Disusun oleh:
1. Alifa Fathiya Khairunisa
2. Diyah Mardhasanti
3. Inggit Ati Priyani
4. Megawati
2014
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan limpahan rahmat dan
hidayahnyalah sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul
Dokumentasi, tentunya dengan dibuatnya makalah ini kita dapat mengetahui tentang asuhan
keperawatan mengenai penyakit ISPA.
Kami menyadari bahwa sebagai manusia kami memiliki keterbatasan kemampuan, oleh karena
itu kami mengucapkan terima kasih dan memberikan penghargaan yang sebesar-besarnya apabila
teman-teman sekalian berkenan memberi saran demi perbaikan isi makalah ini sehingga dapat
mewujudkan suatu makalah Dokumentasi yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
pada saat ini dan keakuratan ilmu dokumentasi.
Akhir kata, kami mengharapkan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak serta menambah wacana pemikiran bagi kita semua.
Kelompok II
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam profesi keperawatan, dibutuhkan beberapa point penting untuk menjadi yang profesional.
Selain memiliki pengetahuan yang luas tentang keperawatan khususnya dokumentasi, diperlukan
sumber daya manusia yang mempunyai keterampilan yang memenuhi syarat. Maka dari itu,
untuk mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan dalam profesi keperawatan,
harus mempelajari ilmunya terlebih dahulu. Dalam makalah ini akan dimuat cara membuat
asuhan keperawatan tentang ISPA.
4
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
Menurut DepKes RI (1998) istilah ISPA mengandung 3 unsur yaitu infeksi, saluran
pernapasan dan akut. Pengertian atau batasan-batasan masing-masing unsure adalah sebagai
berikut :
a) Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ yang mulai dari hidung sehingga
alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah, dan pleura. Dengan
demikian ISPA secara anatomis mencakup saluran pernapasan bagian atas, saluran
pernapasan bagian bawah (termasuk jaringa-jaringan paru) dan organ adneksa saluran
pernapasan. Dengan batasan ini,maka jaringan paru termasuk dalam saluran pernapasan.
b) Yang dimaksud dengan infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14
hari (DepKes RI 1998:3 dan 4). Saluran pernapasan pada manusia adalah alat-alat tubuh
yang dipergunakan untuk bernapas yaitu mulai dari hidung, hulu kerongkongan,
yang berlangsung tidak lebih dari 14 hari (DepKes RI 1985 : 1). Dari beberapa pengertian
mengenai ISPA diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ISPA merupakan suatu
keadaan dimana kuman penyakit berhasil menyerang alat-alat tubuh yang di gunakan untuk
bernapas yaitu mulai dari hidung, hulu kerongkongan, tenggorokan, batang tenggorokan
5
1. Hidung
a. Bagian eksternal menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang hidung dan kartilago
b. Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi rongga hidung
kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang disebut septum.
c. Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung vaskular
d. Permukaan mukosa hidung dilapisi oleh sel-sel goblet yang mensekresi lendir secara terus
e. Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru-paru.
f. Hidung juga berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta menghangatkan
g. Hidung juga bertanggung jawab terhadap olfaktori (penghidu) karena reseptor olfaktori
terletak dalam mukosa hidung, dan fungsi ini berkurang sejalan dengan pertambahan usia
2. Faring
a. Faring atau tenggorok merupakan struktur seperti tuba yang menghubungkan hidung dan
b. Faring dibagi menjadi tiga region : nasal (nasofaring), oral (orofaring), dan laring
(laringofaring).
c. Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorius dan digestif
3. Laring
a. Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan
trakea.
6
b. Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas :
Epiglotis : daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring selama menelan.
Kartilago tiroid : kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini membentuk
Kartilago krikoid : satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring (terletak di
Kartilago aritenoid : digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago tiroid.
Pita suara : ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan bunyi suara (pita
Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi. Laring juga berfungsi
4. Trakea
Disebut juga batang tenggorok. Ujung trakea bercabang menjadi dua bronkus yang disebut
karina
1. Bronkus
Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri disebut bronkus lobaris kanan (3 lobus) dan bronkus
lobaris kiri (2 bronkus). Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus segmental dan
bronkus lobaris kiri terbagi menjadi 9 bronkus segmental. Bronkus segmentalis ini kemudian
terbagi lagi menjadi bronkus subsegmental yang dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki :
2. Bronkiolus
7
Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus. Bronkiolus mengadung kelenjar
submukosa yang memproduksi lendir yang membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi
3. Bronkiolus Terminalis
4. Bronkiolus respiratori
jalan udara pertukaran gas. Duktus alveolar dan Sakus alveolar. Bronkiolus respiratori
kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus alveolar dan kemudian menjadi
alveoli. Alveoli merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2. Terdapat sekitar 300 juta yang
jika bersatu membentuk satu lembar akan seluas 70 m2. Terdiri atas 3 tipe :
Sel-sel alveolar tipe II : sel yang aktif secara metabolik dan mensekresi surfaktan (suatu
fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps).
