Di susun oleh :
(Kelompok 7)
DIV KEPERAWATAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan Rahmat,
Taufik dan Hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan Makalah Membuka Jalan Nafas ini dari
berbagai referensi yang kami dapatkan.
Kami berharap makalah ini berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan pemberian pertolongan pertama terhadap penderita gawat darurat . Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan – kekurangan dan jauh dari
apa yang kami harapkan. Untuk itu kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana
yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila ada kata – kata yang kurang membangun
demi perbaikan di masa yang akan datang.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..........................................................................................................1
B. TUJUAN PENULISAN..........................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................3
AIRWAY BREATHING MANAGEMENT...................................................................................3
A. ANATOMI SISTEM PERNAPASAN...................................................................................3
B. JALAN NAPAS (AIRWAY)..................................................................................................5
C. PENGELOLAAN JALAN NAFAS DENGAN ALAT..........................................................6
D. TINDAKAN PEMBEBASAN JALAN NAFAS DENGAN TANPA ALAT......................14
E. PERNAPASAN (BREATHING)..........................................................................................19
F. PENATALAKSANAAN GANGGUAN VENTILASI.........................................................20
G. FOREIGN BODY AIRWAY OBSTRUCTION (FBAO) / SUMBATAN KARENA
BENDA ASING PADA JALAN NAFAS.................................................................................21
H. PENGELOLAAN FUNGSI PERNAFASAN (BREATHING MANAGEMENT) DENGAN
PERNAFASAN BUATAN........................................................................................................23
BAB III..........................................................................................................................................29
PENUTUP.....................................................................................................................................29
A. KESIMPULAN.....................................................................................................................29
B. SARAN................................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................30
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keberhasilan pertolongan terhadap penderita gawat darurat sangat tergantung dari
kecepatan dan ketepatan dalam memberikan pertolongan. Semakin cepat pasien ditemukan maka
semakin cepat pula pasien tersebut mendapat pertolongan sehingga terhindar dari kecacatan atau
kematian.
Kondisi kekurangan oksigen merupakan penyebab kematian yang cepat. Kondisi ini
dapat diakibatkan karena masalah sistem pernafasan ataupun bersifat sekunder akibat dari
gangguan sistem tubuh yang lain. Pasien dengan kekurangan oksigen dapat jatuh dengan cepat
ke dalam kondisi gawat darurat sehingga memerlukan pertolongan segera. Apabila terjadi
kekurangan oksigen 6-8 menit akan menyebabkan kerusakan otak permanen, lebih dari 10 menit
akan menyebabkan kematian. Oleh karena itu pengkajian pernafasan pada penderita gawat
darurat penting dilakukan secara efektif dan efisien.
Tahapan kegiatan dalam penanggulangan penderita gawat darurat telah mengantisipasi
hal tersebut. Pertolongan kepada pasien gawat darurat dilakukan dengan terlebih dahulu
melakukan survei primer untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang mengancam hidup
pasien, barulah selanjutnya dilakukan survei sekunder.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami apa itu Airway Breathing
Management.
2. Tujuan Khusus
Agar mahasiswa dapat mengaplikasikan:
a. Pengelolaan Jalan Nafas (Airway Management) dengan Menggunakan Alat
b. Tindakan Pembebasan Jalan Nafas (Airway Management) dengan Tanpa Menggunakan
Alat
1
c. Mengeluarkan benda asing pada saluran nafas
d. Penatalaksanaan Gangguan Ventilasi
e. Foreign Body Airway Obstruction (FBAO) / Sumbatan Karena Benda Asing pada Jalan
Nafas
f. Pengelolaan Fungsi Pernafasan (Breathing Management) dengan Pernafasan Buatan
2
BAB II
3
mendongakan kepala secara berlebihan (hiperekstensi) akan menyebabkan sumbatan pada
airway.
c. Bronkhi: Merupakan percabangan trakhea kanan dan kiri. Tempat percabangan ini
disebut carina. Brochus kanan lebih pendek, lebar dan lebih dekat dengan trachea.
Bronchus kanan bercabang menjadi: lobus superior, medius, inferior. Brochus kiri terdiri
dari : lobus superior daninferior
d. Epiglotis: Trakea dilindungi oleh sebuah flap berbentuk daun yang berukuran kecil yang
dinamakan epiglotis. Normalnya, epiglotis menutup laring pada saat makanan atau
minuman masuk melalui mulut, sehingga akan diteruskan ke esofagus. Tetapi, pada
keadaan tertentu seperti trauma atau penyakit, refleks ini tidak dapat berjalan sebagaimana
mestinya, sehingga dapat terjadi masuknya benda padat atau cair ke laring yang dapat
mengakibatkan tersedak.
