Disusun oleh :
1. Titik Puspitasari (1703061)
2. Dwi Pujiani (1703069)
3. Mega Maharani (1703039)
4. Andre Arianto (1703005)
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapat dukungan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik dari pembaca demi kempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4
1. Latar belakang.................................................................................................................................4
BAB II.........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................6
A. Konsep Dasar Keperawatan Keluarga............................................................................................6
1. Pengertian....................................................................................................................................6
2. Tipe Keluarga..............................................................................................................................7
3. Fungsi Keluarga...........................................................................................................................9
4. Tahap Perkembangan Keluarga.................................................................................................11
5. Peran Perawat Keluarga.............................................................................................................14
B. Konsep Keperawatan Keluarga Dengan Keluarga Dewasa Pertengahan.......................................15
1. Pengertian..................................................................................................................................15
2. Karakteristik keluarga dewasa pertengahan...............................................................................16
3. Masalah yang biasa ditemukan oleh keluarga dewasa pertengahan...........................................16
4. Tugas Perkembangan.................................................................................................................17
C. Asuhan Keperawatan Keluarga (Dewasa Pertengahan).................................................................20
Kasus.................................................................................................................................................20
1. Pengkajian.................................................................................................................................20
2. Analisa Data..............................................................................................................................28
BAB III......................................................................................................................................................40
PENUTUP.................................................................................................................................................40
1. Simpulan........................................................................................................................................40
2. Saran..............................................................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................41
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Keluarga merupakan bagian dari manusia yang setiap hari selalu berhubungan
dengan individu manusia. Keadaan yang harus disadari adalah setiap individu merupakan
bagian dari keluarga dan dikeluarga juga semua dapat diekspresikan. Asuhan
keperawatan keluarga yaitu suatu rangkaian kegitatan yang diberi via praktek
keperawatan pada keluarga.
Asuhan keperawatan keluarga digunakan untuk membantu menyelesaikan
masalah kesehatan keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Agar
pelayanan kesehatan yang diberikan dapat diterima oleh keluarga, maka perawat harus
mengerti, memahami tipe dan struktur keluarga, tahu tingkat pencapaian keluarga dalam
melakukan fungsinya dan perlu paham setiap tahap perkembangan keluarga dan tugas
perkembangannya.
Status sehat atau sakit dalam keluarga saling mempengaruhi satu sama lain. Suatu
penyakit dalam keluarga mempengaruhi seluruh keluarga dan sebaliknya mempengaruhi
jalanya suatu penyakit dan status kesehatan anggota keluarga. Keluarga cenderung dalam
pembuatan keputusan dan proses terapeutik pada setiap tahap sehat dan sakit pada para
anggota keluarga. Keluarga merupakan para anggota sebuah keluarga baiasanya hidup
bersama-sama dalam satu rumah tangga, atau jika mereka hidup secara terpisah, mereka
tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah tangga mereka.
Pada keluarga dewasa merupakan tahap dimana semua anak akan pergi atau
keluar meninggalkan rumah atau orang tuanya. Didalam kehidupan keluarga dewasa
dimana orang tuanya akan merasa banyak kehilangan karena perginya anak-anak dari
rumah. Pada keluarga ini juga terdapat berbagai masalah yang dialami oleh keluarga itu
sendiri. Dan perawat sangat berperan penting dalam memenuhi kebutuhan yang berkaitan
dengan kesehatan kepada keluarga.
Dari data yang sudah kami sajikan tentang keluarga pada dewasa pertengahan,
maka disini kelompok tertarik untuk membahas lebih spesifik tentang konsep dan asuhan
keperawatan keluarga pada dewasa pertengahan , agar dapat memenuhi kebutuhan akan
informasi yang mengenai kesejahteraan hidup dan khususnya kesehatan, yang nantinya
akan kami bahas secara rinci dan mendalam pada bab selanjutnya.
2. Rumusan masalah
a. Apa yang dimaksud dengan konsep dasar keluarga ?
b. Apa yang dimaksud dengan konsep keperawatan keluarga dengan keluarga dewasa
pertengahan ?
c. Bagaimana asuhan keperawatan keluarga (dewasa pertengahan) ?
3. Tujuan
a. Untuk mengetahui konsep dasar keluarga.
b. Untuk mengetahui konsep keperawatan keluarga dengan keluarga dewasa
pertengahan.
c. Untuk mengetahui asuhan keperawatan keluarga (dewasa pertengahan).
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan kumpulan dari beberapa komponen
yang saling berinteraksi satu dengan lainnya (Logan’s, 2004). Keluarga adalah
sebagaimana sebuah kesatuan yang komplek dengan atribut yang dimiliki tetapi terdiri
dari beberapa komponen yang masing-masing mempunyai sebagaimana individu ( Illis,
2004 ). Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih masing-
masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak, dan
nenek. (Raisner, 2009). Duvall (1986, dalam Ali, 2009 ), menguraikan bahwa keluarga
adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan
untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional, serta sosial dari setiap anggota keluraga.