Sel-sel alveolar tipe III : adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagotosis dan bekerja
5. Paru
Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut terletak dalam rongga dada atau toraks. Kedua
paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah
besar. Setiap paru mempunyai apeks dan basis. Paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3
8
lobus oleh fisura interlobaris. Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus. Lobos-lobus
tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen bronkusnya.
6. Pleura
Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastic. Terbagi mejadi 2 :
Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura yang berfungsi untuk
memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama pernapasan, juga untuk mencegah
pemisahan toraks dengan paru-paru. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan
3. Etiologi
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis penyakit bakteri,virus, dan riketsia. Virus penyebab
Mikoplasma, Herpesvirus dan lain-lain (DepKes RI 1998 : 5). Penyebab ISPA meliputi virus,
bakteri dan jamur. Kebanyakan ISPA desebabkan oleh virus. Diagnosis yang termasuk dalam
keadaan ini adalah rhinitis, sinusitis, faringitis, tosilitis dan laryngitis. Terapi yang diberikan
penyakit ini biasanya pemberian antibiotic, walaupun kebanyakan ISPA disebabkan oleh virus
yang dapat sembuh dengan sendirinya tanpa pemberian obat-obatan terapeutik. Pemberian
antibiotic dapat mempercepat penyembuhan penyakit ini dibandingkan hanya pemberian obat-
obatan symptomatic, selain itu dengan pemberian antibiotic dapat mencegah terjadinya infeksi
lanjutan dari bacterial. Pemberian antibiotic ini harus diperhatikan dengan baik agar tidak terjadi
berkelanjutan dengan gejala dahak dan ingus yang sudah berwarna hijau,pemberian antibiotic
9
merupakan keharusan karena dengan gejala tersebut membuktikan sudah ada bakteri yang
terlibat.
Penyakit infeksi saluran pernapasan bagian atas dapat memberikan gejala klinik yang beragam
antara lain :
1. Gejala poriza (coryza syndrome) yaitu pengeluaran cairan (dischange) nasal yang
berlebihan bersin. Obstruksi nasal, mata berair konjungtivitis ringan. Sakit tenggorokan
(sore throat) rasa kering pada bagian posterior palantom mole dan uvula, sakit kepala,
malaise, nyeri otot, lesu serta rasa kedinginan (chilliness), demam jarang sekali terjadi.
2. Gejala faringeal, yaitu sakit tenggorokan yang ringan sampai berat. Peradangan pada
faring, tonsil dan pembesaran kelenjar adenoid yang dapat menyebabkan obstruksi
nasal,batuk sering terjadi, tetapi gejala coryza jarang. Gejala umum seperti rasa
kedinginan, malaise, rasa sakit diseluruh badan, sakit kepala, demam ringan, parau (hoar
senses).
3. Gejala faringokonjungtival yang merupakan varial dari gejala faringeal. Gejala faringeal
sering disusul oleh konjungtifis yang disertai foto fobia dan sring pula disertai rasa sakit
pada bola mata. Kadang-kadang konjungtifis ini timbul terlebih dahulu dan hilang setelah
seminggu sampai 2 minggu dan setelah gejala yang lain hilang,sering terjadi epidemic.
4. Gejala influenza yang dapat merupakan kondisi sakit yang berat. Demam, menggigil, lesu,
sakit kepala nyeri otot menyeluruh, malaise dan anoreksia yang timbul tiba-tiba, batuk,
sakit tenggorokan dan nyeri retrosternal. Keadaan ini dapat menjadi berat. Dapat terjadi
10
5. Gejala herpangina yang sering menyerang anak-anak yaitu sakit beberapa hari yang
disebabkan oleh virus coxsackie A. sering menimbulkan vasikel faringeal, oral dan
6. Gejala obstruksi laringotrakeobronkitis akut (croup), yaitu suatu kondisi serius yang
mengenai anak-anak ditandai batuk, dispnea, stidor inspirasi yang sring disertai sianosis.
