelan
(enteral/parenteral).

Bahan makanan Sehari

Tabel 1.Makanan Cair Diet HIV AIDS

Bahan makanan Berat (g) Ukuran RT


Susu bubuk,tepung maizena, 200 40 sdm
kacang hijau, beras
Havermout 100 20 sdm
Telur ayam 150 3 butir
Margarine/minyak 25 2,5 sdm
Gula pasir 100 10 sdm

Tabel 2. Makanan Lewat Pipa/Sonde Diet HIV AIDS

Bahan makanan Berat (g) Ukuran RT


Susu whole bubuk 160 32 sdm
Susu skim bubuk 100 20 sdm
Tepung maizena 20 4 sdm
Telur ayam 150 3 btr
Gula pasir 100 10 sdm
Cairan 2000 ml 8 gls

Pembagian Makanan Sehari

Makanan Cair Oral:

Pukul 06.00 susu

Pukul 07.00 susu

Pukul 10.00 bubur havermout

Pukul 13.00 bubur susu

Pukul 16.00 bubur susu


Pukul 20.00 bubur susu

Pukul 21.00 susu

2. Diet AIDS II

Diet AIDS II diberikan sebagai perpindahan Diet AIDS I setelah tahap akut teratasi.
Makanan diberikan dalam bentuk saring atau cincang setiap 3 jam. Diberikan makanan
enteral sebagai tambahan.

Bahan Makanan Sehari

Tabel 3. Makanan Saring Oral Diet HIV AIDS

Bahan makanan Berat (g) Ukuran RT


Beras 90 3 gls bubur
Maizena 15 3 sdm
Daging 100 2 ptg sedang
Telur ayam 100 2 btr
Tahu 75 ¾ bh besar
Sayuran 100 1 gls
Buah 200 2 ptg sdg pepaya
Margarin 30 3 sdm
Gula pasir 60 6 sdm
susu 800 4 gls

Pembagian Bahan Makanan Sehari

Pagi:

Beras 30 g = 1 gls bubur

Telur ayam 50 g = 1 btr

Tahu 25 g = ¼ bh bsr

Susu 200 g = 1 gls

Gula pasir 10 g = 1 sdm

Pukul 10.00

Telur ayam 50 g = 1 btr


Susu 200 g = 1 gls

Gula pasir 10 g = 1 sdm

Siang/malam

Beras 30 g = 1 gls bubur

Daging 50 g = 1 ptg sdg

Tahu 25 g = ½ bh bsr

Sayuran 50 g = ½ gls

Pepaya 100 g = 1 ptg sdg

Margarin 15 g = 1,5 sdm

Pukul 16.00

Maizena 15 g = 3 sdm

Susu 200 g = 1 gls

Gula pasir 30 g = 3 sdm

Pukul 20.00

Susu 200 g = 1 gls

Gula pasir 10 g = 1 sdm

c. Diet AIDS III

Diet AIDS III diberikan sebagai perpindahan dari Diet AIDS II atau pada pasien dengan
infeksi HIV tanpa gejalah. Bentuk makanan lunak/biasa, bila susah menelan dan terjadi
penurunan BB, dianjurkan pemberian makanan sonde/pipa.

Bahan Makanan Sehari

Tabel 4. Makanan biasa/lunak Diet HIV AIDS

Bahan makanan Berat (g) Ukuran RT


Beras 350 5 ¼ gls nasi
Daging 100 2 ptg sdg
Telur ayam 100 2 btr
Tempe 100 4 ptg sdg
Kacang hijau 25 2 ½ sdm
Sayuran 200 2 gls
Buah 150 1 ½ ptg sdg pepaya
Minyak 25 2 ½ sdm
Gula pasir 40 4 sdm
Susu 200 1 gls

Pembagian Bahan Makanan Sehari

Pagi

Beras 50 g = ¾ gls nasi

Telur ayam 50 g = 1 btr

Sayuran 50 g = ½ gls

Susu 200 g = 1 gls

Gula pasir 10 g = 1 sdm

Minyak 5 g = ½ sdm

Pukul 10.00

Kacang hijau 25 g = 2 ½ sdm

Gula pasir 20 g = 2 sdm

Tabel 5.Contoh Menu Sehari Diet HIV AIDS

Waktu Makanan lunak Makanan biasa


Pagi Bubur havermout, telur ½ Nasi, telur dadar,
masak, susu buncis/wortel, susu
Pukul 10.00 Puding karamel Bubur kacang hijau
Siang Bubur nasi, semur daging, Nasi,ikan goreng,telur
telur,tumis tempe,wortel,air sambal,goreng
jeruk tahu,sayur asem,pepaya
Pukul 16.00 Sirup Sirup
Malam Bubur nasi, sup daging, tahu, Nasi,empal
sayur bening, pepaya daging,oseng2 tempe,
sup sayur,pisang

Tabel 6. Bahan Makanan Yang Dianjurkan/Tidak Dianjurkan Diet HIV AIDS


Bahan makanan Dianjurkan Tidak dianjurkan
Sumber Karbohidrat Semua bahan makanan Bhn makanan yang
kecuali yang menimbulkan menimbulkan
gas gas,seperti:ubi jalar
Sumber Protein hewani Susu,telur,daging, ayam tdk Daging dan ayam
berlemak, dan ikan berlemak, kulit ayam
Sumber Protein nabati Tempe,tahu,dan kacang- Kacang merah
kacangan
Sumber lemak Minyak,margarin,santan Semua makanan yang
mengandung lemak tinggi
(digoreng, santan kental)
Sayuran labu kuning,wortel, bayam, Yang menimbulkan
kangkung,buncis,kacang gas,seperti: kol,sawi, dan
panjang, dan tomat ketimun
Buah -buahan Pepaya,pisang,jeruk, apel, dllYang menimbulkan
gas,seperti: nangka, dan
durian
Bumbu -bumbu Yang menimbulkan Yang merangsang,seperti:
gas,seperti: nangka, dan cabe, lada, asam, cuka, dan
durian jahe
Minuman Sirup,teh, dan kopi Minuman bersoda dan
alkohol
Topik 12. Gizi dan Diabetes Mellitus

Latar Belakang
Latar Belakang

Diabetes Melitus adalah penyakit yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemia dan
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang dihubungkan dengan
kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja dan atau sekresi insulin.Gejala yang
dikeluhkan pada penderita Diabetes Melitus yaitu polidipsia,poliuria,polifagia,penurunan
berat badan,kesemutan.

International Diabetes Federation (IDF) menyebutkan bahwa prevalensi Diabetes Melitus


di dunia adalah 1,9% dan telah menjadikan DM sebagai penyebab kematian urutan ke
tujuh di dunia sedangkan tahun 2012 angka kejadian diabetes me litus didunia adalah
sebanyak 371 juta jiwa dimana proporsi kejadian diabetes melitus tipe 2 adalah 95% dari
populasi dunia yang menderita diabetes mellitus. Hasil Riset Kesehatan Dasar pada
tahun 2008, menunjukan prevalensi DM di Indonesia membesar sampai 57%. Tingginya
prevalensi Diabetes Melitus tipe 2 disebabkan oleh faktor risiko yang tidak dapat
berubah misalnya jenis kelamin, umur, dan faktor genetik yang kedua adalah faktor
risiko yang dapat diubah misalnya kebiasaan merokok tingkat.

DM adalah penyakit yang timbul karena terlalu banyak glukosa (gula) dalam darah. DM
adalah suatu kelompok gangguan metabolik dengan suatu manifestasi umum, yaitu
hiperglikemia (kadar gula darah tinggi).

DM merupakan kumpulan keadaan yang disebabkan oleh kegagalan pengendalian gula


darah.
1. Produksi hormon insulin yang tidak memadai atau tidak ada

2. Resistensi insulin yang meningkat (reseptor insulin memungkinkan lewatnya


gula/glukosa yang dibawah oleh hormon insulin masuk ke dalam sel)

Gejala DM dan Klasifikasinya


Gejalah Awal DM

1. Gampang lelah

2. Banyak minum dan mudah haus

3. Banyak kencing

4. Berat badan menurun

Klasifikasi DM

1. DM tipe 1 (IDDM, insulin-dependent diabetes mellitus)

2. DM tipe 2 (NIDDM, non insulin- dependent diabetes mellitus)

DM tipe 1 (IDDM)

Kerusakan sel-β, pankreas tidak menghasilkan insulin dalam jumlah yang cukup.
Biasanya berujung pada defisiensi insulin absolut (bersifat akut). Penderita DM tipe 1
sebelum berumur 25 tahun sebanyak 95% dengan prevalensi kejadian yang sama pada
pria dan wanita.

DM tipe 2 (NIDDM)

Resistensi insulin pada jaringan perifer dan gangguan sekresi insulin dari sel –β atau
Insulin tidak bekerja dengan baik DM tipe 2 adalah jenis penyakit diabetes yang paling
lazim dan berkaitan dengan riwayat diabetes keluarga, usia lanjut, obesitas, perubahan
pola makan, dan aktivitas fisik yang kurang.

INSULIN

Hormon polipeptida yang dihasilkan oleh sel-β dari pulau Langerhans dan merupakan
kelompok sel yang terdiri dari 1% massa pankreas. Hormon yang mengkoordinasi
penggunaan energi oleh jaringan tubuh.
Struktur Insulin dibentuk oleh 51 asam amino (AA) yang tersusun dalam 2 rantai
polipeptida (rantai A dan rantai B). Molekul insulin juga mengandung jembatan disulfida
intramolekular antara residu Asam Amino 6 dan 11 pada rantai A

Gambar 1. Struktur Insulin Manusia

Sintesis Insulin

Kebutuhan insulin di dalam tubuh dipenuhi dengan mensintesis PREPROINSULIN dan


PROINSULIN, pada sitoplasma dalam sel-β pankreas. Insulin didegradasi oleh enzim
insulinase yang terdapat di hati dan dalam jumlah kecil terdapat di ginjal.

Sekresi Insulin

Pengaturan sekresi insulin berperan untuk pengendalian kadar gula darah. Sekresi insulin
oleh sel- β dari pulau Langerhans pankreas dikoordinasikan dengan pelepasan glukagon
dari sel-α pankreas. Glukosa adalah perangsang penting untuk sekresi insulin dan
menghambat pelepasan glukagon.

Gambar 2. Pengaturan sekresi insulin dari sel-β

Sekresi Insulin yang Berlebihan mengakibatkan 3 hal:

1. Mendorong tubuh untuk menyimpan glukosa sebagai lemak

2. Menghambat pembakaran lemak (insulin lebih memilih menggunakan Karbohidrat


sebagai sumber energi daripada lemak karena hal itu adalah cara yang paling efisien)

3. Memberi kode pada hati untuk mensintesis kolesterol

Aksi Insulin

Insulin berikatan dengan penerima (receptor) spesifik yang memiliki afinitas (reaktivitas)
tinggi pada membran sel, termasuk hati, otot, dan adiposa.
Gambar 3. Aksi Insulin

Gizi Pada Penderita DM


Pencegahan DM

Pencegahan DM dapat dilakukan dengan memantau kondisi tubuh sebagai berikut:

a. Berat badan normal dgn IMT 18,5 – 23 utk wanita dan 20 – 25 utk pria)

b. Tekanan darah < 130/80 mmHg

c. Kadar Trigliserida < 150 mg/dl

d. Kadar LDL < 100 mg/dl

e. Kadar HDL > 40 mg/dl

Penanganan DM

Penanganan DM dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain berikut ini:

1. Edukasi/pendidikan

2. Perencanaan makan (diet diabetes)

3. Latihan jasmani/olahraga

4. Intervensi farmakologis (pemberian obat-obatan hipoglikemik/pemberian insulin)

Obat-obatan:

Penggunaan obat - obatan bertujuan untuk berikut ini:

a. Meningkatkan sekresi insulin dipankreas ( sulfonilurea, nateglinide)

b. Meningkatkan pengambilan gula dijaringan lemak dan otot (metformin,


glitazone)

c. Meningkatkan penyerapan gula diusus (alpha-glucoside inhibito)

d. Menurunkan produksi gula dihati (metformin, glitazone)

Penanganan Menu pada Penderita Diabetes


Konsep lama, difokuskan pada porsi makanan (terutama karbohidrat). Jumlah
karbohidrat bukan dasar yang cukup untuk mengendalikan kadar gula darah.

3 J Aturan Makan Penderita Diabetes

Pengaturan makan pada penderita diabetes melitus sangat penting dengan


memperhatikan hal - hal berikut ini :

1. Jadwal

Pengaturan jadwal bagi penderita diabetes biasanya adalah 6 kali makan. 3 kali makan
besar dan 3 kali selingan. Adapun jadwal waktunya adalah sebagai berikut;

- Makan Pagi (jam 07.00)

- Snack I (jam 10.00)

- Makan siang (13.00)

- Snack II (jam 16.00)

- Makan malam (jam 19.00)

- Snack III (jam 21.00)

Usahakan makan tepat pada waktunya, karena apabila telat makan, akan terjadi
hipoglikemia (rendahnya kadar gula darah) dengan gejala seperti pusing, mual, dan
pingsan. Apabila hal ini terjadi segera minum air gula.

2. Jumlah

Perhatikan jumlah/porsi makanan yang anda konsumsi. Prinsip jumlah makanan yang
dianjurkan untuk penderita diabetes adalah porsi kecil dan sering, artinya makan dalam
jumlah sedikit tetapi sering. Adapun pembagian kalori untuk setiap kali makan dengan
pola menu 6 kali makan adalah sebagai berikut ;

- Makan Pagi (20%) - maksudnya 20% dari total kebutuhan kalori sehari

- Snack I (10%)

- Makan siang (25%)

- Snack II (10%)

- Makan malam (25%)


- Snack III (10%)

3. Jenis

Jenis makanan menentukan kecepatan naiknya kadar gula darah. Kecepatan suatu
makanan dalam menaikkan kadar gula darah disebut juga indeks glikemik. Semakin
cepat menaikkan kadar gula darah sehabis makan tersebut dikonsumsi, maka semakin
tinggi indeks glikemik makanan tersebut. Jadi, hindari makanan yang berindeks glikemik
tinggi seperti sumber karbohidrat sederhana, gula, madu, sirup, roti, mie dan lain-lain.
Makanan yang berindeks glikemik lebih rendah adalah makanan yang kaya dengan
serat, contohnya sayuran dan buah-buahan.

Indeks Glikemik (IG)

IG, memberikan cara mudah untuk memilih makanan yang tidak menaikkan kadar gula
darah secara drastis. IG pangan adalah tingkatan pangan, menurut efeknya berpengaruh
terhadap kadar gula darah setelah mengonsumsinya. Pangan yang menaikkan kadar
gula darah dengan cepat memiliki IG tinggi, sebaliknya pangan yang menaikkan kadar
gula darah dengan lambat memiliki IG rendah.

Tabel 1. Kategori Pangan menurut IG

Kategori Pangan Rentang IG


IG rendah < 55

IG sedang (intermediate) 55 – 70

IG tinggi > 70

Keunggulan Pangan ber-IG rendah

Mengenyangkan dalam waktu yang cukup lama. Membantu membakar lebih banyak
lemak tubuh dan sedikit massa otot (body muscle).Kalau yang dikonsumsi adalah pangan
yang memiliki IG rendah maka tidak menaikkan kadar gula secara mendadak
dan “pankreas melepaskan insulin secara perlahan-lahan”. Karenanya, tidak ada gula
yang disimpan sebagai lemak, pembakaran lemak ditingkatkan sebagai sumber energi,
dan tidak terjadi peningkatan sintesis kolesterol di hati.

Perencanaan Makan Penderita DM

Petunjuk diet Indonesia:

- Hidratarang 60 – 70%

- Lemak 20 – 25%
- Protein 10 – 15%

- Kolesterol <300 mg/hari

- Serat pangan 25 g/hari

Petunjuk diet negara Barat:

- Hidratarang 60%

- Lemak 20%

- Protein 20%

- Serat pangan 25 g/hari

- Kolesterol <300 mg/hari

Tabel 2. Indeks Glikemik Beberapa Jenis Pangan

JENIS IG JENIS IG JENIS IG


PANGAN PANGAN PANGAN
Beras 68-78 Pepaya 58 Yoghurt 33
Jagung 68 Semangka 72 Donat 76
Ubi 40 – 68 Kc. Hijau 32 Pizza 50
Kentang 68 – 88 Kc. Merah 27 Hamburger 60
Wortel 89 – 99 Kc. Kedele 16 Biskuit 60 -70
Nenas 65 Kc. Tanah 23 Wafer 60- 75
Apel 39 Susu 68 Mie siap saji 45-68
Pisang 55 Susu coklat 34 Pop corn 50-80
Anggur 46 Es krim 56 Nugget 45-56
Mangga 55 Puding 43 Madu 88-98
Jeruk 44 Susu kedele 30 Sukrosa 58

Tujuan Intervensi diet/gizi pada DM

1. Mengendalikan kadar glukosa dan lemak dalam darah

2. Memperhatikan asupan energi dan protein untuk tumbuh kembang sel tubuh

3. Menghasilkan status kesehatan dan gizi yang memadai

4. Mencegah komplikasi akut atau kronis yang dapat membawa kematian


Gambar 4. Resiko Diabetes Melitus

Kebutuhan Gizi Pada Penderita DM


Kebutuhan Gizi Bagi Penderita DM
Petunjuk Umum untuk Asupan Diet bagi Diabetes:

* Hindari biskuit, cake, produk lain sebagai cemilan pada waktu makan.

* Minum air dalam jumlah banyak, susu skim dan minuman berkalori rendah lainnya
pada waktu makan.

* Makanlah dengan waktu yang teratur.

* Hindari makan makanan manis dan gorengan.

* Tingkatkan asupan sayuran dua kali tiap makan.

* Jadikan nasi, roti, kentang, atau sereal sebagai menu utama setiap makan.

* Minum air atau minuman bebas gula setiap anda haus.

* Makanlah daging atau telor dengan porsi lebih kecil.

* Makan kacang-kacangan dengan porsi lebih kecil.

Latihan Jasmani Kegiatan jasmani sehari hari dan latihan jasmani teratur (3 4 kali
seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan
diabetes tipe II. Latihan jasmani dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki
sensitifitas terhadap insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan
jasmani yang dimaksud ialahjalan, bersepeda santai, jogging, berenang. Latihan jasmani
sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Kegiatan sehari hari
seperti berjalan kaki ke pasar, menggunakan tangga, berkebun tetap dilakukan tetap
dilakukan. Batasi atau jangan terlalu lama melakukan kegiatan yang kurang gerak seperti
menonton televisi.

KEBUTUHAN ZAT GIZI DM Diet Diabetes Tipe 2 Karbohidrat, lemak, dan protein sangat
dibutuhkan oleh tubuh agar tubuh dapat berfungsi sebagaimana harusnya. Jadi, diet
yang menganjurkan Anda untuk menghindari salah satunya bukanlah jenis diet yang
sehat.13 Lalu bagaimana dengan penderita diabetes yang diharuskan untuk
memperhatikan pola makannya. Bagi penderita diabetes, terutama diabetes tipe 2, yang
paling dibutuhkan adalah makanan berkualitas, bukan makanan dalam jumlah banyak.
Jadi, karbohidrat, lemak, dan protein tetap harus ada dalam diet penderita diabetes, asal
tetap memperhatikan kualitas sumber unsur-unsur tersebut. Asupan Karbohidrat
Penderita diabetes cenderung dianjurkan untuk mengurangi asupan karbohidratnya.
Pilihan yang tepat bagi diet diabetes adalah karbohidrat sehat. Karbohidrat sehat dapat
membantu menurunkan berat badan, mengurangi risiko penyakit jantung, dan
mengendalikan diabetes. Jenis makanan apa saja yang tergolong karbohidrat sehat.

Karbohidrat sehat ini banyak terdapat di sekitar kita, seperti buah-buahan, sayur-
sayuran, polong-polongan, dan biji-bijian. Jenis-jenis makanan itu juga kaya akan
vitamin, mineral, dan serat. Serat merupakan rahasia terbaik diet penderita diabetes
karena dapat mengurangi respon insulin terhadap makanan, mengurangi level gula
darah, membuat Anda merasa kenyang dengan lebih cepat, dan membantu
meningkatkan kesehatan usus besar Anda. Kacang-kacangan juga bisa dimasukkan
dalam daftar diet diabetes, asalkan tidak lebih dari setangkup dalam sehari.

Kacang-kacangan memang mengandung banyak serat, lemak sehat, dan protein, serta
telah terbukti mampu meningkatkan fungsi insulin, namun kacang-kacangan
mengandung banyak kalori sehingga penderita diabetes perlu membatasi asupan jenis
makanan ini. Asupan Lemak14 Lemak berkualitas dibutuhkan oleh tubuh agar tubuh
dapat mengatur struktur membran sel-sel, tekanan darah, sistem kekebalan tubuh, dll.
Bagi penderita diabetes, jenis lemak yang sangat tepat adalah monounsaturated fat yang
banyak ditemukan di minyak zaitun dan kanola. Lemak jenis itu diyakini dapat
mengurangi resistansi insulin dan memperlancar aliran darah di arteri. Polyunsaturated
fats dalam bentuk omega-3 juga baik bagi penderita diabetes.

Penderita akan mendapatkan omega-3 di berbagai jenis ikan, kerang, minyak kanola,
atau kacang kedelai. Asupan Protein Protein adalah unsur yang dibutuhkan untuk
memperbaiki berbagai kerusakan di sel-sel tubuh, membangun sistem kekebalan tubuh,
menghasilkan hormon sel darah, membentuk otok, serta menjaga kesehatan tubuh
secara umum. Banyak jenis makanan yang kaya akan protein, seperti telor, daging,
unggas, ikan, produk susu, biji-bijian, dan kacang-kacangan. Prinsip perencanaan makan
orang dengan DM di Indonesia

A. Kebutuhan Kalori. Kebutuhan kalori sesuai untuk mencapai dan mepertahankan berat
badan ideal komposisi energi adalah 60 70% dari karbohidrat, 10 15% dari protein dan
20 25% dari lemak. Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan
orang dengan diabetes.

B. Gula. Gula dan produk-produk lain dari gula dikurangi, kecuali pada keadaan tertentu,
misalnya pasien dengan diet rendah protein dan yang mendapat makanan cair, gula
boleh diberikan untuk mencukupi kebutuhan kalori, dalam jumlah terbatas.
Penggunaaan gula sedikit dalam bumbu diperbolehkan sehingga memungkinkan pasien
dapat makan makanan keluarga. Penggunaaan gula untuk minuman dapat diberikan
sesuai petunjuk bila diperlukan.

Topik 13. Gizi dan Penyakit Jantung Koroner


Latar Belakang
Defenisi Jantung

Jantung adalah pusat pengaturan sirkulasi darah dalam tubuh. Jantung adalah organ
yang tanpa henti-hentinya memompa oksigen dan nutrisi melalui darah ke seluruh
tubuh.

Gambar 1. Jantung Sehat

Gambar 2. Jantung Tidak Sehat

Cara Memelihara Kesehatan Jantung

1. Perhatikan faktor keturunan (genetik)

2. Pola makan sehat dan seimbang

3. Memeriksa tekanan darah

4. Memeriksa kadar kolesterol dan kadar gula darah

5. Menjaga berat badan ideal

6. Olah raga aktif dan teratur

Pola Makan Sehat dan Seimbang

- Karbohidrat

- Protein

- Vitamin & Mineral

- Lemak

- Serat
Penyakit Jantung

Kurangnya jumlah darah yang memasok oksigen ke jantung akibat fungsi jantung yang
terganggu. Kelompok Penyakit Jantung, berikut ini:

1. Penyakit Jantung Koroner

2. Penyakit Jantung akibat faktor genetik (bawaan)

Penyakit Jantung Koroner (PJK)


PENYAKIT JANTUNG KORONER (Coronary Artery Disease)

Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit multi faktor, banyak faktor yang
dapat menjadi penyebab timbulnya PJK antara lain: Hipertensi, Hiperlipidemia,
Kegemukan/obesitas, Merokok, Diabetes Melitus, dll

Gambar 3. Penyakit Jantung Koroner

Faktor lain penyebab PJK adalah:

- Umur

- Jenis kelamin

- Pola makan

- Kurang olahraga

- Stress, dll

Pengertian Penyakit Jantung Koroner (PJK)

PJK adalah suatu kelainan pada jantung berdasarkan hasil pemeriksaan Elektrokardiograf
(EKG) dimana jantung kehilangan kemampuan untuk melakukan fungsinya secara
normal.Terjadi pengerasan dan penyempitan pembuluh darah koroner karena adanya
lemak/kolesterol dan lipoprotein yang berlebihan.

Tabel 1. Batasan Kolesterol Total dan Trigliserida

Kadar dalam darah Resiko PJK tidak Pengobatan mungkin Perlu


ada perlu pengobatan
Kolesterol (mg/dL) < 220 220 – 260 >260

Trigliserida (mg/dL) < 150 150 – 200 >200


LDL (mg/dL) < 150 150 – 190 >190

Nutrisi Preventif

- Mempertahankan kadar kolesterol total < HDL kolesterol < 4,5 dan LDL kolesterol
< 100 mg/dl

- Mempertahankan IMT agar kurang dari 23 dan lingkaran perut kurang dari 80 cm
(wanita) dan kurang dari 90 (pria)

- Mengurangi asupan lemak jenuh hingga kurang 5% dari total kalori

- Tingkatkan asupan lemak tidak jenuh tunggal (MUFA), seperti: minyak zaitun,
minyak kacang dan alpukat dan minyak tak jenuh ganda (PUFA), seperti: ikan salmon,
tuna, dll

- Jika kadar trigliserida tinggi, kurangi konsumsi KH sederhana, seperti: gula pasir,
gula aren, madu dan perbanyak konsumsi KH kompleks, seperti: sayur-sayuran, buah-
buahan, serealia, agar-agar dll.

- Jika kadar homosistein dalam darah tinggi, diet yang dapat untuk
menurunkannya adalah mengkonsumsi makanan nabati yang kaya asam folat dan
vitamin B6, seperti: sayuran hijau, biji-bijian dll

- Tingkatkan asupan serat pangan hingga 35 g/hari

- Konsumsi makanan yang banyak mengandung antioksidan, seperti: vitamin C dan


E

- Pertimbangkan suplementasi 500 mg vitamin C dan 200 IU vitamin E per hari

- Lakukan olahraga selama 30 menit per hari

Diet Pada Penderita Jantung

Tujuan Diet Penyakit Jantung

1. Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan kerja jantung

2. Menurunkan berat badan bila terlalu gemuk

3. Mencegah atau menghilangkan penimbunan garam atau air

Syarat Diet Penyakit Jantung

a. Energi cukup

b. Protein cukup, 0,8 g/kg BB


c. Lemak sedang, yaitu 25-30% dari kebutuhan energi total, 10% berasal dari lemak
jenuh, dan 10 – 15% lemak tidak jenuh

d. Kolesterol rendah

e. Vitamin dan mineral cukup

f. Garam rendah, 2-3 g/hari

g. Makanan mudah dicerna dan tidak menimbulkan gas

h. Serat cukup untuk menghindari konstipasi

i. Cairan cukup, 2 liter/hari atau sesuai dengan kebutuhan

j. Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit, diberikan dalam porsi


kecil

k. Bila kebutuhan gizi tidak dapat dipenuhi melalui makanan biasa dapat diberikan
makanan tambahan berupa makanan enteral/ parenteral, atau suplemen gizi

Nutrisi Kuratif

- Lakukan penimbangan BB dengan memperhatikan lingkaran perut

- Kurangi asupan kolesterol hingga < 200 mg/dl

- Kurangi asupan total lemak hingga kurang lebih 20% dari total kalori

- Kurangi asupan lemak jenuh hingga di bawah 5% dari total kalori

- Tingkatkan asupan serat, khususnya serat larut hingga 25-35 g/hari

- Tingkatkan konsumsi ikan, khususnya ikan laut yang kaya omega 3

- Ganti konsumsi daging merah menjadi daging putih, spt: ayam kampung dan ikan

- Olah raga setiap hari dan terapi diet terlebih dahulu sebelum menggunakan obat-
obatan penurun kolesterol

Diet Pada Penderita PJK


Jenis Diet dan Indikasi Pemberian

1. Diet Jantung I

Diet jantung I diberikan kepada pasien penyakit jantung akut. Diet diberikan berupa 1-
1,5 liter cairan/hari selama 1-2 hari pertama bila pasien dapat menerimanya. Diet ini
sangat rendah energi dari semua zat gizi, sehingga sebaliknya hanya diberikan selama 1-
3 hari.
1. Diet Jantung II

Diet jantung II diberikan dalam bentuk makanan saring atau lunak. Diet diberikan
sebagai perpindahan dari diet jantung I, atau setelah fase akut dapat diatasi. Diet ini
rendah energi, protein, kalsium, dan tiamin.

2. Diet Jantung III

Diet jantung III diberikan dalam bentuk Makanan Lunak atau Biasa. Diet diberikan
sebagai perpindahan dari Diet Jantung II atau kepada pasien jantung dengan kondisi
yang tidak terlalu berat. Diet ini rendah energi dan kalsium, tetapi cukup zat gizi lain.

3. Diet Jantung IV

Diet jantung IV diberikan dalam bentuk Makanan Biasa. Diet diberikan sebagai
perpindahan dari Diet Jantung III atau kepada pasien jantung dengan keadaan ringan.
Diet ini cukup energi dan zat gizi lain, kecuali kalsium. Menu sama dengan Diet Jantung
III, hanya nasi tim diganti dengan nasi.

Deskripsi Diet Penderita PJK

- Konsumsi buah dan sayuran (khususnya konsumsi buah bersama kulitnya dan
lalapan)

- Gunakan roti dari biji gandum utuh

- Makan makanan sereal/ berserat tinggi

- Ganti daging merah dengan daging putih

- Jangan menggoreng makanan dengan banyak minyak

- Gunakan susu skim, susu kedelai, atau yogurt non fat.

- Gunakan bumbu tertentu untuk memasak, seperti: kunyit, jahe, bawang putih, dll

- Hindari makanan yang sering digoreng

- Olahraga

Tabel 2. Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan

Bahan Makanan Dianjurkan Tidak dianjurkan


Sumber karbohidrat Beras ditim atau disaring; Makanan yang mengandung
roti, mie, makaroni, biskuit, gas atau alkohol, seperti ubi
tepung beras/terigu/sagu, singkong, tape singkong, dan
kentang, gula pasir, gula tape ketan
merah, madu, dan sirup.
Sumber protein hewani Daging sapi, ayam dengan Daging sapi dan ayam yang
lemak rendah; ikan, telur, berlemak gajih, sosis, hati,
susu rendah lemak limpa, babat, otak, kepiting,
dan kerang-kerangan; keju,
dan susu
Sumber protein nabati Kacang-kacangan kering, Kacang-kacangan kering
seperti: kacang kedelai dan yang mengandung lemak
hasil olahnya, seperti tahu cukup tingi seperti kacang
dan tempe tanah, kacang mete, dan
kacang bogor
Sayuran Sayuran yang tidak Semua sayuran yang
mengandung gas, seperti: mengandung gas, seperti kol,
bayam, kangkung, kacang lobak, sawi, dan nangka
buncis, kacang panjang, muda.
wortel, tomat, labu siam dan
tauge
Buah-buahan Semua buah – buahan segar, Buah – buahan segar yag
sprt: pisang, pepaya, jeruk, mengadung alkohol atau gas,
apel, melon, semangka, dan seperti: kol, lobak, sawi, dan
sawo nangka muda
Lemak Minyak jagung, minyak Minyak kelapa dan minyak
kedelai, margarin, mentega, kelapa sawit; santan ketan
dalam jlh terbatas dan tidak
untuk menggoreng tetapi utk
menumis kelapa atau santan
encer dalam jlh terbatas
Minuman Teh encer, coklat, sirup Teh, kopi ketan, minuman
yang mengadung soda &
alkohol seperti bir dan wiski
Bumbu-bumbu Semua bumbu selain bumbu Lombok, cabe rawit dan
tajam dalam jumlah terbatas bumbu lain yang tajam

Contoh: Menu Untuk Memelihara Jantung Sehat

- Sarapan pagi, menyantap sereal yang memiliki kandungan serat tinggi

- Snack di pagi hari, Anda dapat menyantap buah-buahan dan sayuran segar

- Makan siang, Anda dapat menyantap dua cangkir sup buatan sendiri, kacang-
kacangan. Asupan serat tinggi banyak mengandung protein, contoh: tuna, mayones
rendah lemak, roti gandum dan makanan sumber asam lemak omega 3

- Snack di sore hari (pilihlah snack tinggi protein untuk memberi tambahan energi.
Buah-buahan seperti pir, cemilan sehat buah-buahan segar, yogurt rendah lemak

Makan malam mengkonsumsi, bahan makanan yang banyak mengandung asam lemak
omega 3, seperti ikan salmon, makarel, sarden, tuna, dan ikan kering

Makanan yang ramah pada PJK


Makanan Ramah Pada Penyakit Jantung
Sebuah penelitian membuktikan bahwa konsumsi makanan ramah jantung sama
pentingnya dengan menghindari makanan yang tidak sehat.
Secara garis besar, tujuan perbaikan pola makan pada pasien penyakit jantung adalah:

· Porsi yang cukup dan sesuai kebutuhan tanpa memperberat kerja jantung.

· Menurunkan berat badan berlebih.

· Mencegah serta menghilangkan edema alias pembengkakan akibat


penimbunan garam atau air di dalam tubuh.

Sebetulnya, diet jantung ini dilakukan sebagai upaya untuk membantu efektivitas
pengobatan. Kalau efektivitas obat terganggu, gejala akan sering muncul sehingga risiko
komplikasi seperti serangan jantung, henti jantung, atau gagal jantung akan mengintai
Penderita.

Karena plak di pembuluh darah jantung terbentuk dari lemak, kolesterol, kalsium, dan
mineral lain yang terkandung dari makanan, memperhatikan pilihan makanan menjadi
hal penting yang harus Penderita lakukan.

“Diet jantung penting dilakukan untuk menjaga konsumsi lemak dan garam agar tidak
berlebih. Konsumsi lemak berlebih akan menyebabkan timbulnya plak dan penumpukan
lemak pada pembuluh darah yang berakibat stroke dan penyakit jantung lainnya. Selain
itu konsumsi garam harus diperhatikan agar tidak meningkatkan tekanan darah yang
berakibat juga ke hipertensi dan stroke.”

Di bawah ini ada berbagai makanan yang direkomendasikan untuk pasien penyakit
jantung.

1. Ikan

Ikan, khususnya ikan berlemak seperti salmon dan tuna merupakan makanan ramah
jantung. Omega 3 di dalamnya termasuk jenis asam lemak tak jenuh yang mampu
meredakan peradangan, termasuk pada pembuluh darah sekitar jantung. Tidak cuma
itu, omega 3 juga membantu mengurangi kadar trigliserida, tekanan darah, pembekuan
darah, dan menormalkan detak jantung yang tidak teratur.

Pilihlah ikan berlemak yang dikembangbiakkan di tambak, bukan ikan liar yang berasal
dari laut karena kandungan merkurinya yang tinggi. Untuk mengurangi risiko henti
jantung mendadak, konsumsi yang dianjurkan adalah dua porsi atau sekitar 150 gram
per minggu.

2. Polong-polongan tinggi protein

Makanan kaya protein penting untuk penderita penyakit jantung. Selain protein hewani
dari ikan, Anda juga perlu memenuhi asupan protein nabati dari, kacang tanah, produk
olahan kedelai, seperti tahu, tempe, atau biji kacang kedelai.
Biji dan kacang-kacangan ini mengandung antioksidan isoflavon yang dikatakan dapat
menurunkan risiko penyakit kardiovaskular pada wanita pascamenopause sehingga
aman dikonsumsi pasien dengan masalah jantung.

3. Biji-bijian dan gandum utuh

Oatmeal dan gandum murni masuk dalam daftar makanan yang sehat untuk pasien
penyakit jantung. Oatmeal mengandung serat tinggi yang dapat menurunkan kadar
kolesterol sehingga mampu mencegah pembentukan plak di pembuluh darah arteri.

Disamping itu, oatmeal juga mengandung senyawa antiinflamasi dan antioksidan yang
menjaga fungsi serta kesehatan pembuluh darah arteri. Kandungan beta glukan di
dalamnya pun memberikan manfaat dalam mengontrol kadar kolesterol darah.

4. Kacang kenari dan almond

Kacang kenari atau nama asingnya walnut, beserta almond memiliki kandungan lemak
tak jenuh, serat, omega 3, vitamin E, sterol, dan asam amino L-arginin. Anda bisa
mengonsumsinya sebagai cemilan.

Senyawa-senyawa aktif di dalam kedua kacang ini mampu menurunkan kadar kolesterol
jahat dalam darah, meredakan peradangan di pembuluh darah, mengurangi pembekuan
darah, menghambat pembentukan dan penumpukan plak di arteri, hingga menjaga
dinding arteri tetap fleksibel.

Meski ramah jantung, sebaiknya Anda jangan memakannya berlebihan. Kenapa begitu?
Karena sekitar 80% kacang mengandung lemak dan sebagian besarnya mengandung
kalori yang cukup tinggi.

Konsumsilah kacang-kacangan ini sekitar 600 gram per minggu. Pilihlah kacang yang
tanpa perasa. Anda bisa mengonsumsinya langsung atau dicampurkan
bersama yoghurt atau bubur oatmeal.

5. Kacang hitam

Selain walnut dan almond, kacang lain yang sama sehatnya untuk penderita penyakit
jantung adalah kacang hitam.

Penelitian Riverri, dkk. pada tahun 2015 menemukan serat, antioksidan, dan senyawa
antiinflamasi pada kacang hitam bisa mengurangi kadar kolesterol dalam darah serta
membantu mengontrol kadar glukosa dalam darah.
6. Yogurt

Penelitian Justin R. tahun 2018 menyebutkan bahwa konsumsi ≥ 2 porsi yogurt per
minggu dapat menurunkan risiko penyakit jantung pada orang dewasa
dengan hipertensi. Mineral kalsium dan kalium pada yogurt yang dikonsumsi secara
rutin bersama dengan buah serta sayuran lain bisa membantu kondisi hipertensi. Tetapi,
penderita penyakit jantung hendaknya memilih yogurt rendah lemak.

7. Flaxseed dan chia seed (biji - bijian)

Jenis biji-bijian utuh ini bisa diandalkan sebagai makanan ramah


jantung. Flaxseed dan chia seed kaya akan serat, omega 3, dan senyawa fitoestrogen
yang dapat membantu mengendalikan kadar kolesterol dan tekanan darah tetap normal.

Karena rasanya cenderung hambar, Anda bisa mencampur keduanya dengan minuman
atau makanan seperti yogurt dan bubur oatmeal.

8. Cokelat hitam

Berdasarkan temuan Chun Shing Kwok, dkk., konsumsi cokelat dikaitkan dengan
penurunan risiko penyakit jantung dan stroke, serta pencegahan kematian dini akibat
penyakit jantung. Peneliti juga berpendapat bahwa tampaknya cokelat tidak perlu
dihindari oleh pasien jantung.

Kandungan antioksidan flavonoid pada cokelat dipercaya memiliki kemampuan untuk


menurunkan tekanan darah, berperan sebagai antiinflamasi, mencegah penggumpalan
darah, serta memperlancar peredaran darah.

9. Buah beri dan kelompok sitrus

Kelompok buah beri, seperti bluberi, stroberi, blackberry, dan raspberry sudah dikenal
dengan berbagai manfaatnya bagi kesehatan tubuh, termasuk jantung, karena kaya akan
antioksidan. Pilihlah buah yang segar untuk mendapatkan semua kandungan nutrisinya.

Selain beri, kelompok buah lain yang tinggi juga antioksidan ialah kelompok sitrus,
seperti jeruk mandarin atau jeruk bali merah. Antioksidannya dapat meningkatkan
proses metabolisme lemak di tubuh, mencegah peradangan, dan kerusakan sel.

10. Ubi jalar


Umbi yang punya rasa manis ini mengandung vitamin A yang menyehatkan tubuh,
termasuk jantung Anda. Kandungan serat dan nutrisi lain diketahui dapat mengurangi
kadar kolesterol dalam darah.

Untuk nutrisi terbaik, sebaiknya Anda pilih ubi jalar yang berwarna oranye atau ungu.
Anda bisa menikmati ubi jalar dengan direbus, dipanggang, atau ditambahkan pada
sayur. Namun bagi Anda yang memiliki penyakit ginjal, jangan mengonsumsi ibu terlalu
banyak karena umbi ini mengandung oksalat yang cukup tinggi.

11. Buah ceri

Buah ceri bisa menjadi makanan pilihan untuk pasien penyakit jantung. Alasannya,
karena ceri kaya dengan antioksidan polifenol dan karotenoid, serat, serta vitamin C.
Semua nutrisi tersebut dapat meningkatkan fungsi jantung dan pembuluh darah. Pilihlah
buah ceri segar untuk mendapatkan semua manfaatnya.

12. Sayuran hijau

Diantara beragam jenis sayur hijau, brokoli, bayam, kangkung, sawi hijau, dan asparagus
paling direkomendasikan untuk penderita penyakit jantung. Kelompok sayuran ini
tinggi vitamin C, vitamin E, folat, kalium, kalsium, dan serat yang membantu jantung
terus berfungsi normal.

13. Tomat

Buah berwarna oranye ini mengandung berbagai senyawa penting seperti karotenoid,
vitamin A, kalsium. Berdasarkan penelitian, konsumsi jus tomat selama 8 minggu dapat
mengurangi kadar trigliserida darah sehingga mengurangi risiko penyempitan pembuluh
darah arteri akibat penumpukan plak.

Jus tomat juga bisa membantu menurunkan kadar kolesterol jahat dalam darah sekaligus
memperbaiki angka tekanan darah sistolik dan diastolik.

14. Delima

Manfaat delima untuk kesehatan tubuh memang cukup populer. Salah satunya, menjadi
makanan sehat untuk penyakit jantung. Ini karena buah delima mengandung senyawa
bioaktif punicalagin, yaitu antioksidan yang dapat melindungi jantung dari stres
oksidatif.
Stres oksidatif dapat menyebabkan peradangan pada tubuh, termasuk pembuluh darah
di sekitar jantung, juga mengganggu fungsi jaringan sel yang melapisi permukaan
pembuluh darah (endotel) sehingga meningkatkan risiko penyakit jantung.

Dengan minum jus delima yang kaya antioksidan, kerusakan sel dapat dicegah dan
mengecilkan kemungkinan terjadinya penyakit jantung.

15. Anggur

Senyawa aktif dalam buah anggur dapat mengurangi ketegangan atau kekakuan pada
pembuluh darah arteri. Kulit anggur merah yang mengandung antioksidan polifenol juga
bisa memelihara fungsi endotel.

Konsumsi buah anggur juga dipercaya mampu mengurangi lemak darah, menurunkan
tekanan darah, dan meningkatkan fungsi trombosit sehingga mencegah pembentukan
plak. Dengan begitu, risiko penyakit jantung dapat ditekan.

16. Apel

Mengandung serat, vitamin C dan antioksidan polifenol, apel dikenal mampu


menurunkan risiko penyakit jantung. Daging dan kulitnya pun mengandung
senyawa phytocomp, seperti catechin, epicatechin, procyanidin B1, dan beta karoten yang
dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Kadar kolesterol yang rendah otomatis
akan mencegah pembentukan plak di pembuluh arteri dan mengurangi risiko penyakit
jantung.

17. Alpukat

Zat-zat yang terkandung di dalam buah alpukat, seperti asam lemak tak jenuh,
antioksidan polifenol, karotenoid, vitamin E, fitosterol, bersifat larut dalam lemak. Semua
senyawa tersebut sangat populer dengan manfaatnya dalam menurunkan kadar
kolesterol.

Daging buah alpukat juga mengandung acetogenin yang bisa menghambat


penggumpalan platelet atau keping darah. Manfaat acetogenin ini kemungkinan besar
mencegah terjadinya penggumpalan darah di dalam pembuluh arteri.

18. Kopi
Kandungan antioksidannya diketahui dapat mengurangi stres oksidatif yang
menyebabkan peradangan. Tetapi, konsumsinya jangan terlalu banyak, terutama pada
orang yang punya gagal jantung dan hipertensi tidak terkendali.

Kafein dalam kopi bisa membuat denyut jantung jadi cepat dan tidak normal, serta
meningkatkan tekanan darah dan kadar low-density lipoprotein (LDL) alias kolesterol
jahat, jika dikonsumsi berlebihan. Penderita juga bisa memenuhi nutrisi, yang
terkandung dalam makanan ini, dari suplemen. Kini, di pasaran sudah banyak suplemen
dapat membantu menjaga kesehatan jantung, misalnya minyak ikan dan omega 3. Untuk
memelihara fungsi normal jantung, pasien juga dianjurkan agar menerapkan gaya hidup
sehat dengan berolahraga rutin.

Topik 14. Gizi dan Penyakit Kanker

Latar Belakang
Latar Belakang kanker

Kanker adalah penyakit yang prevalensinya semakin tahun semakin meningkat. Salah
satu pengobatan kanker adalah kemoterapi yang bertujuan membunuh sel-sel kanker
dengan obat melalui oral atau langsung masuk ke dalam darah/parenteral, tapi
sayangnya sel-sel yang normal pun ikut rusak dengan obat kemo tersebut. Tubuh yang
dimasuki obat kemo bereaksi dengan berbagai gejala diantaranya kelainan dari mulut,
oesophagus, lambung, gastrointestinal sebagai berikut mulut terasa sakit, kehilangan
cita rasa, mual, muntah, diare, perut penuh, kebiasaan buang air besar berubah, dll.
Sebagian besar pasien merasa tidak nyaman selama menjalani kemoterapi yang
menyebabkan problem asupan makanan menjadi berkurang.

Selain pelayanan pengobatan yang diberikan oleh dokter, tenaga kesehatan lain juga
berperan dalam membantu pasien diantaranya pelayanan keperawatan oleh perawat
yang biasa disebut dengan asuhan keperawatan dan asuhan gizi oleh dietisien (ahli gizi)
yang meliputi pengaturan pola makan yang baik akan mengurangi keluhan pasien dan
memperbaiki keadaan umum sehingga memperlancar pengobatan kemoterapi. Tujuan
mengatur makanan dan minuman (Diet) pada pasien kanker adalah membuat status gizi
optimal dengan cara: Memberikan makanan seimbang sesuai dengan kebutuhan zat gizi
dan daya terima pasien, mencegah penurunan berat badan serta mengurangi rasa mual,
muntah dan diare.

Kecukupan gizi pada pasien kanker


Kecukupan Gizi Pada Kanker

Setiap pasien kanker harus mendapat terapi diet yang tepat, oleh karena itu perlu
dilakukan asuhan gizi dengan langkah-langkah standar yaitu Assessment, Diagnosis,
Intervensi, Monitoring Evaluasi (ADIME). Pada saat pasien awal datang dimulai dengan
skrining gizi dilanjutkan dengan assessment gizi sebagai awal dari asuhan gizi dengan
melakukan pengumpulan data sebagai berikut:

 Data antropometri (tinggi badan, berat badan, index masa tubuh, serta
perubahan berat badan).
 Data Laboratorium terkait gizi (albumin, trasferin, CRP, gula darah, hemoglobin,
elektrolit, profil lipid, tes kliren kreatinin, tes fungsi hati, dan lain-lain).
 Data klinis/ fisik (Masa otot, lemak subkutan, gigi geligi, penampilan fisik).
 Data riwayat makan (pola makan, asupan makan, pengetahuan tentang makanan,
pantang, ketersediaan makanan, penurunan nafsu makan).
 Data riwayat personal (riwayat penyakit, konsumsi suplemen, riwayat keluarga).

Berdasarkan data assessment/ pengkajian gizi pada pasien kanker, ditegakkan Diagnosis
Gizi yang terdiri dari Problem Etiologi Sign/ symtom. Diagnosis yang sering muncul pada
pasien dengan kanker setelah menjalani kemoterapi adalah tidak adekuatnya asupan
makanan berkaitan dengan tidak napsu makan, mual, muntah yang ditandai dengan
asupan energi, protein kurang dari kebutuhan. Diagnosis gizi lain adalah malnutrisi
berkaitan dengan asupan makan yang kurang ditandai dengan berat badan yang
menurun, index masa tubuh dibawah standar normal dan terlihat keilangan masa lemak
dan masa otot diseluruh tubuh. Kehilangan berat badan pada pasien kanker merupakan
tanda prognosis yang kurang baik.

Langkah lanjut asuhan gizi setelah diagnosis gizi adalah Intervensi gizi yang terdiri dari
perencanaan dan implementasi termasuk didalamnya konseling dan edukasi gizi. Pada
pasien kanker dengan kemoterapi perencanaan dietnya adalah sebagai berikut :

- Energi sesuai dengan usia, TB, BB, berkisar 32-36 Kkal/kgBB.

- Protein 1-1.5 g/kgBB.

- Lemak 20% dari total kalori.

- Karbohidrat 60% dari kebutuhan

- Vitamin & mineral diberikan cukup.

- Makanan diajurkan yang dimasak matang sempurna, tidak dianjurkan mengkonsumsi


telur setengah matang, makanan mentah lainnya atau susu tanpa dipasturisasi, biasa
disebut neutropenic diet.

- Porsi kecil tapi sering, biasanya 6 kali sehari 3-4 x makan dan 2-3 x makanan
selingan/snack. Disajikan makanan kesukaan dan jangan makan menunggu sampai
kondisi lapar.

- Makanan dan snack disarankan yang mengandung tinggi kalori dan protein seperti
hasil produk dari susu, telur, daging, ikan, ayam.
- Bentuk makanan sesuai dengan kemampuan pasien mengkonsumsi, dapat berupa
kombinasi oral (nasi, tim, bubur dengan lauk pauknya, sayur dan buah) disertai makanan
enteral berupa susu sapi, susu kacang hijau, susu kedele.

- Asupan air harus cukup 8 s/d 10 gelas sehari selain untuk mencukupi kebutuhan,
agar fungsi ginjal tetap baik dan sisa obat kemo dapat keluar bersama urine. Sebagian
minuman dianjurkan yang tinggi kalori dan protein seperti milk shake, atau susu sebagai
suplemen.

Konseling gizi
Efek samping pengobatan kemoterapi dan solusinya diinformasikan pada pasien saat
memberikan konseling gizi sebagai berikut, apabila terjadi:

 Anoreksia: Makanan yang dingin lebih baik dari panas, cair jernih, es
krim,milkshake, gelatin, puding, semangka, anggur. Hindari minum sebelum
makan. Minuman dalam bentuk segar.
 Berat badan yang turun: menganjurkan mengkonsumsi makanan favorit. Bila
tidak dapat mengkonsumsi makanan oral dimodifikasi dengan kombinasi
makanan enteral.
 Mual/ Muntah: Makanan kering, hindari bau yang merangsang, hindari makanan
berlemak, anjurkan makan perlahan, tidak tiduran setelah makan.
 Diare: Memberikan cairan cukup, dengan modifikasi diet berdasarkan
kemampuan menelan, karena kadang terjadi dysphagia. Hindari makanan terlalu
panas/ dingin. Makanan lunak & saring lebih dapat diterima dari pada makanan
biasa. Hindari makanan pedas dan asam.
 Malabsorpsi: Pada kasus ini digunakan makanan enteral rendah laktosa.
Elemental diet/ oligomerik formula digunakan bila fungsi penyerapan zat gizi
sangat jelek. Na, K tinggi. Cair jernih berasal dari sirup atau kaldu 1X 24 jam dapat
membantu.

Monitoring dan evaluasi merupakan langkah akhir dari asuhan gizi, yang harus dilakukan
adalah mengumpulkan data sebagai berikut:

- Asupan makanan/ zat gizi yang dapat dikonsumsi.

- Status gizi berdasarkan Antopometri, biokimia, fisik.

- Kualitas hidup.

- Perilaku dan lingkungan (perubahan penget, perilaku mengenai makanan).

Sebagai penutup dapat disimpulkan mencegah kanker lebih baik dari pada mengobati
yaitu dengan mengontrol faktor risiko yang dapat dikontrol diantaranya merubah gaya
hidup dengan pola makan yang baik dan seimbang, menjaga IMT, olah raga, dan lain-
lain.
Terapi diet kanker dengan kemoterapi disesuaikan dengan kondisi pasien, yang
bertujuan optimalisasi status gizi. Cukup energi, protein, vitamin dan mineral, lemak
tidak berlebihan. Porsi kecil tapi sering, bentuk makanan sesuai kemampuan.

Anda mungkin juga menyukai