Istilah keluarga akan menghadirkan gambaran adanya individu dewasa dan anak
yang hidup bersama secara harmonis dan memuaskan. Keluarga bukan sekedar gabungan
dan jumlah dari beberapa individual. Keluarga memiliki keragaman seperti anggota
individunya dan klien memiliki nilai – nilai tersendiri mengenai keluarganya yang harus
dihormati. Keluarga sebagai suatu kelompok hubungan yang indentifikasi klien sebagai
keluarga atau jaringan individu yang mempengaruhi kehidupan masing – masing tanpa
melihat adanya hubungan biologis atau pun hukum (Perry, 2009, hal 202).
Menurut (Friedman, 1998), membuat defenisi yang berorientasi pada tradisi dan
digunakan sebagai referensi secara luas :
a) Keluarga terdiri dari orang – orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan
ikatan adopsi.
b) Para anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama – sama dalam satu rumah, atau
jika mereka hidup secara terpisah, mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut
sebagai rumah mereka.
c) Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam peran – peran
sosial keluarga seperti suami-istri, ayah dan ibu, anak laki – laki dan anak perempuan,
saudara dan saudari.
d) Keluarga sama – sama menggunakan kultur yang sama, yaitu kultur yang diambil dari
masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri.
2. Tipe Keluarga
Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai macam
pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial maka tipe keluarga berkembang
mengikuti. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat
kesehatan maka perawat perlu mengetahui berbagai tipe keluarga (Suprajitno, 2004).
Menurut (Friedman, 2009), adapun tipe keluarga sebagai berikut :
a) Tipe keluarga tradisional
1) Keluarga Inti (The nuclear family)
Keluarga yang terdiri dari suami istri dan anak (kandung atau angkat).
2) Keluarga Dyad
Suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak.
3) Single Parent
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak (kandung atau angkat).
Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian.
4) Single adult living alone
Suatu rumah tangga yang terdiri dari 1 orang dewasa hidup sendiri.
5) The childless
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah, bisa disebabkan karena mengejar
karir atau pendidikan.
6) Keluarga Besar (The extended family)
Keluarga yang terdiri dari keluarga inti ditambah keluarga lain, seperti paman,
bibi, kakek, nenek dan lain-lain.
7) Commuter family
Kedua orang tua bekerja diluar kota, dan bisa berkumpul pada hari minggu atau
hari libur saja.
8) Multi generation
Beberapa generasi atau kelompok umum yang tinggal bersama dalam 1 rumah.
9) Kin-network family
Beberapa keluarga yang tinggal bersama atau saling berdekatan dan
menggunakan barang-barang pelayanan seperti dapur, sumur yang sama.
10) Blended family
Keluarga yang dibentuk dari janda atau duda dan membesarkan anak dari
perkawinan sebelumnya.
11) Keluarga usila
Keluarga terdiri dari suami dan istri yang ssudah usia lanjut, sedangkan anak
sudah memisahkan diri.
a. Tipe keluarga non tradisional
1) Keluarga Orang Tua Tunggal Tanpa Menikah (The unmerrid teenage mother).
Keluarga yang terdiri dari 1 orang dewasa terutama ibu dan anak dari hubungan
tanpa nikah.
2) The step parents family
Keluarga dengan orang tua tiri.
3) Commune family
Keluarga yang terdiri dari lebih dari satu paangan monogami yang menggunakan
fasilitas secara bersama.
4) The nonmarrital hetero seksual cohabiting family
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa nikah.
5) Keluarga Homoseksual (Gay and lesbian family)
Seorang yang mempunyai persamaan seks tinggal dalam 1 rumah sebagaimana
pasangan suami istri.
6) Cohabitating couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena alasan
tertentu.
7) Groupmarriage family
Beberapa orang dewasa yang telah merasa saling menikah berbagi sesuatu
termasuk seks dan membesarkan anak.
8) Group nertwork family
Beberapa keluarga inti yang dibatasi oleh norma dan aturan, hidup berdekatan dan
saling menggunakan barang yang sama dan bertanggung jawab membesarkan
anak.
9) Foster family
Keluaraga yang menerima anak yang tidak ada hubungan saudara untuk waktu
sementara.
10) Home less family
Keluarga yang terbentuk tanpa perlindungan yang permanen karena keadaan
ekonomi atau problem kesehatan mental.
11) Gang
Keluarga yang dekstruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan emosional,
berkembang dalam kekerasan dan kriminal.
3. Fungsi Keluarga
Menurut (Friedman, 2009), mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga yaitu :
a. Fungsi afektif
Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis
kekuatan keluarga. Berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan
melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagian dan kegembiraan dari seluruh
anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang positif.
Hal tersebut dipelajari dan dikembangan melalui interaksi dan hubungan dalam
kelurga. Dengan demikian kelurga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh
keluarga dapat mengembangkan konsep diri yang positif. Komponen yang perlu
dipenuhi oleh keluarga dalam fungsi afektif adalah :
a) Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung
antar anggota keluarga. Setiap anggota yang mendapatkan kasih sayang dan
dukungan dari anggota yang lain maka kemampuan untuk memberikan kasih
sayang akan maningkat yang pada akhirnya tercipta hubungan yang hangat dan
saling mendukung. Hubungan intim didalam keluarga merupakan modal dasar
memberi hubungan dengan orang lain diliat keluarga atau masyarakat.
b) Saling menghargai bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui
keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim
yang positif maka fungsi afektif akan tercapai.
c) Ikatan dan identifikasi, ikatan dimulai sejak pasangan sepakat memulai hidup
baru. Ikatan anggota keluarga dikembangkan melalui proses identifikasi dan
penyesuian pada berbagai aspek kehidupan anggota keluarga. Orang tua harus
mengemban proses identifikasi yang positif sehingga anak-anak dapat meniru
perilaku yang positif tersebut.
Fungsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan kabahagian keluarga
keretakan keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah kelurga timbul
karena fungsi afektif keluarga tidak terpenuhi.
b. Fungsi sosialisasi
Individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam
lingkungan sosial. Sosialisasi dimulai sejak lahir, keluarga merupakan tempat
individu untuk belajar bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan
keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang
diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar disiplin, belajar norma-
norma, budaya dan perilaku melalui hubungan dan interaksi dengan keluaarga.
c. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya
manusia.
d. Fungsi ekonomi
Keluarga memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang seperti kebutuhan makanan,
tempat tinggal dan lain sebagainya.
e. Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan yaitu
mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan merawat anggota keluarga yang sakit.
Kemampuan keluarga memberikan asuahan kesehatan mempengaruhi status
kesehatan keluarga. Kesanggupan kelurga melaksanakan pemeliharaan kesehatan
dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan.
Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut :
1) Mengenal masalah.
2) Membuat keputusan tindakan yang tepat.
3) Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
4) Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat.
5) Mempertahankan hubungan dengan fasilitas kesehatan masyarakat.
1. Pengertian
Dewasa pertengahan merupakan usia sekitar 35-40 tahun & berakhir sekitar 60-65
tahun (Schaie & Willis,1996 dlm Psikologi Perkembangan). Dewasa Pertengahan adalah
masa menyesuaikan diri & kesedaran bahawa ia bukan lagi muda & masa depannya tidak
lagi dipenuhi dengan kemungkinan-kemungkinan yg tidak terhadapi, hasilnya membawa
satu masa krisis, (Craig, 1976). Usia dewasa tengah (Middle adulthood) disebut sebagai
periode perkembangan yang dimulai kira-kira 35-45 tahun hingga memasuki usia 60an
tahun. (Santrock, 1995)
Keluarga dewasa pertengahan merupakan salah satu tahap usia pertengahan bagi
orang tua, dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat
pensiun atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini biasanya dimulai ketika orang tua
memasuki usia 45-55 tahun dan berakhir pada saat seorang pasangan pensiun, biasanya
16-18 tahun kemudian. Biasanya pasangan suami istri dalam usia pertengahan merupakan
sebuah keluarga inti meskipun masih berinteraksi dengan orangtua mereka yang lanjut
usia dan anggota keluarga lain dari keluarga asal mereka dan juga anggota keluarga dari
hasil perkawinan keturunannya.
Pasangan Postparental (pasangan yang anak-anaknya telah meninggalkan rumah)
biasanya tidak terisolasi lagi saat ini, semakin banyak pasangan usia pertengahan hidup
hingga menghabiskan seluruh masa hidupnya dan menghabiskan sebagian masa hidupnya
dalam fase postparental, dengan hubungan ikatan keluarga hingga empat generasi, yang
merupakan hal yang biasa(Troll, 1971, dalam Friedman, 1988, hal 130).
Dari definisi tentang keluarga usia dewasa pertengahan diatas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa keluarga usia dewasa pertengahan adalah keluarga yang usianya 40-60
tahun, dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun
atau kematian salah satu pasangan didalam keluarga.
4. Tugas Perkembangan
Usia dewasa pertengahan yang merupakan usia rata-rata dimana para orang tua
melepaskan anak mereka yang terakhir ditandai sebagai masa kehidupan yang
“terperangkap” yaitu terperangkap antara tuntutan kaum kaum muda dan terperangkap
antara dunia kerja dan tuntutan yang bersaing dan keterlibatan keluarga, dimana
seringkali tampaknya tidak mungkin memenuhi tuntutan-tuntutan dari kedua bidang
tersebut.
Tugas perkembangan keluarga dewasa menurut Fridman (1998, hal 131) yang
penting pada fase ini adalah :
a. Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan.
Dalam masa ini upaya untuk melaksanakan gaya hidup sehat menjadi lebih
menonjol bagi pasangan, meskipun kenyataanya bahwa mungkin mereka telah
melakukan kebiasaan-kebiasaan yang sifatnya merusak diri selama 45-64 tahun.
Meskipun dapat dianjurkan sekarang, karena “lebih baik sekarang dari pada tidak
pernah” adalah selalu benar, agaknya terlalu terlambat untuk mengembalikan begitu
banyak perubahan-perubahan fisiologis yang telah terjadi, seperti tekanan darah
tinggi akibat kurangnya olahraga, stress yang berkepanjangan, menurunnya kapasitas
vital akibat merokok.
Motivasi utama orang usia pertengahan untuk memperbaiki gaya hidup mereka
adalah karena adanya perasaan rentan terhadap penyakit yang dibangkitkan bila
seorang teman atau anggota keluarga mengalami serangan jantung, stroke, atau
kanker. Selain takut, keyakinan bahwa pemeriksaan yang teratur dan kebiasaan hidup
yang sehat merupakan cara-cara yang efektif untuk mengurangi kerentanan terhadap
berbagai penyakit juga merupakan kekuatan pendorong yang ampuh. Penyakit hati,
kanker dan stroke merupakan dua pertiga dari semua penyebab kematian antara usia
46 hingga 64 tahun dan sebagai penyebab kamatian urutan ke empat.
b. Mempertahankan hubungan-hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan para
orangtua lansia dan anak-anak.
