Anda di halaman 1dari 21

DOKUMENTASI

ASUHAN KEPERAWATAN ISPA

Disusun oleh:
1. Alifa Fathiya Khairunisa
2. Diyah Mardhasanti
3. Inggit Ati Priyani
4. Megawati

Jl. Mahkota Raya No.32 B Pondok Duta Cimanggis-Depok


Telp: (021) 8712294-8702735-8712294
Fax: 021-87709480

2014

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan limpahan rahmat dan
hidayahnyalah sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul
Dokumentasi, tentunya dengan dibuatnya makalah ini kita dapat mengetahui tentang asuhan
keperawatan mengenai penyakit ISPA.

Kami menyadari bahwa sebagai manusia kami memiliki keterbatasan kemampuan, oleh karena
itu kami mengucapkan terima kasih dan memberikan penghargaan yang sebesar-besarnya apabila
teman-teman sekalian berkenan memberi saran demi perbaikan isi makalah ini sehingga dapat
mewujudkan suatu makalah Dokumentasi yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
pada saat ini dan keakuratan ilmu dokumentasi.

Akhir kata, kami mengharapkan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak serta menambah wacana pemikiran bagi kita semua.

Depok, 1 November 2014

Kelompok II

2
DAFTAR ISI

1. KATA PENGANTAR .............................................................................................. 2


2. DAFTAR ISI .............................................................................................. 3
3. BAB I .............................................................................................. 4
3.1 PENDAHULUAN .............................................................................................. 4
3.1.1 Latar belakang ............................................................................................... 4
3.1.2 Maksud dan tujuan ............................................................................................... 4
3.1.3 Ruang lingkup ............................................................................................... 4
4. BAB II ............................................................................................... 5
4.1 Laporan Pendahuluan ............................................................................................ 5
4.1.1 Definisi ISPA ............................................................................................... 5
4.1.2 Anatomi Fisiologi .............................................................................................. 5
4.1.3 Etiologi ............................................................................................. 9
4.1.4 Tanda dan gejala ............................................................................................. 10
4.1.5 Patofisiologi ............................................................................................. 11
4.1.6 Penatalaksanaan Medis......................................................................................... 11
4.1.7 Asuhan Keperawatan............................................................................................. 11
5. BAB III ............................................................................................. 20
5.1 PENUTUP ............................................................................................. 20
5.1.1 Kesimpulan ............................................................................................. 20
5.1.2 Saran ............................................................................................. 20
6. Daftar Pustaka ............................................................................................. 21

3
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Dalam profesi keperawatan, dibutuhkan beberapa point penting untuk menjadi yang profesional.
Selain memiliki pengetahuan yang luas tentang keperawatan khususnya dokumentasi, diperlukan
sumber daya manusia yang mempunyai keterampilan yang memenuhi syarat. Maka dari itu,
untuk mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan dalam profesi keperawatan,
harus mempelajari ilmunya terlebih dahulu. Dalam makalah ini akan dimuat cara membuat
asuhan keperawatan tentang ISPA.

Maksud dan tujuan


1. Mengetahui pengertian ISPA
2. Mengetahui anatomi dan fisiologi ISPA
3. Mengetahui tanda dan gejala penyakit ISPA
4. Mengetahui etiologi/penyebab ISPA
5. Mengetahui patofisiolgi ISPA
6. Mengetahui komplikasi
7. Mengetahui penatalaksanaan penyakit ISPA

Ruang Lingkup Materi


Makalah ini memberikan informasi tentang pembuatan makalah asuhan keperawatan penyakit
ISPA.

4
BAB II

LAPORAN PENDAHULUAN

1. Definisi ISPA (Infeksi Saluran Peranfasan Atas)

Menurut DepKes RI (1998) istilah ISPA mengandung 3 unsur yaitu infeksi, saluran

pernapasan dan akut. Pengertian atau batasan-batasan masing-masing unsure adalah sebagai

berikut :

a) Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ yang mulai dari hidung sehingga

alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah, dan pleura. Dengan

demikian ISPA secara anatomis mencakup saluran pernapasan bagian atas, saluran

pernapasan bagian bawah (termasuk jaringa-jaringan paru) dan organ adneksa saluran

pernapasan. Dengan batasan ini,maka jaringan paru termasuk dalam saluran pernapasan.

b) Yang dimaksud dengan infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14

hari (DepKes RI 1998:3 dan 4). Saluran pernapasan pada manusia adalah alat-alat tubuh

yang dipergunakan untuk bernapas yaitu mulai dari hidung, hulu kerongkongan,

tenggorokan, batang tenggorokan sampai ke paru-paru. Penyakit akut artinya penyakit

yang berlangsung tidak lebih dari 14 hari (DepKes RI 1985 : 1). Dari beberapa pengertian

mengenai ISPA diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ISPA merupakan suatu

keadaan dimana kuman penyakit berhasil menyerang alat-alat tubuh yang di gunakan untuk

bernapas yaitu mulai dari hidung, hulu kerongkongan, tenggorokan, batang tenggorokan

sampai ke paru-paru,dan berlangsung tidak lebih dari 14 hari.

2. Anatomi Fisologi Sistem Pernafasan

Saluran Nafas Atas

5
1. Hidung

Terdiri atas bagian eksternal dan internal

a. Bagian eksternal menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang hidung dan kartilago

b. Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi rongga hidung

kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang disebut septum.

c. Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung vaskular

yang disebut mukosa hidung.

d. Permukaan mukosa hidung dilapisi oleh sel-sel goblet yang mensekresi lendir secara terus

menerus dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia.

e. Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru-paru.

f. Hidung juga berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta menghangatkan

udara yang dihirup ke dalam paru-paru.

g. Hidung juga bertanggung jawab terhadap olfaktori (penghidu) karena reseptor olfaktori

terletak dalam mukosa hidung, dan fungsi ini berkurang sejalan dengan pertambahan usia

2. Faring

a. Faring atau tenggorok merupakan struktur seperti tuba yang menghubungkan hidung dan

rongga mulut ke laring.

b. Faring dibagi menjadi tiga region : nasal (nasofaring), oral (orofaring), dan laring

(laringofaring).

c. Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorius dan digestif

3. Laring

a. Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan

trakea.

6
b. Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas :

Epiglotis : daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring selama menelan.

Glotis : ostium antara pita suara dalam laring.

Kartilago tiroid : kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini membentuk

jakun (Adams apple).

Kartilago krikoid : satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring (terletak di

bawah kartilago tiroid).

Kartilago aritenoid : digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago tiroid.

Pita suara : ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan bunyi suara (pita

suara melekat pada lumen laring)

Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi. Laring juga berfungsi

melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing

4. Trakea

Disebut juga batang tenggorok. Ujung trakea bercabang menjadi dua bronkus yang disebut

karina

Saluran Nafas Bawah

1. Bronkus

Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri disebut bronkus lobaris kanan (3 lobus) dan bronkus

lobaris kiri (2 bronkus). Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus segmental dan

bronkus lobaris kiri terbagi menjadi 9 bronkus segmental. Bronkus segmentalis ini kemudian

terbagi lagi menjadi bronkus subsegmental yang dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki :

arteri, limfatik dan saraf.

2. Bronkiolus

7
Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus. Bronkiolus mengadung kelenjar

submukosa yang memproduksi lendir yang membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi

bagian dalam jalan napas.

3. Bronkiolus Terminalis

Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis (yang tidak mempunyai

kelenjar lendir dan silia)

4. Bronkiolus respiratori

Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori. Bronkiolus respiratori

dianggap sebagai saluran transisional antara jalan napas konduksi dan

jalan udara pertukaran gas. Duktus alveolar dan Sakus alveolar. Bronkiolus respiratori

kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus alveolar dan kemudian menjadi

alveoli. Alveoli merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2. Terdapat sekitar 300 juta yang

jika bersatu membentuk satu lembar akan seluas 70 m2. Terdiri atas 3 tipe :

Sel-sel alveolar tipe I : sel epitel yang membentuk dinding alveoli.

Sel-sel alveolar tipe II : sel yang aktif secara metabolik dan mensekresi surfaktan (suatu

fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps).

Sel-sel alveolar tipe III : adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagotosis dan bekerja

sebagai mekanisme pertahanan

5. Paru

Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut terletak dalam rongga dada atau toraks. Kedua

paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah

besar. Setiap paru mempunyai apeks dan basis. Paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3

8
lobus oleh fisura interlobaris. Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus. Lobos-lobus

tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen bronkusnya.

6. Pleura

Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastic. Terbagi mejadi 2 :

Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga dada.

Pleura viseralis yaitu yang menyelubingi setiap paru-paru

Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura yang berfungsi untuk

memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama pernapasan, juga untuk mencegah

pemisahan toraks dengan paru-paru. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan

atmosfir, hal ini untuk mencegah kolap paru-paru.

3. Etiologi

Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis penyakit bakteri,virus, dan riketsia. Virus penyebab

ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adenvirus, Koronavirus, Pikornavirus,

Mikoplasma, Herpesvirus dan lain-lain (DepKes RI 1998 : 5). Penyebab ISPA meliputi virus,

bakteri dan jamur. Kebanyakan ISPA desebabkan oleh virus. Diagnosis yang termasuk dalam

keadaan ini adalah rhinitis, sinusitis, faringitis, tosilitis dan laryngitis. Terapi yang diberikan

penyakit ini biasanya pemberian antibiotic, walaupun kebanyakan ISPA disebabkan oleh virus

yang dapat sembuh dengan sendirinya tanpa pemberian obat-obatan terapeutik. Pemberian

antibiotic dapat mempercepat penyembuhan penyakit ini dibandingkan hanya pemberian obat-

obatan symptomatic, selain itu dengan pemberian antibiotic dapat mencegah terjadinya infeksi

lanjutan dari bacterial. Pemberian antibiotic ini harus diperhatikan dengan baik agar tidak terjadi

resistensi kuman/bacterial di kemudian hari. Namun,pada penyakit ISPA yang sudah

berkelanjutan dengan gejala dahak dan ingus yang sudah berwarna hijau,pemberian antibiotic

9
merupakan keharusan karena dengan gejala tersebut membuktikan sudah ada bakteri yang

terlibat.

4. Tanda dan Gejala

Penyakit infeksi saluran pernapasan bagian atas dapat memberikan gejala klinik yang beragam

antara lain :

1. Gejala poriza (coryza syndrome) yaitu pengeluaran cairan (dischange) nasal yang

berlebihan bersin. Obstruksi nasal, mata berair konjungtivitis ringan. Sakit tenggorokan

(sore throat) rasa kering pada bagian posterior palantom mole dan uvula, sakit kepala,

malaise, nyeri otot, lesu serta rasa kedinginan (chilliness), demam jarang sekali terjadi.

2. Gejala faringeal, yaitu sakit tenggorokan yang ringan sampai berat. Peradangan pada

faring, tonsil dan pembesaran kelenjar adenoid yang dapat menyebabkan obstruksi

nasal,batuk sering terjadi, tetapi gejala coryza jarang. Gejala umum seperti rasa

kedinginan, malaise, rasa sakit diseluruh badan, sakit kepala, demam ringan, parau (hoar

senses).

3. Gejala faringokonjungtival yang merupakan varial dari gejala faringeal. Gejala faringeal

sering disusul oleh konjungtifis yang disertai foto fobia dan sring pula disertai rasa sakit

pada bola mata. Kadang-kadang konjungtifis ini timbul terlebih dahulu dan hilang setelah

seminggu sampai 2 minggu dan setelah gejala yang lain hilang,sering terjadi epidemic.

4. Gejala influenza yang dapat merupakan kondisi sakit yang berat. Demam, menggigil, lesu,

sakit kepala nyeri otot menyeluruh, malaise dan anoreksia yang timbul tiba-tiba, batuk,

sakit tenggorokan dan nyeri retrosternal. Keadaan ini dapat menjadi berat. Dapat terjadi

pandemic yang hebat dan ditumpangi oleh infeksi bacterial.

10
5. Gejala herpangina yang sering menyerang anak-anak yaitu sakit beberapa hari yang

disebabkan oleh virus coxsackie A. sering menimbulkan vasikel faringeal, oral dan

gingival yang berubah menjadi ulkus.

6. Gejala obstruksi laringotrakeobronkitis akut (croup), yaitu suatu kondisi serius yang

mengenai anak-anak ditandai batuk, dispnea, stidor inspirasi yang sring disertai sianosis.

5. Patofisiologi

Terjadinya infeksi antar bakteri dan flora normal disaluran napas. Infeksi oleh bakteri, virus,dan

jamur dapat merubah pila kolonisasi bakteri. Timbul mekanisme pertahanan pada jalan napas

seperti filtrasi udara inspirasi di ringga hidung,refleksi batuk, refleksi epiglotis, pembersihan

mukosilier dan pagositosis karena menurunnya daya tahan tubuh penderita maka bakteri

pathogen dapat melewati mekanisme system pertahanan tersebut akibatnya terjadi invasi

didaerah-daerah saluran pernapasan atas maupun saluran pernapasan bawah.

6. Penatalaksanaan Medis

1. Imunisasi

Program nasional untuk menggalangi bahaya influenza pada beberapa negara maju

mnekankan bahwa golongan yang perlu mendapat imunisasi adalah semua penduduk yang

berumur 65 tahun keatas : penderita penyakit pernapasan kronis, penderita penyakit jantung,

penderita penyakit ginjal dan pada penderita Diabetes Melitus : orang yang menurun

kekebalan tubuhnya, orang yang tinggal didalam komunitas tertutup dalam waktu yang lama

(asrama,barak).

2. Pemeriksaan Diagnostik

11
Pengkajian terutama pada jalan nafas: Fokus utama pada pengkajian pernafasan ini adalah

pola, kedalaman, usaha serta irama dari pernafasan.

1. Pola, cepat (tachynea) atau normal.

2. Kedalaman, nafas normal, dangkal atau terlalu dalam yang biasanya dapat kita amati

melalui pergerakan rongga dada dan pergerakan abdomen.

3. Usaha, kontinyu, terputus-putus, atau tiba-tiba berhenti disertai dengan adanya bersin.

4. Irama pernafasan, bervariasi tergantung pada pola dan kedalaman pernafasan.

5. Observasi lainya adalah terjadinya infeksi yang biasanya ditandai dengan peningkatan suhu

tubuh, adanya batuk, suara nafas wheezing. Bisa juga didapati adanya cyanosis, nyeri pada

rongga dada dan peningkatan produksi dari sputum.

3. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah :

1. Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan kuman (+)

sesuai dengan jenis kuman.

2. Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai dengan

adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia.

3. Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan

4. Pengobatan

Penyakit infeksi saluran pernapasan bagian atas yang dsebabkan oleh virus tidak memerlukan

terapi specific, hanya infeksi sekunder oleh bakteri yang mempengaruhinya yang memerlukan

antibiotic. URTI biasanya berupa penyakit ringan yang dapat sembuh sendiri. penyebabnya

biasanya rhinovirus, coronavirus dan virus influenza. Banyak yang memberikan pengobatan

antibiotic pada URTI dengan dasar hanya untuk menyenangkan pasien dan berdasarkan

12
pembenaran bahwa antibiotic dapat mencegah komplikasi. Pemberian antibiotic pada situasi

seperti ini menyebabkan banyak mikroorganisme resistensi terhadap antibiotic.

Salesma atau Common cold sering dianggap sebagai masalah yang tidak berar ti, namun jika

dipandang dari sudut pandang ekonomi kesehatan,penyakit ini merupakan masalah yang

meenghabiskan dana. URTI merupakan penyakit yang menyebabkan absertecisme, baik

dipekerjaan maupun di sekolah.

Dalam menegakan diagnosis URTI sering terjadi tumpang tindih antara gejala rhinitis dan URTI

atau antara URTI dan bronchitis akut. Untuk membedakan bronchitis dan URTI akut,ada

pendapat bahwa jika dengan pemberian adbuterol batuk menjadi berkurang, diagnosis cenderung

kearah bronchitis akut. Pada dasarnya, infeksi virus pada system pernapasan hanya menyebabkan

gejala yang ringan. Namun,pada penderita yang mempunyai penyakit pernapasan yang lain

(asma,bronchitis kronik / CPOD). Infeksi virus dapat menyebabkan gejala yang berat,tidak

jarang penyakit influenza yang sering disebut salesma memberat menjadi pneumonia influenza.

a. Pengobatan dengan antifirus :

Obat-obatan yang tersedia adalah amantadine dan rimantadine serta inhibitor neuraminidase.

Amantadine dan rimantadine aktif melawan influenza tipe A dan tidak digunakan untuk

influenza tipe B. obat ini diberikan dalam 48 jam setelah onset penyakit. Pemberian secara

oral mempunyai efek samping berupa mual dan muntah. Obat yang tersedia dari golongan

amantadine adalah flumadine. Inhibitor neuraminidase ditujukan untuk melawan influenza

tipe A dan juga influenza tipe B. ada dua golongan yaitu zonamivir (relenza) dan oseltamivi

(tamiflu). Zonamivir diberikan secara per inhalasi sebelum gejala berlangsung selama 30 jam.

Sedangkan,oseltamivir diberikan per oral sebelum gejala mencapai 36 jam.

ASUHAN KEPERAWATAN

13
Pengkajian

1. Aktifitas dan istirahat

a. Gejala : kelelahan, kelemahan.

b. Tanda : takikardia, penurunan TD, dispnea dengan aktifitas.

2. Sirkulasi

a. Gejala : riwayat demmam rematik, penyakit jantung kongenial, CA paru, kanker payudara.

b. Tanda: takikardi, disritmia, edema, murmur aortik, mitral, stenosis/insufisiensi trikupid;

perubahan dalam murmur yang mendahului.

3. Eliminasi

a. Gejala : riwayat penyakit ginjal, penurunan frekuensi jumlah urine.

b. Tanda : urine pekat gelap.

4. Nyeri/ketidaknyamanan.

a. Gejala : nyeri pada dada (sedang sampai berat), diperberat oleh inspirasi, gerakan menelan,

berbaring : hilang dengan duduk, bersandar kedepan (perikarditis). Nyeri

dada/punggung/sendi (endokarditis).

b. Tanda : gelisah.

5. Pernapasan

a. Gejala : nafas pendek: nafas pendek kronis memburuk pada malam hari (miokarditis)

b. Tanda : dispnea, dispnea noktural, batuk, inspirasi mengi, takipnea, krekels, ronki,

pernapasan dangkal.

6. Keamanan

a. Gejala : riwayat infeksi virus, bakteri, jamur (miokarditis: trauma dada: penyakit

keganasan/iradiasi torakal.

14
b. Tanda : demam

Diagnosa keperawatan

1. Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi.

2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia.

3. Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.

4. Pola napas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru.

Intervensi

Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi

Tujuan : suhu tubuh normal berkisar antara 36 37,5 C

Intervensi:

a. Observasi tanda-tanda vital.

b. Anjurkan klien/keluarga untuk kompres pada kepala/aksila.

c. Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan dapat menyerap keringat seperti

pakaian dari bahan katun.

d. Atur sirkulasi udara.

e. Anjurkan klien untuk minum banyak 2000 2500 ml/hari.

f. Anjurkan klien istirahat di tempat tidur selama fase febris penyakit.

g. Kolaborasi dengan dokter:

Dalam pemberian terapi, obat antimikrobial:Antipiretika

Rasionalisasi:

a. Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan perkembangan perawatan selanjutnya.

b. Dengan memberikan kompres, maka akan terjadi proses konduksi/perpindahan panas dengan

bahan perantara.

15
c. Proses hilanganya panas akan terhalangi untuk pakaian yang tebal dan tidak akan menyerap

keringat.

d. Penyediaan udara bersih.

e. Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh meningkat.

f. Tirah baring untuk mengurangi metabolisme dan panas.

g. Untuk mengontrol infeksi pernafasan dan menurunkan panas

Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia

Tujuan:

a. Klien dapat mencapai BB yang direncanakan mengarah pada BB normal.

b. Klien dapat menoleransi diet yang dianjurkan.

c. Tidak menunjukkan tanda malnutrisi

Intervensi:

a. Kaji kebiasaan diet, input-output dan timbang BB setiap hari.

b. Berikan makan porsi kecil tapi sering dan dalam keadaan hangat.

c. Tingkatkan tirah baring.

d. Kolaborasi: konsultasi ke ahli gizi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan klien.

Rasionalisasi:

a. Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan BB dan evaluasi keadekuatan

rencana nutrisi.

b. Untuk menjamin nutrisi adekuat/meningkatkan kalori total.

c. Nafsu makan dapat dirangsang pada situasi rileks, bersih, dan menyenangkan.

16
d. Untuk mengurangi kebutuhan metabolik.

e. Metode makan dan kebutuhan kalori didasarkan pada situasi atau kebutuhan individu untuk

memberikan nutrisi maksimal.

Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil

Tujuan: Nyeri berkurang/terkontrol

Intervensi:

a. Teliti keluhan nyeri, catat intensitasnya (dengan skala 0 10 ), faktor yang memperburuk atau

meredakan nyeri, lokasi, lama, dan karakteristiknya.

b. Anjurkan klien untuk menghindari alergen/iritan terhadap debu, bahan kimia, asap rokkok,

dan mengistirahatkan/meminimalkan bicara bila suara serak.

c. Anjurkan untuk melakukan kumur air hangat.

d. Kolaborasi: berikan obat sesuai indikasi (steroid oral, IV, dan inhalasi, & analgesik)

Rasionalisasi:

a. Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan merupakan suatu hal yang amat

penting untuk memilih intervensi yang cocok dan untuk mengevaluasi keefektifan dari terapi

yang diberikan.

b. Mengurangi bertambahberatnya penyakit.

c. Peningkatan sirkulasi pada daerah tenggorokan serta mengurangi nyeri tenggorokan.

d. Kortikosteroid digunakan untuk mencegah reaksi alergi/menghambat pengeluaran histamin

dalam inflamasi pernafasan. Analgesik untuk mengurangi nyeri.

Risiko tinggi penularan infeksi b.d tidak kuatnya pertahanan sekunder (adanya infeksi penekanan

imun)

Tujuan: tidak terjadi penularan, tidak terjadi komplikasi

17
Intervensi:

a. Batasi pengunjung sesuai indikasi.

b. Jaga keseimbangan antara istirahat dan aktivitas.

c. Tutup mulut dan hidung jika hendak bersin.

d. Tingkatkan daya tahan tubuh, terutama anak dibawah usia 2 tahun, lansia, dan penderita

penyakit kronis. Konsumsi vitamin C, A dan mineral seng atau anti oksidan jika kondisi tubuh

menurun/asupan makanan berkurang.

e. Kolaborasi pemberian obat sesuai hasil kultur

Rasionalisasi:

a. Menurunkan potensi terpajan pada penyakit infeksius

b. Menurunkan konsumsi/kebutuhan keseimbangan O dan memperbaiki pertahanan klien

terhadap infeksi, meningkatkan penyembuhan.

c. Mencegah penyebaran patogen melalui cairan.

d. Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahanan terhadap infeksi.

e. Dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi dengan kultur dan sensitifitas
atau diberikan secara profilaktik karena risiko tinggi.

Diagnosa
No Tujuan Intervensi Implementasi Evaluasi
Keperawatan
1 Napas tidak Pola nafas Berikan posisi Membantu dalam Pola napas
efektif b.d kembali yang nyaman memberikan posisi klien
penurunan efektif dengan sekaligus dapat yang nyaman kembali
ekspansi paru kriteria: mengeluarkan sekaligus dapat efektif
usaha nafas sekret dengan mengeluarkan
kembali mudah. sekret dengan
normal dan

18
meningkatnya Ciptakan dan mudah.
suplai oksigen pertahankan jalan Menciptakan dan
ke paru-paru. nafas yang bebas. pertahankan jalan
Anjurkan pada nafas yang bebas.
keluarga untuk Menganjurkan pada
membawakan baju keluarga untuk
yang lebih longgar, membawakan baju
tipis serta menyerap yang lebih longgar,
keringat. tipis serta menyerap
Berikan O2 dan keringat.
nebulizer sesuai Membantu dalam
dengan instruksi pemberian O2 dan
dokter. nebulizer sesuai
Berikan obat sesuai dengan instruksi
dengan instruksi dokter.
dokter Membantu dalam
(bronchodilator) pemberian obat
sesuai dengan
Observasi tanda vit instruksi dokter
al,adanya cyanosis, (bronchodilator)
serta pola Mengobservasi
kedalaman dalam tanda vital, adanya
pernafasan. cyanosis, serta pola,
kedalaman dalam
pernafasan.

19
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Efusi perikardial maligna (malignant pericardial effusion) adalah penimbunan cairan dalam

vakum perikardial sebagai akibat dari proses keganasan ( Apabila jumlah cairan ini semakin

banyak sehingga mengganggu pengisian diastolik jantung dan menimbulkan gangguan

hemodinamik maka disebut sebagai temponade jantung.

Saran

Penulis berharap mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya serta

buku ini dapat menjadi referensi untuk pembuatan makalah selanjutnya.

20
Daftar Pustaka
Buku Ajar Bedah, Jonatan GS Wari,1995. Jakarta : penerbit Buku Kedokteran EGC.
Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemuka, Ethel Sloane,1995. Jakarta : penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Gawat Darurat Dibidang Penyakit Dalam, Prof. Dr. dr. I. Made Bakta, SpPD (KHOM).
1999. Jakarta : penerbit Buku Kedokteran EGC.
Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Pernafasan, Arif
Muttaqin,2009. Jakarta : penerbit Salemba Medika.
Rencana Asuhan Keperawatan, Marilynn E.Doengoes, et al, 1999. Jakarta : EGC.
http://endryjuliyanto.blogspot.com/2012/02/infeksi-saluran-pernafasan-akut-ispa.html
http://dokterkecil.wordpress.com/2011/03/31/ispa-infeksi-saluran-pernapasan-akut/
http://chapung-vierche.blogspot.com/2011/11/askep-ispa.html
http://sunuykayai.blogspot.com/2012/06/pengertian-ispa.html
http://ners-binahusada.blogspot.com/2011/12/askep-ispa-infeksi-saluran-pernafasan.html
http://naulicatsadeingesh.blogspot.com/2012/04/asuhan-keperawatan-pada-ispa-anak.html

21

Anda mungkin juga menyukai