5. Patofisiologi
Terjadinya infeksi antar bakteri dan flora normal disaluran napas. Infeksi oleh bakteri, virus,dan
jamur dapat merubah pila kolonisasi bakteri. Timbul mekanisme pertahanan pada jalan napas
seperti filtrasi udara inspirasi di ringga hidung,refleksi batuk, refleksi epiglotis, pembersihan
mukosilier dan pagositosis karena menurunnya daya tahan tubuh penderita maka bakteri
pathogen dapat melewati mekanisme system pertahanan tersebut akibatnya terjadi invasi
6. Penatalaksanaan Medis
1. Imunisasi
Program nasional untuk menggalangi bahaya influenza pada beberapa negara maju
mnekankan bahwa golongan yang perlu mendapat imunisasi adalah semua penduduk yang
berumur 65 tahun keatas : penderita penyakit pernapasan kronis, penderita penyakit jantung,
penderita penyakit ginjal dan pada penderita Diabetes Melitus : orang yang menurun
kekebalan tubuhnya, orang yang tinggal didalam komunitas tertutup dalam waktu yang lama
(asrama,barak).
2. Pemeriksaan Diagnostik
11
Pengkajian terutama pada jalan nafas: Fokus utama pada pengkajian pernafasan ini adalah
2. Kedalaman, nafas normal, dangkal atau terlalu dalam yang biasanya dapat kita amati
3. Usaha, kontinyu, terputus-putus, atau tiba-tiba berhenti disertai dengan adanya bersin.
5. Observasi lainya adalah terjadinya infeksi yang biasanya ditandai dengan peningkatan suhu
tubuh, adanya batuk, suara nafas wheezing. Bisa juga didapati adanya cyanosis, nyeri pada
3. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan kuman (+)
2. Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai dengan
4. Pengobatan
Penyakit infeksi saluran pernapasan bagian atas yang dsebabkan oleh virus tidak memerlukan
terapi specific, hanya infeksi sekunder oleh bakteri yang mempengaruhinya yang memerlukan
antibiotic. URTI biasanya berupa penyakit ringan yang dapat sembuh sendiri. penyebabnya
biasanya rhinovirus, coronavirus dan virus influenza. Banyak yang memberikan pengobatan
antibiotic pada URTI dengan dasar hanya untuk menyenangkan pasien dan berdasarkan
12
pembenaran bahwa antibiotic dapat mencegah komplikasi. Pemberian antibiotic pada situasi
Salesma atau Common cold sering dianggap sebagai masalah yang tidak berar ti, namun jika
dipandang dari sudut pandang ekonomi kesehatan,penyakit ini merupakan masalah yang
Dalam menegakan diagnosis URTI sering terjadi tumpang tindih antara gejala rhinitis dan URTI
atau antara URTI dan bronchitis akut. Untuk membedakan bronchitis dan URTI akut,ada
pendapat bahwa jika dengan pemberian adbuterol batuk menjadi berkurang, diagnosis cenderung
kearah bronchitis akut. Pada dasarnya, infeksi virus pada system pernapasan hanya menyebabkan
gejala yang ringan. Namun,pada penderita yang mempunyai penyakit pernapasan yang lain
(asma,bronchitis kronik / CPOD). Infeksi virus dapat menyebabkan gejala yang berat,tidak
jarang penyakit influenza yang sering disebut salesma memberat menjadi pneumonia influenza.
Obat-obatan yang tersedia adalah amantadine dan rimantadine serta inhibitor neuraminidase.
Amantadine dan rimantadine aktif melawan influenza tipe A dan tidak digunakan untuk
influenza tipe B. obat ini diberikan dalam 48 jam setelah onset penyakit. Pemberian secara
oral mempunyai efek samping berupa mual dan muntah. Obat yang tersedia dari golongan
tipe A dan juga influenza tipe B. ada dua golongan yaitu zonamivir (relenza) dan oseltamivi
(tamiflu). Zonamivir diberikan secara per inhalasi sebelum gejala berlangsung selama 30 jam.
ASUHAN KEPERAWATAN
13
Pengkajian
2. Sirkulasi
a. Gejala : riwayat demmam rematik, penyakit jantung kongenial, CA paru, kanker payudara.
3. Eliminasi
4. Nyeri/ketidaknyamanan.
a. Gejala : nyeri pada dada (sedang sampai berat), diperberat oleh inspirasi, gerakan menelan,
dada/punggung/sendi (endokarditis).
b. Tanda : gelisah.
5. Pernapasan
a. Gejala : nafas pendek: nafas pendek kronis memburuk pada malam hari (miokarditis)
b. Tanda : dispnea, dispnea noktural, batuk, inspirasi mengi, takipnea, krekels, ronki,
pernapasan dangkal.
6. Keamanan
a. Gejala : riwayat infeksi virus, bakteri, jamur (miokarditis: trauma dada: penyakit
keganasan/iradiasi torakal.
14
b. Tanda : demam
Diagnosa keperawatan
3. Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.
Intervensi
Intervensi:
c. Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan dapat menyerap keringat seperti
Rasionalisasi:
a. Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan perkembangan perawatan selanjutnya.
b. Dengan memberikan kompres, maka akan terjadi proses konduksi/perpindahan panas dengan
bahan perantara.
15
c. Proses hilanganya panas akan terhalangi untuk pakaian yang tebal dan tidak akan menyerap
keringat.
Tujuan:
Intervensi:
b. Berikan makan porsi kecil tapi sering dan dalam keadaan hangat.
d. Kolaborasi: konsultasi ke ahli gizi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan klien.
Rasionalisasi:
a. Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan BB dan evaluasi keadekuatan
rencana nutrisi.
c. Nafsu makan dapat dirangsang pada situasi rileks, bersih, dan menyenangkan.
16
d. Untuk mengurangi kebutuhan metabolik.
e. Metode makan dan kebutuhan kalori didasarkan pada situasi atau kebutuhan individu untuk
Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil
Intervensi:
a. Teliti keluhan nyeri, catat intensitasnya (dengan skala 0 10 ), faktor yang memperburuk atau
b. Anjurkan klien untuk menghindari alergen/iritan terhadap debu, bahan kimia, asap rokkok,
d. Kolaborasi: berikan obat sesuai indikasi (steroid oral, IV, dan inhalasi, & analgesik)
Rasionalisasi:
a. Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan merupakan suatu hal yang amat
penting untuk memilih intervensi yang cocok dan untuk mengevaluasi keefektifan dari terapi
yang diberikan.
Risiko tinggi penularan infeksi b.d tidak kuatnya pertahanan sekunder (adanya infeksi penekanan
imun)
17
Intervensi:
d. Tingkatkan daya tahan tubuh, terutama anak dibawah usia 2 tahun, lansia, dan penderita
penyakit kronis. Konsumsi vitamin C, A dan mineral seng atau anti oksidan jika kondisi tubuh
Rasionalisasi:
d. Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahanan terhadap infeksi.
e. Dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi dengan kultur dan sensitifitas
atau diberikan secara profilaktik karena risiko tinggi.
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Implementasi Evaluasi
Keperawatan
1 Napas tidak Pola nafas Berikan posisi Membantu dalam Pola napas
efektif b.d kembali yang nyaman memberikan posisi klien
penurunan efektif dengan sekaligus dapat yang nyaman kembali
ekspansi paru kriteria: mengeluarkan sekaligus dapat efektif
usaha nafas sekret dengan mengeluarkan
kembali mudah. sekret dengan
normal dan
18
meningkatnya Ciptakan dan mudah.
suplai oksigen pertahankan jalan Menciptakan dan
ke paru-paru. nafas yang bebas. pertahankan jalan
Anjurkan pada nafas yang bebas.
keluarga untuk Menganjurkan pada
membawakan baju keluarga untuk
yang lebih longgar, membawakan baju
tipis serta menyerap yang lebih longgar,
keringat. tipis serta menyerap
Berikan O2 dan keringat.
nebulizer sesuai Membantu dalam
dengan instruksi pemberian O2 dan
dokter. nebulizer sesuai
Berikan obat sesuai dengan instruksi
dengan instruksi dokter.
dokter Membantu dalam
(bronchodilator) pemberian obat
sesuai dengan
Observasi tanda vit instruksi dokter
al,adanya cyanosis, (bronchodilator)
serta pola Mengobservasi
kedalaman dalam tanda vital, adanya
pernafasan. cyanosis, serta pola,
kedalaman dalam
pernafasan.
19
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Efusi perikardial maligna (malignant pericardial effusion) adalah penimbunan cairan dalam
vakum perikardial sebagai akibat dari proses keganasan ( Apabila jumlah cairan ini semakin
Saran
Penulis berharap mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya serta
20
Daftar Pustaka
Buku Ajar Bedah, Jonatan GS Wari,1995. Jakarta : penerbit Buku Kedokteran EGC.
Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemuka, Ethel Sloane,1995. Jakarta : penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Gawat Darurat Dibidang Penyakit Dalam, Prof. Dr. dr. I. Made Bakta, SpPD (KHOM).
1999. Jakarta : penerbit Buku Kedokteran EGC.
Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Pernafasan, Arif
Muttaqin,2009. Jakarta : penerbit Salemba Medika.
Rencana Asuhan Keperawatan, Marilynn E.Doengoes, et al, 1999. Jakarta : EGC.
http://endryjuliyanto.blogspot.com/2012/02/infeksi-saluran-pernafasan-akut-ispa.html
http://dokterkecil.wordpress.com/2011/03/31/ispa-infeksi-saluran-pernapasan-akut/
http://chapung-vierche.blogspot.com/2011/11/askep-ispa.html
http://sunuykayai.blogspot.com/2012/06/pengertian-ispa.html
http://ners-binahusada.blogspot.com/2011/12/askep-ispa-infeksi-saluran-pernafasan.html
http://naulicatsadeingesh.blogspot.com/2012/04/asuhan-keperawatan-pada-ispa-anak.html
21