Dengan menerima dan menyambut cucu-cucu mereka kedalam keluarga dan
meningkatkan hubungan antar generasi, tugas perkembangan ini mendatangkan
penghargaan yang tinggi (Duvall, 1977 dalam friedman , 1988, hal 131). Tugas
perkembangan ini memungkinkan pasangan usia pertengahan terus merasa seperti
sebuah keluarga dan mendatangkan kebahagiaan yang berasal dari posisi sebagai
kakek-nenek tanpa tanggung jawab sebagai orang tua selama 24 jam. Karena umur
harapan hidup meningkat, menjadi seorang kakek-nenek secara khusus terjadi pada
tahap siklus kehidupan ini (Sprey dan Matthews, 1982, dalam Friedman, 1988, hal
132). Kakek nenek memberikan dukungan besar kepada anak dan cucu mereka pada
saat-saat krisis dan membantu anak-anak mereka melalui pemberian dorongan dan
dukungan(Bengston dan Robertson, 1985, dalam Friendman, 1988, hal 132).
Peran yang lebih probelamatik adalah yang berhubungan dengan dan membantu
orang tua lansia dan kadang-kadang anggota keluarga besar lain yang lebih tua.
Delapan puluh enam persen pasangan usia pertengahan minimal memiliki satu orang
tua masih hidup(hagestad, 1988, dalam Friedman, 1988, hal 132). Jadi, tanggung
jawab memberi perawatan bagi orang tua lansia yang lemah dan sakit-sakitan
merupakan pengalaman yang tidak asing. Banyak wanita yang merasa berada dalam
“himpitan generasi” dalam upaya mereka mengimbangi kebutuhan-kebutuhan orang
tua mereka yang berusia lanju, anak-anak, dan cucu-cucu mereka. Berbagai peran
antar generasi kelihatannya lebih bersifat ekslusif dikalangan minoritas seperti
keluarga-keluarga Asia dan Amerika Latin.
c. Memperkokoh hubungan perkawinan
Sekarang perkembangan tersebut benar-benar sendirian setelah bertahun-bertahun
dikelilingi oleh anggota keluarga dan hubungan-hubungan. Meskipun muncul sebagai
sambutan kelegahan, bagi kebanyak pasangan merupakan pengalaman yang
menyulitkan untuk berhubungan satu sama lain sebagai pasangan menikah dari pada
sebagai orang tua. Wright dan Leahey (1984, dalam Friedman, 1988, hal 132)
melukiskan tugas perkembangan ini sebagai “reinvestasi identitas pasangan dengan
perkembangan keinginan independen yang terjadi secara bersamaan. Keseimbangan
dependensi-indepedensi antara pasangan perlu diuji kembali, seperti keinginan
independen lebih besar dan juga perhatian satu sama lain yang penuh arti.
Bagi pasangan yang mengalami masalah, tekanan hidup yang menurun dalam
tahun-tahun postparental tidak mendatangkan kebahagiaan perkawinan, melainkan
menimbulkan “kebohongan”. Menurut Kerckhoff (1976, dalam Friedman, 1988, hal
132), para konselor perkawinan telah lama mengamati bahwa ketika timbul
perselisihan dalam perkawinan selama tahun-tahun pertengahan, seringkali berkaitan
dengan jemunya ikatan, bukan karena kualitas traumatiknya. Karakteristik umum dari
masa ini, berkaitan dengan kepuasan diri sendiri dan berada dalam kebahagiaan yang
membosankan.
d. Memantapkan pengalaman nilai-nilai agama
e. Mencapai tanggung jawab sosial sebagai warga negara
f. Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan – perubahan yang terjadi pada
aspek fisik (penurunan kemampuan atau fungsi)
g. Memantapkan keharmonisan hidup berkeluarga
h. Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan
i. Memantapkan peran perannya sebagai orang dewasa
Tugas-tugas perkembagan itu tadi pada dasarnya merupakan tuntutan atau harapan sosio-
kultural dimana manusia itu hidup dalam masyarakat kita sejak dulu hingga kini tetap
memiliki harapan sesuai diatas bagian penentu sebagai orang dewasa pertengahan.
Khusus mengenai hidup berkeluarga dalam masa dewasa pertengahan terdapat dua hal
pokok yang mendorong terciptanya hubungan hidup berkeluarga. kebutuhan individu
pada suatu pihak dan tugas perkembangan pada lain pihak. Pemanduan antara keduanya
menimbulkan energi yang membangkitkan gerak bagi individu orang dewasa untuk
bersatu dalam satu jalinan hubungan berkeluarga.
C. Asuhan Keperawatan Keluarga (Dewasa Pertengahan)
Kasus
Sebuah keluarga dengan kepala keluarga berinisial Tn. A usia 31 tahun. Memiliki
seorang istri berinisial Ny. E berusia 30 tahun. Anak pertama bernama Tn. S, berjenis
kelamin laki-laki, berusia 27 tahun dan baru 6 bulan menikah dan berprofesi sebagai guru.
Anak kedua bernama Nn. T, berjenis kelamin perempuan, berusia 25 tahun, sekarang sudah
bekerja di bank swasta dan sudah tidak tinggal dengan orang tuanya. Tn. A bekerja sebagai
Guru SMP dan Ny. E sebagai ibu rumah tangga. Sebagai Guru SMP, Tn. A mendapat gaji
Rp. 3.000.000 per bulan. Tahun depan Tn. A akan pensiun. Tn. A merasa sedikit bingung
dengan apa kegiatan yang akan ia lakukan setelah pensiun dan memikirkan bahwa
penghasilan juga akan berkurang. Tn. A memiliki penyakit hipertensi sejak 5 tahun lalu. Tn.
A sering merasa pusing dan terasa berat pada tengkuk saat Tn. A merasa terlalu lelah. Akan
tetapi Tn. A tidak segera berobat ke puskesmas, Tn. A hanya beristirahat dan meminum obat
warung karena beranggapan bahwa sakit tersebut akan hilang dengan sendirinya. Rumah
terlihat berantakan, tidak ada pertukaran udara karena kurangnya ventilasi rumah.
1. Pengkajian
a. Data umum
1) Nama kepala keluarga: Tn. A
2) TTL : Palembang, 3 September 1989
3) Usia : 31 Tahun
4) Alamat : RT 01 RW 02, Desa Srikandi, Indralaya
5) Pekerjaan KK : Guru SMP
6) Pendidikan KK : S1
7) Komposisi keluarga : Ayah, ibu dan dua orang anak
Genogram
8) Tipe keluarga
Tipe Nuclear Family atau keluarga inti yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari
suami, istri dan anak kandung.
9) Latar belakang budaya
Keluarga ini adalah keluarga dengan latar belakang budaya Sumatera baik Tn. A
maupun Ny. E. Keluarga ini memegang adat budaya Sumatera dalam praktik
kehidupan sehari-hari.
10) Agama
Keluarga memeluk agama islam dan aktif dalam kegiatan keagamaan di
lingkungan sekitar. Ny. E sering mengikuti pengajian ibu-ibu setiap satu minggu
sekali. Menurut Tn. A, keluarganya melaksanakan shalat dan puasa.
11) Status sosial ekonomi keluarga
Tn. A merupakan pencari nafkah di keluarga, ia bekerja sebagai guru SMP. Status
ekonomi tergolong sederhana dengan penghasilan Rp. 3.000.000 per bulan.
Menurut Ny. E, penghasilan Tn. A sudah mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Keluarga Tn. A tidak memiliki tabungan yang dikhususkan untuk kesehatan.
12) Aktivitas rekreasi atau waktu luang
Pada hari libur, biasanya keluarga Tn. A berkumpul di rumah untuk
membersihkan kebun kecil dibelakang rumah mereka dan menonton televisi
bersama. Waktu luang juga biasa digunakan Ny. E untuk berbincang dengan
tetangga.
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga Tn. A dalam tahap keluarga dengan usia pertengahan
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tahap perkembangan sudah terpenuhi
3) Riwayat keluarga inti
Kedua orang tua saat ini hidup di lingkungan yang sama. Mereka berpacaran
terlebih dahulu sebelum menikah. Saat menikah, keduanya berada pada usia yang
sudah matang yaitu Tn. A 20 tahun dan Ny. E berusia 19 tahun. Keluarga
dikaruniai anak setelah 1 tahun menikah yaitu Tn. S. Setelah itu Ny. E mengikuti
keluarga berencana dan baru mempunyai anak lagi setelah anak pertama berusia 4
tahun.
Saat ini kondisi Tn. A mengeluh pusing karena menderita hipertensi sejak 5 tahun
lalu saat berobat ke puskesmas. Saat ditanya mengenai hipertensi, Ny. E dapat
menjelaskan dengan sederhana bahwa hipertensi adalah tekanan darah tinggi. Tn.
A dan Ny. E tidak mengetahui penyebab dari hipertensi, selain itu Tn. A dan Ny.
E tidak mengetahui tanda dan gejala hipertensi selain pusing dan berat pada
tengkuk. Menurut Ny. E, keluhan Tn. A tidak terlalu mengkhawatirkan karena Tn.
A tidak terlihat sakit, dan tetap dapat menjalankan aktivitas seperti biasa. Tn. A
tidak mau berobat ke puskesmas karena merasa bahwa keluhan tersebut akan
hilang dengan sendirinya.
c. Data lingkungan
1) Karakteristik rumah
Rumah yang ditempati oleh keluarga merupakan rumah sendiri, ukuran 9x6
meter. Menurut Ny. E, keluarganya belum mampu merenovasi rumah karena
keterbatasan biaya. Rumah terlihat berantakan. Jarak antara rumah Tn.A dengan
yang lainnya sangat dekat, hanya kurang dari satu meter. Kondisi ventilasi kurang
karena sehingga cahaya yang masuk sedikit dan pertukaran udara sangat kurang.