3. Alveoli
Terdiri dari: membran alveolar dan ruang interstisial. Membran alveolar:
a. Small alveolar cell dengan ekstensi ektoplasmik ke arah rongga alveoli
b. Large alveolar cell mengandung inclusion bodies yang menghasilkan surfactant.
c. Anastomosing capillary, merupakan system vena dan arteri yang saling berhubungan
langsung, ini terdiri dari : sel endotel, aliran darah dalam rongga endotel
d. Interstitial space merupakan ruangan yang dibentuk oleh: endotel kapiler, epitel alveoli,
saluran limfe, jaringan kolagen dan sedikit serum.
Aliran pertukaran gas: Proses pertukaran gas berlangsung sebagai berikut: alveoli epitel
alveoli « membran dasar « endotel kapiler « plasma « eitrosit. Membran « sitoplasma
eritrosit « molekul hemoglobin. Surfactant: Mengatur hubungan antara cairan dan gas.
Dalam keadaan normal surfactant ini akan menurunkan tekanan permukaan pada waktu
ekspirasi, sehingga kolaps alveoli dapat dihindari.
4. Sirkulasi Paru
Mengatur aliran darah vena-vena dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis dan
mengalirkan darah yang bersifat arterial melaului vena pulmonalis kembali ke ventrikel kiri.
4
5. Bronkus dan paru
Merupakan jalinan atau susunan bronhus bronkhiolus, bronkhiolus
terminalis, bronkhiolus respiratoty, alveoli, sirkulasi paru, syaraf, sistem limfatik .Pada
alveolus akan terjadi pertukaran oksigen dengan karbondioksida.
5
b. Wheezing: seperti suara biola dimana mengalami penyempitan di bronkusnya.
c. Stridor
6
b) Menilai keadaan umum pasien
c) Mengukur tanda-tanda vital
d) Mengobservasi pola nafas
5) Pelaksanaan
a) Perawat memakai handschoen
b) Membuka mulut pasien, tahan lidah dengan menggunakan tongue spatel
c) Bersihkan mulut dengan kassa steril
d) Masukkan oropharing tube melalui rongga mulut dengan ujung mengarah ke
palatum, setelah masuk dinding belakang pharing lalu putar oropharingeal tube
180º sampai posisi ujung mengarah ke oropharing
e) Lakukan fiksasi dipangkal oropharing tube dengan plester tanpa menutup lubang
oropharing tube
f) Berikan posisi yang nyaman
g) Rapikan pasien dan alat-alat
h) Buka handschoen dan cuci tangan
i) Membuat catatan keperawatan meliputi:
Keadaan umum pasien
Tindakan dan hasil setelah dilakukan
Tanda-tanda vital
Pola nafas
CATATAN:
1) Oropharingeal tube tidak boleh dipasang pada pasien sadar.
2) Oropharingeal tube dipasang pada pasien yang tidak sadar atau pada pasien dengan
penurunan kesadaran.
3) Pada pasien yang dilakukan pemasangan oropharing tube harus dilakukan oral hygiene.
4) Ukuran oropharingeal: disesuaikan dengan mengukur panjang oropharingeal dari mulut
ke mandibula atau sesuai ukuran:
a) Kode 00 untuk bayi kecil/premature.
b) Kode 0 untuk bayi.
c) No. 1 untuk anak usia 1-3 tahun.
d) No. 2 untuk anak usia 3-8 tahun.
7
e) No. 3 untuk usia 8 tahun.
f) No. 4 dan 5 untuk dewasa.
2. Suctioning
a. Pengertian
Suctioning atau penghisapan merupakan tindakan untuk mempertahankan jalan nafas
sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat dengan cara
mengeluarkan secret pada klien yang tidak mampu mengeluarkannya
sendiri. ( Ignativicius, 1999).
b. Indikasi
Indikasi dilakukannya penghisapan adalah adanya atau banyaknya secret yang
menyumbat jalan nafas, ditandai dengan:
1) Terdengar adanya suara pada jalan nafas.
2) Hasil auskultasi : ditemukan suara crackels atau ronkhi.
3) Kelelahan.
4) Nadi dan laju pernafasan meningkat.
5) Ditemukannya mukus pada alat bantu nafas.
6) Permintaan dari klien sendiri untuk disuction.
7) Meningkanya peak airway pressure pada mesin ventilator
c. Prosedur
Hudak (1997) menyatakan persiapan alat scara umum untuk tindakan penghisapan adalah
sebagai berikut:
1) Kateter suction steril yang atraumatik
2) Sarung tangan
3) Tempat steril untuk irigasi
4) Spuit berisi cairan NaCl steril untuk irigasi trachea jika diindikasikan
8
2) Lakukan cuci tangan, gunakan alat pelindung diri dari kemungkinan terjadinya
penularan penyakit melalui secret
3) Jelaskan kepada pasien mengenai sensasi yang akan dirasakan selama penghisapan
seperti nafas pendek, , batuk, dan rasa tidak nyaman
4) Check mesin penghisap, siapkan tekanan mesin suction pada level 80-120 mmHg untuk
menghindari hipoksia dan trauma mukosa
5) Siapkan tempat yang steril
6) Lakukan preoksigenasi dengan O2 100% selama 30 detik sampai 3 menit untuk
mencegah terjadinya hipoksemia
7) Secara cepat dan gentle masukkan kateter, jangan lakukan suction saat kateter sedang
dimasukkan
8) Tarik kateter 1-2 cm, dan mulai lakukan suction. Lakukan suction secara intermitten,
tarik kateter sambil menghisap dengan cara memutar. Jangan pernah melakukan suction
lebih dari 10=15 “
9) Hiperoksigenasi selama 1-5 menit atau bila nadi dan SaO2 pasien normal
10) Ulangi prosedur bila diperlukan (maksimal 3 x suction dalam 1 waktu)
11) Tindakan suction pada mulut boleh dilakukan jika diperlukan, lakukan juga mouth care
setelah tindakan suction pada mulut
12) Catat tindakan dalan dokumentasi keperawatan mengenai karakteristik Sputum
(jumlah, warna, konsistensi, bau, adanya darah) dan respon pasien.
