Anda di halaman 1dari 31

LEMBAR PENGESAHAN

Case Report Nursing

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan


Pada An. G Dengan Kebutuhan Dasar Manusia
di Ruang Yuda Rumkit TK II Prof. Dr. J. A. Latumeten Ambon

Telah Disetujui dan Disahkan oleh Preseptor


Departemen Keperawatan Dasar Profesi
Tanggal, April 2021

CO NERS

KELOMPOK III

Mengetahui,
CI INSTITUSI CI LAHAN

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat-Nya maka
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan
pada An. G dengan kebutuhan dasar oksigenasi” sebagai salah satu pencapaian tugas
Profesi Ners di Ruang Kartika Rumkit TK II Prof. Dr. J. A. Latumeten Ambon.
Dalam penyusunan Asuhan Keperawatan ini, kami merasakan masih banyak
kekurangan-kekurangan baik pada teknik penulisan maupun materi. mengingat akan
kemampuan yang dimiliki penulis, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun
dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan Asuhan Keperawatan ini
ataupun sebagai pembelajaran perbaikan selajutnya.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan Asuhan Keperawatan ini, terutama pada pembimbing
akademik maupun pembimbing lahan.

Ambon, April 2022

iii
DAFTAR ISI

COVER…………………………………………………………………………….... i
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………………. ii
KATA PENGANTAR………………………………………………………………. iii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………... iv
BAB I LAPORAN PENDAHULUAN…………………………………………… 1
A. Definisi……………………………………………………………. 1
B.anatomi fisiologi………………………………………………….... 1
C. kebutuhan dasar
D. patofisiologi…………………………………………………….. 3
E. faktor faktor yang mempengaruhi…………………………………. 3
F. Manifestasi Klinis ………………………………………... 4
G.Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan gangguan
oksigenasi…………………………………………………………… 5
1. Pengkajian ……………………………………………………... 5
2. Diagnosa Keperawatan…………………………………………. 8
3. Intervensi Keperawatan………………………………………… 8
BAB II ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. G. DENGAN KEBUTUHAN
DASAR OKSIGENASI……………………………. 13
Pengkajian…………………………………………………………….. 13
Analisa Data…………………………………………………………... 24
Diagnosa Keperawatan………………………………………………... 25
Intervensi Keperawatan………………………………………………. 26
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan ……………………………. 29
BAB III LITERATUR RIVIEW……………………………………………………. 39
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………. 41
4.1 Kesimpulan…………………………………………………………… 41
4.2 Saran………………………………………………………………….. 41
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….. 42

iv
BAB 1

LAPORAN PENDAHULUAN

1. Konsep kebutuhan dasar profesi


A. Definisi
1. Pengertian Kebutuhan Oksigenasi
Oksigenasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung
oksigen (O2) kedalam tubuh serta menghembuskan karbondioksida
(CO2) sebagai hasil sisa oksidasi (Tarwoto, 2004) Kebutuhan oksigenasi
adalah merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk
kelangsunagan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas
berbagai organ atau sel (Hidayat, 2017).
B. Anatomi Fisiologi
Organ-organ Terdiri dari
a. Nasal Cavity
Merupakan saluran udara yang didalamnya terdapat bulu yang berguna untuk
menyaring udara,debu dan kotoran yang masuk ke dalam hidung.
b. Pharynk.
Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan
makanan.Terdapat di bawah dasar tengkorak dibrlakang rongga hidung dan mulut
sebelah depan ruas tulang leher,yang menghubungkan pharynk dengan organ
lainnya. Ke atas berrhubungan dengan rongga hidung dengan perantara koana. Ke
depan berhubunganProses oksigenasi dengan rongga mulut, ke bawah dengan
lubang larynx dan ke belakang lubang esophagus.
c. Pharynx
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentuk suara,terletak
didepan pharynx sampai ktinggian vertebrata servikalis dan masukan ke dalam
trachea
d. Trachea
Merupakan bagian lanjutan dari Larynx terbentuk oleh 16 sampai 20 cincin
yangterdiri dari lubang-lubang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda atau huruf
C.Panjang trachea 9-11 cm dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi
oleh otot polos

1
e. Paru paru kanan
Merupakan sebuah alat tubuh sebagian besar terdiri dari gelembung
gelembung hawa/alveoli. Paru-paru kanan terdiri dari 3 lobus (belah paru-
paru) Lobus destra superior, Lobus Media, Lobus Inferior. Tiap Lobus terdiri
dari belah-belah yang bernuama Segment. Paru-paru kanan mempunyai 10
segment yaitu 5 segment pada lobus superior, 2 segment pada lobus medialis, dan
3 segment pada lobus inferior .(Syaifudin,2018)
f. Merupakan sebuah alat tubuh sebagian besar terdiri dari gelembung-
gelembung hawa/alveoli. Paru-paru kiri erdiri dari pulmo Sinistra, Lobus
Superior dan Lobus Inferior. Tiap lobus terdiri dari belah-belah yang bernama
segment yaitu 5 segment lobus superior, dan 5 segment pada lobus inferior.
g. Bronkus
Merupakan lanjutan dari Trachea, mempunyai struktur serrupa dengan trachea
dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronchus itu berjalan kebawah dan ke
samping arah tumpuk paru-paru. Bronchus kanan lebih pendek dan lebih besar
dari pada Bronchus kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai tiga cabang.
Bronchus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari pada bronchus kanan,terdiri
dari 9-12 cincin, mempunyai dua abang.
h. Bronchiole
Merupakan Bronchus cabang-cabang. Pada Bronchiole tak terdapat cincin lagi
dan pada ujung Bronchiole terdapat gelembung paru/hawa alveoli.(Syaifudin,2018)
Fisiologi
Udara dialirkan ke setiap lobus melalui bronkus utama, perbedaan antara paru
kanan dan kiri dalam ukuran saluran udaranya. Bronkhus kiri lebih sempit dan
berjalan dengan membentuk sudut dri kiri trakhea yang lebih tajam menjadikan saat
penghisapan sekret dari kiri lebih sulit.
Pernafasan melalui paru-paru atau pernafasan eksterna,oksigen diambil melalui
mulut dan hidung pada waktu bernafas. Oksigen masuk melalui trakhea sampai ke
alveoli berhubungan dengan darah kapiler pulmonar, alveoli memisahkan oksigen dari
darah, oksigen menembus membran, diambil oleh sel darah merah dibawa ke jantung
dan dari jantung dipompakan ke seluruh tubuh. Ada empat proses yang berhubungan
dengan pernafasan pulmonar:

2
1. Ventilasi pulmoner, gerakan pernafasan yang menukar darah dalam alveoli
dengan udara luar
2. Arus darah melalui paru-paru, darah mengandung oksigen masuk ke seluruh
tubuh karbon dioksida dari seluruh tubuh masuk ke paru-paru
3. Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian rupa dengan jumlah yang tepat
yang bisa dicapai untuk semua bagian
4. Difusi gas yang menembus membran alveoli dan kapiler karbon dioksida lebih
mudah berdifusi dari pada oksigen. Besarnya daya muat udara paru-paru 4.500
mL sampai 5000 mL (4,5 s/d 5 liter udara yang di proses dalam paru-paru
(inspirasi dan ekspirasi)

C. Proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi tubuh terdiri atas tiga tahap yaitu ventilasi
difusi dan transportasi gas
1. Ventilasi
Ventilasi merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke
dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Ventilasi di pengaruhi beberapa
hai, yaitu adanya perbedaan tekanan atmosfer dengan paru, semakin tinggi
tempat maka tekanan udara semakin rendah demikian sebaliknya semakin
rendah tempat tekanan udara semakin tinggi. Proses ventilasi selanjutnya
adalah complience dan recoil. Compliance merupakan kemampuan paru untuk
mengembang. Kemampuan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu
adanya sulfaktan yang terdapat lapisan alveoli yang berfungsi menurunkan
tegangan permukaan dan adanya sisa udara yang menyebabkan tidak
terjadinya kolaps serta gangguan torak. (Syaifudin,2018)
2. Difusi gas
Difusi gas merupakan pertukaran antra oksigen di alveoli dengan
kapiler paru dan CO² dikapiler dengan alveoli. Prosespertukaran
ini di pengaruhi beberapa faktor, yaitu luasnya permukaan paru, tebal
yinterstial ( keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi
proses penebalan), perbedaan tekanan dan konsentrasi
3. Transportasi gas
4. Transportasi gas merupakan proses pendistribusian O2 kapiler kejaringna
tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler, pada proses transportasi, O2
3
akan berkaitan dengan Hb membentuk Oksihemoglobin (97%) dan
larut dalam plasma (3%), sedangkan CO2 akan berkaitan dengan Hb karbomino
hemoglobin (30%), larut dalam plasma (5%),dan sebagaian menjadi HCO³
yang berada dalam darah (65%).(Ade sutrimo, 2015)
D. Patofisiologi
Sumber: Syaifudin,2018

Pencetus serangan (allergen,


emosi/stress, obat-obatan, dan infeksi

Reaksi antigen dan antibody

Dikeluarkannya substansi vasoaktif


(histamine, bradikinin, dan anafilatoksin)

Kontraksi Otot Polos Permebilitas Kapiler Sekreisi mucus

bronkospasme Kontraksi otot polos Produksi mucus


 Edema mikosa bertambah
 hipersekresi

Obstruksi saluran nafas

Bersihan jalan nafas


tidak efektif

Hipoventilasi Ketidakseimbangan
DIstribusi ventilasi tidak merata nutrisi kurang dari
dengan sirkulasi darah paru-paru
kebutuhan tubuh
gagguan difusi gas
Kerusakan pertukaran (resiko/aktual)
gas

Ketidak efektifan pola nafas

4
E. Faktor faktor yang mempengaruhi kubutuhan oksigen
a. Saraf otonomik
Rangsangan simpatis dan para simpatis dari saraf otonomik dapat
mempengaruhi kemampuan untuk dilatasi dan kontriksi, sebagai hal ini
dapat terlihat simpatis maupun parasimpatis. Ketika terjadi rangsangan, ujung
saraf dapat mengeluarkan neurotransmitter (untuk simpatis dapat mengeluarkan
noradrenalin yang berpengaruh pada bronkhokontriksi) karena pada saluran
pernafasan terdapat reseptor adrenergic dan reseptor kolinergik. (Syaifudin,2018)
b. Hormone dan obat
Semua hormone termaksuk derivate catecholamine dapat melebarkan
saluran pernafasan. Obat yang tergolong parasimpatis seperti sulfat atropin
dan ekstrak belladona, dapat melebarkan saluran napas, sedangkan obat yang
menghambat adrenergik tipe bête (khususnya beta-2), seperti obat yang
tergolong penyakit beta nonselektif, dapat mempersempit saluran napas
(bronkhokontriksi).
c. Alergi dan saluran nafas
Banyak faktor yang dapat menimbulkan alergi, antara lain debu yang terdapat
dalam hawa perpasan, bulu binatang, serbuk benang sari bunga, kapuk, makanan
dan lain-lain. Fakor-faktor ini menyebabkan bersin bila terdapat rangsangan di
daerah nasal, batuk bila bila saluran pernafasan bagian atas, pada asma bronkiale
dan rhinitis bila terdapat disaluran bagian atas.
d. Perkembangan
Tahap perkebangan anak dapat mempengaruhi jumlah kebutuhan oksigenasi.
Karena usia organ dalam tubuh berkembang seiring usia perkembangan. Hal
ini dapat terlihat pada bayi usia premature, yaitu adanya kecenderungan
kekurangan pembentukan surfaktan. Setelah anak tumbu dewasa, kemampuan
kematangan organ juga berkembang seiring bertambahnya usia.(Dian, 2014)
e. Lingkungan perilaku
Kondisi lingkungan dapat mempengaruhi kebutuhan oksigenasi, seperti faktor
alergi, ketinggian tanah, dan suhu. Kondisi tersebut mempengaruhi
kemampuan adaptasi.
f. Perilaku
5
Faktor perilaku dapat mempengaruhi kebutuhan oksigenasi adalah perilaku
dalam mengonsusmsi makanan (status nutrisi). Sebagai contoh, obositas dapat
memepengahuri proses perkembangan paru, aktivitas dapat mempengaruhi
proses perkembangan paru, aktivitas dapat mempengaruhi pasaproses
peningkatan kebutuhan oksigenasi, merokok dapat menyebabkan proses
penyempitan pada pembulu darah, dan lain-lain.(Dian, 2014)
F. Manifestasi klinis
Gejala-gejala yang lazim muncul adalah batuk dispnea dan mengi. Selain gejala di
atas ada beberapa gejala yang menyertai di antaranya sebagai berikut (Mubarak 2016) :
1. Takipnea dan Orthopnea
2. Gelisah
3. Nyeri abdomen karena terlibat otot abdomen dalam pernafasan
4. Kelelahan
5. Tidak toleran terhadap aktivitas seperti makan berjalan bahkan berbicara
6. Serangan biasanya bermula dengan batuk dan rasa sesak dalam dada disertai
pernafasan lambat
7. Ekspirasi selalu lebih susah dan panjang di banding inspirasi
8. Gerakan-gerakan retensi karbondioksida, seperti berkeringat,takikardi dan
pelebaran tekanan nadi
9. Serangan dapat berlangsung dari 30 menit sampai beberapa jam dan dapat hilang
secara spontan

6
G. Asuhan Keperawatan
Pengkajian
1. Identitas
Mendapatkan data identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, alamat, nomor registrasi, dan diagnosa medis.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama: klien mengeluh sesak nafas, nyeri dada.
b. Riwayat penyakit sekarang: asma, CHF, AMI, ISPA.
c. Riwayat penyakit dahulu: pernah menderita asma, CHF, AMI, ISPA, batuk.
d. Riwayat penyakit keluarga: mendapatkan data riwayat kesehatan keluarga pasien
3. Pola kesehatan fungsional Hal-hal yang dapat dikaji pada gangguan oksigenasi
adalah :
a. Pola manajemen kesehatan-persepsi kesehatan Bagaimana perilaku individu
tersebut mengatasi masalah kesehatan , adanya faktor risiko sehubungan
dengan kesehatan yang berkaitan dengan oksigen.
b. Pola metabolik-nutrisi Kebiasaan diit buruk seperti obesitas akan
mempengaruhi oksigenasi karena ekspansi paru menjadi pendek. Klien yang
kurang gizi, mengalami kelemahan otot pernafasan.
c. Pola eliminasi Perubahan pola defekasi (darah pada feses, nyeri saat devekasi),
perubahan berkemih (perubahan warna, jumlah, ferkuensi)
d. Aktivitas-latihan Adanya kelemahan atau keletihan, aktivitas yang
mempengaruhi kebutuhan oksigenasi seseorang. Aktivitas berlebih
dibutuhkan oksigen yang banyak. Orang yang biasa olahraga, memiliki
peningkatan aktivitas metabolisme tubuh dan kebutuhan oksigen.
e. Pola istirahat-tidur Adanya gangguan oksigenasi menyebabkan perubahan pola
istirahat.
f. Pola persepsi-kognitif Rasa kecap lidah berfungsi atau tidak, gambaran indera
pasien terganggu atau tidak, penggunaaan alat bantu dalam penginderaan
pasien.
g. Pola konsep diri-persepsi diri Keadaan social yang mempengaruhi oksigenasi
seseorang (pekerjaan, situasi keluarga, kelompok sosial), penilaian terhadap
diri sendiri (gemuk/ kurus).

7
h. Pola hubungan dan peran Kebiasaan berkumpul dengan orang-orang terdekat
yang memiliki kebiasaan merokok sehingga mengganggu oksigenasi
seseorang.
i. Pola reproduksi-seksual Perilaku seksual setelah terjadi gangguan oksigenasi
dikaji
j. Pola toleransi koping-stress Adanya stress yang memengaruhi status
oksigenasi pasien.
k. Keyakinan dan nilai Status ekonomi dan budaya yang mempengaruhi
oksigenasi, adanya pantangan atau larangan minuman tertentu dalam agama
pasien.
4. Pemeriksaan fisik
2. Kesadaran: kesadaran menurun
3. TTV: peningkatan frekuensi pernafasan, suhu tinggi
4. Head to toe
i. Mata: Konjungtiva pucat (karena anemia), konjungtiva sianosis (karena
hipoksemia), konjungtiva terdapat petechie ( karena emboli atau
endokarditis)
ii. Mulut dan bibir: Membran mukosa sianosis, bernafas dengan
mengerutkan mulut
iii. Hidung : Pernafasan dengan cuping hidung
iv. Dada: Retraksi otot bantu nafas, pergerakan tidak simetris antara dada
kanan dan kiri, suara nafas tidak normal.
v. Pola pernafasan: pernafasan normal (apneu), pernafasan cepat (tacypnea),
pernafasan lambat (bradypnea)
H. Diagnosa keperawatan
a. Ketidak efektifan pola nafas b.d penumpukan sekret
b. bersihan jalan nafas b.d mukus dalam jumlah berlebihan,
c. Kerusakan pertukaran gas b.d ketidak seimbangan ventilasi perfusi
d. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, akibat toksin
bakteri dan rasa sputum.

8
Diagnosa Keperawatan Intervensi
( Tujuan,Kriteria Hasil)

Ketidakefektifan pola nafas ( D.0005 ) 1. monitor frekuensi,irama,


Defenisi : inspirasi dan atau ekspirasi yang kedalaman dan upaya napas
tidak memberikan ventilasi yang adekuat 2. monitor pola napas( seperti
Tujuan : setelah diberikan tindakan bradipnea,takipnea,hiperventilas
keperawatan selama 3x24 jam diharapakan i,kussmaul,cheynestock,biot,ata
pola nafas tetap stabil/ normal dengan sik)
criteria hasil : 3. Monitor adanya produksi
- suara nafas / jalan nafas yang paten, sputum
klien tidakmerasa tercekik, irama 4. Monitor saturasi oksigen
nafas,frekuensidalam rentang normal 5. Auskultasi bunyi napas
14-24x/m tidak ada suara nafas
abnormal
Bersihan jalaan napas tidak efektif 1. monitor pola nafas
berhubungan dengan secret yang tertahan ( frekuensi,kedalaman,usaha
D.0001 nafas )
2. monitor bunyi nafas
Defenisi : Ketidakmampuan membersihkan
tambahan ( mis gagling,
secret atau obstruksi jalan napas untuk mengi,wheezing,ronchi )
mempertahankan jalan napas tetap paten 3. Posisikan semifowler / fowler
Tujuan : setelah dilakukan tidakan 4. Kolaborasi pemberian terapi
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan inhalasi
jalan nafas paten dengan kriteria hasil :
1. tidak ada bunyi suara napas tambahan
( ronchi)
2. Lendir beerkurang
Gangguan pertukaran gas berhubungan 1. Mendemontrasikan
dengan gangguan kapasitas pembawa peningkatan ventilasi dan
oksigen darah. oksigenasi yang adekuat. -
Memelihara kebersihan paru-
Defenisi : inspirasi dan atau ekspirasi yang paru dan bebas dari tanda-
tidak memberikan ventilasi yang adekuat tanda distress pernafasan.
Tujuan : setelah diberikan tindakan 2. Mendemonstrasikan batuk
keperawatan selama 3x24 jam diharapakan efektif dan suara nafas yang
pertukaran gas tetap stabil/ normal dengan bersih, tidak ada sianosis dan
criteria hasil : dyspneu (mampu
1. klien tidakmerasa tercekik, mengeluarkan sputum,
2. irama nafas,frekuensidalam mampu bernafas dengan
rentang normal 14-24x/m tidak ada mudah, tidak ada pursed
suara nafas abnormal lips).
3. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi.
4. Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
5. Monitor respirasi dan status
O2.

Defisit nutrisi b.d kurangnya asupan makanan 1. .Kaji adanya alergi makanan
Tujuan : setelah diberikan tindakan 2. Kolaborasi dengan ahli gizi
keperawatan selama 3x24 jam diharapakan untuk menentukan jumlah
deficit nutrisi teratasi dengan criteria hasil : kalori dan nutrisi yang di
1. Nafsu makan normal 9
butuhkan pasien
2. Porsi makan di habiskan
3. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake
4. Yakinkan diet yang dimakan
mengandung.
BAB II
10
Asuhan Keperawatan Pada An. G dengan Kebutuhan dasar manusia di Ruang yuda
Rumkit TK II Prof. Dr. J. A. Latumeten Ambon
A. Identitas pasien

Nama : An. G

Umur : 15 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Alamat : passo

Status : belum menikah/ lajang

Agama : Kristen protestan

Pendidikan : smp

Pekerjaan : pelajar

Tanggal Masuk RS: 21/03/2022

Tanggal Pengkajian: 22/03/2022

B. Identitas penangguang jawab

Nama : Ny. H

Umur : 43 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pekerjaan : PNS

Alamat : Passo

C. pengkajian
1. Keluhan Utama / Alasan Masuk RS: Sesak Nafas
2. Riwayat penyakit Sekarang: pasien mengatakan
sebelum di bawa ke rumah Rumkit
TK. II. Prof. Dr. J. A. Latumeten Ambon pasien
merasakan sesak dan pilek selama 1 minggu kemudian
pada tanggal 21 maret 2020 pasien di bawa ke rs dengan

11
keluhan sesak nafas, lemas, dan ada secret yang tertahan
di tenggorokan.
3. Riwayat penyakit dahulu:keluarga pasien mengatakan di
tahun 2021 pasien mengalami asma + TB paru dan telah
di lakukan pengobatan sampai tuntas
4. Riwayat penyakit keluarga : keluarga pasien mengatakan
tidak ada penyakit turunan seperti asma bronkial,DM,
hipertensi, dan lain lain
5. Riwayat pekerjaan/kebiasaan: pasien suka bermain game
6. Riwayat alergi : pasien tidak memiliki riwayat alergi
makanan atau obat obatan tertentu
7. Pengkajian sisitem tubuh
a. System pernafasan : keadaan hidung bersih, tidak ada secret, tidak tampak
pernafasan cuping hidung, tidak ada polip, pernafasa 24x/menit.
b. System kardiovaskuler
1. Thoraks: keadaan toraks simetris (di lihat pengembangan thoraks saat
meminta pasien untuk menarik nafas), tidak ada krepitasi pada ICS, tidak ada
nyeri tekan, ada suara abnormal (ronchi)
2. Jantung : bunyi jantung regular (lup-dup) s1/s2 tunggal
c. System persyarafan
1. Status mental/GCS: compos mentis E: 4 V: 5 M:6 = 15
2. Motorik : aktif
3. Sensorik : aktif
4. Reflex fisiologi : tidak ada respon reflex fisiologi yang menandai adanya
gangguan.
5. Reflex patologi : tidak ada reflex abnormal
d. System perkemihan : kebersihan bersih, bak 4-5 kali/ hari tidak ada nyeri saat
berkemih, warna urin kuning.
e. System pencernaan : mulut bersih, membrane mukosa lembab, peristaltic
10x/menit, BAK 4-5 x/hari, BAB 1x/hari
f. System musculoskeletal : tidak ada jejas dan odema, tidak ada nyeri tekan
Kekuatan otot: 5 5
5 5
12
ROM : Aktif Aktif

Aktif Aktif

g. System endokrin : tidak ada pembesaran tiroid, tidak ada hiperglykemi dan
hipoglikemi, tidak ada luka ganggren, tidak ada pus.
h. System sensori/pengindraan: pupil isokor, konjungtiva anemis, tidak ada
gangguan pendengaran, penciuman dan bentuk hidung normal.
i. System integument : warna kulit pucat, kelembapan kulit pasien teraba
lembab,turgor kulit baik, tidak ada odema.
j. System imun dan hematologik : tidak di kaji
k. System reproduksi : tidak di kaji
8. Pengkajian fungsional
a. Oksigenasi; pasien sesak, ada penumpukan secret, pernafasan 24x/menit,
terpasang oksigen 10 Lpm menggunakan NRM, spo2 98
b. Cairan dan elektrolit: pasien terpasang infus di tangan kanan. cairan yang di
gunakan, cairan RL. Jumlah minum 1000-1500 cc/hari
c. Nutrisi:
Diet khusus: tidak ada program diet khusus selama pengobatan
Instruksi diet sebelumnya: pasien mengatakan tidak ada intruksi diet sebelumnya
Nafsu makan (normal, meningkat, menurun): normal (ibu pasien mengatakan
bahwa pasien selalu menghabiskan porsi makannya)
Penurunan sensasi kecap, mual muntah, stomatitis: pasien mengatakan dapat
mengetahui rasa makanan dengan baik, tidak adanya mual muntah, dan tidak
adanya stomatitis pada bagian mulut pasien.
Kesulitan menelan (disfagia): pasien mengatakan tidak merasa kesulitan dalam
menelan
Gigi (lengkap / tidak, gigi palsu): keadaan gigi lengkap, pasien tidak mengunakan
gigi palsu
Jumlah minum / 24 jam dan jenis (kehausan yang sangat): 1000-1500 cc/hari
Frekuensi makan: 3x/hari
Jenis makanan: lunak (nasi ikan sayur)
13
Pantangan atau alergi: pasien mengatakan tidak ada pantangan atau alergi
terhadap makanan apapun
d. Aman dan nyaman : pasien mengatakan tidak merasa aman dan nyaman karena
merasa sesak saat bernafas
e. Eliminasi :
Buang Air Besar (BAB)
Frekuensi : 1x/ hari
Warna: kuning Konsistensi: lunak
Buang Air Kecil (BAK)
Frekuensi: 4-5 x/hari Warna: kekuningan
f. Aktifitas dan istirahat:
Lama tidur: 7-8 Jam / malam 6 Jam (09.00-07.00 WIT), tidur siang 1-2 jam
(14.00-13.00 WIT),
Kebiasaan menjelang tidur: pasien mengatakan suka bermain game menjelang
tidur
Masalah tidur (insomnia, terbangun dini, mimpi buruk): pasien mengatakan tidak
ada masalah, tidurnya nyenyak, sesekali terbangun malam hari untuk BAK.
g. Psikososial : pasien berinteraksi dengan orang lain
h. Komunikasi : komunikasi pasien dengan orang lain baik, dapat mendengar dan
merespon dengan baik.
i. Seksual : pasien mengatakan punya ketertarikan terhadap lawan jenis
j. Nilai dan keyakinan : pasien merasa bahwa tuhan pasti memberi kesembuhan
padanya
k. Belajar : pasien mengatakan tau dan mengerti tentang penyakitnya

14
9. Pemeriksaan Penunjang (Diagnostik dan Laboratorium)
Hasil laboratorium patologi klinik
Hari/tgl Jenis Hasil Nilai Normal
Pemeriksaan
senin NE 125 834 % 11-70 / 28,0-78,0
21-03-2022
MO 0,7 4,8 % 0,0 – 0,0 / 0,0- 10,0
BA 0,3 1,9% 0,0 -0,2 /0,0- 2,0

10. Penatalaksanaan Pengobatan (program terapi)


1. FD RL/IV
2. Dexametasone 1 Ampul / 8 Jam 3x1 / Iv
3. Salbutamol 8 Jam 3x1 / Oral
4. Ventolin + Nacl 1 Ampul+2 Cc/ 8 Jam
5. Ceftriaxone 1 Gr/ 24 Jam / Iv

15
D. ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH


DS : Pasien mengatakan
- Merasa sesak saat Penumpukan secret Pola nafas tidak efektif
bernafas berlebih
DO :
- Pasien terpasang O2 10
LPM
- TTV: Td :120 / 80
mmhg
N : 84 x/menit
R: 24 x/ menit
S: 36,5 0C
- SPo2 : 98 %
- Lemas

DS: Pasien mengatakan


- Ada secret tertahan di Secret yang tertahan Bersihan jalan nafas
tenggorokan
DO:
- Respirasi 24 x/ menit
- Pasien tampak tidak bisa
mengeluarkan secret
secara mandiri
- Suara nafas ronchi

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif b.d penumpukan secret berlebih
2. bersihan jalan nafas b.d secret yang tertahan

16
17
F.INTERVENSI KEPERAWATAN
Hari/tgl Waktu Diagnosa Keperawatan Intervensi
(Tujuan, Kriteria Hasil)

Selasa, 14.00 WIT 1. Pola nafas tidak efektif b.d penumpukan 1. Monitor frekuensi irama,kedalaman dan upaya
22/03/2022 secret berlebih nafas
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2. Monitor saturasi oksigen
3x24 jam diharapkan masalah pola nafas 3. Posisikan pasien posisi semi fowler
dapat teratasi dengan kriteria hasil: 4. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
1. Frekuensi nafas dalam rentan normal
2. Jalan nafas paten/ suara nafas normal
Selasa, 14: 30 WIT 2.bersihan jalan nafas tidak efektif b.d 1. Monitor frekuensi irama,kedalaman dan upaya
22/03/2022 sekresi yang tertahan nafas
2. Monitor adanya produksi sputum
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
3. Auskultasi bunyi nafas
3x24 jam diharapkan masalah bersihan jalan
4. Anjurkan pasien minun air hangat
nafas dapat teratasi dengan kriteria hasil:
5. Kolaborasi untuk pemberian inhalasi
1. Jalan nafas paten/ suara nafas normal
2. Sekret berkurang

26
H. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Hari/tgl No Jam Implementasi Hari I Paraf Jam Evaluasi (SOAP) Paraf
Dx

Selasa, 1 14.35 1. Memonitor frekuensi irama,kedalaman 16.10 S :pasien mengatakan setelah


22/03/2022 WIT dan upaya nafas WIT pemasangan oksigen terasa lebih
Hasil: respirasi 24 x/ menit baik tetapi masi terasa sesak jika
14.40 melepas oksigen
2. Memonitor saturasi oksigen
WIT O : pasien tampak terpasang O 2 10 lpm,
Hasil : saturasi oksigen dalam darah 98
spo2 98
%
A : masalah pola nafas belum teratasi
14.55 P : Intervensi 1 ,2,3 dan 4 di lanjutkan
3. Memposisikan pasien posisi semi fowler
WIT
1. Monitor frekuensi nafas
Hasil : memberikan pasien posisi semi
2. monitor saturasi oksigen
fowler, pasien merasa nyaman
3. pertahankan posisi semi fowler
15.00 4. pertahankan pemberian oksigen
WIT 4. Memberikan oksigen sesuai kebutuhan
Hasil : terpasang oksigen 10 lpm

selasa, 2 14.40 1. Memonitor frekuensi irama,kedalaman 16.20 S : pasien mengatakan setelah di lakukan
26/04/2021 WIT dan upaya nafas WIT terapi nebulizer pasien masih merasa
sesak, masi ada produksi secret berlebih
Hasil: respirasi 24 x/ menit
27
14.45 2. Memonitor adanya produksi sputum O : respirasi 24 x/ menit, masi terdapat
WIT Hasil : pasien mengatakan adanya suara tambahan (ronchi)
produksi sputum yang tertahan di A : masalah bersihan jalan nafas belum
tenggorokan teratasi
P : Intervensi 1, 2,3 dan 5 dilanjutkan.
14.5
3. Mengauskultasi bunyi nafas Intervensi 4 di hentikan
0
WIT Hasil : saat di auskultasi ada suara nafas 1. Monitor frekuensi
tambahan (ronchi) irama,kedalaman dan upaya
nafas

14.59 4. Menganjurkan pasien minun air hangat 2. Monitor adanya produksi sputum
WIT Hasil : pasien mengikuti intruksi, pasien 3. Auskultasi bunyi nafas
merasa secret mencair saat minum air 5.Kolaborasi untuk pemberian
hangat inhalasi

5. Mengkolaborasi untuk pemberian


15. 10
inhalasi
WIT
Hasil : berikan terapi nebulizer (Ventolin
+ Nacl 1 Ampul+2 Cc / 8 Jam)

28
Hari/tgl No Jam Implementasi Hari II Paraf Jam Evaluasi (SOAP) Paraf
Dx

Rabu, 1 08.13 1. Memonitor frekuensi irama, kedalaman 10.00 S :pasien mengatakan setelah
23/03/2022 WIT dan upaya nafas WIT mempertahankan pemasangan
Hasil: respirasi 23 x/ menit oksigen terasa lebih baik tetapi
08.15 masi terasa sedikit sesak jika
2. Memonitor saturasi oksigen
WIT melepas oksigen
Hasil : saturasi oksigen dalam darah 98 %
O : pasien tampak terpasang O2 3 lpm,
08.20 spo2 98
3. Memposisikan pasien posisi semi fowler
WIT A : masalah pola nafas belum teratasi
Hasil : memberikan pasien posisi semi
P : Intervensi 1 ,2 dan 4 di lanjutkan
fowler, pasien merasa nyaman
1. Monitor frekuensi nafas
08.30 2. monitor saturasi oksigen
4.Memberikan oksigen sesuai kebutuhan
WIT 4. pertahankan pemberian oksigen
Hasil : terpasang oksigen 3 tpm

Rabu, 2 08.13 1. Memonitor frekuensi irama,kedalaman 14.10 S : pasien mengatakan setelah di


23/03/2022 WIT dan upaya nafas WIT lakukan terapi nebulizer pasien masih
merasa sedikit sesak, masi ada sedikit
Hasil: respirasi 23 x/ menit
produksi secret berlebih
09.00 2. Memonitor adanya produksi sputum
WIT Hasil : pasien mengatakan masih ada O : respirasi 23 x/ menit, masi terdapat
29
produksi sputum yang tertahan di suara tambahan (ronchi)
tenggorokan A : masalah bersihan jalan nafas belum
teratasi
3. Mengauskultasi bunyi nafas P : Intervensi 1, 2,3 dan 5 dilanjutkan.
09.15 Hasil : saat di auskultasi masih ada suara Intervensi 4 di hentikan
WIT
nafas tambahan (ronchi) 1. Monitor frekuensi
irama,kedalaman dan upaya
5.Bengkolaborasi untuk pemberian inhalasi nafas
09.30
Hasil : berikan terapi nebulizer (Ventolin + 2. Monitor adanya produksi sputum
WIT
Nacl 1 Ampul+2 Cc / 8 Jam) 3. Auskultasi bunyi nafas
5.Kolaborasi untuk pemberian
inhalasi

Hari/tgl No Jam Implementasi Hari III Paraf Jam Evaluasi (SOAP) Paraf
Dx

Kamis, 1 08.30 1. Memonitor frekuensi irama, kedalaman 14.00 S :pasien mengatakan sudah tidak
24/03/2022 WIT WIT
dan upaya nafas merasa sesak walau tanpa
Hasil: respirasi 20 x/ menit pemasangan oksigen

08.35 2. Memonitor saturasi oksigen O : pasien tampak tenang tanpa


WIT menggunakan oksegen, spo2 98
Hasil : saturasi oksigen dalam darah dalam

30
batas normal 98 % A : masalah pola nafas teratasi
P :Intervensi di hentikan, pasien pulang
08.40 4.Memberikan oksigen sesuai kebutuhan
WIT
Hasil : terpasang oksigen 3 lpm

Rabu, 2 08.30 1. Memonitor frekuensi irama,kedalaman 14.02 S : pasien mengatakan setelah di


28/04/2021 WIT WIT lakukan terapi nebulizer tidak ada
dan upaya nafas
produksi secret
Hasil: respirasi 20 x/ menit
08.45
2. Memonitor adanya produksi sputum O :produksi sputum (-), tidak ada suara
WIT
Hasil : pasien mengatakan masih ada nafas tambahan
sedikit produksi sputum yang tertahan di A : masalah bersihan jalan nafas
tenggorokan teratasi
P : Intervensi di hentikan, pasien pulang
08.50 3. Mengauskultasi bunyi nafas
WIT
Hasil : tidak ada suara abnormal

5.Bengkolaborasi untuk pemberian inhalasi


08.55
WIT Hasil : berikan terapi nebulizer (Ventolin +
Nacl 1 Ampul+2 Cc / 8 Jam)

31
BAB III
LITERATUR RIVIEW

Judul/Penulis/Tahun Desain Sampel Variabel Intervensi Analisis Hasil Penelitian


Mengkonsumsi Air Hangat Quasi 20 pemberian air minum Prospective Hasil penelitian
Sebelum Tindakan Experimental pasien hangat sebelum Analysis menunjukkan sebelum
Nebulizer Meningkatkan dilakukan tindakan diberikan air minum hangat
Design
Kelancaran Jalan Nafas nebulizer (pretest), kelancaran jalan
Pada Pasien Asma nafas pada pasien asma yaitu
tidak paten terdapat 10 orang
(Adiputra, et al.,2021) (100%) dan yang paten
terdapat 0 orang (0%).
Sedangkan setelah diberikan
air minum hangat (posttest)
pada kelompok intervensi
terdapat 10 orang (100%)
dengan kelancaran jalan
nafas paten dan terdapat 0
orang (0%) dengan
kelancaran jalan nafas tidak
paten.
Efektifitas Pemberian deskriptif Dependen & pemberian terapi Hasil penelitian menunjukan
Terapi Nebulizer Untuk independen nebulizer dengan Sebelum pemberian terapi
Mengatasi Ketidakefektifan NaCl 1 cc + Ventolin nebulizer dengan NaCl 1 cc
Bersihan Jalan Napas Pada 1 cc Tindakan + Ventolin 1 cc +, frekuensi
Anak J. M Dengan nebuliser dilakukan pernapasan 63 kali/menit,
32
Bronkopnemonia Di Ruang selama 3 x 24 jam. batuk terus-menerus dan
Kenanga RSUD Prof. Dr. sesak napas, ronkhi, setelah
WZ. Johanes Kupang dilakukan terapi, frekuensi
pernapasan menjadi 58
(sentriana seno, 2020) kali/menit, batuk berkurang,
napas normal.

Clapping dan Vibration Eksperimen 16 Hasil penelitian


Meningkatkan Bersihan pasien menunjukkan bahwa
Jalan Napas pada Pasien clapping dan vibration
ISPA efektif meningkatkan
bersihan jalan napas
(muh, andi &faisal, 2020) (p=0.000) dan efektif
terhadap indikator besihan
jalan napas, yaitu penurunan
frekuensi pernapasan
(p=0.031), penurunan
produksi sputum (p=0.000)
dan ronchi (p=0.001).
Sehingga disimpulkan
bahwa clapping dan
vibration efektif
meningkatkan bersihan jalan
napas pada pasien ISPA.

33
ANALISIS PICOT

Judul/Penulis/Tahun Population Intervention Comparation Outcome Time

34
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Setelah menguraikan asuhan keperawatan pada pasien rawat inap dengan dengan
kebutuhan dasar oksigenasi didapatkan data bahwa an, g datang dengan keluhan keluhan
sesak nafas, lemas, dan ada secret yang tertahan di tenggorokan.pasien diberikan
intervensi dan implementasi keperawatan selama 3 hari, mulai dari tindakan observasi,
mandiri perawat, edukasi dan kolaborasi mengenai manejemen jalan nafas dengan
pemberian oksigen sesuai kebutuhan dan pemberian terapi uap sebagai terapi untuk
mengatasi kedua masalah tersebut. Evaluasi keperawatan setelah dilakukan tindakan
selama 24 jam selama 3 hari didapatkan masalah pola nafas tidak efektif dan bersihan
jalan nafas teratasi, pola nafas kembali normal respirasi 20 x/menit tidak lagi terpasang
oksigen, jalan nafas kembali normal, tidak ada suara nafas abnormal (ronchi) masalah
teratasi pada hari ke-3 sampai pasien pulang.
4.2 Saran
Semoga makalah asuhan keperawatan ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun
anggota kelompok sendiri sebagai batu loncatan pebelajaran kedepannya. Asma
merupakan masalah yang serius, oleh karena itu makalah ini menyajikan asuhan
keperawatan lengkap sehingga pembaca dapat mengambil contoh dari makalah ini untuk
kedepannya.

41
DAFTAR PUSTAKA
Adi Putra, (2017). Mengkonsumsi Air Hangat Sebelum Tindakan Nebulizer Meningkatkan
Kelancaran Jalan Nafas Pada Pasien Asma. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira
Medika PPNI Bal
Adi & muh faisal, (2020). Clapping dan Vibration Meningkatkan Bersihan Jalan Napas pada
Pasien ISPA : Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

Clapping dan Vibration Meningkatkan Bersihan Jalan Napas pada Pasien ISPA
Huda, A., & H. K. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Penerapan Diagnosa
Nada NIC NOC . Jogjakarta: MediAction.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Edisi 1. Penerbit: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Definisi dan
Indikator Diagnostik. Edisi 1. Penerbit: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1. Penerbit: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia
Sentriana Sena, (2020). Efektifitas Pemberian Terapi Nebulizer Untuk Mengatasi
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas Pada Anak J. M Dengan Bronkopnemonia Di
Ruang Kenanga RSUD Prof. Dr. WZ. Johanes Kupang : Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia Badan Pengembangan Dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan

42

Anda mungkin juga menyukai