Tn. A sering merasa pengap dan sesak dengan kondisi rumah. Istrinya
mengatakan bahwa ia tidak bisa melakukan apa-apa karena ventilasi rumah sudah
seperti itu saat mereka pertama kali tinggal. Untuk mengubahnya tentu
membutuhkan biaya. Ny. E mengatakan bahwa rumah yang bersih adalah rumah
yang di sapu setiap hari.
2) Karakteristik tetangga dan lingkungan RW
Lingkungan di mana keluarga Tn. A tinggal merupakan tempat hunian yang
padat. Jarak antara satu rumah dengan rumah yang lainnya hanya kurang dari 1
meter. Terdapat banyak rumah petak atau rumah kontrakan disekitar rumah Ny. E.
Antar tetangga sangat rukun, mereka terkadang menghabiskan waktu untuk
mengobrol di teras salah satu rumah. Jarak masjid hanya sekitar 50 meter dari
rumah Ny. E. Menurut Ny. E, sebelumnya terdapat klinik dokter akan tetapi
sekarang sudah tidak ada. Sehingga apabila ada anggota keluarga yang sakit,
mereka pergi ke puskesmas yang berjarak 500 meter. Kegiatan posyandu biasa
diadakan di rumah RT.
Untuk fasilitas umum, lingkungan rumah Ny. E sangat strategis karena dekat
dengan Pasar Indralaya yang berjarak kurang lebih 1 KM.
3) Mobilitas geografis keluarga
Sejak menikah, mereka sudah tinggal di lingkungan yang saat ini mereka tempati
dan tidak pernah pindah rumah.
4) Hubungan keluarga dengan masyarakat
Hubungan keluarga dengan masyarakat sangat baik, Ny. E selalu mengikuti
pengajian tiap minggu.
5) Sistem pendukung sosial keluarga
Dukungan dari keluarga besar sangat membantu keluarga Tn. A dan Ny. E.
Apabila ada anggota keluarga yang sakit, maka orang tua dari Ny. E akan
membantu pekerjaan rumah.
d. Struktur lingkungan
1) Pola komunikasi
Komunikasi antara Tn. A dan Ny. E tidak mengalami kesulitan, apabila terdapat
hal yang penting dibicarakan biasanya mereka langsung membicarakannya.
Menurut Ny. E, mereka sama-sama orang Sumatera jadi jika berbicara tanpa basa
basi. Tn. A dan Ny. E dekat dengan anak-anak mereka.
2) Struktur kekuatan keluarga
Di keluarga Tn. A, kekuasaan dibagi menurut peran masing-masing. Untuk
masalah-masalah yang berhubungan dengan kepentingan rumah tangga, Tn. A
menyerahkan sepenuhnya pada Ny. E namun apabila tidak bisa diatasi, Ny. E
selalu meminta bantuan dan pertimbangan Tn. A. Tn. A selalu membeikan
tanggung jawab keuangan kepada Ny. E. Apabila terdapat keputusan penting dan
mendesak, Tn. A lah yang bertanggungjwab mengambil keputusan dan semua
keluarga akan mematuhi.
3) Struktur peran (formal dan informal)
Tn. A: Ayah dan suami, ia merupakan pencari nafkah satu-satunya dan
merupakan pemimpin keluarga. Perannya di keluarga dilakukan sebaik-baiknya,
menurut Tn. A ia selalu berusaha menjadi suami dan ayah yang baik.ia selalu
berusaha memenuhi keinginan istri dan anaknya. Tn. A tidak pernah mengambil
keputusan sepihak, ia selalu melibatkan Ny. E untuk memberikan masukan. Tn. A
selalu memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dengan keluarga.
Ny. E: Ibu dan istri, merupakan ibu rumah tangga. Ia selalu berusaha memberikan
yang terbaik dan mengasuh anak-anaknya dengan sebaik-baiknya. Ia pun merasa
sangat dihargai oleh suaminya sehingga tidak mau mengecawakan Tn. A.
An. S: Merupakan anak pertama
An. T: Merupakan anak kedua.
4) Nilai atau norma dalam keluarga
Nilai yang mereka anut adalah nilai-nilai sumatera karena mereka berasal dari
suku yang sama. Namun menurut Ny. E ia tidak tahu seperti apa nilai Sumatera
sehingga mereka menjalani kehidupan sehari-hari seperti biasa. Norma yang
dianut adalah norma agama. Apabila menurut agama tidak baik, maka mereka
tidak akan melakukan hal tersebut.
e. Fungsi keluarga
1) Fungsi afektif
Tn. A dan Ny. E selalu berusaha saling memperlihatkan kasih sayang baik antara
mereka berdua untuk anak-anaknya. Tidak ada perbendaan antara anak pertama
dan kedua. Mereka selalu berusaha menerapkan komunikasi terbuka dalam segala
hal sehingga jarang jarang terjadi perselisihan antara Tn. A dan Ny. E.
2) Fungsi sosialisasi
Dalam hal pengasuhan anak, Tn. A menyerahkan sepenuhnya pada Ny. E namun
apabila ada masalah yang mendesak biasanya mereka membicarakan bersama.
Menurut keluarga, anak adalah amanah yang harus dijaga sebaik-baiknya.
Keluarga mencoba menerapkan kedisiplinan kepada semua anak mereka,
sosialisasi keluarga dengan lingkungan sekitar berjalan dengan baik. Begitu juga
dengan anak-anak mereka.
3) Fungsi perawatan keluarga
Dalam keluarga, Ny. E yang berperan melakukan perawatan pada anak-anak
mereka saat masih kecil. Ny. E mengatakan bahwa ia selalu berusaha menyiapkan
sarapan untuk mereka keluarga, dengan membeli bahan di pasar. Untuk semua
anaknya, saat masa kehamilan ibu menjaga kehamilan dengan kemampuan dan
biaya seadanya, dan setelah lahir Ny. E membawa anak-anaknya ke posyandu
untuk imunisasi. Apabila ada anggota keluarga yang sakit, jika tidak terlalu
mengganggu maka tidak diberi obat. Apabila sudah merasa tidak enak badan, salah
satu keluarga membelikan obat di warung.
f. Koping keluarga
1) Stressor jangka pendek dan panjang serta kesehatan keluarga
Stressor jangka pendek : Tn. A sering mengeluh pusing
Stressor jangka panjang : Tn.A khawatir karenan tekanan darahnya tinggi dan
tidak mempunyai tabungan yang dikhususkan untuk kesehatan.
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi stessor
Keluarga memiliki sumber daya untuk berespon terhadap stressor yaitu:
a) Sistem dukungan sosial keluarga kuat. Keluarga besar selalu memberikan
bantuan kepada keluarga Tn. A
b) Tempat tinggal yang memadai dengan sarana kesehatan yang tersedia
c) Pola komunikasi yang baik dalam keluarga
3) Strategi koping yang digunakan
Strategi koping yang digunakan adalah berdasarkan pengalaman masa lalu dan
berpusat pada Ny. E untuk menangani masalah kesehatan pada keluarga. Keluarga
juga menggunakan sistem dukungan sosialnya yaitu dari keluarga besar dalam
membantu mereka saat membutuhkan pertolongan.
4) Strategi adaptasi disfungsional
Keluarga terutama Tn.A saat pusing hanya dibuat istirahat dan dibelikan obat
diwarung, dan Ny. E apabila tidak memiliki biaya untuk membeli sayuran, Ny. E
masih dapat memetik sayur di kebun belakang rumah mereka.
g. Pemeriksaan fisik
Dari pemeriksaan fisik yang dilakukan, pada keluarga secara umum kondisi kesehatan
secara fisik, Ny. E tidak memiliki gangguan. Sedangkan Tn. A merasa pusing dan
berat pada tengkuk. An. S dan An. T belum terkaji karena mereka tidak ada dirumah
saat dilakukan pengkajian. Dibawah ini akan dijabarkan hasil pemeriksaan fisik Tn. A.
No. Prosedur Hasil Pemeriksaan
1. Pemeriksaan umum
a. Penampilan umum Saat ini Tn. A berusia 31 tahun. Tubuh Tn. A
proporsional dengan TB 168 cm dan BB 62 kg,
cara berpakaian rapi, tubuh dan pakaian terlihat
bersih.
b. Status mental Status emosi Tn. A normal, tingkat kecerdasan rata-
rata, orientasi baik, cara bicara normal dan dapat
dimengerti.
2. Pemeriksaan kulit, kuku dan rambut
Kulit Kulit terlihat bersih, pigmentasi kulit merata, turgor
kulit elastis, permukaan kulit tidak kering, tekstrur
kulit lembut, tidak terdapat lesi, sensitivitas baik.
Rambut dan kulit Rambut dan kulit kepala terlihat bersih, warna
kepala rambut hitam, tebal, tekstur halus, jumlah dan
distribusi normal, tidak terdapat lesi pada kulit
kepala.
Kuku Kuku bersih, rata dan tidak terdapat kelainan.
3. Pemeriksaan kepala dan leher
Kepala Kepala terlihat simetris, bentuk oval, tidak ada lesi
dan tenderness. Rambut berwarna hitam dan
distribusi merata, testur halus, tebal, tidak ada kutu
dan ketombe. Tn. A mengatakan kepala terasa
pusing.
Muka Wajah terlihat simetris, warna kulit sawo matang,
distribusi warna merata sesuai dengan warna kulit
tubuh.
Telinga Teling tidak ada kelainan, tidak ada les, bengkak
maupun nyeri tekan.
Mata Mata simetris, konjungtiva berwarna merah muda,
sklera berwarna putih.
Hidung dan sinus Hidung terlihat simetris, tidak ada lesi maupun
cairan.
Mulut dan tenggorokan Warna bibir merah muda, lembab, tidak terdapat
caries gigi, tidak ada gigi berlubang dan tidak ada
bau mulut.
Leher Leher terlihat simetris, tidak ada gangguang fungsi
dan kelainan anatomis. Akan tetapi Tn. A
mengatakan terasa berat pada tengkuk.
4. Pemeriksaan dada
Pernapasan Pernapasana normal, 18 kali per menit, Tn. A tidak
mengalami gangguan pernapasan. Terdengar suara
bronchial pada trakea, bronkhovesikuler pada
bronkus, vesikuler pada paru-paru. Tidak terdengar
suara atau bunyi napas tambahan.
Kardiovaskuler Bunyi jantung normal, terdengar suara S1 dan S2.
Tidak terdengar suara murmur. TD 140/90 mmHg,
nadi 88 kali per menit.
5. Pemeriksaan abdomen
Bising usus terdengar jelas pada kuadran kanan atas, frekuensi 10 kali per
menit, turgor elastis.
6. Pemeriksaan ekstremitas
Ekstremitas tidak ada kelainan, tidak ada gangguan fungsi maupun kelainan
anatomis.
h. Harapan keluarga
Keluarga sangat mengharapkan bantuan dari perawat untuk membantu mengatasi
masalah Tn. A dan ingin sekali Tn. A tidak memiliki keluhan lagi.
2. Analisa Data
No. Data Masalah Etiologi
1. Data subjektif: Manajemen Kompleksitas
a. Tn. A mengatakan kesehatan keluarga program
kepalanya terasa pusing tidak efektif perawatan/pengobat
b. Terasa berat pada tengkuk an
c. Sudah didiagnosis
hipertensi sejak 5 tahun
lalu
d. Tn. A tidak pernah
berobat, bila keluhan
datang Tn. A hanya
istirahat atau membeli
obat warung
Data Objektif:
a. TD 140/90 mmHg
b. Nadi 88 kali per menit
c. Tidak memiliki obat
hipertensi
2. Data Subjektif: Koping tidak efektif Ketidakteraturan
a. Ny. E mengatakan bahwa atau kekacauan
rumah merupakan rumah lingkungan
sendiri
b. Menurut Ny. E,
keluarganya belum
mampu merenovasi
rumah karena
keterbatasan biaya
c. Tn. A mengatakan sering
merasa pengap dan sesak
dengan kondisi rumah
d. Ny. E mengatakan bahwa
ia tidak bisa melakukan
apa-apa karena keadaan
ventilasi sudah seperti itu
sejak mereka pertama kali
menempati rumah
e. Ny. E mengatakan bahwa
rumah yang bersih adalah
rumah yang di sapu setiap
hari
f. Ny. E mengatakan
rumahnya sudah cukup
bersih
g. Menurut Ny. E ini tidak
menjadi masalah karena
semua rumah di sini juga
mengalami hal yang
sama.
Data Objektif:
a. Rumah terlihat berantakan
b. Ventilasi kurang
c. Ukuran rumah 9x6 meter
d. Lingkungan rumah padat
dengan jarak antar rumah
kurang dari 1 meter
e. Kondisi ventilasi kurang
karena sehingga cahaya
yang masuk sedikit dan
pertukaran udara sangat
kurang
Data Objektif:
a. Tn. A terlihat bingung
b. Bertanya mengenai
bahayanya hipertensi.
3. Diagnosa Keperawatan
1) Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan Kompleksitas
program perawatan/pengobatan
2) Koping tidak efektif berhubungan dengan Ketidakteraturan atau kekacauan
lingkungan
3) Kesiapan peningkatan pengetahuan
4. Prioritas Masalah
1) Diagnosa 1 : Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan
Kompleksitas program perawatan/pengobatan
Total 4 2/3
5. Intervensi Keperawatan
6. Catatan Perkembangan
7. Evaluasi Keperawatan
Keterangan
1. Menurun
2. Cukup menurun
3. Sedang
4. Cukup meningkat
5. Meningkat
PENUTUP
1. Simpulan
Keluarga adalah bagian terkecil dari masyarakat. Selain itu keluarga juga mempunyai
tahap perkembangan salah satunya keluarga dengan anak dewasa pertengahan. Kondisi
keluarga usia dewasa pertengahan berkisar antara usia 40-60 tahun dan anak terakhirnya
telah meninggalkan rumah atau sudah menikah. Tugas yang harus terpenuhi pada keluarga
dengan usia ini adalah mampu menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan,
mempertahankan hubungan-hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan para orangtua
lansia dan anak-anak, memperkokoh hubungan perkawinan.
Peran perawat keluarga dengan anak usia dewasa pertengahan adalah pelayanan
kesehatan yang ditujukan pada keluarga sebagai suatu inti pelayanan untuk mewujudkan
keluarga sehat serta membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan dengan
cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan kesehatan
keluarga. Selain itu peran atau tugas perawat yang lain ialah sebagai pendidik, coordinator,
pelaksanaan, pengawas kesehatan, konsultan, kolaborasi, fasilitator, penemu kasus,
modifikasi lingkungan.
2. Saran
a. Mahasiswa agar menambah pengetahuan sengan membaca berbagai referensi sehingga
menambah pengetahuan tentang asuhan keperawatan keluarga.
b. Seluruh perawat agar meningkatkan pengetahuan tanteng asuhan keperawatan keluarga,
agar dapat diaplikasikan di lingkungan sekitar serta dikembangkan di tatanan pelayanan
kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Friedman. 1998. Buku Ajar Keperawatan Keluarga; Riset, Teori dan Praktek. Edisi Kelima.
Jakarta: FKUI
Setiadi. 2008. Konsep & Proses Keperawatan Keluarga. Jogjakarta: Graha Ilmu
Sylvia A, Price & Loraraine M, Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Edisi 6. Volume 1. Jakarta: EGC
Mubarak, wahit iqbal. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Buku 1. Jakarta : EGC
Mubarak, wahit iqbal. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Buku 2. Jakarta : EGC
Setiawati, santun. 2008. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : Trans info media
M. Friedman, marilyn. 1998. Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC