Di susun oleh:
Arif Afrianda
P07125219003
REGULAR A/TK II
D-IV keperawatan gigi
Dosen pembimbing:
Andriani,SKM.Kes
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanallahu Wa Ta’ala, Rabb Penguasa
alam, Rabb yang tiada henti-hentinya memberikan kenikmatan dan karunia kepada
semua makhluk-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah ini. Shalawat
serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, keluarganya, para sahabatnya, serta orang-orang yang mengikuti risalahnya
hingga akhir zaman.
Penulis mohon ma’af apabila dalam pembuatan makalah ini masih terdapat
kesalahan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan
penulis dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
i
DAFTAR ISI
BAB I............................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN............................................................................................................................... 1
TUJUAN....................................................................................................................................... 2
BAB II.............................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN................................................................................................................................ 3
A. Pengertian.......................................................................................................................... 3
A. Pengertian.......................................................................................................................... 4
BAB III........................................................................................................................................... 10
PENUTUP...................................................................................................................................... 10
KESIMPULAN............................................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................... 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Untuk itu hiduplah dengan jaga kesahatan anda karna itu sangat penting bagi anda
dan keluarga anda.
Istlah schat dalam kehidupan schari-hari sering dipakai untuk menyatakan bahwa
sesuatu dapat bekerja secara normal. Bahkan benda mati pun seperti kendaraan
bermotor atau mesin jka dapat berfungsi secara nomal maka seringkali oleh
pemiliknya dikatakan bahwa kendaraannya dalam kondisi sehat. Kebanyakan orang
mengatakan schat jika badannya merasa segar dan nyaman. Bahkan seorang
dokterpun akan menyatakan pasiennya sehat manakala menurut hasil pemeriksaan
yang dilakukannya mendapatkan seluruh tubuh pasien berfingsi secara normal.
Konsep schat dan sakit sesungguhnya tidak tarlalu mutlak dan universal karena ada
faktor-faktor lain di luar kanyataan klinis yang mempengaruhinya terutama faktor
sosial budaya. Kedua pengertian saling mempenganhi dan pengertian yang satu
hanya dapat dipahami dalam koteks pengertian yang lain. Banyak ahli filsafat, biologi,
antropologi, sosiologi, kadok-teran, dan lain - lain bidang ilmu pengetahuan telah
mencoba menberikan pengertian tentang konsep sehat dan sakit ditinjau dari
masing-masing disiplin ilmu. Masalah schat dan sakit merupakan proses yang
berkatan dengan kemampuan atau ketidakmumpuan manusia beradap-tasi dengan
ingkungan baik secara biologis, psikobgis mupun sosial budaya.
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari sehat ?
2. Apa konsep sakit ?
3. Apa pengertian dari keadaan sehat sakit ?
4. Apa itu Paradigma Sehat ?
5. Konsep sehat sakit menurut budaya
6. Konsep sehat sakit dari budaya Aceh
TUJUAN
1. Untuk mengetahui lebih lanjut apa pengertian dari sehat sakit
2. Untuk mengetahui lebih lanjut apa pengertian dari sehat sakit menurut budaya
3. Untuk mengetahui sehat sakit dari budaya Aceh
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
1. Sehat menurut WHO 1974
Kesehatan adalah keadaan sempurna baik fisik, mental, social bukan hanya bebas
dari penyakit, cacat dan kelemahan.
kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera dari badan (jasmani), jiwa (rohani) dan
social yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara social dan ekonomis.
3. Pepkin’s
Sehat adalah suatu keadaan keseimbangan yang dinamis antara bentuk tubuh dan
fungsi yang dapat mengadakan penyesuaian, sehingga dapat mengatasi gangguan
dari luar.
6. Kesehatan fisik adalah suatu keadaan dimana bentuk fisik dan fungsinya tidak ada
ganguan sehingga memungkinkan perkembangan psikologis, dan social serta dapat
melaksanakan kegiatan sehari-hari dengan optimal.
Sesuai dengan pengertian sehat di atas dapat di simpulkan bahwa kesehatan terdiri
dari 3 dimensi yaitu fisik, psikis dan social yang dapat diartikan secara lebih positif,
dengan kata lain bahwa seseorang diberi kesempatan untuk mengembangkan seluas-
luasnya kemampuan yang dibawanya sejak lahir untuk mendapatkan atau
3
mengartikan sehat.
A. Pengertian
1. Perkins mendefinisikan sakit sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan
yang menimpa seseorang sehingga seseorang menimbulkan gangguan aktivtas
sehari-hari baik aktivitas jasmani, rohani dan social
3. Oxford English Dictionary mengartikan sakit sebagai suatu keadaan dari badan
atau sebagian dari organ badan dimana fungsinya terganggu atau menyimpang.
Status kesehatan seseorang terletak antara dua kutub yaitu “ sehat optimal dan “
kematian “, yang sifatnya dinamis. Bila kesehatan seseorang bergerak kekutub
kematian maka seseorang berada pada area sakit (illness area) dan bila status
kesehatan bergerak kearah sehat (optimal well being) maka seseorang dalam area
sehat (wellness area).
1. Sesuai dengan sifat sehat-sakit yang dinamis, maka keadaan seseorang dapat
dibagi menjadi sehat optimal, sedikit sehat, sedikit sakit, sakit berat dan meninggal.
2. Bila seseorang dalam area sehat maka perlu diupayakan pencegahan primer
(primary prevention) yang meliputi health promotion dan spesific protection guna
mencegah terjadinya sakit.
3. Bila seseorang dalam area sakit perlu diupayakan pencegahan sekunder dan
tersier yaitu early diagnosisand promt treatment, disability limitation dan
rehabilitation.
4
C. Faktor yang berpengaruh terhadap perubahan sehat sakit
3. Faktor keturunan meliputi genetic, kecacatan, etnis, fator resiko, ras dll.
Oleh karna itu sakit tidak sama dengan penyakit. Sebagai contoh klien dengan
Leukemia yang sedang menjalani pengobatan mungkin mampu berfungsi seperti
biasanya, sedangkan klien lain dengan kanker payudara yang sedang mempersiapkan
diri untuk menjalani operasi mungkin akan merasakan akibatnya pada dimensi lain,
selain dimensi fisik.
Prilaku sakit merupakan prilaku orang sakit yang meliputi : cara seseorang
memantau tubuhnya, mendefinisikan dan menginterpresentasikan gejala yang
dialami, melakukan upaya penyembuhan, dan penggunaan sistem pelayanan
kesehatan.
Seorang individu yang sedang merasa dirinya sedang sakit, prilaku sakit bisa
berfungsi sebagai mekanisme koping.
5
2.5. Paradigma Sehat
Paradigma Sehat adalah cara pandang, pola pikir, atau model pembangunan
kesehatan yang bersifat holistic Melihat masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh
banyak faktor yang bersifat lintas sektor. Upayanya lebih diarahkan pada
peningkatan, pemeliharaan dan perlindungan kesehatan, bukan hanya panyembuhan
orang sakit atau pemulihan kesehatan tetapi bagaimana menjadikan orang tetap
dalam kondisi sehat. Kesehatan dipengaruhi banyak faktor, yang utama lingkungan
dan perilaku. Kesehatan juga merupakan hak azasi manusia dan menentukan kualitas
hidup sumber daya manusia. Sejalan dengan berkembangnya waktu paradigma
pelayanan kesehatan sedang dikaji ulang.
Hal ini berkaitan erat dengan keoptimalan masyarakat dalam memperoleh pelayanan
kesehatan. Undang – undang No.36 tahun 2009 tentang kesehatan ikut
menyatakan, pertama : menimbang bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia
dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita
bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, kedua : setiap kegiatan dalam upaya
untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip nondiskriminatif, partisipatif, dan
berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber daya manusia Indonesia, serta
penigkatan ketahanan dan daya saing bangsa bagi pembangunan nasional, ketiga :
setiap hal yang menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan pada masyarakat
Indonesia akan menimbulkan kerugian ekonomi yang besar bagi negara, dan setiap
upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat juga berarti investasi bagi
pembangunan negara, keempat : setiap upaya pembangunan harus dilandasi
dengan wawasan kesehatan dalam arti pembangunan nasional harus
memperhatikan kesehatan masyarakat dan merupakan tanggung jawab semua pihak
baik pemerintah maupun masyarakat, kelima : menimbang bahwa Undang-Undang
No.23 Tahun 1992 tentang kesehatan sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan,
tuntutan, dan kebutuhan hukum dalam masyarakat sehingga perlu dicabut dan
diganti dengan Undang-Undang kesehatan yang baru, keenam : berdasarkan
pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam bagian pertama, kedua, ketiga,
keempat, dan kelima maka perlu membentuk Undang-Undang tentang kesehatan
(KepMenKes 1998).
6
Paradigm sehat merupakan model pembangunan kesehatan jangka panjang yang
diharapkan mampu mendorong masyarakat untuk bersikap mandiri dalam menjaga
kesehatan mereka sendiri (anonymous ).
Paradigma sehat didefinisikan sebagai cara pandang atau pola pikir pembangunan
kesehatan yang bersifat holistic, proaktif antisipasif, dengan melihat masalah
kesehatan sebagai masalah yang dipengaruhi oleh banyak faktor secara dinamis dan
lintas sektoral, dalam suatu wilayah yang berorientasi kepada pemeliharaan dan
perlindungan terhadap penduduk agar tetap sehat dan bukan hanya penyembuhan
penduduk yang sakit.
Pada intinya paradigm sehat memberikan perhatian utama terhadap kebijakan yang
bersifat pencegahan dan promosi kesehatan , memberikan dukungan dan alokasi
sumber daya untuk menjaga agar yang sehat tetap sehat namun tetap
mengupayakan yang sakit segera sehat. Pada prinsipnya kebijakan tersebut
menekankan pada masyarakat untuk mengutamakan kegiatan kesehatan daripada
mengobati penyakit (soejoeti , 2005 )
Kedua : mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat. Dalam hal ini, harus
menyadari kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu ,
masyarakat, pemerintah dan swasta.
7
3.1. Konsep sehat sakit menurut budaya
Masyarakat dan pengobat tradisional menganut dua konsep penyebab sakit, yaitu:
Naturalistik dan Personalistik. Penyebab bersifat Naturalistik yaitu seseorang
menderita sakit akibat pengaruh lingkungan, makanan (salah makan), kebiasaan
hidup, ketidak seimbangan dalam tubuh, termasuk juga kepercayaan panas dingin
seperti masuk angin dan penyakit bawaan. Konsep sehat sakit yang dianut pengobat
tradisional (Battra) sama dengan yang dianut masyarakat setempat, yakni suatu
keadaan yang berhubungan dengan keadaan badan atau kondisi tubuh kelainan-
kelainan serta gejala yang dirasakan. Sehat bagi seseorang berarti suatu keadaan
yang normal, wajar, nyaman, dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan
gairah.
Persepsi masyarakat mengenai terjadinya penyakit berbeda antara daerah yang satu
dengan daerah yang lain, karena tergantung dari kebudayaan yang ada dan
berkembang dalam masyarakat tersebut. Persepsi kejadian penyakit yang berlainan
dengan ilmu kesehatan sampai saat ini masih ada di masyarakat; dapat turun dari
satu generasi ke generasi berikutnya dan bahkan dapat berkembang luas.
Berikut ini contoh persepsi masyarakat tentang penyakit malaria, yang saat ini masih
ada di beberapa daerah pedesaan di Papua (Irian Jaya). Makanan pokok penduduk
Papua adalah sagu yang tumbuh di daerah rawa -rawa. Selain rawa-rawa, tidak jauh
dari mereka tinggal terdapat hutan lebat. Penduduk desa tersebut beranggapan
bahwa hutan itu milik penguasa gaib yang dapat menghukum setiap orang yang
melanggar ketentuannya.
Pelanggaran dapat berupa menebang, membabat hutan untuk tanah pertanian, dan
lain-lain akan diganjar hukuman berupa penyakit dengan gejala demam tinggi,
menggigil, dan muntah. Penyakit tersebut dapat sembuh dengan cara minta ampun
kepada penguasa hutan, kemudian memetik daun dari pohon tertentu, dibuat
ramuan untuk di minum dan dioleskan ke seluruh tubuh penderita. Dalam beberapa
hari penderita akan sembuh.
Persepsi masyarakat mengenai penyakit diperoleh dan ditentukan dari penuturan
sederhana dan mudah secara turun temurun. Misalnya penyakit akibat kutukan
Allah, makhluk gaib, roh-roh jahat, udara busuk, tanaman berbisa, binatang, dan
sebagainya.
8
Pada sebagian penduduk Pulau Jawa, dulu penderita demam sangat tinggi diobati
dengan cara menyiram air di malam hari. Air yang telah diberi ramuan dan jampi-
jampi oleh dukun dan pemuka masyarakat yang disegani digunakan sebagai obat
malaria.
Latar budaya yang telah berakar di masyarakat Aceh, -demikian juga di wilayah
Nusantara lainnya-, tidak terlepas dari animisme pra-Islamisasi, pemujaan terhadap
media benda terlihat dari tradisi upacara adat yang lebih banyak bersifat mistis.
Bacaan-bacaan dalam upacara tersebut dituangkan dalam bentuk sastra baik bersifat
sajak (mantera atau tangkey) ataupun prosa (doa) oleh seorang yang dihormati
dikenal ‘pawang’, meuilmee dan teungku. Meurajah di Aceh selalu terkait dengan
mantera, ajimat (jimat) dan doa, yang digunakan dalam dua sisi, untuk kebaikan dan
keburukan (kejahatan).
Dalam prakteknya, rajah tidak seperti umumnya didefinisikan oleh rajah-rajah secara
umum di luar Aceh. Sepertinya ada tranformasi tradisi meurajah di Aceh, dari apa
yang disebut oleh Hurgronje yang melatarbelakangi tahayul dan dipercayai dengan
ilmu-ilmu gaib kepada arah islamis dan humanis. Unsur-unsur rajah tersebut
digunakan dalam tata laksana “ilmu hitam” seperti sihe (sihir), peukeunong (guna-
guna), peugawe (sejenis ulat sangkadu), peugaseh (pelet), dan sebagainya. Namun
juga rajah digunakan pada simbol-simbol dengan tujuan kebaikan, seperti ajimat,
doa, pengobatan, tangkey (penangkal), yang biasanya disisipi unsur-unsur ajaran
Islam, terutama doa-doa dari Alquran dan simbol-simbol yang digunakan dari huruf
hijaiyyah.
9
Hadirnya Islam di Aceh tidak mengubah tradisi dan budaya tersebut secara langsung,
namun proses Islamisasi terintegrasi ke dalam tradisi lokal tanpa menghilangkan
kontaminasi tradisi kebudayaan lokal secara total, inilah yang membuat tradisi lokal
tetap bersemi dan memiliki karakteristik tersendiri, seperti puisi mantra terhadap
anak-anak sakit perut dalam Panton Aneuk Miet yang menyisipkan surah Al-Fatihah
di dalam mantranya.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Masyarakat Aceh masih saja beranggapan setiap ada suatu penyakit pasti ada
obatnya, bagaimanapun caranya, terkadang ada yang menggunakan kejahatan dan
juga kebaikan didalamnya, berbagai upaya penyembuhan pun akan dilakukan, baik
itu penyakit medis maupun penyakit yang tidak bisa dijelaskan secara medis.
Meurajah atau juga dikenal dengan Rukyah dan sejenisnya bisa jadi salah satu
pengobatan alternatif orang aceh secara tradisi dari masa kemasa, Dan semoga saja
kita semua selalu dalam kondisi sehat wal afiat dalam lindungan ALLAH SWT, Aamiin.
10
DAFTAR PUSTAKA
http://perawattegal.wordpress.com/2009/08/31/konsep-sehat-sakit/
http://kesmasybk.blogspot.com/2013/05/konsep-sehat-sakit.html?m=1
https://id.scribd.com/doc/278081556/Konsep-Sehat-Sakit-Menurut-Budaya-
Masyarakat
https://www.jkma-aceh.org/tradisi-meurajah-dalam-pengobatan-manuskrip-aceh/
11