Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

AGAMA
ISLAM
ISLAM DAN
KESEHATAN

DISUSUN OLEH :

1. FATIMAH ATHIFAH
2. SYAFARINA HASNAWATI

KELAS : AK 1B PAGI
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan
benar, serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai “ISLAM
dan KESEHATAN”.

Makalah ini telah dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai
pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah
ini.Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.Oleh
karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun kami.Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan
makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Depok ,24 September 2013

Penulis

I . PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang

Islam menaruh perhatian yang besar terhadap dunia kesehatan.Kesehatan merupakan


modal utama untuk bekerja, beribadah dan melaksanakan aktivitas lainnya.Ajaran Islam yang
selalu menekankan agar setiap orang memakan makanan yang baik dan halal menunjukkan
apresiasi Islam terhadap kesehatan, sebab makanan merupakan salah satu penentu sehat tidaknya
seseorang. Sebagaimana Firman Allah yang terdapat dalam Q.S. Al Baqarah : 168 yang artinya :
“wahai sekalian manusia, makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi.
Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari apa yang baik-baik yang Kami rezekikan
kepadamu.” (Q.S.Al-Baqarah: 168)

Anjuran Islam untuk bersih juga menunjukkan obsesi Islam untuk mewujudkan kesehatan
masyarakat, sebab kebersihan pangkal kesehatan, dan kebersihan di pandang sebagai bagian dari
iman. Itu sebabnya ajaran Islam sangat melarang pola hidup yang mengabaikan kebersihan,
seperti buang kotoran dan sampah sembarangan, membuang sampah dan limbah di sungai atau
sumur yang airnya tidak mengalir dan sejenisnya, dan Islam sangat menekankan Kesucian atau
Al-thaharah, yaitu kebersihan atau kesucian lahir dan batin. Dengan hidup bersih, maka
kesehatan akan semakin terjaga, sebab selain bersumber dari perut sendiri, penyakit sering kali
berasal dari lingkungan yang kotor.

B.    Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian Kesehatan menurut Islam ?
2. Apa yang dimaksud Konsep Hidup Sehat ?
3. Siapa saja Tokoh Muslim dalam Ilmu Kesehatan ?
4. Bagaimana Cara Menjaga Kesehatan dalam Konteks Islam ?
5. Tips- tips menjaga kesehatan menurut Islam ?
6. Bagaimana Metoda Pengobatan Para Rasul Sebelumnya ?
7. Bagaimana Pengobatan Tradisional dalam Pandangan Islam ?
8. Bagaimana Pengobatan Modern Dalam Pandangan Islam ?

 
Daftar isi

Kata pengantar ……………………………………………………………………………i


Bab I Pendahuluan………………………………………………………………………………ii
Latar belakang…………………………………………………………………………….ii
Rumusan masalah………………………………………………………………………...iii
Daftar isi………………………………………………………………………………….iv
Bab II
Pembahasan ………………….…………………………………………………………....1
Pengertian kesehatan………………………………………………………………………1
Konsep hidup sehat………………………………………………………………………..5
Pembagian kesehatan……………………………………………………………………...6
Tokoh muslimdalam ilmu kesehatan……………………………………………………..7
Cara menjaga kesehatan dalam konteks Islam……………………………………………8
Tips – tips menjaga kesehatan menurut Islam……………………………………………9
Pengobatan menurut pandangan Islam……………………..……………………………13
Metode pengobatan para Rasul sebelumnya…………………………………………….14
Berapa metode pengobatan yang dilakukan Rosulullah………………………………...15
Metoda Pengobatan Hukama (Ahli Hikmah)……………………………………………16
Pengobatan Tradisional Dalam Pandangan Islam……………………………………….18
Pengobatan Modern Dalam Pandangan Islam…………………………………………...19
Bab III Penutup……………………………………………………………………..……………20
Kesimpulan………………………………………………………………………………20
Daftar pustaka……………………………………………………………………………21
II. Pembahasan

Pengertian kesehatan

Ada  dua  istilah  literatur  keagamaan  yang digunakan untuk menunjuk tentang  pentingnya 
kesehatan  dalam pandangan Islam.

1. Kesehatan, yang terambil dari kata sehat

2. Afiat.

Keduanya  dalam  bahasa Indonesia, sering menjadi kata majemuk sehat afiat. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesra, kata  “afiat” dipersamakan  dengan  “sehat”. Afiat diartikan sehat dan
kuat, sedangkan  sehat  (sendiri)  antara  lain  diartikan   sebagai keadaan  baik segenap badan
serta bagian-bagiannya (bebas dari sakit).

Tentu pengertian  kebahasaan  ini  berbeda  dengan  pengertian dalam    tinjauan    ilmu  
kesehatan,   yang   memperkenalkan istilah-istilah  kesehatan  fisik,   kesehatan   mental,   dan
kesehatan masyarakat.

Walaupun  Islam  mengenal  hal-hal  tersebut, namun sejak dini perlu digarisbawahi satu hal
pokok berkaitan dengan kesehatan, yaitu melalui pengertian yang dikandung oleh kata afiat.

Istilah  sehat  dan  afiat masing-masing digunakan untuk makna yang berbeda, kendati diakui
tidak jarang hanya disebut  salah satunya  (secara  berdiri  sendiri), karena masing-masing kata
tersebut dapat mewakili makna yang dikandung  oleh  kata  yang tidak disebut.

Pakar bahasa  al-Quran  dapat  memahami  dari  ungkapan  sehat wal-afiat  bahwa  kata sehat
berbeda dengan kata afiat, karena wa yang berarti “dan” adalah kata  penghubung  yang 
sekaligus menunjukkan  adanya  perbedaan  antara  yang  disebut  pertama (sehat) dan yang
disebut kedua (afiat). Nah, atas  dasar  itu, dipahami adanya perbedaan makna di antara
keduanya.

Dalam  literatur keagamaan, bahkan dalam hadis-hadis Nabi Saw. ditemukan sekian banyak doa,
yang mengandung permohonan afiat, di samping permohonan memperoleh sehat.
Dalam   kamus   bahasa  Arab,  kata  afiat  diartikan  sebagai “perlindungan Allah untuk hamba-
Nya dari segala  macam  bencana dan tipu daya”. Perlindungan itu tentunya tidak dapat diperoleh
secara  sempurna  kecuali  bagi   mereka   yang   mengindahkan petunjuk-petunjuk-Nya. Maka
kata afiat dapat diartikan sebagai: “berfungsinya  anggota  tubuh  manusia  sesuai  dengan  
tujuan penciptaannya.”

Kalau  sehat  diartikan  sebagai  keadaan  baik  bagi  segenap anggota badan, maka agaknya
dapat dikatakan  bahwa  mata  yang sehat  adalah  mata  yang  dapat  melihat maupun membaca
tanpa menggunakan kacamata. Tetapi,  mata  yang  afiat  adalah  yang dapat  melihat  dan 
membaca objek-objek yang bermanfaat serta mengalihkan pandangan dari objek-objek yang
terlarang,  karena itulah fungsi yang diharapkan dari penciptaan mata.

Islam sebagai agama yang sempurna dan lengkap.Telah menetapkan prinsip-prinsip


dalam penjagaan keseimbangan tubuh manusia. Diantara cara Islam menjaga kesehatan dengan
menjaga kebersihan dan melaksanakan syariat wudlu dan mandi secara rutin bagi setiap muslim.

Sehat adalah kondisi fisik di mana semua fungsi berada dalam keadaan sehat.Menjadi
sembuh sesudah sakit adalah anugerah terbaik dari Allah kepada manusia.Adalah tak mungkin
untuk bertindak benar dan memberi perhatian yang layak kepada ketaatan kepada Tuhan jika
tubuh tidak sehat.

Tidak ada sesuatu yang begitu berharga seperti kesehatan.Karenanya, hamba Allah
hendaklah bersyukur atas kesehatan yang dimiltkinya dan tidak bersikap kufur. Nabi saw.
bersabda, “Ada dua anugerah yang karenanya banyak manusia tertipu, yaitu kesehatan yang
baik dan waktu luang.”(HR. Bukhari)

Abu Darda berkata, “Ya Rasulullah, jika saya sembuh dari sakit saya dan bersyukur karenanya,
apakah itu lebih baik daripada saya sakit dan menanggungnya dengan sabar?” Nabi saw
menjawab, “Sesungguhnya Rasul mencintai kesehatan sama seperti engkau juga
menyenanginya.”

Diriwayatkan oleh  at-Tirmidzi bahwa Rasulullah saw bersabda: ‘Barangsiapa bangun di pagi
hari dengan badan schat dan jiwa sehat pula, dan rezekinya dijamin, maka dia seperti orang
yang memiliki dunia seluruhnya.”

Di antara ucapan-ucapan bijaksana Nabi Dawud as adalah sebagai berikut, “Kesehatan adalah
kerajaan yang tersembunyi.”Juga.“Kesedihan sesaat membuat orang Jcbih tua satu tahun.”Juga,
“Kesehatan adalah mahkota di kepala orang-orang yang schat, yang hanya bisa dilihac oleh
orang-orang yang sakit.”Dan juga, “Kesehatan adalah harta karun yang tak terlihat.”
 

Kesehatan menurut para ahli

Konsep sehat menurut Parkins (1938) adalah suatu keadaan seimbang yang dinamis
antara bentuk dan fungsi tubuh dan berbagai faktor yang berusaha mempengaruhinya.Menurut
White (1977) “sehat adalah suatu keadaan di mana seseorang pada waktu diperiksa tidak
mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit dan kelainan”.Menurut
Pepkin’s “Sehat adalah suatu keadaan keseimbangan yang dinamis antara bentuk tubuh dan
fungsi yang dapat mengadakan penyesuaian, sehingga dapat mengatasi gangguan dari luar”.

Berdasarkan definisi di atas, pengertian sehat adalah keseimbangan tubuh baik di dalam mapun
di luar sehingga terjadi ketenangan dan kenyaman dalam menjalani hidup, baik suka maupun
duka.

Kesehatan menurut WHO

Pengertian Kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1948 


menyebutkan bahwa pengertian kesehatan adalah sebagai “suatu keadaan fisik, mental, dan
sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan”. Pada tahun 1986,
WHO, dalam Piagam Ottawa untuk Promosi Kesehatan, mengatakan bahwa pengertian
kesehatan adalah “sumber daya bagi kehidupan sehari-hari, bukan tujuan hidup Kesehatan adalah
konsep positif menekankan sumber daya sosial dan pribadi, serta kemampuan fisik.

Kesehatan menurut UU no. 23 Tahun 1992


Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap
orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Kesehatan menurut Larry Green dan para kolega.Definisi yang bahkan lebih sederhana diajukan
oleh Larry Green dan para koleganya yang menulis bahwa pendidikan kesehatan adalah
kombinasi pengalaman belajar yang dirancang untuk mempermudah adaptasi sukarela terhadap
perilaku yang kondusif bagi kesehatan.
Jadi, berdasarkan beberapa definisi diatas, Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa,
dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Kesehatan menurut Islam

Konsep tersebut ditinjau dari perspektif Islam yang mengacu dalam kitab suci Al
Quran.Islam sangat memperhatikan kondisi kesehatan sehingga dalam Al Quran dan Hadits
ditemui banyak referensi tentang sehat.Misalnya Hadits Bukhari yang diriwayatkan oleh Ibnu
Abbas, Rasulullah bersabda.“Dua nikmat yang sering tidak diperhatikan oleh kebanyakan
manusia yaitu kesehatan dan waktu luang.”

Kosa kata “sehat wal afiat” dalam Bahasa Indonesia mengacu pada kondisi ragawi dan
bagian-bagiannya yang terbebas dari virus penyakit.Sehat Wal Afiat ini dapat diartikan sebagai
kesehatan pada segi fisik, segi mental maupun kesehatan masyarakat.

Menurut Dian Mohammad Anwar dari Foskos Kesweis (Forum Komunikasi dan Studi
Kesehatan Jiwa Islami Indonesia), pengertian kesehatan dalam Islam lebih merujuk kepada
pengertian yang terkandung dalam kata afiat. Konsep Sehat dan Afiat itu mempunyai makna
yang berbeda kendati tak jarang hanya disebut dengan salah satunya, karena masing-masing kata
tersebut dapat mewakili makna yang terkandung dalam kata yang tidak disebut.Dalam kamus
bahasa arab sehat diartikan sebagai keadaan baik bagi segenap anggota badan dan afiat diartikan
sebagai perlindungan Allah SWT untuk hamba-Nya dari segala macam bencana dan tipudaya.
Perlindungan Allah itu sudah barang tentu tidak dapat diperoleh secara sempurna kecuali bagi
orang-orang yang mematuhi petunjuk-Nya.Dengan demikian makna afiat dapat diartikan sebagai
berfungsinya anggota tubuh manusia sesuai dengan tujuan penciptaannya.

Konsep Hidup Sehat

Sehat (Arab"Al-shihah”), dalam Islam bukan hanya merupakan sesuatu yang


berhubungan dengan masalah fisik (jasmani), melainkan juga menyangkut psikis (jiwa).

Karena itulah mengapa Islam memperkenalkan konsepsi al-Shihhah wa al-afiyat (lazim


diucapkan sehat wal'afiat).

Maksud dari konsep itu yakni suatu kondisi sehat di mana seseorang mengalami kesehatan yang
paripurna, jasmani, dan rohani atau fisik dan psikis. Jika makna sehat seluruhnya berhubungan
dengan masalah fisik-ragawi, maka makna al-afiat ialah segala bentuk perlindungan Allah SWT
untuk hamba-Nya dari segala macam tipu daya.Atau, menurut istilah Quraish Shihab ialah
berfungsi bagi seluruh anggota tubuh manusia sesuai dengan tujuan pencipta-Nya.
Pembagian kesehatan

1. Kesehatan Rohani

Seperti yang dijelaskan dalam  Firman Allah yang tertuang dalam Al – Qur’an surat Al- Ra’d :
28 yang berbunyi : “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah lah hati menjadi tentram.
(Q.S. Al-Ra’d: 28)

sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan
sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa (Allah SWT
dalam agama Islam). Misalnya sehat spiritual dapat dilihat dari praktik keagamaan seseorang.

Menurut Prof Dr. Nasaruddin Umar M.A, Guru besar UIN Syarif hidayatullah Jakarta
mengatakan didalam manusia ada unsur jasad (jasadiyyah), unsur nyawa, dan unsur ruh yang
dalam Al-Qur’an di sebut KHALQAN AKHAR. Seseorang baru disebut manusia jika memiliki
ke 3 unsur ini.
Hubungan antara makhluk dengan Tuhannya akan berjalan baik bila sang makhluk menaati apa
yang di perintahkan Allah, ciri-ciri jiwa yang sehat yang dalam Al-Qur’an di sebut Qalbun
Salim, seperti hati yang selalu bertobat (at-taqwa), hati yang selalu menjaga dari hal-hal
keduniaan (al-zuhd), hati yang selalu ada manfaatnya (al-shumi), hati yang selalu butuh
pertolongan Allah (al-faqir).

2. Kesehatan Jasmani

Ajaran Islam sangat menekankan kesehatan jasmani. Agar tetap sehat, hal yang perlu
diperhatikan dan dijaga, menurut sementara ulama, disebutkan, ada sepuluh hal, yaitu: dalam hal
makan, minum, gerak, diam, tidur, terjaga, hubungan seksual, keinginan-keinginan nafsu,
keadaan kejiwaan, dan mengatur anggota badan.

3. Kesehatan social

Terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara
baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau kepercayan, status sosial, ekonomi, politik, dan
sebagainya, serta saling toleran dan menghargai.

B.    Tokoh Muslim Dalam Ilmu Kesehatan

Beberapa tokoh muslim dalam ilmu kesehatan sebagai berikut:

1. Hunain Ibnu Ishaq

Beliau dilahirkan pada tahun 809 M dan meninggal pada tahun 874 M. Beliau ialah spesialis
mata.Hasil karyanya ialah buku-buku yang membicarakan berbagai penyakit.Beliau banyak
menerjemahkan buku-buku kedokteran yang berbahasa Yunani ke dalam bahasa Arab.

2. Abu Bakar Muhammad ibnu Zakaria Ar Razi

Beliau dilahirkan pada tahun 866 M dan meninggal pada tahun 909 M. Buku karangannya
tentang kedokteran dijadikan buku pegangan di Fakultas Kedokteran. Bukunya di beri nama Al
Hawi (menyeluruh). Ia yang menemukan penyakit cacar, dan membaginya menjadi cacar air
(variola) dan cacar merah (rovgella), menemukan terapi tekanan darah tinggi atau hipertensi.

3. Ibnu Sina

Ibnu sina, dilahirkan di Afsara (Asia tengah) pada tahun 980 H/ 1593 M dan meninggal di
Isfahan pada tahun 1037 H/1650 M. Bukunya yang sangat terkenal dibidang kedokteran adalah
Al Qanun Fi Al Thib, dijadikan buku pedoman kedokteran, baik di Universitas-universitas Eropa
maupun Negara Islam.

4. Abu Mawar Abdul Malik ibnu Abil ‘Ala Ibnu Zuhur

Beliau lahir pada tahun 1091 M dan meninggal pada tahun 1162 M. Beliau sebagai dokter
spesialis penyakit dalam atau internis.

Cara Menjaga Kesehatan Dalam Konteks Islam

Sudah menjadi semacam kesepakatan, bahwa menjaga agar tetap sehat dan tidak terkena
penyakit adalah lebih baik daripada mengobati, untuk itu sejak dini diupayakan agar orang tetap
sehat.Menjaga kesehatan sewaktu sehat adalah lebih baik daripada meminum obat saat sakit.
Dalam kaidah ushuliyyat dinyatakan: 

Dari Ibn ‘Abbas, ia berkata, aku pernah datang menghadap Rasulullah SAW, saya bertanya: Ya
Rasulullah ajarkan kepadaku sesuatu doa yang akan akan baca dalam doaku, Nabi menjawab:
Mintalah kepada Allah ampunan dan kesehatan, kemudian aku menghadap lagipada
kesempatan yang lain saya bertanya: Ya Rasulullah ajarkan kepadaku sesuatu doa yang akan
akan baca dalam doaku. Nabi menjawab: “Wahai Abbas, wahai paman Rasulullah saw
mintalah kesehatan kepada Allah, di dunia dan akhirat.” (HR Ahmad, al-Tumudzi, dan al-
Bazzar)

Nabi Muhammad mengajarkan kepada kita mengenai kesehatan, tidak sedikit dari ucapannya
mengandung unsur medis yang mutakhir. Dari ajaran beliau mengenai perihal orang sakit ialah:

1. Perintah untuk berobat. Kewajiban bagi setiap muslim yang sakit untuk berobat.
2. Setiap penyakit ada obatnya Seperti:

 Karantina penyakit, Nabi bersabda “jauhkanlah dirimu sejauh satu atau dua tombak dari
orang yang berpenyakit lepra.
 Islam juga mengajarkan prinsip-prinsip dasar dalam penanggulangan berbagai penyakit
infeksi yang membahayakan masyarakat. Sabda Nabi yang berbunyi “jangan engkaulah
masuk ke dalam suatu daerah yang sedang terjangkit wabah, dan bila dirimu berada di
dalamnya janganlah pergi meninggalkannya”
 Islam menganjurkan umatnya untuk melakukan upaya proteksi diri (ikhtiar) dari berbagai
penyakit infeksi, misalnya dengan imunisasi.

Tips- tips menjaga kesehatan menurut Islam

1. Mengatur Pola Makan dan Minum

Dalam ilmu kesehatan atau gizi disebutkan, makanan adalah unsur terpenting untuk
menjaga kesehatan.Kalangan ahli kedokteran Islam menyebutkan, makan yang halalan dan
thayyiban. Al-Quran berpesan agar manusia memperhatikan yang dimakannya, seperti
ditegaskan dalam ayat: “maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya”.(QS.
‘Abasa 80 : 24 )

Dalam 27 kali pembicaraan tentang perintah makan, al-Quran selalu menekankan dua
sifat, yang halal dan thayyib, di antaranya dalam (Q., s. al-Baqarat (2)1168; al-Maidat (s):88;
al-Anfal (8):&9; al-Nahl (16) : 1 14),

2. Keseimbangan Beraktivitas dan Istirahat

Perhatian Islam terhadap masalah kesehatan dimulai sejak bayi, di mana Islam
menekankan bagi ibu agar menyusui anaknya, di samping merupakan fitrah juga mengandung
nilai kesehatan.Banyak ayat dalam al-Quran menganjurkan hal tersebut.

Al-Quran melarang melakukan sesuatu yang dapat merusak badan.Para pakar di bidang
medis memberikan contoh seperti merokok. Alasannya, termasuk dalam larangan membinasakan
diri dan mubadzir dan akibatyang ditimbulkan, bau, mengganggu orang lain dan lingkungan.
Islam juga memberikan hak badan, sesuai dengan fungsi dan daya tahannya, sesuai
anjuran Nabi: Bahwa badanmu mempunyai hak

Islam menekankan keteraturan mengatur ritme hidup dengan cara tidur cukup, istirahat
cukup, di samping hak-haknya kepada Tuhan melalui ibadah. Islam memberi tuntunan agar
mengatur waktu untuk istirahat bagi jasmani.Keteraturan tidur dan berjaga diatur secara
proporsional, masing-masing anggota tubuh memiliki hak yang mesti dipenuhi.

Di sisi lain, Islam melarang membebani badan melebihi batas kemampuannya, seperti
melakukan begadang sepanjang malam, melaparkan perut berkepanjangan sekalipun maksudnya
untuk beribadah, seperti tampak pada tekad sekelompok Sahabat Nabi yang ingin terus menerus
shalat malam dengan tidak tidur, sebagian hendak berpuasa terus menerus sepanjang tahun, dan
yang lain tidak mau ‘menggauli’ istrinya, sebagaimana disebutkan dalam hadits:

“Nabi pernah berkata kepadaku: Hai hamba Allah, bukankah aku memberitakan bahwa kamu
puasa di sz’am? hari dan qiyamul laildimalam hari, maka aku katakan, benarya Rasulullah,
Nabi menjawab: Jangan lalukan itu, berpuasa dan berbukalah, bangun malam dan tidurlah,
sebab, pada badanmu ada hak dan pada lambungmujuga ada hak” (HR Bukhari dan Muslim).

3. Olahraga sebagai Upaya Menjaga Kesehatan

Aktivitas terpenting untuk menjaga kesehatan dalam ilmu kesehatan adalah melalui
kegiatan berolahraga. Kata olahraga atau sport (bahasa Inggris) berasal dari bahasa Latin
Disportorea atau deportore, dalam bahasa Itali disebut ‘deporte’ yang berarti penyenangan,
pemeliharaan atau menghibur untuk bergembira. Olahraga atau sport dirumuskan sebagai
kesibukan manusia untuk menggembirakan diri sambil memelihara jasmaniah.

Tujuan utama olahraga adalah untuk mempertinggi kesehatan yang positif, daya tahan,
tenaga otot, keseimbangan emosional, efisiensi dari fungsi-rungsi alat tubuh, dan daya ekspresif
serta daya kreatif. Dengan melakukan olahraga secara bertahap, teratur, dan cukup akan
meningkatkan dan memperbaiki kesegaran jasmani, menguatkan dan menyehatkan tubuh.
Dengan kesegaran jasmani seseorang akan mampu beraktivitas dengan baik.

Dalam pandangan ulama fikih, olahraga (Bahasa Arab: al-Riyadhat) termasuk bidang
ijtihadiyat. Secara umum hokum melakukannya adalah mubah, bahkan bisa bernilai ibadah, jika
diniati ibadah atau agar mampu melakukannya melakukan ibadah dengan sempurna dan
pelaksanaannyatidakbertentangan dengan norma Islami.

Sumber ajaran Islam tidak mengatur secara rinci masalah yang berhubungan dengan
berolahraga, karena termasuk masalah ‘duniawi’ atau ijtihadiyat, maka bentuk, teknik, dan
peraturannya diserahkan sepenuhnya kepada manusia atau ahlinya. Islam hanya memberikan
prinsip dan landasan umum yang harus dipatuhi dalam kegiatan berolahraga.

Nash al-Quran yang dijadikan sebagai pedoman perlunya berolahraga, dalam konteks
perintah jihad agar mempersiapkan kekuatan untuk menghadapi kemungkinan serangan musuh,
yaitu ayat:

“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari
kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan
musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya;
sedang Allah mengetahuinya.Apa saja yang kamu najkahkanpadajalan Allah niscaya akan
dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan). (QS.Al-Anfal :6o):

Nabi menafsirkan kata kekuatan (al-Quwwah) yang dimaksud dalam ayat ini adalah
memanah. Nabi pernah menyampaikannya dari atas mimbar disebutkan 3 kali, sebagaimana
dinyatakan dalam satu hadits:

Nabi berkata: “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sang
gupi” Ingatlah kekuatan itu adalah memanah, Ingatlah kekuatan itu adalah memanah, Ingatlah
kekuatan itu adalah memanah, (HR Muslim, al-Turmudzi, Abu Dawud, Ibn Majah, Ahmad,
dan al-Darimi)

4. Anjuran Menjaga Kebersihan

Ajaran Islam sangat memperhatikan masalah kebersihan yang merupakan salah satu
aspek penting dalam ilmu kedokteran.Dalam terminologi Islam, masalah yang berhubungan
dengan kebersihan disebut dengan al-Thaharat.Dari sisi pandang kebersihan dan kesehatan, al-
thaharat merupakan salah satu bentuk upaya preventif, berguna untuk menghindari penyebaran
berbagai jenis kuman dan bakteri.

Imam al-Suyuthi, ‘Abd al-Hamid al-Qudhat, dan ulama yang lain menyatakan, dalam Islam
menjaga kesucian dan kebersihan termasuk bagian ibadah sebagai bentuk qurbat, bagian dari
ta’abbudi, merupakan kewajiban, sebagai kunci ibadah, Nabi bersabda: “Dari ‘Ali ra., dari Nabi
saw, beliau berkata: “Kunci shalat adalah bersuci” (HR Ibnu Majah, al-Turmudzi, Ahmad,
dan al-Darimi)

Berbagai ritual Islam mengharuskan seseorang melakukan thaharat dari najis, mutanajjis,
dan hadats.Demikian pentingnya kedudukan menjaga kesucian dalam Islam, sehingga dalam
buku-buku fikih dan sebagian besar buku hadits selalu dimulai dengan mengupas masalah
thaharat, dan dapat dinyatakan bahwa ‘fikih pertama yang dipelajari umat Islam adalah masalah
kesucian’.

‘Abd al-Mun’im Qandil dalam bukunya al-Tadaivi bi al-Quran seperti halnya


kebanyakan ulama membagi thaharat menjadi dua, yaitu lahiriah dan rohani.Kesucian lahiriah
meliputi kebersihan badan, pakaian, tempat tinggal, jalan dan segala sesuatu yang dipergunakan
manusia dalam urusan kehidupan.Sedangkan kesucian rohani meliputi kebersihan hati, jiwa,
akidah, akhlak, dan pikiran.

Pengobatan Menurut Pandangan Islam


Ilmu pengobatan islam sebenarnya tidak kalah dengan ilmu pengobatan barat.
Contohnya, Ibnu sina seorang muslim yang menjadi pionir ilmu kedokteran modern. Ilmu
pengobatan islam bertumpu pada cara-cara alami dan metode ilahiah. Yang sebenarnya sangat
bermanfaat bagi seorang muslim dalam menjaga kesehatan dan mengobati penyakitnya.
Banyak ayat Al-Qur’an yang mengisyaratkan tentang pengobatan karena Al-Qur’an itu sendiri
diturunkan sebagai penawar dan rahmat bagi orang-orang mukmin.“Dan kami menurunkan Al-
Qur’an sebagai penawar dan rahmat bagi orang-orang yang mukmin”.(QS Al-Isra’: 82). 

Menurut para ahli tafsir bahwa nama lain dari Al-Qur’an yaitu “Asysyifa” yang artinya
secara terminologi adalah obat penyembuh. “Hai manusia, telah datang kepadamu kitab yang
berisi pelajaran dari Tuhan mu dan sebagai obat penyembuh jiwa, sebagai petunjuk dan rahmat
bagi orang-orang yang beriman”.(QS Yunus:57)

Metoda Pengobatan Para Rasul Sebelumnya

Nabi Isa AS
“Dan akan dijadikan-Nya sebagai Rasul kepada Bani Israil (dia berkata) “Aku telah datang
kepadamu dengan sebuah tanda (mukjizat) dari Tuhan mu, yaitu aku membuatkanmu (sesuatu)
dari tanah berbentuk seperti burung, lalu aku meniup nya, maka ia menjadi seekor burung atas
izin Allah. Dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak lahir dan orang yang berpenyakit
kusta. Dan aku menghidupkan orang mati dengan izin Allah, dan aku beritahukan kepadamu
apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang
demikian itu terdapat suatu tanda(kebenaran kerasulanku) bagimu,jika kamu orang yang
beriman”.(QS Ali-Imran:49).
Menurut para mufassir, Nabi Isa mengobati penyakit buta dan kusta dengan cara di usap
dengan tangan nya, mata yang buta dan anggota tubuh yang terkena kusta dengan izin Allah
melalui mukjizatnya maka seketika itu sembuh.

Nabi Musa AS
Nabi Musa tidak lepas dari sifat kemanusiaannya yang merupakan sunnatulloh yaitu
sakit.Beliau pernah sakit lalu memetik sehelai daun yang diniatkan sebagai obat yang hakikatnya
Allah menyembuhkan kemudian di tempelkannya daun tersebut pada anggota tubuh yang sakit,
karena mukjizatnya seketika itu sembuh.Dan kedua kali nya beliau sakit kemudian memetik
sehelai daun secara spontanitas tanpa diniatkan sebagai obat yang hakikatnya Allah Sang
Penyembuh maka ketika itu sakitnya tidak sembuh.

Nabi Muhammad SAW


Nabi Muhammad sebagai Rasul yang diprinyahkan Allah untuk menyampaikan wahyu
kepada umat-nya tidak lepas tingkah lakunya dari Al-Qur’an karena beliau dijadikan suri
tauladan yang baik untuk semua manusia. Firman Allah :“Sesungguhnya pada diri Rasul itu
terdapat suri tauladan yang baik untuk kamu, bagi orang-orang yang mengharapkan rahmat
(Allah) dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah”.(QS Al-Ahzab: 21).
Imam Ali berkata :“Sesungguhnya semua tingkah laku Nabi Muhammad SAW adalah Al-
Qur’an”.

Beberapa metoda pengobatan yang dilakukan Rasulullah :

1. Ruqyah
Ruqyah merupakan salah satu cara pengobatan yang pernah diajarkan malaikat jibril
kepada Nabi Muhammad SAW. Ketika Rasulullah sakit maka datang malaikat jibril mendekati
tubuh beliau,kemudian jibril membacakan salah satu doa sambil ditiupkan ketubuh Nabi,
seketika itu beliau sembuh. Inilah doanya :”Bismillahi arqiika minkulli syai-in yu’dziika
minsyarri kulli nafsin au-ainiasadin Alloohu yasyfiika bismillahi arqiika”. Ada 3 cara ruqyah
yang dilakukan oleh Nabi :
a.Nafats
Yaitu membacakan ayat Al-Qur’an atau doa kemudian di tiupkan pada kedua telapak
tangan kemudian di uasapkan keseluruh badan pasien yang sakit. Dalam suatu riwayat
bahwasanya Nabi Muhammad SAW apabila beliau sakit maka membaca “Al-muawwidzat”
yaitu tiga surat Al-Qur’an yang diawali dengan “A’udzu” yaitu surat An Naas, Al Falaq, dan Al
ikhlas kemudian di tiupkan pada kedua telapak tangannya lalu diusapkan keseluruh badan.

b. Air liur yang ditempelkan pada tangan kanannya.


Diriwayatkan oleh Bukhari-Muslim : bahwasanya Nabi Muhammad SAW apabila ada
manusia yang tergores kemudian luka, maka kemudian beliau membaca doa kemudian air
liurnya ditempelkan pada tangan kanannya, lalu di usapkan pada luka orang tersebut. Inilah doa
nya: ”Allahumma robbinnas adzhabilbas isyfi antasy-syafii laa syifa-a illa syifa-uka laa
yughodiru saqoman”.

c.Meletakkantangan pada salah satu anggota badan.


Nabi Muhammad SAW pernah memerintahkan Utsman bin Abil Ash yang sedang sakit
dengan sabdanya :“letakkanlah tanganmu pada anggota badan yang sakit kemudian bacalah
“Basmalah 3x” dan “A’udzu bi-izzatillah waqudrotihi minsyarrima ajidu wa uhajiru 7x”.

2. Bekam
Berbekam termasuk pengobatan yang diajarkan Rasulullah SAW, bahkan Rasulullah
SAW pernah melakukan bekam dan memberikan upah kepada tukang bekam. Rasulullah
bersabda :“Sesungguhnya sebaik-baik apa yang kalian lakukan untuk mengobati penyakit
adalah dengan melakukan bekam”.

Metoda Pengobatan Hukama (Ahli Hikmah)

Hikmah adalah kemampuan untuk memahami rahasia-rahasia syariat agama.Ahli Hikmah


adalah orang-orang solih yang diberikan oleh Allah ilmu dan karomah sehingga dia menjadi
orang yang berpengetahuan luas untuk memahami rahasia-rahasia syariat agama.Para ahli
hikmah umumnya dijadikan sebagai tabib oleh kebanyakan orang.“Dia memberikan hikmah
kepada siapa yang dia kehendaki.Barangsiapa yang diberi hikmah, sesungguhnya dia telah
diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-
orang yang memiliki akal sehat”.QS Al-Baqarah:269). Beberapa metoda yang digunakan oleh
para ahli hikmah tidaklah berbeda jauh dengan metoda yang digunakan oleh Rasulullah SAW,
karena sebagian besar metoda yang digunakan juga mengacu kepada ayat-ayat Al-Qur’an serta
hadist, beberapa metoda yang digunakan yaitu :

 Ruqyah
Ruqyah yang diajarka kepada Nabi dan yang dilakukan oleh nabi, lain dengan yang dilakukan
oleh hukama, tetapi doa yang mereka gunakan pengertiannya sama. Para ahli Hikmah apabila
mengobati seseorang dengan cara ruqyah dengan membacakan ayat Al-Qur’an atau doa
kemudian ditiupkan kedalam air yang nantinya air itu di minum oleh si pasien.

 Wafaq
Wafaq ialah ayat Al-Qur’an, Asma Allah, Zikir, atau doa yang ditulis diatas benda seperti kertas,
kain yang dijadikan sebagai media pengobatan atau lainnya oleh para Ahli Hikmah. Salah satu
contoh : wafaq untuk orang yang sakit hati (liver) ditulis pada gelas putih kemudian diisi air lalu
di minumkan. Insya Allah sembuh. (tulis huruf Ha besar 2 kali dan huruf ‘ain 6 kali).
“Setiap penyakit itu ada obatnya, jika tepat obatnya maka penyakit akan sembuh dengan izin
Allah ‘Azza wa Jalla”.(HR.Muslim). “Allah tidak akan menurunkan suatu penyakit melainkan
Allah juga menurunkan obatnya”.(HR.Abu Hurairah).
Keberadaan berbagai penyakit termasuk sunnah kauniyah yang diciptakan oleh Allah SWT.
Penyakit-penyakit itu merupakan musibah dan ujian yang di tetapkan Allah SWT atas hamba-
hamba-Nya.Dan sesungguhnya pada musibah itu terdapat kemanfaatan bagi kaum mukminin.
Shuhaib Ar-Rumi RA berkata : Rasulullah SAW bersabda : ”Sungguh mengagumkan perkara
seorang muslim, sehingga seluruh perkaranya adalah kebaikan. Yang demikian itu tidaklah
dimiliki oleh seorangpun kecuali seorang mukmin. Jika ia mendapat kelapangan, ia bersyukur
maka yang demikian itu baik baginya, dan jika ia ditimpa kesusahan, ia bersabar. Maka yang
demikian itu baik baginya”.(HR.Muslim no.2999).Termasuk keutamaan Allah SWT yang
diberikan kepada kaum mukminin.Dia menjadikan sakit yang menimpa seorang mukmin sebagai
penghapus dosa dan kesalahan mereka. Sebagaimana tersebut dalam hadist : Abdullah bin
Masud RA berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Tidaklah seorang muslim ditimpa gangguan
berupa sakit atau lainnya, melainkan Allah menggugurkan kesalahan-kesalahannya
sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya”.(HR.Bukhari no.5661 dan Muslim no.5678).
Ketika memungkinkan mengkonsumsi obat yang sederhana maka jangan beralih memakai obat
yang kompleks.Setiap penyakit yang bisa ditolak dengan makanan-makanan tertentu dan
pencegahan, janganlah mencoba menolaknya dengan obat-obatan. Ibnul Qayyim berkata : “
berpalingnya manusia dari pengobatan nubuwwah seperti halnya berpalingnya mereka dari
pengobatan dengan Al-Qur’an, yang merupakan obat bermanfaat.(Ath-thibbun Nabawi hal.6,
29).
Dengan demikian, sudah sepantasnya seorang muslim menjadikan pengobatan nabawiyyah
bukan hanya sekedar sebagai pengobatan alternatif. Namun menjadikannya sebagai cara
pengobatan yang utama, karena kepastiannya datang dari Allah SWT. Namun tentunya berkaitan
dengan kesembuhan suatu penyakit, seorang hambatidak boleh bersandar semata dengan
pengobatan tertentu, dan tidak boleh meyakini bahwa obatlah yang menyembuhkan penyakitnya.
Namun seharusnya ia bersandar dan berantung kepada Dzat yang memberikan penyakit dan yang
menurunkan obatnya sekaligus yaitu Allah SWT. Sungguh tidak ada yang dapat memberikan
kesembuhan kecuali Allah SWT semata. Karna itulah Nabi Ibrahim memuji Rabbnya :“Dan
apabila aku sakit, Dia lah yang meyembuhkan ku”.( QS Asy-Syu’ara’: 80).

Pengobatan Tradisional Dalam Pandangan Islam


 
Sebelum islam hadir di tengah-tengah masyarakat, manusia sudah memiliki pengetahuan
dan cara pengobatan yang mereka peroleh berdasarkan pengalaman. Hal ini di namai pengobatan
tradisionalyang banyak berdasarkan pada kegelapan mistik. Secara ringkas dapat dikatakan
bahwa pengobatan tradisional ini dimanapun (termasuk di Indonesia) adalah yang primitif, jadi
tidak ilmiah dan spekulatif, mistik, magic dan statis serta tidak di ajarkan. Jampi-jampi dan rajah
serta azimat dilarang oleh islam. Karena semua itu membawa manusia kepada perbuatan syirik.

Ada pengobatan tradisional lain yang tidak menghubungkan diri dengan ruh halus
sebagai penyebabnya. Yaitu hanya berdasarkan gejala / keluhan penat-penat, lemah badan,dsb.
Obatnya ialah berupa daun-daunan sebagai jamu.Jamu bukan mistik dan bukan pula magic,
tetapi tetapi berupa pengobatan alamiah atau yang berasa dari alam.

Pengobatan tradisional lainnya adalah pijat (massage) bagi yang patah tulang atau
acupressure dengan menekan bagian tubuh tertentu atau dengan nama lain akupuntur yang
berasal dari cina, dan juga bekam.

Pada dasarnya obat tradisional seperti ini diperbolehkan dalam islam selama tidak
merusak diri sendiri dan orang lain serta tidak membawa kepada perbuatan syirik. Garis-garis
besar pengobatan tradisional yang diajarkan Rasul diantaranya melarang “Kai”, yakni
meletakkan besi panas di atas bagian tubuh yang sakit, melarang jampi-jampi atau mantera-
mantera yang membawa kepada syirik.
Pengobatan Modern Dalam Pandangan Islam

Pengobatan modern berasal dari pengobatan tradisional.Dan merupakan perkembangan


hasil dari kerja akal manusia yang diberi kesempatan untuk aktif memikirkan dan merenungkan
kehidupan ini. Pengobatan modern menurut pandangan islam adalah segala tekhnik pengobatan
yang berdasarkan hasil dari berfikir dan mengembangkan ilmu dan pengetahuan dalam bidang
kesehatan dengan mengandalkan akal yang telah diberikan oleh Allah SWT untuk di
kembangkan dan di amalkan guna manusia dan alam sekitarnya.

Nabi menjelaskan bahwa ada dua macam penyakit sesuai dengan keadaan manusia yang
terdiri dari tubuh jasad dan tubuh rohani.Untuk obat rohaniah adalah membaca Al-Qur’an dan
untuk fisik adalah materi contohny madu.

Perlu diketahui Allah menurunkan segala penyakit tanpa menjelaskan secara terperinci
mengenai jenis penyakitnya dan Allah menurunkan obatnya tanpa menyebutkan apa obatnya dan
bagaimana cara memakainya. Masalah ini haruslah dikerjakan oleh manusia dengan akal, ilmu
dan penyelidikan yang sekarang dinamai science bersama teknologinya.
“Agama itu akal dan tidak ada agama bagi yang tidak berakal”

Inilah dorongan untuk membangun ilmu pengetahuan (science), termasuk pengetahuan


pengobatan (medical science). Pada waktu islam berkembang keluar jazirah arab, umat islam
bertemu dengan pengobatan Persia, Yunani dan hindia. Mereka menyerap segala macam
pengobatan itu serta menyesuaikannya dengan ajaran islam. Perkembangan yang pesat terjadi
pada daulah abbasiyah, setelah dimulai pada masa khalifah umayyah.Cordova dan Granada di
spanyol merupakan pusat ilmu yang di datnangi oleh ahli-ahli barat. Pada saat itu muncullah
dokter-dokter muslim dengan kualitas internasional seperti Ibnu Uthal dan Wahid Abdul Malik,
yang mendirikan perumahan untuk merawat penderita kusta, Ibnu Al Baytan yang dirinya
dengan mengumpulkan tanaman-tanaman berkhasiat bagi pengobatan dan sebagainya, pada
periode abbasiyah mereka mendirikan rumah sakit modern di 
Baghdad.

Perhatikanlah kedahsyatan islam yang dapat mengubah manusia jahiliyah penyembah


berhala menjadi ilmiah yang selalu mengingat kepada keMahabesaran Allah. Mereka mengubah
pengobatan istik dan spekulatif-magic menjadi pengobatan ilmiah yang tepat, objektif dan
islami.

Bab III. Penutupan


KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan dalam makalah kami , dapat disimpulkan bahwa Islam
menganjurkan untuk hidup bersih sebagai bentuk dari hidup kesehatan , sebab kebersihan
pangkal kesehatan , dan kebersihan di pandang sebagai bagian dari iman.
Kesehatan merupakan Nikmat Allah SWT yang tak ternilai harganya dan
Setiap nikmat yang diberikan oleh Allah SWT adalah amanah untuk dijadikan sebagai sarana
‘ubūdiyyah kepadaNya.

Sudah menjadi semacam kesepakatan, bahwa menjaga agar tetap sehat dan tidak terkena
penyakit adalah lebih baik daripada mengobati, untuk itu sejak dini diupayakan agar orang tetap
sehat. Menjaga kesehatan sewaktu sehat adalah lebih baik daripada meminum obat saat sakit.

Kiranya demikian kesimpulan dari makalah kami , semoga bermanfaat bagi kita semua
dalam memupuk keimanan dengan menjaga kesehatan yang diberikan Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA

Q.S Al Baqarah : 168

Mufid, Ahmad Syafi’i. dkk. 2000. Pendidikan Agama Islam Edisi 2.Jakarta: Yudhistira

http.www//cara_sehat_islami.com  Download tanggal 05September 2013 , jam 19.00 Wib

Nata, Abudin. 2004. Perspektif Islam Tentang Pendidikan Kedokteran Paradigma Sehat

Al-jauiziyah, Ibn Al-qayim.1999.Terapi Penyakit Dengan Alqur’an dan As-sunah. Jakarta:


Pustaka Amani

Google.co.idhttp://www.pustakasekolah.com/pengertian-kesehatan-jasmani.

http://id.shvoong.com/how-to/health/2283422-rahasia-sehat-manfaat-tertawa-
bagi/#ixzz25CuExkNK

Anda mungkin juga menyukai