9
5) Mencegah aspirasi asam lambung (dengan adanya balon yang dikembangkan
6) Mencegah distensi lambung
7) Pemberian oksigen dosis tinggi
c. Indikasi
1) Ada obstruksi jalan nafas bagian atas
2) Pasien yang memerlukan bantuan nafas dengan respirator
3) Pemberian anestesi
4) Terdapat banyak sputum (pasien tidak dapat mengeluarkan sendiri)
d. Jenis Intubasi
1) Intubasi oral
2) Intubasi nasal
e. Keuntungan dan kerugian intubasi nasal dan oral
1) Intubasi Nasal
Keuntungan
a) Pasien merasa lebih enak / nyaman
b) Lebih mudah dilakukan pada pasien sadar
c) Tidak akan tergigit
Kerugian
a) Pipa ETT yang digunakan lebih kecil
b) Penghisapan sekret lebih sulit
c) Dapat terjadi kerusakan jaringan dan perdarahan
d) Lebih sering terjadi infeksi (sinusitis)
2) Intubasi Oral
Keuntungan
a) Lebih mudah dilakukan
b) Bisa dilakukan dengan cepat pada pasien emergency
c) Resiko terjadinya trauma jalan nafas lebih kecil
Kerugian
a) Tergigit
b) Lebih sulit dilakukan oral hygiene
c) Tidak nyaman
10
Faktor faktor penyulit
a) Leher pendek
b) Fraktur cervical
c) Rahang bawah kecil
d) Trismus
e) Ada massa di pharing dan laring
f. Persiapan Pasien, Alat-Alat dan Obat-Obatan
1) Persiapan Pasien
a) Beritahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
b) Mintakan persetujuan keluarga / informed consent
c) Berikan suport mental.
d) Sudah terpasang infuse dan infuse menetes dengan lancar
e) Hisap cairan / sisa makanan dari NG Tube
f) Pasien memakai bantal setinggi10-12cm
2) Persiapan Alat
a) Sarung tangan
b) O2,slang O2 dan BVM (bag valve mask)
c) Laringoskop lengkap dengan blade sesuai ukuran pasien dan lampu harus menyala
dengan terang
d) Alat-alat suction (yakinkan berfungsi dengan baik)
e) Xylocain jelly/ xylicain spray dan KY jelly
f) ETT sesuai ukuran
g) Dewasa laki-laki: 7; 7,5; 8.
h) Dewasa wanita: 6,5 ; 7 ;7,5.
i) Anak-anak: usia (dalam tahun) + 4 kemudian dibagi 4
masukan dalam ETT lalu ujungnya dibentuk spt stick golf 10. Stylet/mandrin
( ukuran 2/3 Ø ETT)
j) Magil forcep
k) Oropharyngeal tube/airway sesuai ukuran pasien
l) Stetoskop
m) Spuit 20cc untuk mengisi cuff
11
n) Plester untuk fiksasi
o) Gunting
3) Persiapan Obat-obatan
Obat-obatan intubasi - Sedasi
a) Penthotal 25mg/cc dosis 3-5 mg/ kg BB
b) Dormicum 0,6 mg/kgBB
c) Diprivan 1-2mg/kgBB
d) Muscle relaxan
e) Succinyl scolin 20mg/cc: 1-2mg/kgBB.
f) Pavulon 0,15mg/kgBB
g) Tracrium 0,5-0,6 mg / kgBB
h) Norcuron 0,1 mg / kgBB
Obat-obat emergency:
a) Sulfas atropine
b) Ephedrine
c) Adrenalin
d) Lidokain 2%, dll
g. Prosedur Pemasangan
1) Mencuci tangan lalu memakai sarung tangan
2) Posisi pasien terlentang
3) Kepala diganjal bantal setinggi 12 cm
4) Pilih ukuran pipa ETT yang akan digunakan
5) Periksa balon pipa/ cuff ETT
6) Pasang blade yang sesuai
7) Oksigenasi dengan bag and mask / ambubag dengan O2 100% selama 5mnt agar
pasien tidak hipoksia
8) Masukan obat-obat sedasi dan muscle relaksan
9) Pentotal secara titrasi
10) Scolin dimasukan pelan-pelan sekali dosis
11) Buka mulut dengan laryngoskop sampai terlihat epiglottis
12) Dorong blade sampai pangkal epiglottis
12
13) Lakukan penghisapan lendir bila banyak secret
14) Anestesi daerah laryng dengan xylocain spray (bila kasus emergency tidak perlu
dilakukan)
15) Masukan ETT yang sebelumnya diberi jelly (lepas laryngoskop,tarik stylet lalu
sambungkan ke ambubag,lalu pompa)
16) Cek apakah ETT sudah benar posisinya
17) Isi cuff/balon dengan udara sampai kebocoran tidak terdengar
18) Dengarkan suara nafas,bandingkan kanan dan kiri
19) Pasang oropharyngeal airway agar ETT tidak tergigit
20) Lakukan fiksasi dengan plester
21) Hubungkan ETT dengan ventilator
22) K/p cek foto thorax
h. Hal-hal yang Didokumentasikan
1) Tanggal pemasangan,siapa yang memasang
2) Nomor ETT/OTT
3) Jumlah udara yang dimasukan pada balon
4) Batas masuknya NTT/OTT
5) Obat-obat yang diberikan
6) Respon pasien / kesulitan yang terjadi
i. Perawatan Intubasi
1) Fiksasi harus baik
2) Gunakan orophryngeal airway (mayo) pada pasien yang tidak kooperatif
3) Hati-hati waktu mengganti posisi pasien
4) Jaga kebersihan mulut dan hidung
5) Jaga patensi jalan nafas
6) Humidifikasi yang adekuat
7) Pantau tekanan balon
8) Observasi TTV dan suara paru-paru
9) Lakukan fisioterapi nafas tiap 4 jam
10) Lakukan suction setiap fisioterapi nafas dan sewaktu-waktu bila ada suara lender
11) Yakinkan bahwa konektor mengetahui perkembangan
13
12) Cek blood gas untuk mengetahui perkembangan
13) Lakukan foto thorax segera setelah intubasi dan dalam waktu-waktu tertentu
14) Observasi terjadinya emfisema cutis
15) Air dalam water trap harus sering terbuang
16) Pipa ETT ditandai di ujung mulut / hidung
14
b. Cengkeram rahang bawah korban pada kedua sisinya.jika korban anak-anak, gunakan dua
atau tiga jari dan letakkan pada sudut rahang.
c. Gunakan gerakan mengangkat untuk mendorong rahang bawah korban keatas. Hal ini
menarik lidah menjauhi tenggorokan.
d. Tetap pertahankan mulut korban sedikit terbuka. Jika perlu, tarik bibir bagian bawah
dengan kedua ibu jari.
Adapun teknik teknik cara mengatasi sumbatan jalan nafas oleh benda asing, tujuannya
adalah mengeluarkan benda asing sehingga jalan nafas tidak terhalang oleh benda asing.
a. Metode
1) Abdominal Thrust
2) Chest Thrust
3) Back Blow
b. Indikasi
Untuk menghilangkan obstruksi di jalan napas atas yang disebabkan oleh benda asing
dan yg ditandai oleh beberapa atau semua dari tanda dan gejala berikut ini:
1) Secara mendadak tidak dapat berbicara
2) Tanda-tanda umum tercekik-rasa leher tercengkeram
3) Bunyi berisik selama inspirasi
4) Penggunaan otot asesoris selama bernapas dan peningkatan kesulitan bernapas
5) Sukar batuk atau batuk tidak efektif atau tidak mampu untuk batuk
6) Tidak terjadi respirasi spontan atau sianosis
7) Bayi dan anak dg distres respirasi mendadak disertai dg batuk, stidor atau wising
c. Kontraindikasi dan Perhatian
1) Pada klien sadar, batuk volunter menghasilkan aliran udara yg besar dan dapat
menghilangkan obstruksi.
2) Chest thrust hendaknya tidak digunakan pada klien yg mengalami cedera dada, seperti
flail chest, cardiac contusion, atau fraktur sternal (Simon & Brenner, 1994).
3) Pada klien yg sedang hamil tua atau yg sangat obesitas, disarankan dilakukan chest
thrusts.
15
4) Posisi tangan yg tepat merupakan hal penting untuk menghindari cedera pada organ-
organ yang ada dibawahnya selama dilakukan chest thrust.
d. Peralatan
1) Suction oral, jika tersedia.
2) Magill atau Kelly forcep dan laryngoscope (untuk mengeluarkan benda asing yang
dapat dilihat di jalan napas atas).
e. Persiapan Klien
1) Posisi klien duduk, berdiri atau supine
2) Suction semua darah/mukus yg terlihat dimulut klien
3) Keluarkan semua gigi yg rusak/tanggal
4) Siapkan utk dilakukan penanganan jalan napas yg definitif, misalnya cricothyrotomi
3. Tahapan Prosedur Abdominal Thrust
Jika pasien dalam keadaan berdiri/duduk:
1) Anda berdiri di belakang klien.
2) Lingkarkan lengan kanan anda dengan tangan kanan terkepal, kemudian pegang
lengan kanan tersebut dengan lengan kiri. Posisi lengan anda pada abdomen klien
yakni dibawah prosesus xipoideus dan diatas pusat/umbilikus.
3) Dorong secara cepat (thrust quickly), dengan dorongan pada abdomen ke arah dalam-
atas.
4) Jika diperlukan, ulangi abdominal thrust beberapa kali utk menghilangkan obstruksi
jalan napas.
5) Kaji jalan napas secara sering utk memastikan keberhasilan tindakan ini.
Jika pasien dlm keadaan supine/unconcious:
1) Anda mengambil posisi berlutut/mengangkangi paha klien.
2) Tempatkan lengan kiri anda diatas lengan kanan anda yg menempel di abdomen
tepatnya di bawah prosesus xipoideus dan diatas pusat/umbilikus.
3) Dorong secara cepat (thrust quickly), dengan dorongan pada abdomen ke arah dalam-
atas.
4) Jika diperlukan, ulangi abdominal thrust beberapa kali untuk menghilangkan obstruksi
jalan napas.
16
5) Kaji jalan napas secara sering utk memastikan keberhasilan tindakan ini.
Jika mungkin, lihat secara langsung mulut dan paring klien dengan laringoskopi
dan jika tampak utamakan mengekstraksi benda asing tersebut menggunakan Kelly atau
Megil forcep.
17
4) Putar bayi ke posisi supine, topang kepala dan leher bayi dan posisikan di atas paha.
5) Tentukan lokasi jari setingkat dibawah nipple bayi. Tempatkan jari tengah anda pada
sternum dampingi dengan jari manis.
6) Lakukan chest thrust dengan cepat.
7) Ulangi langkah 1-6 sampai benda asing keluar atau hilangnya kesadaran.
8) Jika bayi kehilangan kesadaran, buka jalan napas dan buang benda asing jika ia terlihat.
Hindari melakukan usapan jari secara “membuta” pada bayi dan anak, karena benda
asing dapat terdorong lebih jauh ke dalam jalan napas.
Untuk Anak 1-8th:
Untuk klien yang berdiri/duduk:
1) Posisi anda dibelakang klien.
2) Tempatkan lengan anda dibawah aksila, melingkari tubuh korban.
3) Tempatkan tangan anda melawan abdomen klien, sedikit di atas pusar dan dibawah
prosesus xipoideus.
4) Lakukan dorongan ke atas (upward thrusts) sampai benda asing keluar atau pasien
kehilangan kesadaran.
Untuk klien pada posisi supine:
1) Posisi anda berlutut disamping klien atau mengangkangi paha klien.
2) Tempatkan lengan anda di atas pusar & dibawah prosesus xipoideus.
3) Lakukan thrust ke atas dengan cepat, dengan arah menuju tengah-tengah dan tidak
diarahkan ke sisi abdomen.
4) Jika benda asing terlihat, keluarkan dengan menggunakan sapuan jari tangan.
PERHATIAN:
1) Back blow tidak direkomendasikan pada pasien diatas usia bayi..
2) Sapuan jari “membuta” harus dihindari pada bayi dan anak, sebab kemungkinan dapat
mendorong benda asing lebih kebelakang ke dalam jalan napas.
Komplikasi:
1) Nyeri abdomen, ekimosis 4) Cedera/trauma pada organ-organ dibawah dada
2) Mual, muntah
3) Fraktur iga
18
E. PERNAPASAN (BREATHING)
Bernapas adalah usaha seseorang secara tidak sadar/otomatis untuk melakukan
pernafasan. Tindakan ini merupakan salah satu dari prosedur resusitasi jantung paru (RJP).
Untuk menilai seseorang bernafas secara normal dapat dilihat dari berapa kali seseorang
bernapas dalam satu menit, secara umum;
1. Frekuensi/jumlah pernapasan 12-20x/menit (dewasa), anak (20-30x/menit), bayi (30-
40x/menit)
2. Dada sampai mengembang
Pernapasan dikatakan tidak baik atau tidak normal jika terdapat keadaan berikut ini:
1. Ada tanda-tanda sesak napas: peningkatan frekuensi napas dalam satu menit
2. Ada napas cuping hidung (cuping hidung ikut bergerak saat bernafas)
3. Ada penggunaan otot-otot bantu pernapasan (otot sela iga, otot leher, otot perut)
4. Warna kebiruan pada sekitar bibir dan ujung-ujung jari tangan
5. Tidak ada gerakan dada
6. Tidak ada suara napas
7. Tidak dirasakan hembusan napas
8. Pasien tidak sadar dan tidak bernapas
Jika korban bernapas tidak efektif (bernapas satu-satu, ngap-ngap, atau tidak bernapas):
1. Aktifkan sistem gawat darurat (bila ada orang lain minta orang lain untuk mencari atau
menghubungi gawat darurat)
19
2. Buka jalan napas dengan menengadahkan kepala korban dan menopang dagu korban (head
tilt dan chin lift)
3. Pastikan tidak ada sumbatan dalam mulut korban; bila ada sumbatan dapat dibersihkan
dengan sapuan jari-balut dua jari anda dengan kain dan usap dari sudut bibir sapu ke dalam
dan ke arah luar
4. Berikan napas buatan dengan menarik napas biasa lalu tempelkan bibir anda ke bibir
korban dengan perantaraan alat pelindung diri (face mask, face shield) lalu hembuskan
perlahan >1 detik sambil jari tangan anda menutup hidung korban dan mata anda melihat
ke arah dada korban untuk menilai pernapasan buatan yang anda berikan efektif atau tidak
(dengan naiknya dada korban maka pernapasan buatan dikatakan efektif)
5. Berikan nafas buatan 2x lalu periksa denyut nadi korban (menggunakan jari telunjuk dan
jari tengah raba bagian tengah jakun, lalu geser ke arah samping hingga teraba lekukan di
pinggir jakun tersebut) didaerah leher seperti pada gambar; bila tidak ada denyut maka
masuk ke langkah CPR
6. Bila ada denyut nadi maka berikan napas buatan dengan frekuensi 12x/menit/1 tiap 5 detik
sampai korban sadar dan bernapas kembali atau tenaga paramedis datang; dan selalu
periksa denyut nadi korban apakah masih ada atau tidak setiap 2 menit.
20
2. Tanda Objektif Masalah Ventilasi
a. Look. Perhatikan peranjakkan thorax simetris atau tidak. Bila asimetris pikirkan kelainan
intra-thorakal atau flail chest. Setiap pernafasan yang sesak harus dianggap sebagai
ancaman terhadap oksigenasi.
b. Listen. Auskultasi kedua paru. Bising nafas yang berkurang atau menghilang pada satu
atau kedua hemithorax menunjukkan kelainan intra thorakal. Berhati-hatilah terhadap
tachypneu karena mungkin disebabkan hipoksia.
c. Feel. Lakukan perkusi. Seharusnya sonor dan sama kedua lapang paru. Bila hipersonor
berarti ada pneumothorax, bila pekak ada darah (hemothorax).
3. Pengelolaan
Penilaian patensi jalan nafas serta cukupnya ventilasi harus dilakukan dengan cepat dan
tepat. Bila ditemukan atau dicurigai gangguan jalan nafas atau ventilasi harus segera diambil
tindakkan untuk memperbaiki oksigenasi dan mengurangi resiko penurunan keadaan.
Tindakan ini meliputi tekhnik menjaga jalan nafas, termasuk jalan nafas definitive ataupun
surgical airway dan cara untuk membantu ventilasi. Karena semua tindakan diatas akan
menyebabkan gerakan pada leher, harus diberikan proteksi servikal, terutama bila dicurigai
atau diketahui adanya fraktur servikal.
Pemberian oksigen harus diberikan sebelum dan setelah tindakan mengatasi masalah
airway. Suction harus selalu tersedia, dan sebaiknya dengan ujung penghisap yang kaku.
21
serangan jantung, kejang atau keadaan lainnya yang dapat menyebabkan gangguan
pernafasan, sianosis, atau hilangnya kesadaran.
Tanda-tanda penderita yang mengalami FBAO adalah tampak kurangnya pertukaran
udara dan meningkatnya kesulitan bernafas sperti batuk yang tidak bersuara, sianosis atau
tidak dapat bersuara dan bernafas. Penderita memegang leher yang menampakan tanda
umum tersedak. Segera tanyakan “apakah anda terseda?” jika penderita mengisyaratkan
“ya” dengan mengangguk tanpa bicara, ini menandakan penderita mempunyai sumbatan
jalan nafas berat.
b. Membebaskan sumbatan karena benda asing pada orang dewasa
1) Lakukan Heimlich Maneuver pada penderita sampai benda asing keluar atau penderita
jatuh tidak sadar.
2) Pada penderita obesitas dan wanita hamil lakukan dengan chest thrust.
3) Hubungi SPGDT.
4) Lakukan abdominal thrust (pada penderita yang tidak sadar).
5) Bila benda terlihat lakukan sapuan jari untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
22
Jika sumbatannya berat (penderita tidak dapat bersuara sedikitpun). Untuk anak,
lakukan Heimlich maneuver sampai bendanya keluar atau sampai anak jatuhdalam keadaan
tidak sadar.
Untuk bayi lakukan 5x back blows diikuti dengan 5x chest thrust berulang-ulang
sampai bendanya keluar atau sampai penderita jatuh tidak sadar. Pada bayi tidak
direkomendasikan untuk melakukan abdominal thrust karena dapat merusak organ dalam
yang tidak terlindungi, contohnya hati.
Jika penderita jatuh tidak sadar segera lakukan RJP. Sebelum melakukan ventilasi
petugas harus melihat apakah bendanya terlihat atau tidak pada mulut penderita. Jika anda
melihat bendanya, keluarkan!! Petugas tidak direkomendasikan untuk melakukan sapuan
jari bila bendanya tidak tampak pada faring, karena dapat mendorong bendanya masuk ke
dalam ofaring dan dapat menyebabkan kerusakan pada organ tersebut.
23
5. Pemeriksaan pernafasan
a. Look-Lihat
1) Gerak dada
2) Gerak cuping hidung (flaring nostril)
3) Retraksi sela iga
4) Gerak dada
5) Gerak cuping hidung (flaring nostril)
6) Retraksi sela iga
b. Listen-Dengar. Suara nafas, suara tambahan
c. Feel-Rasakan. Udara nafas keluar hidung-mulut
d. Palpasi-Raba. Gerakan dada, simetris?
e. Perkusi-Ketuk. Redup? Hipersonor? Simetris?
f. Auskultasi (menggunakan stetoskop). Suara nafas ada? Simetris? Ronki atau whezing?
g. Menilai pernafasan
1) Ada napas? Napas normal atau distres
2) Ada luka dada terbuka atau menghisap?
3) Ada Pneumothoraks tension?
4) Ada Patah iga ganda (curiga Flail Chest) ?
5) Ada Hemothoraks?
6) Ada emfisema bawah kulit?
h. Tanda distres nafas
1) Nafas dangkal dan cepat
2) Gerak cuping hidung (flaring nostril)
3) Tarikan sela iga (retraksi)
4) Tarikan otot leher (tracheal tug)
5) Nadi cepat
6) Hipotensi
7) Vena leher distensi
8) Sianosis (tanda lambat)
i. Pemberian nafas buatan
1) Diberikan sebanyak 12-20 kali/menit sampai dada nampak terangkat.
24
2) Diberikan bila nafas abnormal, tidak usah menunggu sampai apnea dulu
3) Berikan tambahan oksigen bila tersedia.
4) Jika udara masuk ke dalam lambung, jangan dikeluarkan dengan menekan lambung
karena akan berisiko aspirasi.
5) Nafas buatan dilakukan dengan in-line immobilisation (fiksasi kepala-leher) agar tulang
leher tidak banyak bergerak.
6. Pernapasan Buatan Mulut-Mulut
Pernapasan buatan langsung mulut ke mulut sangatlah beresiko. Kemungkinan kontak
dengan cairan tubuh korban termasuk muntahan sangat besar. Untuk melakukan pernapasan
buatan mulut ke mulut gunakanlah alat pelindung barrier device, face shield. Alat pelindung
ini berupa sebuah lembaran dari plastik tipis dan lentur menutupi wajah korban terutama
bagian mulut korban, dilengkapi dengan katup satu arah sehingga cairan tubuh korban tidak
mengenai penolong. Bisa dilipat sehingga praktis dibawa kemana-mana.
Langkah-langkah memberikan pernapasan buatan mulut ke mulut:
1) Pastikan keamanan diri dan lingkungan, kemudian aktifkan SPGDT.
2) Baringkan korban pada posisi terlentang.
3) Atur posisi penolong. Berlutut disamping kepala korban.
4) Lakukan langkah-langkah pengelolaan airway.
5) Pasang alat pelindung; barrier device, face shield.
6) Penolong menarik napas dalam saat akan memberikan napas buatan, agar volume tidal
terpenuhi.
7) Jepit lubang hidung korban dengan ibu jari dan jari telunjuk.
8) Tutupi mulut korban dengan mulut penolong. Mulut penolong harus dapat menutupi
keseluruhan mulut korban agar tidak terjadi kebocoran.
9) Berikan hembusan napas 2 kali, sambil tetap menjaga terbukanya airway. Beri kesempatan
untuk ekspirasi. Waktu yang diperlukan untuk tiap hembusan 1,5-2 detik. Volume udara
yang diberikan sebesar volume tidal yaitu 10 mL/ kgBB atau 700-1000 mL, atau sampai
dengan dada korban terlihat mengembang. Hati-hati, jangan terlalu kuat atau terlalu banyak
karena dapat melukai paru-paru korban atau masuk ke lambung.
10) Lakukan evaluasi ulang A dan B. Jika saat melakukan pernapasan buatan dirasakan ada
tahanan atau terasa berat, atau dada tidak naik turun dengan baik, perbaiki tehnik membuka
25
airway korban misalnya dengan memperbaiki posisi kepala. Jika setelah posisi diperbaiki
masih terasa berat, curigai adanya sumbatan airway. Lakukan tindakan membebaskan jalan
napas.
11) Bila tidak ada gangguan lain, teruskan pernapasan buatan dengan kecepatan 12-15 kali/
menit
26
Langkah-langkah pernapasan buatan mulut ke masker:
1) Pastikan keamanan diri dan lingkungan, kemudian aktifkan SPGDT.
2) Baringkan korban pada posisi terlentang.
3) Atur posisi penolong. Bila penolong hanya seorang, berlutut disamping kepala korban.
Bila penolong lebih dari satu orang, salah satu penolong yang memegangi masker berlutut
di atas kepala korban menghadap ke kaki korban.
4) Lakukan langkah-langkah pengelolaan airway.
5) Pasang masker yang ukurannya sesuai dengan korban.Masker yang ukurannya sesuai akan
menutupi bagian hidung dan mulut korban sekaligus. Masker pernapasan buatan berbentuk
menyerupai buah jambu air yang terbelah dua sama besar, ada bagian yang menyempit dan
ada bagian yang melebar. Posisikan bagian yang menyempit di bagian hidung korban, dan
bagian yang melebar di bagian dagu.
6) Pertahankan posisi masker dan rapatkan. Posisi masker yang benar dan rapat penting untuk
keberhasilan pernapasan buatan. Mempertahankan posisi masker bisa dilakukan dengan
dua cara, yaitu: Pertahankan posisi masker dengan posisi kedua tangan seperti saat
melakukan jaw thrust atau triple airway manauver. Kedua ibu jari menahan masker bagian
hidung, sementara jari-jari lainnya menahan bagian dagu dan merapatkannya dengan
menahan masker bagian rahang bawah korban, sambil melakukan tindakan membuka
airway. Pertahankan posisi masker dengan salah satu tangan menahan bagian hidung,
tangan lainnya menahan bagian dagu sambil membuka airway korban.
7) Penolong menarik napas dalam saat akan memberikan napas buatan, agar volume tidal
terpenuhi.
8) Berikan hembusan napas 2 kali, sambil tetap menjaga terbukanya airway. Beri kesempatan
untuk ekspirasi. Waktu yang diperlukan untuk tiap hembusan 1,5-2 detik. Volume udara
yang diberikan sebesar volume tidal 10 mL/ kgBB, atau sampai dengan dada korban
terlihat mengembang.
9) Lakukan evaluasi ulang A dan B. Jika saat melakukan pernapasan buatan dirasakan ada
tahanan atau terasa berat, atau dada tidak naik turun dengan baik, perbaiki posisi kepala
korban. Perbaiki tehnik membuka airway korban. Jika setelah posisi diperbaiki masih
terasa berat, curigai adanya sumbatan airway. Lakukan tindakan membebaskan jalan napas.
27
10) Bila tidak ada gangguan lain, teruskan pernapasan buatan dengan kecepatan 12-15 kali/
menit.
28
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Airway merupakan komponen yang penting dari sistem pernapasan adalah hidung dan
mulut, faring, epiglotis, trakea, laring, bronkus dan paru. Breathing (Bernapas) adalah usaha
seseorang secara tidak sadar/otomatis untuk melakukan pernafasan. Tindakan ini merupakan
salah satu dari prosedur resusitasi jantung paru (RJP).
Kondisi kekurangan oksigen merupakan penyebab kematian yang cepat. Kondisi ini
dapat diakibatkan karena masalah sistem pernafasan ataupun bersifat sekunder akibat dari
gangguan sistem tubuh yang lain. Pasien dengan kekurangan oksigen dapat jatuh dengan cepat
ke dalam kondisi gawat darurat sehingga memerlukan pertolongan segera. Apabila terjadi
kekurangan oksigen 6-8 menit akan menyebabkan kerusakan otak permanen, lebih dari 10 menit
akan menyebabkan kematian. Oleh karena itu pengkajian pernafasan pada penderita gawat
darurat penting dilakukan secara efektif dan efisien.
B. SARAN
Setelah membaca makalah ini semoga pembaca memahami isi makalah yang telah
disusun meskipun kami menyadari makalah ini kurang dari sempurna. Oleh karena itu kami
berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang dapat membantu menyempurnakan
makalah yang selanjutnya.
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Advanced Paediatric Life Support. 3rd ed. London: BMJ Books 2001. Chapters 4 (Basic
life support); 5 (Advanced support of the airway and ventilation); 22 (Practical
procedures: airway and breathing).
2. Alkatiri J. Resusitasi Kardio Pulmoner dalam Sudoyo W. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid I. Edisi IV. FKUI. Jakarta. 2007. Hal. 173-7.
3. Brunner dan Suddarth, 2001, Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8, Vol. II, EGC: Jakarta
4. Fleisher G, Ludwig S (eds): Textbook of Pediatric Emergency Medicine (4th ed).
Philadelphia: Lippincott 2000. Chapters 1 (Resuscitation: pediatric basic and advanced
life support); 5 (Emergency airway management: rapid sequence induction).
5. John, A, Boswick, 1997. Perawatan Gawat Darurat. Penerbit Buku Kedokteran EGC:
Jakarta
6. Purwadianto, Agus, dkk, 2000. Kegawatdaruratan Medik. Jakarta: Binarupa Aksara
7. Taussig L, Landau L, Le Souëf P; Martinez F; Morgan W; Sly P (eds) Pediatric
Respiratory Medicine. St Louis: Mosby 1999. Chapters 21 (Assisted ventilatory support
and oxygen treatment) and 25 (Lung trauma: toxin inhalation and ARDS
30