Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH AIK IV

ISLAM DAN KESEHATAN

URGENSI HIDUP SEHAT BAGI MANUSIA

Disusun Oleh :

Kelompok 11 AIK IV

Ifanissa Indar Purwaningsih 202010420311126

Adzkia Sabrina Ajmi 202010420311131

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2022
KATA PENGANTAR
Segala puji dan rasa syukur kami persembahkan kepada Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan hidayah – Nya, sehingga pada kesempatan ini saya
diberi kesempatan untuk Menyusun makalah dengan pembahasan topik mengenai
tentang Islam Dan Kesehatan, Urgensi Hidup Sehat Bagi Manusia. Tak lupa
pula kami kirimkan shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW yang telah
membawa dan membimbing kita menuju kesempurnaan.

Sekaligus pula kami menyampaikan rasa terimakasih yang sebanyak-


banyaknya kepada Ibu Afifah Nur Millatina, S. E., M.SEI selaku Dosen
Pembimbing dan Fasilitator mata perkuliahan Al Islam Kemuhammadiyahan IV
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG yang telah menyerahkan
kepercayaannya kepada kami guna menyelesaikan makalah dengan tepat waktu.
Kami juga berharap dengan sungguh-sungguh supaya pembahasan ini mampu
berguna serta bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan sekaligus wawasan
terkait penyajian daftar pustaka secara tepat.

Di akhir kami selaku tim penyusun makalah berharap dengan disusunnya


makalah kali ini dapat dimengerti oleh setiap pihak yang membaca. Kami pun
memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam makalah kami terdapat
perkataan yang tidak berkenan di hati. Dengan demikian, kami mengucapkan
terimakasih kepada seluruh pihak.

Malang, Juni 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................2

DAFTAR ISI....................................................................................................................3

BAB I PEMBUKAAN......................................................................................................3

1.1 Latar Belakang...................................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................4

2.1 Urgensi Hidup Sehat Bagi Manusia.........................................................................4

2.2 Pandangan Islam Tentang Hidup Sehat....................................................................4

2.3 Menjaga Keseimbangan lingkuhan hidup untuk mewujudkan hidup sehat..............4

BAB III PENUTUP..........................................................................................................5

3.1 Simpulan..................................................................................................................5

3.2 Saran........................................................................................................................5

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................6
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Urgensi Hidup Sehat Bagi Manusia

Sudah menjadi suatu kebutuhan dasar bawah setiap manusia selalu ingin
hidup sehat. Kondisi yang satu ini memang mahal harganya, sekalipun,
misalnya, hanya sebatas sehat fisik. Kita akan merasakan betapa
bermaknanya bila kita mengalami kondisi sehat yang dengan leluasa dapat
menikmati udara segar di sekitar rumah kita, sementara tidak sedikit saudara
kita yang lain berbaring dengan tabung oksigen di rumah sakit. Ataupun kita
merasa bugar dan bergairah, sementara yang lain terkena deman, batuk, dan
penyakit-penyakit fisik lainnya.

Dari gambaran kecil pentingnya hidup sehat di atas, maka manusia


dituntut untuk memperhatikan anatomi tubuhnya dan kebutuhan-kebutuhan
yang harus dipenuhinya agar tidak mengalami hambatan atau bahkan
kerusakan pada bagian-bagian tertentu atau keseluruhan dalam sistem
tubuhnya. Hal yang paling mendasar pemenuhan untuk hidup sehat bagi
manusia adalah bagaimana menciptakan pola hidup sehat, mulai dari
perhatian pola makan, minum, keseimbangan gizi dan cara-cara lain yang
menghantarkan untuk mendapatkan paket menuju sehat. Perhatian dan
pemenuhan akan kebutuhan organ tubuh (biologis) dengan mengkonsumsi
makanan bergizi atau menyehatkan akan memberikan suplay energi pada
tubuh untuk melakukan kegiatan-kegaiatan dan sekaligus menjaga dari
berbagai ancaman penyakit. Hal ini karena setiap sel pada seluruh organ
tubuh manusia merupakan bagian yang hidup dan berdiri sendiri, yang
berfungsi dalam proses pembentukan dan perlindungan jaringan tubuh.

Makanan adalah bahan bakar tubuh yang menjadi sumber energi. Kalau
seseorang bekerja keras, ia akan membutuhkan energi yang sebanding dengan
kuantitas aktifitas yang dikerjakannya. Jika seseorang mengkonsumsi
makanan yang dapat memberi energi melebihi kebutuhannya akan
menyebabkan kegemukan atau berat badan bertambah. Sebaliknya, jika
energi yang dibutuhkan berkurang sedikit saja, apalagi kadar gizinya sangat
sedikit, tidak hanya berat badan akan berkurang (mengalami kekurusan), tapi
juga rawan terserang penyakit. Seperti kasus-kasus kelaparan, busung lapar,
gizi buruk yang pernah dialami sebagian masyarakat kita. Sebab itu pola
makan yang teratur dan menyehatkan (steril dari bakteri, racun, virus, zat-zat
kimiawi)  harus mendapat perhatian serius karena hal tersebut juga termasuk
usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Tidak hanya faktor makanan yang bergizi untuk menjadikan tubuh sehat.
Banyak faktor lain yang saling terkait yang memiliki kontribusi besar
terhadap kesehatan. Misalnya; istirahat yang cukup, rajin berolah raga,
lingkungan yang ramah, dan sebagainya. Namun, dari sudut pandang anatomi
tubuh manusia, untuk mendapatkan tubuh yang sehat kuncinya bermula pada
otak dan jantung.

 “Ketahuilah bahwa dalam diri manusia itu terdapat segumpal darah.


Jika segumpal darah itu baik, maka akan baik pula seluruh jasadnya. Dan
apabila segumpal darah tersebut buruk, maka buruk pula seluruh jasadnya.
Ketahuilah bahwa segumpal darah itu adalah hati” (HR. Bukhari)

Dalam hadits Nabi saw. diatas dijelaskan bahwa segumpal darah


(mudlghah) sebagai penentu sehatnya badan, dan segumpal darah itu adalah
hati. Secara fisiologis, segumpal darah jelas menunjuk pada organ jantung,
dan ia tidak lain adalah hati. Ini sama persis dengan pendapatnya Aristoteles
yang beranggapan bahwa untuk berpikir dan berperasaan, manusia
menggunakan jantung (heart).

Dengan demikian, urgensi hidup sehat bagi manusia, hal yang paling
mendasar untuk diperhatikan adalah bagaimana pemanfaatan dan
pemeliharaan yang tepat fungsi otak pada dirinya dan secara bersamaan
adanya keseimbangan sistem “komunikasi sadar” dengan jantung atau hatinya
dalam mencapai keinginan-keinginan hidup yang menyehatkan. Dalam
bahasa yang sederhana, bicara tentang sehat dan kesehatan selalu
menyertakan sistem kesadaran yang semua itu diawali dengan harmonisasi
fungsi otak dan jantung (hati/jiwa).
Sekalipun  demikian, perlu dipahami berbedaan mendasar antara otak dan
jantung. Pada otak, ia terkait dengan pikiran-pikiran sadar, sementara jantung
terkait dengan rasa/perasaan. Memikirkan adalah wilayah kesadaran dan itu
ada pada otak, sementara merasakan adalah wilayah hati dan itu tidak lain
adalah jantung. Sebab itu kalau hasil temuan ilmiah terbaru menyimpulkan
bahwa manusia menggunakan kekuatan pikiran sadarnya hanya berkisar 12%,
berarti prosentase tersebut dimaksudkan sebagai penggunaan fungsi otak.
Sementara yang 88% merupakan kekuatan pikiran bawah sadar yang secara
umum hanya muncul dalam bentuk perasaan, dan itu mempunyai keterkaitan
dengan masalah jantung (hati). Inilah yang oleh Arbi Sentanu dipahami
bahwa jantunglah yang sesungguhnya menuntun otak untuk menyembah
Tuhan. Dengan kata lain, pikiran bawah sadarlah yang dimaksud ketika kita
mengatakan seseorang menggunakan “hati”-nya.

2.2 Pandangan Islam Tentang Hidup Sehat

Al-Qur‟an sebagai kitab suci yang mulia dan merupakan pedoman hidup
bagi manusia, senantiasa membimbing manusia ke arah positif bagi kebaikan
dirinya, termasuk membicarakan tentang pentingnya memelihara kesehatan
untuk kesegaran maupun kebugaran tubuh manusia lahir dan bathin. Sehat
dalam makna positif yang digambarkan al-Qur‟an, yakni terpeliharanya
semua potensi anugerah Tuhan pada dirinya berupa alat-alat tubuh yang
secara fungsional dapat menggerakkan berbagai aktivitas kerja guna
membangun dirinya dan lingkungan dimana saja ia hidup dan berada.

Al-Qur‟an secara gamblang dan amat sempurna memberi petunjuk yang


jelas tentang hidup sehat itu. Sehat dalam perspektif al-Qur‟an adalah
mengacu kepada sehat normal lahir dan bathin, sehat fisik dan rohani atau
juga mencakup sehat jiwa raga dan sosial. Sehat dalam keberadaannya
sebagai orang yang beriman, tentu sangat identik dengan keadaan suci diri,
yang sungguh bermakna suci lahir bathinnya dalam rangka mengemban
amanah Tuhannya, termasuk keberadaan fisik dan rohaninya agar selalu
disucikan atau dibersihkan secara normal.
Dalam perspektif ajaran al-Qur‟an atau ajaran Islam, dianjurkan
bagaimana cara hidup sehat dengan skill dan teratur menggunakan kesehatan
fisik dan rohaninya untuk penyempurnaan ibadahnya kepada Allah SWT agar
ibadahnya berkualitas dengan harapan dapat diterima oleh Allah SWT.
Betapa penting dan utama ajaran al-Qur‟an mengajarkan manusia untuk
senantiasa hidup sehat, karena tujuan Islam dan ajarannya yang berdasarkan
al-Qur‟an dan al-Hadits adalah untuk supaya manusia bisa memelihara
agama, akal, jiwa, jasmani, harta dan keturunan umat islam secara
komprehensif.

Salah satu cara untuk agar selalu sehat, maka al-Qur‟an telah mengajarkan
manusia supaya hidup suci bersih dalam kendali iman dan ketaqwaannya
kepada Allah SWT, berupaya terus selalu istiqamah dengan aplikasi ibadah
murni yang berkualitas berdasarkan koridor agama yang bersumber al-Qur‟an
dan al-Hadits. Manusia diciptakan Allah adalah untuk kesucian dirinya
dengan beriman benar menurut petunjuk Allah dan Rasul-Nya yang mulia.

Dengan detail al-Qur‟an mensinyalir pada ayat-ayat tersebut di atas,


betapa penting dan istimewanya upaya manusia agar senantiasa hidup dalam
keadaan suci, bersih lahir dan bathin, karena ini berhubungan dengan urusan
iman dan amal shalih. Orang yang sehat normal, yakni selalu suci lahir
bathinnya berdasarkan iman, ketaqwaan dan keikhlasannya mengerjakan
amal-amal shalih yang berkualitas karena Allah, maka akan mendapatkan
ganjaran pahala yang berkualias dari Tuhannya yang dapat digolongkan
sebagai mukmin sejati yang taat dan aktif menjalankan semua ajaran agama
dengan benar dan konsekuen. Allah SWT telah menerapkan dalam al-Qur‟an
keistimewaan orang-orang yang berusaha mensucikan diri berdasarkan iman.

Sehat individu, dipengaruhi oleh keyakinan mendalam terhadap ajaran-


ajaran agama dan petunjuk Tuhan, karena Allah mencintai kesucian dan
kebersihan tiap individu yang mukmin mengerjakan semua kewajiban ajaran
agamanya dengan sempurna dan istiqamah. Keistiqamahan mensucikan diri
lebih bermakna pada kesucian kepribadian komprehensif dan universal dari
hal-hal yang kecil sampai pada keadaan-keadaan yang lebih besar dalam
hubungan-hubungan sosial dengan sesama manusia maupun lingkungan
sosialnya dengan alam. Tubuh mesti dirawat dengan baik agar selalu tetap
sehat dan stabil dalam melaksanakan kegiatan amal shalihnya selama di dunia
agar bermanfaat bagi lingkungannya. Karena itu sebaik-baik manusia adalah
yang panjang umurnya, tetapi berkualitas ibadahnya. Sebaliknya seburuk-
buruknya manusia adalah yang panjang umurnya, tetapi buruk perangainya.

Sehat fisik dapat diadakan dengan cara makan-minum makanan yang halal
dan baik, bergizi dan seimbang, istirahat yang cukup, berolahraga dan
menjaga pikiran maupun perasaan tidak tegang atau stres. Sehat fisik ini
merupakan potensi jasmani manusia yang selalu harus diupayakan normal
dan dapat mengendalikan datangnya penyakit-penyakit dari luar, karena
dipengaruhi oleh lingkungan tidak sehat yang merusak kekebalan tubuhnya
atau antibodi tubuh yang sehat.

Namun yang lebih penting dan utama lagi adalah sehat rohani berdasarkan
upaya mempelajari agama dan mempertebal keimanannya kepada yang ghaib,
yakin dan percaya kepada rukun iman yang enam dan melaksanakan rukun
Islam yang lima. Iman dan taqwa berdasarkan aplikasi ibadah murni kepada
Tuhannya dan juga berdasarkan upaya memperbaiki diri menyempurnakan
hubungan ibadah sosialnya dengan sesama manusia dan lingkungan alamnya,
cara ini dapat mempengaruhi sehatnya sosial atau sehat lahir dan bathinnya.
Seperti dalam Al-Quran surah Al-‘ala: 14 yang berbunyi : “Sesungguhnya
beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman)”.

Menjalankan tugas-tugas keberagamaan yang suci berdasarkan iman,


mencakup keseluruhan ibadah-ibadah mahdzahnya dan ditambah dengan
ibadah-ibadah ghairu mahdzah atau ibadah-ibadah sunat lainnya sebagai
penambal guna penyempurnaan ibadah-ibadah pokoknya yang fardhu, ain,
keterkaitan dengan ibadah ini, agar mendapat kesucian hati, jiwa, perasaan
maupun fisik rohaninya adalah berdasarkan ibadah suci, seperti shalat,
puasa,zakat (berinfaq dan bershadaqah) dan haji ke baitullah. Ibadah-ibadah
ini sebagai sarana untuk mengingat Allah SWT dan sebagai sarana untuk
mensucikan diri lahir dan bathin dari dosa-dosa dan kesalahannya.
Sedangkan ibadah-ibadah sosial, berupa zakat, infaq dan bershadaqah
maupun bersilaturahmi sesama manusia adalah merupakan sarana
mensucikan diri sesama makhluk manusia dengan sikap-sikap peduli, empati
dan kebersamaan, saling bantu-membantu dan saling bergotong-royong yang
disitilahkan dengan kata-kata yang berat sama-sama dipikul dan yang ringan
sama-sama dijinjing berdasarkan nilai-nilai keberimanan, keberagamaannya
yang tinggi maupun ketaqwaannya dengan ikhlas karena untuk mendapatkan
ridha Allah inilah sejatinya aplikasi nilai-nilai sikap kemanusiaan yang
dibimbing oleh jalan kesucian yang sakralitas berdasarkan nilai-nilai
kebersihan yang tinggi kepada Allah SWT.

Allah SWT telah menerapkan dalam al-Qur‟an keistimewaan orang-orang


yang berusaha mensucikan diri berdasarkan iman. Sehat individu,
dipengaruhi oleh keyakinan mendalam terhadap ajaran-ajaran agama dan
petunjuk Tuhan, karena Allah mencintai kesucian dan kebersihan tiap
individu yang mukmin mengerjakan semua kewajiban ajaran agamanya
dengan sempurna dan istiqamah. Keistiqamahan mensucikan diri lebih
bermakna pada kesucian kepribadian komprehensif dan universal dari hal-hal
yang kecil sampai pada keadaan-keadaan yang lebih besar dalam hubungan-
hubungan sosial dengan sesama manusia maupun lingkungan sosialnya
dengan alam.

2.3 Menjaga Keseimbangan lingkuhan hidup untuk mewujudkan hidup sehat

Memenuhi hak-hak fisiologis secara tepat dan benar, membangkitkan dan


mengembangkan jiwa-jiwa positif (akhlak terpuji), dan mengembangkan
fitrah bertuhan dengan hidup penuh ikhlas sebagai manifestasi hidup sehat
menurut Islam, belumlah dikatakan final apabila tanpa menyertakan sikap
adil, baik, bijaksana, dan harmonis dengan lingkungan hidup/ alam semesta.
Hal ini karena selain manusia sebagai seorang hamba yang harus
mengabdikan dirinya untuk beribadah kepada Allah, juga karena ia
diproyeksikan sebagai khalifah fil ardl, yaitu sebagai wakil Allah untuk
memakmurkan kehidupan bumi dengan cara menjaga lingkungan hidup.
Dalam al-Qur’an, sinyalemen rusaknya ligkungan hidup itu dapat
ditemukan dalam Firman Allah Swt:

Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan disebabkan ulah tangan


manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat)
perbuatannya, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS. Ar-Rum
[30]: 41)

Dengan demikian, keseimbangan lingkungan hidup menjadi prasyarat


utama untuk menciptakan lingkungan hidup yang sehat. Namun, seiiring
dengan kenyataan yang ada, prestasi masayarakt kita tentang hal tersebut
belum menggembirakan sepenuhnya, terutama masalah interrelasi pola hidup
sehat. Polusi udara, misalnya, adalah salah satu contohnya. Bahkan, polusi
udara kota di beberapa kota besar di Indonesia sudah sangat
memperihatinkan. Rusaknya lingkungan hidup atau alam itu,
manusialah yang menjadi penyebabnya. Dan semua itu berawal dari
kegagalan dalam menjaga dan atau cara memanfaatkannya. Firman Allah
Swt:

“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)


memperbaikinya dan berdo’alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak
diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat
dekat kepada orang-orang yang berbuat baik”. (QS. Al-A’raf [7]: 56)

Ungkapan “dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi


sesudah Allah memperbaikinya” mengandung dua pengertian;

Pertama, larangan merusak bumi setelah adanya perbaikan, yaitu saat


penciptaan bumi oleh Allah sendiri. Pengertian ini mengisyaratkan agar
manusia memelihara bumi, yang sudah merupakan tempat yang baik bagi
manusia.

Kedua, larangan membuat kerusakan di bumi setelah adanya perbaikan


oleh sesama manusia. Hal ini terkait dengan peran aktif manusia untuk
menciptakan sesuatu yang baru, baik, dan membawa kebaikan (maslahah).
Tugas kedua ini, lebih berat daripada tugas pertama, karena memerlukan
pemahaman yang tepat tentang hukum-hukum Allah yang menguasai alam
ciptaan-Nya, berikutnya adalah penerapan “ilmu cara” (teknologi) dengan
melihat hukum-hukum itu, daya cipta untuk memanfaatkannya, dan prinsip-
prinsip keseimbangan. Berkaitan dengan hal tersebut, maka pemanfaatan
potensi alam yang dianugerahkan Tuhan kepada umat manusia, haruslah
berdampak pada kebaikan (maslahah) daripada kerusakan (mafsadah).
Menjaga lingkungan hidup (alam) dan atau memanfaakannya, merupakan
sesuatu yang sangat prinsipil dalam ajaran Islam, terutama bila dikaitkan
dengan tujuan diciptakannya alam ini. Allah Swt. berfirman, 

“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada
di antara keduanya dengan bermain-main” (QS. Ad-Dukhan [44]

“Kami tidak ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara
keduanya dengan sia-sia (tanpa tujuan)” (QS. Shaad [38]

“Kami tidak menciptakan langit dan bumi serta apa yang berada
di antara keduanya kecuali dengan (tujuan) yang benar dan dalam
waktu yang ditentukan” (QS. Al-Ahqaaf [46]

Dengan demikian, arti penting menjaga lingkungan hidup (alam) ataupun


memanfaatkannya dengan baik dan berakhir pada kebaikan (maslahah), sama
halnya sebagai bentuk apresiasi yang tinggi terhadap tujuan diciptakan alam
itu sendiri. Karena yang demikian itu, maka termasuk bagian dari
menerapkan etika beragama dengan berbasis pada kesalehan sosial. Sebagai
bentuk apresiasi terhadap lingkungan hidup maka umat manusia juga dituntut
untuk memahami hukum-hukum keseimbangan alam.

Pemahaman, apresiasi, dan pemanfaatn potensi alam dan lingkungan hidup


yang baik, bijak, tepat dan benar, tidak hanya akan berpulang pada suatu pola
hidup yang sinergis dan harmonis antara manusia dan lingkungan hidupnya,
tapi juga sebagai suatu cara bagaimana manusia menemukan dan memaknai
hakikat eksistensinya sebagai makhluk makrokosmis. Inilah starting
point menjaga keseimbangan lingkungan hidup untuk mewujudkan hidup
sehat dalam pengertian yang sebenarnya.
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

 Islam selalu menekankan pada umatnya untuk memperhatikan dan


mempelajari apa saja yang diciptakan Allah dan bagaimana pula manusia
memerankan dirinya untuk mempertahankan eksistensi hidupnya sejalan
dengan nilai-nilai ajaran Islam. Salah satu penekanan tersebut adalah ihwal
kesehatan dan tuntunan untuk hidup sehat. Bahkan, Islam juga menetapkan
bahwa tujuan pokok kehadirannya  (maqasidusy syari’ah), selain dalam
rangka untuk memelihara agama, harta, keturunan, juga menekankan pada
pentingnya pemeliharaan jiwa, akal, dan jasmani. Tiga hal yang disebut
terakhir, dalam pelaksanaannya mensyaratkan adanya praktik hidup sehat.

Dalam Islam, baik yang terapresiasi melalui al-Qur’an maupun Hadits


Nabi saw., tidak sedikit ajaran-ajarannya berkenaan dengan anjuran hidup
sehat, baik sehat secara jasmani, jiwa/mental, maupun sehat secara
ruhani/spiritual. Bahkan tidak luput pula anjuran untuk menciptakan
lingkungan yang sehat. Sebagai seorang hamba yang harus mengabdikan
dirinya untuk beribadah kepada Allah, juga karena ia diproyeksikan
sebagai khalifah fil ardl, yaitu sebagai wakil Allah untuk memakmurkan
kehidupan bumi dengan cara menjaga lingkungan hidup.

3.2 Saran

Islam dan Kesehatan erat kaitannya dengan hubungan manusia sebagai


makhluk tuhan dalam menjaga apa yang telah tuhan berikan dan titipkan
kepadanya. Salah satunya yaitu tubuh yang sehat, keadaan fisik yang utuh, dan
lingkungan yang mendukung untuk menunjang kehidupan. Hal tersebut membawa
kita untuk menyadari seberapa besar pentingnya menjaga hidup sehat dan
lingkungan sebagai penunjang kesehatan. Dengan demikian, diharapkan
disusunnya makalah ini memberikan pengetahuan dan informasi penting guna
membawa kita untuk menyadari dan bersyukur atas nikmat yang diberikan sampai
detik ini.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai