Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH ANATOMI FISOLOGI MANUSIA II

PERTUKARAN GAS DALAM PARU-PARU

Dosen pengampu :
Apt. Endang Agustina S.Si, M.Farm

Disusun Oleh:
Kelompok 2
1. Ilham (1801174)
2. Weny Sholihat (19013035)
3. Andini Eka Putri (20011016)
4. Ardika Hazairin (20011024)
5. Della Aulia Witriani (20011044)
6. Fitryani (20011072)
7. Meli Juliani (20011104)
8. Olivya Nabila Rinaldi (20011136)
9. Ricy Nabila Putri (20011164)
10. Syafika Putri (20011188)

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI PADANG


FARMASI
TA 2021/2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang
kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat,
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “ Pertukaran Gas Dalam Paru-Paru”

Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena
itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang telah memberikan
dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini
berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah
yang lebih baik lagi. Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan, namun selalu ada yang kurang.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah
ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua
pembaca.

ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………………….. ii
Daftar Isi………………………………………………………………………………….. iii
Bab 1 : Pembahasan……………………………………………………….......................... 1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………. 1
Bab II : Pembahasan……………………………………………………………………….. 2
1. Saluran Udara Pernafasan dan Alveoli ……………………………………… 2
2. Pertukaran Gas……………………………………………………………….. 3
2.1 Pertukaran Gas dari Alveolus ke Kapiler darah…………………………. 3
2.2 Pertukaran Gas dari Kapiler Darah ke Alveolus…………………............ 3
2.3 Hukum Dalton Tentang Parsial Gas……………………………………... 4
2.4 Tekanan Parsial o2 dan Co2 di Alveolus ……………………………….. 4
2.5 Gradien Po2 dan Pco2 Menembus Kapiler Baru ……………………….. 5
Bab III : Penutup …………………………………………………………………………. 6
Daftar Pustaka ……………………………………………………………………………. 7

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem respirasi pada manusia terdiri dari jaringan dan organ tubuh yang merupakan
parameter kesehatan manusia. Pemakaian oksigen (O2) dan pengeluaran karbondioksida (CO2)
diperlukan untuk menjalankan fungsi normal sel dalam tubuh, akan tetapi sebagian besar sel-sel
tubuh tidak dapat melakukan pertukaran gas-gas langsung dengan udara, hal ini disebabkan oleh
sel-sel yang letaknya sangat jauh dari tempat pertukaran gas tersebut. Dengan demikian, sel-sel
tersebut memerlukan struktur tertentu untuk menukar maupun untuk mengangkut gas-gas
tersebut. Proses memperoleh O2 untuk digunakan oleh sel tubuh dan mengeluarkan CO2 yang
diproduksi oleh sel tersebut disebut sebagai proses respirasi atau pernapasan.
Proses respirasi secara umum dapat dibagi menjadi respirasi eksternal dan respirasi
internal. Respirasi eksternal adalah semua proses menyangkut pertukaran O2 dan CO2 antara
lingkungan luar dan cairan interstitial tubuh sedangkan respirasi internal atau respirasi sel adalah
proses metabolik intraselyang terjadi pada mitokondria yang menggunakan O2 dan melepaskan
CO2 sebagai hasil buangan oleh sel tubuh selagi mengambil energi dari molekul nutrient.
Respirasi Eksternal meliputi empat tahapan, yaitu: (1) ventilasi paru yang berarti masuk
dan keluarnya udara antara atmosfir dan alveoli paru, (2) distribusi molekul - molekul gas
intrapulmoner, (3) difusi oksigen dan karbon dioksida antara alveoli dan darah, (4) perfusi yang
berarti pengambilan gas - gas oleh aliran darah kapiler paru yang adekuat.
Pada pembahasan disini terfokus pada respirasi eksternal yang meliputi dua tahapan.
Pertama, ventilasi paru atau pernafasan yang menyangkut pergerakan udara masuk dan keluar
paru. Kedua yaitu difusi gas melewati membran respirasi antara udara di ruang alveoli dan
kapiler alveoli serta melalui dinding kapiler antara darah dan jaringan. Abnormalitas yang
mempengaruhi setiap tahapan dari respirasi eksternal pada akhirnya akan mempengaruhi
konsentrasi gas di cairan interstitial dan aktivitas dari sel itu sendiri. Jika kandungan O2 menurun
maka jaringan yang terpengaruh akan menjadi hipoksia atau kadar O2 jaringan rendah yang
kemudian akan membatasi aktivitas metabolik jaringan. Bila suplai O2 ke jaringan berhenti total
disebut anoksia yang dapat“membunuh” sel dengan sangat cepat.

1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Saluran Udara Pernapasan dan Alveoli
Saluran pernapasan terus terbagi ke dalam saluran berdiameter lebih kecil hingga salah
satunya tiba di bronkiolus dengan diameter kurang dari 0,8 mm. Pada tingkatan ini, saluran udara
kehilangan semua sisa tulang rawan dan memulai transformasi dari saluran udara murni menjadi
bronkiolus pernapasan. Bronkiolus pernapasan selanjutnya dibagi menjadi empat generasi akhir
kantung alveolus, yang kemudian utamanya terdiri dari pembukaan ke kantung terminal
alveolus. cabang-cabang trakea terbagi menjadi 23 generasi saluran udara. 15 generasi pertama
berperan sebagai saluran udara dan 8 generasi berikutnya menjadi cukup tipis dindingnya
sehingga memungkinkan beberapa derajat gas bertukar dan disebut saluran udara acinar. Salah
satu aspek klinis dari perkembangan geometris saluran udara yang semakin menyempit (dan
pembuluh darah) oleh divergensi dan multiplikasi adalah keseluruhan luas penampang sehingga
resistansi terhadap aliran gas (atau aliran darah) menjadi kurang nyata dibandingkan dengan
resistansi saluran udara proksimal (atau pembuluh darah). Hal inimemiliki dampak yang penting
terhadap distribusi gas dan aliran darah, kecepatan aliran, dan waktu transit melalui area kunci
dari pertukaran gas.
Bronkiolus pernapasan berakhir di asinus paru, yang memiliki kenampakan seperti
sekelompok anggur pada sebuah jaringan batang. Masing-masing asinus mungkin mengandung
beberapa saluran alveolus yang terhubung dengan 2.000 alveoli yang disusun di dalam jaringan
sarang lebah yang berbentuk seperti cincin. Alveolus dianggap sebagai titik utama dari
pertukaran gas antara darah dan gas di paru-paru. Septa alveolus memiliki ketebalan sekitar 5
hingga 8 mikron dan berhadapan dengan permukaan alveolus pada kasua sisi dengan dasaran
kapiler alveolus terjepit di dalamnya. Dinding-dinding alveoli sangat tipis, yaitu antara 0,1 dan
0,2 mikron, suatu ciri yang menyebabkan ekuilibrasi gas yang cepat melalui difusi dengan darah
kapiler paru. Selain itu, gas bisa bertukar antar alveoli melalui pori-pori Kohn. Terdapat sekitar
300 juta alveoli pada paru-paru manusia, yang menyediakan area permukaan yang sangat luas
untuk pertukaran gas (yaitu 70 m2)
Terdapat tiga jenis sel utama yang ditemukan pada alveolus: sel-sel alveolus tipe I, sel-sel
alveolus tipe II, dan makrofag alveolus. Meskipun demikian, terdapat jenis sel lainnya yang
ditemukan dalam kondisi tertentu dalam paru-paru (seperti inflamasi). Sel-sel alveolus tipe I
adalah sel-sel epitel skuamosa yang menutupi hampir semua permukaan alveolus. Sel-sel
bernukleasi ini memiliki beberapa organel sitoplasmik dan sebuah sitoplasma tipis yang
terentang dalam lembaran di atas permukaan alveolus yang membentuk sebuah pembatas tipis
antara ruang udara dengan endotelium kapiler paru.
Sel-sel alveolus tipe II lebih sedikit jumahnya, agak bulat, dan dilapisis pada permukaan
apikalnya dengan mikrovili. Berkebalikan dengan sel-sel tipe I, sel-sel alveolus tipe II memiliki
banyak organel termasuk struktur-struktur granular berlapis-lapis yang disebut badan lamel.
Badan-badan lamelar ini merupakan sumber surfaktan paru, sebuah lipoprotein yang melapisi
permukaan interior alveolus dan mampu mengurangi tegangan permukaan alveolus secara
signifikan. Pengurangan tegangan permukaan dianggap sebagai sebuah mekanisme fisik yang
penting untuk mengurangi kecenderungan kolapsnya alveolus pada volume paru yang sangat
rendah.

2
Pertahanan imun paru sangatlah penting karena adanya paparan langsung lingkungan
eksternal terhadap organ ini melalui saluran udara. Terdapat beberapa tinjauan yang sempurna
mengenai fungsi imun paru namun penting untuk disadari bahwa terdapat pula banyak
pertanyaan yang belum terjawab mengenai bagaimana paru-paru merespon invasi dan inflamasi.
Akan tetapi dari sudut pandang klinis, respon inflamasi paru akan sangat mempengaruhi
penanganan pasien bedah perioperatif. Beberapa jenis sel pertahanan utama yang berada di ruang
alveolus dan interstitium layak untuk disebutkan. Makrofag alveolus berasal dari sel-sel
prekursor monoblast sumsum tulang dan bermigrasi ke parenkima paru. Makrofag alveolus
bebas untuk bergerak pada permukaan alveolus dan benda asing fagositosis yang memasuki
alveolus termasuk bakteri dan partikulat.

2. Pertukaran Gas
Pada umumnya, alveolus adalah tempat bertukarnya gas di paru-paru pada sistem
pernafasan, dimana masing-masing dilapisi oleh sel-sel tipis datar dan berisi banyak kapiler.
Alveolus inilah yang didalamnya akan terjadi pertukaran gas dalam tubuh. Pertukaran gas
tersusun dari penyerapan oksigen dan juga pengeluaran karbondioksida pada tubuh.
Pertukaran gas yang terjadi pada paru-paru bersifat difusi pasif, dimana pada organ
tersebut tidak memerlukan energi untuk dibakar. Gas-gas akan mengalami proses pertukaran
dengan gerakan melalui gradien konsentrasi atau dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi yang
rendah.
Mekanisme pertukaran gas yaitu Oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2) yang terjadi
pada tubuh manusia di dalam proses pernapasan manusia dan dilakukan pada alveolus.

2.1 Pertukaran Gas dari Alveolus ke Kapiler darah

Proses kerja yang terjadi dalam pertukaran gas dari Alveolus ke kapiler darah adalah sebagai
berikut :

1. Oksigen (O2) yang terdapat dalam Alveolus melakukan difusi guna menembus
dinding Alveolus dan selanjutnya menembus dinding kapiler darah yang
menyelubungi Alveolus.
2. Oksigen masuk ke dalam pembuluh darah, yang selanjutnya akan melalui proses
pengikatan yang dilakukan oleh hemoglobin (zat warna merah pada darah) yang
terkandung di dalam sel-sel darah merah yang untuk selanjutnya proses tersebut akan
menghasilkan oksihemoglobin (HbO2).
3. Darah akan mengedarkan oksigen ke seluruh organ tubuh
4. Di dalam sel-sel tubuh, oksigen akan digunakan dalam proses oksidasi yaitu
dilepaskan kembali sehingga oksihemoglobin akan berubah menjadi hemoglobin
kembali
Kadar oksigen yang masuk ke dalam tubuh kita setiap harinya mencapai 300 liter
oksigen. Sebagian besar dari senyawa tersebut akan diangkut oleh hemoglobin  yang ada dalam
sel darah merah, dan hanya sekitar 2 hingga 3 persen saja yang dapat terlarut di dalam plasma
darah.

2.2 Pertukaran gas dari kapiler darah ke Alveolus

3
Karbondioksida terjadi sebagai hasil dari proses pembentukan energi yang dilakukan oleh
oksigen yang masuk ke dalam tubuh, dimana selain energi proses tersebut juga menghasilkan
karbondioksida (CO2).Dalam kondisi normal, tubuh kita dapat menghasilkan karbondioksida
sekitar 200 cc perharinya, dimana hanya sekitar 4,3 cc saja yang dapat terlarut dalam tiap liter
darah. Hal inilah yang menyebabkan terbentuknya asam karbonat (H2CO2) yang menjadikan Ph
darah menjadi asam. Untuk menetralkan kembali keasaman ph tersebut, maka diperlukan ion
Na+ dan ion K+.

Selanjutnya karbondioksida akan dilepaskan kembali ke paru-paru melalui aliran darah.


Di dalam proses ini, konsentrasi karbondioksida dan asam karbonat akan dapat teruraikan,
dimana asam karbonat akan terurai menjadi air dan juga karbondioksida kembali. Yang perlu
diketahui adalah, kadar CO2 yang dilepaskan darah kembali ke paru-paru adalah sekitar 10
persen dan sisanya akan berfungsi untuk menjaga keasaman ph darah yaitu dalam bentuk
bikarbonat (HCO3-). Adapun alur dari pertukara gas tersebut adalah :

 CO2 yang telah diikat oleh hemoglobin akan dibawa kembali menuju paru-paru
 Setibanya di Alveolus yang berada di bronkiolus dalam paru-paru , CO 2 akan menembus
dinding pembuluh darah dan dinding Alveolus
 Dari situ, lalu CO2 akan menuju ke tenggorokan lalu berlanjut ke lubang hidung untuk
mengalami proses pembuangan.

Pertukaran gas di tingkat kapiler paru dan kapiler jaringan berlangsung secara difusi pasif
sederhana O2 dan CO2 menuruni gradien tekanan parsial. Peristiwa difusi merupakan peristiwa
pasif yang tidak memerlukan energi ekstra. Tidak terdapat mekanisme transport aktif dalam
pertukaran gas-gas ini. Suatu tekanan yang ditimbulkan secara independen atau tersendiri oleh
masing-masing gas dalam suatu campuran gas disebut tekanan parsial gas.

2.3 Hukum Dalton Tentang Tekanan Parsial Gas


Dalam Hukum Dalton disebutkan bahwa total tekanan suatu campuran gas adalah sama
dengan jumlah tekanan parsial dari masing-masing bagian gas. 6 Sebagai contoh, udara yang kita
hirup merupakan campuran gas, terdiri dari Nitrogen (N2) 79%, Oksigen (O2) 21%, dan 1%
terdiri dariuap air (H2O), karbondioksida (CO2) dan gas lain-lain. Berdasarkan hal tersebut maka
79% dari tekanan atmosfer 760 mmHg (sekitar 600 mmHg) ditimbulkan oleh molekul N2, begitu
juga dengan oksigen yaitu 21% dari tekanan atmosfer (sekitar 160 mmHg) ditimbulkan oleh
molekul O2 di udara. Untuk tekanan udara atmosfer dapat dituliskan sebagai PN2 + PO2 +
PH2O + PCO2 + Pgaslain = 760 mmHg.
2.4 Tekanan Parsial O2 dan CO2Di Alveolus
Saat udara melewati rongga hidung, udara difiltrasi, dihangatkan dan dilembabkan.
Filtrasi dan pelembaban udara berlanjut selama udara melalui faring, trachea, dan bronkus.
Semua hal tadi akan merubah karakteristik udara atmosfer ketika memasuki jalan napas.4 Saat
mencapai alveoli, udara yang baru masuk akan bercampur dengan udara residu alveoli dari siklus
napas sebelumnya. Udara alveoli mengandung lebih banyak CO2 dan lebih sedikit O2 dibanding
udara atmosfer. Selama ekspirasi, udara yang keluar dari alveoli bercampur dengan 150 ml udara
di dead space menghasilkan campuran udara yang berbeda dengan udara atmosfer dan udara
alveoli.4,6,7 Saat udara atmosfer memasuki jalan napas yang lembab, maka segera udara tersebut

4
akan jenuh oleh H2O. Pada suhu tubuh tekanan parsial H2O sekitar 47 mmHg. Sehingga masing-
masing gas dalam campuran gas udara atmosfer akan “diencerkan” oleh tekanan uap air
kemudian tekanannya akan menurun, dengan kata lain tekanan campuran gas berubah menjadi
713 mmHg dalam saluran napas. Maka dapat diperkirakan dalam udara lembab PN2 sekitar 563
mmHg dan PO2 150 mmHg.2,7Pada akhir inspirasi, kurang 15% udara di alveolus adalah udara
segar karena udara yang masuk selain mengalami pelembaban juga bercampur dengan udara sisa
ekspirasi sebelumnya dan udara di dead space paru. Akibat dari pelembaban dan pertukaran
udara alveolus yang rendah maka PO2 di alveolus rerata adalah 100 mmHg.2,6 Pada CO2 terjadi
situasi serupa tetapi berkebalikan dengan O2 pada jalur napas. Alveoli mengandung lebih banyak
CO2 dan lebih sedikit O2 dibanding udara atmosfer akibat produksi CO2 sebagai sisa
metabolisme. Di kapiler paru CO2 berdifusi menuruni gradien tekanannya dari darah ke alveoli,
maka sewaktu di alveoli konsentrasi CO2 di alveoli ditambahkan dengan konsentrasi CO2 yang
terkandung dalam udara inspirasi sehingga tekanannya pun meningkat. Seperti halnya PO2,
PCO2 di alveoli juga relatif tetap tetapi dengan nilai yang berbeda yaitu 40 mmHg.2
2.5 Gradien PO2 dan PCO2 Menembus Kapiler Paru
Kelarutan gas dalam cairan dijelaskan dalam Hukum Henry. Dalam Hukum Henry
disebutkan bahwa, pada temperatur konstansemakin besar tekanan parsial suatu gas dan semakin
besar tingkat kelarutanya maka semakin banyak gas yang terlarut dalam cairan tubuh. Ini berarti
perbedaan tekanan parsial yang tinggi akan memudahkan kelarutan suatu gas.7 Ventilasi secara
terus-menerus mengganti O2 alveolus dan mengeluarkan CO2 sehingga gradien parsial antara
darah dan alveolus dipertahankan. Darah yang masuk ke kapiler paru berasal dari vena sistemik
yang relatif kekurangan O2 (PO2 40mmHg) dan relatif kaya CO2 (PCO2 46mmHg). Karena
PO2 di alveolus lebih tinggi dibandingkan PO2 di kapiler paru yaitu 100 mmHg, maka O2
berdifusi menuruni gradien memasuki kapiler paru hingga tidak ada lagi gradien tekanan parsial.
Sehingga sewaktu meninggalkan kapiler kembali ke sirkulasi, darah memiliki PO2 sama dengan
alveolus yaitu 100 mmHg.2,6 Gradien PCO2 memiliki arah yang berlawanan, yaitu darah yang
memasuki kapiler paru memiliki PCO2 lebih tinggi (46 mmHg) dibandingkan PCO2 di alveolus
(40 mmHg), sehingga terjadi difusi CO2 dari darah ke dalam alveolus sampai tidak ada lagi
gradien tekanan parsial. Setelah meninggalkan kapiler kembali ke sirkulasi, darah kini memiliki
PCO2 sebesar 40 mmHg.2,6Secara sistemik dapat dikatakan bahwa pada darah arteri terdapat
PO2 sebesar 100 mmHg dan PCO2 sebesar 40 mmHg, sedangkan pada vena terdapat PO2
sebesar 40 mmHg dan PCO2 sebesar 46 mmHg.
Proses difusi melewati membrane pembatas alveoli dengan kapiler pembuluh darah
meliputi proses difusi gas dan proses difusi cairan. Udara atmosfer masuk ke dalam paru dengan
aliran cepat, ketika dekat alveoli kecepatannya berkurang sampa terhenti. Udara atau gas yang
baru masuk dengan cepat berdifusi atau bercampur dengan gas yang telah ada dalam alveoli.
Kecepatan gas berdifusi berbanding terbalik dengan berat molekulnya. O2 mempunya berat
molekul 32 sedangkan berat molekul CO2 adalah 44. Gerak molekul gas O2 lebih cepat
dibandingkan gerak molekul gas CO2 sehingga kecepatan difusi O2 juga lebih cepat. Sedangkan
kecepatan difusi gas pada fase cairan tergantung kelarutan gas dalam cairan. Kelarutan CO2
lebih besar dibandingkan O2 sehingga kecepatan difusi CO2 didalam fase cairan 20 kali lipat
kecepatan difusi O2. Semakin besar membran pembatas, halangan bagi proses difusi 28 semakin
besar. Dalam hal ini pembatas - pembatasnya adalah dinding alveoli, dinding kapiler endotel,
lapisan plasma kapiler dan dinding eritrosit.

5
BAB III
PENUTUP

Proses memperoleh O2 untuk digunakan oleh sel tubuh dan mengeluarkan CO2 yang
diproduksi oleh sel tersebut disebut sebagai proses respirasi atau pernapasan.Tempat pertukaran
gas dalam paru-paru adalah alveolus. Pertukkaran gas tersusun dari penyerapan oksigen dan
pengeluaran karbon dioksida dalam tubuh. Pertukaran gas yang terjadi bersifat difusi pasif, yang
tidak membutuhkan energi untuk dibakar.
Proses difusi melewati membrane pembatas alveoli dengan kapiler pembuluh darah
meliputi proses difusi gas dan proses difusi cairan. Pertukaran gas di tingkat kapiler paru dan
kapiler jaringan berlangsung secara difusi pasif sederhana O2 dan CO2 menuruni gradien
tekanan parsial. Peristiwa difusi merupakan peristiwa pasif yang tidak memerlukan energi ekstra.
Tidak terdapat mekanisme transport aktif dalam pertukaran gas-gas ini. Suatu tekanan yang
ditimbulkan secara independen atau tersendiri oleh masing-masing gas dalam suatu campuran
gas disebut tekanan parsial gas.

6
DAFTAR PUSTAKA

Agus Heryana Putra, K. d. (2016). Fisiologi Ventilasi dan Pertukaran gas . jurnal anesteslogi dan terapi
intensif .

Awidia Damaynti, T. d. (2017). Pertukaran Gas. Jurnal Anastesiologi dan reanimasi.

7
8

Anda mungkin juga menyukai