Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PELAYANANKESEHATAN
KELUARGA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Kebijakan Kesehatan

Oleh :
JUMIATI
233313011007

PRODI KESEHATAN MASYRAKAT


UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
TAHUN2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Kesehatan
Keluarga. Penulisan makalah merupakan persyaratan untuk menyelesaikan tugas
Bahasa Indonesia.
Dalam Penulisan makalah ini penulis menyadari masih terdapat
kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi. Mengingat
akan kemampuan yang dimiliki, penulis mengharapkan kritik dan saran dari
semua pihak demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya, khususnya para
pembaca makalah ini. Amin.

Redelong, 3 April 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2

C. Tujuan .................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesehatan Keluarga ........................................................... 3

B. Faktor yang Memengaruhi Keshatan Keluarga.................................... 5

C. Interaksi Keluarga dalam Rentang Sehat Sakit .................................... 7

D. Keluarga sebagai Unit yang Dirawat ................................................... 8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 10

B. Saran ..................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini perkembangan di bidang kesehatan sudah begitu pesat,
serta sudah menjadi sebuah hal yang sangat diutamakan dibandingkan
dengan kebutuhan lainnya. Melihat kondisi yang demikian, sudah
seharusnya bukan hanya tenaga kesehatan saja yang menjadi penanggung
jawab kesehatan, tetapi kesehatan merupakan tanggung jawab semua
masyarakat. Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat. Ini berarti
keluarga merupakan kelompok yang secara langsung berhadapan dengan
anggota keluarga selama 24 jam penuh. Menurut Mubarak, Wahit Iqbal,
dkk. (2007) peran keluarga adalah mampu mengenal masalah kesehatan,
mampu membuat keputusan tindakan, mampu melakukan perawatan pada
anggota keluarga yang sakit, mampu memodifikasi lingkungan rumah, dan
mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh
diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak berarti dan karena
kesehatanlah seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis.
Orang tua perlu mengenal keadaan sehat dan perubahan-perubahan yang
dialami anggita keluarganya. Perubahan sekecil apapun yang dialami
anggota keluarga secara tidak langsung akan menjadi perhatian dari orang
tua atau pengambil keputusan dalam keluarga (suprajitno, 2004). Menurut
Notoadmojo (2003) diartikan sebagai pengingat sesuatu yang sudah
dipelajari atau diketahui sebelumnya. Sesuatu tersebut adalah sesuatu
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima. Dalam mengenal masalah kesehatan keluarga haruslah mampu
mengetahui tentang sakit yang dialami pasien.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud kesehatan keluarga?


2. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi kesehatan keluarga?
3. Bagaimana interaksi keluarga dalam rentang sehat sakit?
4. Bagaimana keluarga sebagai unit pelayanan yang dirawat?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian kesehatan keluarga.
2. Mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi kesehatan keluarga.
3. Memahami interaksi keluarga dalam rentang sehat sakit.
4. Memahami keluarga sebagai unit pelayanan yang dirawat.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesehatan Keluarga


Pengertian kesehatan keluarga adalah pengetahuan tentang keadaan
sehat fisik, jasmani dan sosial dari individu-individu yang terdapat dalam
satu keluarga. Antara individu yang satu dengan lainnya saling
mempengaruhi dalam lingkaran siklus keluarga untuk mencapai derajat
kesehatan keluarga yang optimal.
Keluarga yang sehat adalah salah satu kekayaan yang tak
terhingga. Tapi tak sedikit dari kita yang masih mencari formulasi yang
tepat untuk mengajak seluruh anggota keluarga memiliki kebiasaan hidup
sehat. Mehmet C Oz, MD, dokter yang dibesarkan oleh Oprah Winfrey,
memberikan tip praktisnya untuk kita. “Jadikan trik ini seperti waktu
bersenang-senang untuk seluruh keluarga!”

1. Jangan keluar rumah dalam keadaan lapar. Ini adalah salah satu
cara agar seluruh anggota keluarga bebas dari risiko obesitas. Jika
kita keluar rumah dalam keadaan perut terisi, kita tidak akan
kelaparan saat di perjalanan menuju tempat aktivitas. Terutama jika
jarak rumah dan tempat tujuan cukup jauh, atau harus berhadapan
dengan kemacetan. Rasa lapar akan memicu hormon ghrelin
sehingga kita akan makan berlebihan setibanya di tempat tujuan.
“Plus tubuh membutuhkan 30 menit untuk mengembalikan ghrelin
kembali ke level normal. Selama menunggu 30 menit itu, kita akan
memakan apa saja untuk memenuhi panggilan rasa lapar. Jadi
sebaiknya pergilah dengan keadaan perut terisi,” Oz memaparkan.
Tapi jika terpaksa, sediakan sekantong kacang almon sebagai
camilan sehat di perjalanan.

3
2. Olahraga bersama setiap hari, minimal 20 menit buat apa olahraga
di tempat lain jika kita sekeluarga bisa melakukannya di rumah.
Terlebih jika kita kesulitan untuk menemukan jadwal untuk
berolahraga bersama. Oz menyarankan, sebelum sarapan bersama,
bangunkan seluruh anggota keluarga untuk sekadar jalan pagi atau
berolahraga dengan musik kesukaan bersama. “Tahu apa yang
terjadi ketika kita mencobanya hanya 20 menit? Setelah itu semua
anggota akan ketagihan karena sebenarnya 20 menit adalah waktu
yang singkat,” ucap Oz sambil mengingatkan kita agar
membuatnya menjadi seperti waktu bersenang-senang bagi seluruh
anggota keluarga.

3. Jadilah “food decider” untuk keluarga kita “Jangan langsung


membayangkan kita akan berperan seperti pemimpin yang otoriter,
tapi buatlah seluruh anggota keluarga menyukai pilihan makanan
yang kita berikan,” Oz mengingatkan. Caranya? “Jadilah koki
untuk keluarga kita.” Ini adalah trik merayu sebenarnya. Sebab
tanpa sadar, anggota keluarga akan lebih memilih menikmati
makanan yang kita buat ketimbang makan di luar. Ketika mereka
menyukai makanan rumah, itu artinya segala bahan yang kita pilih
benar-benar lulus sensor untuk memenuhi standar kebersihan serta
kesehatan. “Bagi yang punya anak-anak kecil, kita bisa menjadikan
ini cara agar mereka suka buah dan sayur”.

4. Makan malamlah bersama. Sebenarnya duduk dan menikmati


makan malam bersama bukanlah sekadar menghabiskan makanan
yang disajikan. Lebih dari itu, ujar Oz, makan malam bersama akan
menciptakan ikatan emosi kepada seluruh anggota keluarga. Ini
adalah modal kesehatan emosi dan membentuk rasa percaya diri
pada anggota keluarga, khususnya anak-anak. Ciptakan suasana
yang hangat dan terbuka sehingga ritual makan malam bersama
menjadi salah satu cara untuk memiliki waktu berkualitas bersama.

4
5. Cerita sebelum tidur. Bagi kita yang memiliki anak-anak yang
masih kecil, membacakan dongeng adalah salah satu cara untuk
membuat anak rileks menjelang tidur. Hal ini akan menjadi modal
anak untuk mendapatkan kualitas tidur terbaik. Biasakan anak
memiliki jam dan kualitas tidur yang baik karena jam dan kualitas
tidur bisa sangat berpengaruh untuk kesehatan tubuh. “Bahkan
ketika kita tidak dapat tidur dengan nyenyak, risiko serangan
jantung dan stroke akan membayangi kita,” ujar Oz.

6. Jadikan anak sebagai “polisi” makan sehat. Ketika kita mengajak


anak untuk menerapkan pola makan sehat, kita harus melibatkan
mereka. Caranya, jadikan mereka “polisi” makanan. Jika salah satu
anggota keluarga, termasuk orang tua, kedapatan menikmati junk
food, maka anak-anak sebagai polisi makanan berhak memberikan
sanksi kepada kita. Menurut Oz, ini tak hanya membuat anak
bagian dari proses kebiasaan sehat, tetapi secara langsung bisa
memilih makanan-makanan apa saja yang masuk kategori makanan
sehat dan tidak. Dengan demikan, secara sadar mereka akan
menerapkan pola makan sehat tanpa merasa dipaksa.

7. Eratkan asmara di atas tempat tidur bersama suami. Memiliki


jadwal teratur untuk bercinta bersama suami adalah cara
menyenangkan untuk membuat usia kita 3 tahun lebih panjang.
“Lakukan minimal dua kali seminggu,” Oz menyarankan.

B. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kesehatan Keluarga


1. Faktor Fisik
Ross, Mirowsaky, dan Goldstein tahun 1990 (dikutip dalam
Setiawati. 2013: 21) memberikan gambaran bahwa ada hubungan
positif antara perkawinan dengan kesehatan fisik. Contoh dari
hubungan tersebut antara lain : seorang suami sebelum menikah terlihat
kurus maka beberapa bulan kemudian setelah menikah akan terlihat

5
lebih gemuk, beberapa alasan dikemukakan bahwa dengan menikah
suami ada yang memperhatikan dan pola makan lebih teratur begitu
sebaliknya dengan istri (Setiawati, 2008 : 21).

2. Faktor Psikis
Terbentuknya keluarga akan menimbulkan dampak psikologis
yang besar, perasaan nyaman karena saling memperhatikan, saling
memberikan penguatan atau dukungan. Suami akan merasa tentram dan
terarah setelah beristri, begitupun sebaliknya (Setiawati, 2008 : 22).
Berdasarkan riset ternyata tingkat kecemaasan istri lebih tinggi
dibanding dengan suami, hal ini dimungkinkan karena bertambahnya
beban yang dialami istri setelah bersuami.

3. Faktor Sosial
Status sosial memiliki dampak yang signifikan terhadap fungsi
kesehatan sebuah keluarga. Dalam sebuah keluarga ada kecenderungan
semakin tinggi tingkat pendapatan yang diterima semakin baik taraf
kehidupannya. Tingginya pendapatan yang diterima akan berdampak
pada pemahaman tentang pentingnya kesehatan, jenis pelayanan
kesehatan yang dipilih, dan bagaimana berespon terhadap masalah
kesehatan yang ditemukan dalam keluarga (Setiawati, 2008 : 22).
Status sosial ekonomi yang rendah memaksa keluarga untuk
memarginalkan fungsi kesehatan keluarganya, dengan alasan
keluarganya akan mendahulukan kebutuhan dasarnya.

4. Faktor budaya
Faktor budaya terdiri dari (Setiawati, 2008 : 22-23) :
a) Keyakinan dan praktek kesehatan
b) Nilai-nilai keluarga
c) Peran dan pola komunikasi keluarga
d) Koping keluarga

6
C. Interaksi Keluarga dalam Rentang Sehat Sakit
Status sehat/sakit pada anggota keluarga dan keluarga saling
mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Menurut Gilliss dkk. (1989)
keluarga cenderung menjadi reaktor terhadap masalah kesehatan dan
menjadi faktor dalam menentukan masalah kesehatan anggota keluarga.
Menurut Suchulan tahun 1965 dan Doberty & Canphell tahun 1988
(dikutip dalam Ali, Z. 2010) yang disederhanakan oleh Marilyn M.
Friedman, ada 6 tahap interaksi antara sehat/sakit dan keluarga :
1. Tahap pencegahan sakit dan penurunan resiko
Keluarga dapat memainkan peran vital dalam upaya peningkatan
kesehatan dan penurunan resiko, misalnya mengubah gaya hidup dari
kurang sehat ke arah lebih sehat (berhenti merokok, latihan yang
teratur, mengatur pola makan yang sehat), perawatan pra dan pasca-
partum, iunisasi, dan lain-lain.
2. Tahap gejala penyakit yang dialami oleh keluarga
Setelah gejala diketahui, diinterpretasikan keparahannya,
penyebabnya, dan urgensinya, beberapa masalah dapat ditentukan.
Dalam berbagai studi Litman tahun 1974 (dikutip dalam Ali, Z. 2010)
disimpulkan bahwa keputusan tentang kesehatan keluarga dan tindakan
penanggulanangannya banyak ditentukan oleh ibu, yaitu 67%,
sedangkan ayah hanya 15,7%. Tidak sedikit masalah kesehatan yang
ditemukan pada keluarga yang kacau/tertekan.
3. Tahap mencari perawatan
Apabila keluarga telah menyatakan anggota keluarganya sakit dan
membutuhkan pertolongan, setiap orang mulai mencari informasi
tentang penyembuhan, kesehatan, dan validasi profesional lainnya.
Setelah informasi terkumpul keluarga melakukan perundingan untuk
mencari penyembuhan/perawatan di klinik, rumah sakit, di rumah, dan
lain-lain.

7
4. Tahap kontak keluarga dengan institusi kesehatan
Setelah ada keputusan untuk mencari perawatan, dilakukan kontak
dengan institusi kesehatan baik profesional atau nonprofesional sesuai
dengan tingkat kemampuan, misalnya kontak langsung dengan
peskesmas, rumah sakit, praktik dokter swasta, paranormal/dukun, dan
lain-lain.
5. Tahap respons sakit terhadap keluarga dan pasien
Setelah pasien menerima perawatan kesehatan dari praktisi, sudah
tentu ia menyerahkan beberapa hak istimewanya dan keputusannya
kepada orang lain dan menerima peran baru sebagai pasien ia harus
mengikuti aturan atau nasehat dari tenaga profesional yang merawatnya
dengan harapan agar cepat sembuh. Oleh karena itu terjadi respons dari
pihak keluarga dan pasien terhadap perubahan tersebut
6. Tahap adaptasi terhadap penyakit dan pemulihan
Adanya suatu penyakit yang serius dan kronis pada diri seorang
anggota keluarga biasanya memiliki pengaruh yang mendalam pada
sistem keluarga, khususnya pada sektor perannya dan pelaksana fungsi
keluarga. Untuk mengatsi hal tersebut, pasien/ keluarga harus
mengadakan penyesuaian atau adaptasi. Besarnya daya adaptasi yang
diperlukan dipengaruhi oleh keseriusan penyakitnya dan sentralitas
pasien dalam unit keluarga. Apabila keadaan serius (sangat tidak
mampu/semakin buruk) atau pasien tersebut orang penting dalam
keluarga, pengaruh kondisinya pada keluarga semakin besar. (Ali
Zaidin, 2010)

D. Keluarga Sebagai Unit Pelayanan yang Dirawat


Alasan keluarga sebagai unit pelayanan (Rust B Freeman, 1981):
1. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lambaga yang
menyangkut kehidupan masyarakat.

8
2. Keluarga sebagai suatu kelompok yang dapat menimbulkan, mencegah,
mengambil atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam
kelompoknya.
3. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga memang saling berkaitan,
apabila salah satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan
maka akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya.
4. Dalam memelihara kesehatan setiap anggota keluarga sebagai individu
(pasien), keluarga tetap berperan sebagai pengambilan keputusan dalam
memelihara kesehatan para anggotanya
5. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagi
upaya kesehatan masyarakat

Dalam melihat keluarga sebagai pasien ada beberapa karakteristik


yang perlu diperhatikan oleh perawat, diantara, diantarany adalah :
1. Setiap keluarga mempunyai cara yang unik dalam menghadapi masalah
kesehatan para anggotanya.
2. Memperhatikan perbedaan dari tiap-tiap keluarga, dari berbagai segi :
a) Pola komunikasi
b) Pengambilan keputusan
c) Sikap dan nalai-nilai dalam keluarga
d) Kebudayaan
e) Gaya hidup
3. Keluarga daerah perkotaan akan sangat berbeda dengan keluarga daerah
pedesaan.
4. Kemandirian dari tiap-tiap keluarga.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesehatan keluarga itu adalah pengetahuan tentang keadaan sehat
fisik, jasmani dan sosial dari individu-individu yang terdapat dalam satu
keluarga. Adapun faktor-faktor yang memengaruhi kesehatan keluarga,
yaitu: fakor fisik, psikis, sosial, dan buaya.
Tahap interaksi antara sehat/sakit dan keluaga, yaitu: tahap
pencegahan sakit dan penurunan risiko, tahap gejala penyakit yang dialami
keluarga, tahap mencari perawatan, tahap kontak keluarga dengan institusi
kesehatan, tahap respon sakit dari keluarga dan pasien, dan tahap adaptasi
terhadap penyakit dan pemulihan.
Alasan keluarga sebagai unit pelayanan, yaitu: keluarga merupakan
lembaga masyarakat, keluarga dapat menimbulkan dan mencegah masalah
kesehatan dalam kelompoknya, masalah kesehatan dalam keluarga saling
berkaitan, keluarga berperan sebagai pengambil keputusan dalam
memelihara kesehatan anggotanya, keluarga merupakan peantara untuk
berbagi upaya kesehatan masyarakat.

B. Saran
Semoga makalah ini memberikan informasi terkait kesehatan
keluarga. Dan diharapkan kepada pembaca agar mengambil referensi lain
sebagai bahan perbandingan. Saran dan kritikannya sangat kami harapkan
demi kesempurnaan makalah selanjutnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Z. 2010. Pengantar Keperawatan Keluarga. EGC: Jakarta.

Freeman, R. B. 1981. Community Health Nursing Practice. Philadelphia: W.B.


Saunders

Friedman, M.M. 1998. Keperawatan Keluarga: Teori dan Praktek. EGC: Jakarta.

Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. 2007. Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses
Belajar Mangajar dalam Pendidikan. Graha Ilmu: Yogyakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta:


Jakarta

Setiawati, S. 2008. Proses Pembelajaran Dalam Pendidikan Kesehatan. Trans


Info Media: Jakarta

Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga : Aplikasi dalam Praktik. EGC:


Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai