Disusun Oleh :
1. Arni badriah (PO71200190044)
2. Beby tri pratiwi (PO71200190028)
3. Debi kurniawan (PO71200190054)
4. Hilviza salpitri (PO71200190004)
5. Muhamad oktariansyah (PO71200190034)
6. Novadinda evintasari (PO71200190064)
7. Pita febriazcmi RN (PO71200190026)
8. Pizza aprilia (PO71200190058)
9. Putri inayah (PO71200190040)
Puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmatNyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sistem Endokrin Pada
Manusia” tepat pada waktunya.
Makalah ini penulis susun untuk melengkapi tugas Mata Kuliah “Ilmu Biomedik Dasar” selain
itu, untuk mengetahui dan memahami Sistem Endokrin Pada Manusia. Penulis mengucapkan
terima kasih pada pihak-pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu setiap pihak diharapkan
dapat memberikan masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun.
03 oktober 2019
penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
4. Bagaimana prilaku keluarga terhadap anggota keluarga yang terkena stunting?
4. Untuk mengetahui bagaimana prilaku kelurga terhadap anggota keluarga yang terkena
stunting.
BAB II
PEMBAHASAN
Duval
Menguraikan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi
yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan
fisik, mental, emosional serta sosial dari setiap anggota keluarga.
Keluarga Besar (Extended Family), adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang
masih mempunyai hubungan darah, seperti kakek, nenek, paman, dan bibi 2)
Pengelompokkan secara Modern Dipengaruhi oleh semakin berkembangnya peran individu dan
meningkatnya rasa individualisme, maka tipe keluarga modern dapat dikelompokkan menjadi
beberapa macam, diantaranya :
a. Tradisional Nuclear,
adalah keluarga inti (Ayah, Ibu dan Anak) yang tinggal dalam satu rumah yang ditetapkan oleh
sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, dimana salah satu atau keduanya dapat
bekerja di luar rumah.
b. Niddle Age/Aging
Couple, adalah suatu keluarga dimana suami sebagai pencari uang dan istri di rmah atau kedua-duanya
bekerja di rumah, sedangkan anak-anak sudah meninggalkan rumah karena
sekolah/menikah/meniti karier.
c. Dyadic Nuclear
adalah keluarga dimana suami-istri sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang keduanya
atau salah satunya bekerja di luar umah
d. Single Parent,
Adalah keluarga yang hanya mempunyai satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian
pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau di luar rumah.
e. Dual Carrier,
adalah keluarga dengan suami–istri yang kedua-duanya orang karier dan tanpa memiliki anak
f. Three Generation,
adalah keluarga yang terdiri atas tiga generasi atau lebih yang tinggal dalam satu rumah.
g. Comunal,
adalah keluarga yang dalam satu rumah terdiri dari dua pasangan suami-istri atau lebih yang
monogami berikut anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
h. Cohibing Couple / Keluarga Kabitas / Cahabitation,
adalah keluarga dengan dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa ikatan
perkawinan.
Tugas Keluarga
Pada dasarnya ada tujuh tugas pokok keluarga, yaitu sebagai berikut:
1). Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
2). Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga
3). Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-masing.
4). Sosialisasi antar anggota keluarga.
5). Pengaturan jumlah anggota keluarga
6). Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
7). Membangkitkan dorongan dan semangat pada anggota keluarga.
Balita pendek (stunting ) merupakan keadaan tubuh yang pendek dan sangat pendek
hingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau tinggi badan. Stunting
dapat di diagnosis melalui indeks antropometri tinggi badan menurut umur yang mencerminkan
pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan dengan indikasi kekurangan gizi
jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak memadai.
Stunting merupakan pertumbuhan linear yang gagal untuk mencapai potensi genetik sebagai
akibat dari pola makan yang buruk dan penyakit infeksi (ACC/SCN, 2000).
Stunting adalah masalah gizi utama yang akan berdampak pada kehidupan sosial dan ekonomi
dalam masyarakat. Ada bukti jelas bahwa individu yang
stunting memiliki tingkat kematian lebih tinggi dari berbagai penyebab dan terjadinya
peningkatan penyakit.
Stunting akan mempengaruhi kinerja pekerjaan fisik dan fungsi mental dan intelektual akan
terganggu (Mann dan Truswell, 2002). Hal ini juga didukung oleh Jackson dan Calder (2004)
yang menyatakan bahwa stunting berhubungan dengan gangguan fungsi kekebalan dan
meningkatkan risiko kematian. Di Indonesia, diperkirakan 7,8 juta anak mengalami
stunting data ini berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh UNICEF dan memposisikan
Indonesia masuk ke dalam 5 besar negara dengan jumlah anak yang mengalami
stunting tinggi (UNICEF, 2007). Hasil Riskesdas 2010, secara nasional prevalensi kependekan
pada anak umur 2-5 tahun di Indonesia adalah 35,6 % yang terdiri dari 15,1 % sangat pendek dan
20 % pendek.
1.Berat badan dan panjang badan lahir bisa normal,atau BBLR(berat bayi lahir rendah) pada
keterlambatan tumbuh intra uterine, umumnya tumbuh kelenjarnya tidak sempurna.
2.Pertumbuhan melambat, batas bawah kecepatan tumbuh adalah 5cm/tahun desimal.
3.Pada kecepatan tumbuh tinggi badan < 4cm/ tahun kemungkinan ada kelainan hormonal.
4.Umur tulang (bone age) bisa normal atau terlambat untuk umurnya.
5.Pertumbuhan tanda tanda pubertas terlambat.
C.Patofisiologi stunting
Terjadinya stunting pada balita seringkali tidak disadari, dan setelah dua tahun baru
terlihat ternyata balita tersebut pendek Masalah gizi yang kronis pada balita disebabkan oleh
asupan gizi yang kurang dalam waktu yang cukup lama akibat orang tua/keluarga tidak tahu atau
belum sadar untuk memberikan makanan yang sesuai dengan kebutuhan gizi anaknya. Riskesdas
2010 menemukan bahwa ada 21,5% balita usia 2-4 tahun yang mengonsumsi energi di bawah
kebutuhan minimal dan 16% yang mengonsumsi protein di bawah kebutuhan minimal. Dan bila
ini berlangsung dalam waktu lama, maka akan mengganggu pertumbuhan berat dan tinggi badan.
Pada ibu hamil juga terdapat 44,4% yang mengonsumsi energi di bawah kebutuhan minimal dan
49,5% wanita hamil yang mengonsumsi protein di bawah kebutuhan minimal yang berdampak
pada terhambatnya pertumbuhan janin yang dikandungnya. Selain asupan yang kurang,
seringnya anak sakit juga menjadi penyebab terjadinya gangguan pertumbuhan. Sanitasi
lingkungan mempengaruhi tumbuh kembang anak melalui peningkatan kerawanan anak terhadap
penyakit infeksi. Anak yang sering sakit akibat rendahnya perilaku
hidup bersih dan sehat dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan kronis dan berdampak anak
menjadi pendek.
Dari hasil Riskesdas, 2010 lebih dari setengah (54,9%) masyarakat kita memiliki akses sumber
air minum tidak terlindung. Hanya 55,5% masyarakat yang terakses dengan sanitasi, di
perkotaan 71,4% dan pedesaan 38,5%. Penanganan sampah di masyarakat 52% dibakar dan
penggunaan bahan bakar arang dan kayu bakar 40,0%. Selain itu juga ternyata Dua dari 3
perokok kita (76,7%) merokok di rumah dan dampak dari semua ini berpotensi menyebabkan
penyakit diare dan gangguan pernapasan pada balita.
D.Penyebab Stunting
Menurut beberapa penelitian, kejadian stunted pada anak merupakan suatu proses
kumulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan sepanjang siklus kehidupan. Pada
masa ini merupakan proses terjadinya stunted pada anak dan peluang peningkatan stunted terjadi
dalam 2 tahun pertama kehidupan. Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan
penyebab tidak langsung yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan
janin. Ibu hamil dengan gizi kurang akan menyebabkan janin mengalami intrauterine growth
retardation (IUGR), sehingga bayi akan lahir dengan kurang gizi, dan mengalami gangguan
pertumbuhan dan perkembangan.
Anak-anak yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan disebabkan kurangnya asupan
makanan yang memadai dan penyakit infeksi yang berulang, dan meningkatnya kebutuhan
metabolic serta mengurangi nafsu makan, sehingga meningkatnya kekurangan gizi pada anak.
Keadaan ini semakin mempersulit untuk mengatasi gangguan pertumbuhan yang akhirnya
berpeluang terjadinya stunted (Allen and Gillespie, 2001).
Beberapa faktor yang terkait dengan kejadian stunted antara lain kekurangan energi dan
protein, sering mengalami penyakit kronis, praktek pemberian makan yang tidak sesuai dan
faktor kemiskinan. Prevalensi stunted meningkat dengan bertambahnya usia, peningkatan terjadi
dalam dua tahun pertama kehidupan, proses pertumbuhan anak masa lalu mencerminkan standar
gizi dan kesehatan. Menurut laporan UNICEF (1998) beberapa fakta terkait stunted dan
pengaruhnya antara lain sebagai berikut :
1.Anak-anak yang mengalami stunted lebih awal yaitu sebelum usia enam bulan, akan
mengalami stunted lebih berat menjelang usia dua tahun. Stunted yang parah pada anak-anak
akan terjadi deficit jangka panjang dalam perkembangan fisik dan mental sehingga tidak mampu
untuk belajar secara optimal di sekolah, dibandingkan anak- anak dengan tinggi badan normal.
Anak-anak dengan stunted cenderung lebih lama masuk sekolah dan lebih sering absen dari
sekolah dibandingkan anak-anak
dengan status gizi baik. Hal ini memberikan konsekuensi terhadap kesuksesan anak dalam
kehidupannya dimasa yang akan datang.
2.Stunted akan sangat mempengaruhi kesehatan dan perkembanangan anak. Faktor dasar yang
menyebabkan stunted dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan intelektual. Penyebab
dari stunted adalah bayi berat lahir rendah, ASI yang tidak memadai, makanan tambahan yang
tidak sesuai, diare berulang, dan infeksi pernapasan. Berdasarkan penelitian sebagian besar anak-
anak dengan stunted mengkonsumsi makanan yang berada di bawah ketentuan rekomendasi
kadar gizi, berasal dari keluarga miskin dengan jumlah keluarga banyak, bertempat tinggal di
wilayah pinggiran kota dan komunitas pedesaan.
3.Pengaruh gizi pada anak usia dini yang mengalami stunted dapat mengganggu pertumbuhan
dan perkembangan kognitif yang kurang. Anak stunted pada usia lima tahun cenderung
menetapsepanjang hidup, kegagalan pertumbuhan anak usia dini berlanjut pada masa remaja dan
kemudian tumbuh menjadi wanita dewasa yang stunted dan mempengaruhi secara langsung pada
kesehatan dan produktivitas, sehingga meningkatkan peluang melahirkan anak dengan BBLR.
Stunted terutama berbahaya pada perempuan, karena lebih cenderung menghambat dalam proses
pertumbuhan dan berisiko lebih besar meninggal saat melahirkan.
Dampak Stunting
Stunting dapat mengakibatkan penurunan intelegensia (IQ), sehingga prestasi belajar
menjadi rendah dan tidak dapat melanjutkan sekolah. Bila mencari pekerjaan, peluang gagal tes
wawancara pekerjaan menjadi besar dan tidak mendapat pekerjaan yang baik, yang berakibat
penghasilan rendah (economic productivity hypothesis) dan tidak dapat mencukupi kebutuhan
pangan. Karena itu anak yang menderita stunting berdampak tidak hanya pada fisik yang lebih
pendek saja, tetapi juga pada kecerdasan, produktivitas dan prestasinya kelak setelah dewasa,
sehingga akan menjadi beban negara. Selain itu dari aspek estetika, seseorang yang tumbuh
proporsional akan kelihatan lebih menarik dari yang tubuhnya pendek.
Stunting yang terjadi pada masa anak merupakan faktor risiko meningkatnya angka
kematian, kemampuan kognitif, dan perkembangan motorik yang rendah serta fungsi-fungsi
tubuh yang tidak seimbang (Allen & Gillespie, 2001). Gagal tumbuh yang terjadi akibat kurang
gizi pada masa-masa emas ini akan berakibat buruk pada kehidupan berikutnya dan sulit
diperbaiki.
Masalah stunting menunjukkan ketidakcukupan gizi dalam jangka waktu panjang, yaitu
kurang energi dan protein, juga beberapa zat gizi mikro.
1. Gizi Buruk
Malnutrisi atau gizi buruk adalah salah satu masalah kesehatan di Indonesia yang sangat umum.
Kondisi ini rentan dialami oleh mereka yang masih berusia anak-anak. Gizi yang buruk berakibat
pada sejumlah komplikasi kesehatan serius pada anak yang mengalaminya.
Salah satu akibat malnutrisi atau gizi buruk tersebut adalah stunting. Stunting adalah kondisi
malnutrisi kronis di mana penderitanya mengalami gangguan pertumbuhan, dalam hal ini, tinggi
badan. Ya, seorang anak dikatakan mengidap stunting ketika ia memiliki tinggi badan lebih
pendek dari tinggi badan ideal untuk ukuran anak seusianya (merujuk standar baku WHO-
MGRS).
Masalahnya, masih banyak masyarakat yang percaya bahwa stunting ini erat kaitannya dengan
faktor genetik. Kendati hal tersebut benar, namun para orangtua juga harus paham bahwa
stunting juga bisa dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal, seperti:
Selain stunting, malnutrisi pada anak bisa menyebabkan komplikasi kesehatan lainnya seperti
busung lapar. Memastikan anak Anda untuk senantiasa terpenuhi kebutuhan nutrisi dan
vitaminnya sejak usia dini (bahkan saat masih berada di dalam kandungan) adalah solusi untuk
mencegah anak dari kondisi malnutrisi tersebut.
Pasalnya, kondisi malnutrisi tidak hanya berdampak pada terhambatnya pertumbuhan. Lebih dari
itu, masalah kesehatan di Indonesia ini menyebabkan penurunan kualitas sumber daya manusia
(SDM) sehingga dapat mengancam daya saing bangsa Indonesia dengan bangsa lain di dunia.
2. Tuberkulosis (TBC)
Tuberkulosis (TBC) adalah masalah kesehatan selanjutnya yang marak terjadi di Indonesia. Data
dari WHO menyebutkan bahwa Indonesia menjadi Negara dengan penderita TBC terbesar kedua
di dunia.
Melansir situs resmi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) yakni
depkes.go.id, berdasarkan Rakekesnas 2018, jumlah penderita TBC di Indonesia mencapai 759
per 100 ribu penduduk berusia 15 tahun ke atas. Pria menjadi kelompok yang lebih banyak
mengidap penyakit ini, sementara wilayah perkotaan menjadi titik TBC terbanyak.
Masih dilansir dari situs yang sama, Pemerintah melalui Kemenkes tengah mencanangkan solusi
penanganan TBC ini, yaitu dengan:
3. Kematian Ibu
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, kasus kematian ibu saat melahirkan adalah masalah
kesehatan yang cukup memprihatinkan di Bumi Pertiwi.
Indonesia masih dikatakan tertinggal dalam hal angka kematian ibu (AKI), di mana pada tahun
2015 mencapai 305 kasus per 100 ribu kelahiran. Jangankan bersaing dengan Negara-negara
maju seperti Jerman, Inggris, Jepang. Dengan Negara-negara tetangga seperti Singapura dan
Malaysia saja, Indonesia masih tertinggal.
Hal ini tentunya menjadi PR besar bagi Pemerintah, mengingat masalah kesehatan yang satu ini
secara tidak langsung berdampak pada stabilitas sosial dan ekonomi Negara.
Perdarahan akut
Kejang (eklampsia)
Aborsi
Infeksi kehamilan
4. Kematian Bayi
Kasus kematian bayi, balita, hingga anak-anak usia remaja juga menjadi masalah kesehatan di
Indonesia yang masih terus menyumbang persentase besar.
Kondisi ini tak lepas dari sejumlah faktor. Pada kasus kematian bayi, asupan nutrisi yang kurang
selama masih berada di dalam kandungan disinyalir menjadi penyebab utamanya. Sedangkan
pada anak balita hingga remaja, faktor-faktor yang menyebabkan kematian umumnya meliputi:
Oleh sebab itu, perlu adanya semacam edukasi secara masif kepada seluruh lapisan masyarakat
guna mencegah penyakit-penyakit ini merenggut nyawa.
5. Penyakit Menular
Penyakit menular juga menjadi penyumbang terbesar masalah kesehatan di Indonesia. DBD,
malaria, leptospirosis, flu babi, hingga HIV/AIDS adalah contoh penyakit menular yang sudah
‘akrab’ dengan kehidupan masyarakat Indonesia.
Sejumlah langkah pun telah dilakukan sebagai solusi untuk mengatasi pelbagai masalah
kesehatan tersebut. Khusus HIV/AIDS, Pemerintah terus memperbaiki segala elemen yang
berkaitan dengan pengobatan penyakit ini, mulai dari tenaga medis, fasilitas kesehatan, tata
laksana penanganan, hingga laboratorium.
Selain itu, sebuah sistem bernama Early Warning and Responds System (EWARS) adalah cara
lainnya yang dilakukan Negara guna mencegah penyebaran penyakit menular.
6. Penyakit Tidak Menular
Tidak hanya penyakit menular sebagaimana dijelaskan di atas, Indonesia juga menghadapi
‘serangan’ penyakit tidak menular. Sebut saja komplikasi paru-paru dan sistem pernapasan
secara keseluruhan, yang mana hal ini berkaitan dengan kualitas udara yang buruk, terutama di
daerah perkotaan.
Diabetes, tekanan darah tinggi (hipertensi), dan tak ketinggalan, kanker, adalah penyakit tidak
menular lainnya yang sampai saat ini masih terus menghantui rakyat Indonesia.
Edukasi tentang kesehatan secara rutin dan terstruktur adalah solusi untuk menekan peningkatan
jumlah penderita penyakit-penyakit tersebut. Masyarakat pun dihimbau untuk selalu waspada
dengan cara sebisa mungkin menerapkan pola hidup sehat.
7. Gangguan Jiwa
Dihimpun dari berbagai sumber, Indonesia memiliki kuantitas pengidap gangguan jiwa
yang cukup banyak, yakni sekitar 14 juta jiwa. Bahkan, 400 ribu di antaranya disebut mengidap
gangguan jiwa parah. Hal ini menjadikan gangguan jiwa menjadi masalah kesehatan di Indonesia
yang memerlukan perhatian khusus guna menekan peningkatan jumlahnya.
Pasalnya, hal ini turut memengaruhi kualitas dan produktivitas masyarakat Indonesia, yang
lantas juga berdampak terhadap daya saing bangsa Indonesia di dunia. Kendati demikian,
Pemerintah sudah berusaha untuk mengambil langkah sebagai solusi atas masalah ini, seperti
diimplementasikannya program Upaya Kesehatan Jiwa Berbasis Masyarakat (UKJBM) yang
melibatkan Puskesmas dan masyarakat.
2. Perilaku pencarian dan penggunaan sisitem atau fasilitas pelayanan kesehatan
Upaya seseorang pada saat menderita dan atau kecelakaan.Dimulai dari pengobatan sendiri
sampai mencari pengobatan ke luar negeri.
3. Perilaku kesehatan lingkungan
Becker, 1979 membuat klasifikasi tentang perilaku kesehatan, diantaranya :
1.Pemerintah perlu gencar dalam melakukan perbaikan gizi pada bayi dan balita
2.Pemerintah perlu meningkatkan mutu pangan pada masyarakat khusunya bagi bayi dan balita
agar berbagai masalah gizi bisa dicegah
2012.
Laporan Tahunan Indonesia. 2013. Penyajian Pokok-Pokok Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013.
http://www.stbm-indonesia.org/dkconten.php?id=5433
http://kualitasnews.com/stunting-dan-dampak-kehidupannya-kedepan/
http://catatanseorangahligizi.wordpress.com/2012/01/06/stunting/
http://nagasu123.blogspot.com/2016/12/keluarga-sehat-dan-sejahtera.html
http://perilakukesehatan.blogspot.com/2011/12/perilaku-kesehatan.html
http://www.indonesian-publichealth.com/perilaku-dan-masalah-kesehatan/
https://www.academia.edu/36712494/TUGAS_1-Makalah_Ilmu_Gizi