Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL NAFAS

KEPERAWATAN KRITIS

Dosen Pembimbing :
Purbianto, M. Kep., Sp. KMB

Disusun Oleh :
Kelompok 3
Tingkat 3 Reguler 3
1. NABILA SHAFIRA (1814401112)
2. DINI NOVITRI (1814401117)
3. TAHSYA RIA SHAFIRA (1814401133)
4. ZAQIA KHOIRUNISA (1814401122)
5. FATHUL MUIN AMIR (1814401138)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
PRODI DIII KEPERAWATAN
TA. 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas anugerah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah dari mata kuliah Keperawatan
Kritis ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Gagal Nafas”.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini selain untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan oleh dosen pengajar, juga untuk lebih memperluas pengetahuan para
mahasiswa khususnya penulis.
Penulis telah berusaha untuk dapat menyusun makalah ini dengan baik, namun
penulis menyadari bahwa memiliki keterbatasan dan kekurangan sebagai manusia biasa. Oleh
karena itu, jika didapati adanya kesalahan-kesalahan baik dari segi teknik penulisan maupun
dari isi makalah, maka penulis memohon maaf dan kritik serta saran dari Dosen pengajar
bahkan semua pembaca sangat diharapkan oleh penulis untuk dapat menyempurnakan
makalah ini terlebih juga dalam pengetahuan kita bersama. Harapan ini dapat bermanfaat
bagi kita sekalian. Terimakasih.

Bandar Lampung, 13 Agustus 2020

Kelompok 7

DAFTAR ISI

ii
HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan ..................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 3


A. Pengertian ............................................................................................................... 3
B. Anatomi Sistem Pernapasan ................................................................................... 3
C. Fisiologi Sistem Pernapasan ................................................................................... 6
D. Patofisiologi ............................................................................................................ 7
E. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pernapasan .................................................. 8
F. Penyebab Gagal Napas ........................................................................................... 10
G. Pathways ................................................................................................................. 14
H. Tanda dan Gejala .................................................................................................... 14
I. Komplikasi .............................................................................................................. 15

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS ....................................................... 16

BAB IV PENUTUP ........................................................................................................... 22


A. Kesimpulan ............................................................................................................. 22
B. Saran ....................................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 23

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gagal nafas adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk
mempertahankan oksigenasi darah normal (PaO2), eliminasi karbon dioksida
(PaCO2) dan pH yang adekuat disebabkanoleh masalah ventilasi difusi atau perfusi
(Susan Martin T, 1997 ).
Gagal nafas adalah kegagalan sistem pernafasan untuk mempertahankan
pertukaran oksigen dankarbondioksida dalam jumlah yangdapat mengakibatkan
gangguan pada kehidupan (RS Jantung “Harapan Kita”, 2001).
Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap karbondioksida
dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju komsumsioksigen dan pembentukan
karbon dioksida dalam sel-sel tubuh. Sehingga menyebabkan tegangan oksigen
kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia) dan peningkatan tekanan karbondioksida lebih
besar dari 45 mmHg (hiperkapnia). (Brunner & Sudarth, 2001).

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu gagal napas?
2. Sebutkan dan jelaskan anatomi dan fisiologi sistem pernapasan!
3. Sebutkan penyebab terjadinya gagal napas!
4. Jelaskan patofisiologi gagal napas!
5. Sebutkan tanda dan gejala gagal napas!
6. Sebutkan dan jelaskan komplikasi pada gagal napas!
7. Bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan yang baik pada pasien gagal
napas?

C. Tujuan
 Tujuan Umum :
Mahasiswa keperawatan mampu memahami konsep teoritis gagal napas dan
dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkaitan dengan gagal napas
dengan baik.

1
 Tujuan Khusus :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian gagal napas.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi dan fisiologi sistem pernapasan.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi gagal napas.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi gagal napas.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan tanda dan gejala gagal napas.
6. Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi gagal napas.
7. Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan yang baik pada pasien.

2
BAB II
PEMBAHASAN

I. KONSEP TEORITIS KEPERAWATAN GAGAL NAPAS


A. Pengertian
Kegagalan pernafasan adalah pertukaran gas yang tidak adekuat sehingga
terjadi hipoksia, hiperkapnia (peningkatan konsentrasi karbon dioksida arteri), dan
asidosis.
Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau
seluruh proses ventilasi untuk mempetahankan oksigenasi.
Gagal nafas adalah kegagalan system pernafasan untuk mempertahankan
pertukaran O2 dan CO2 dalam tubuh yang dapat mengakibatkan gangguan pada
kehidupan (Heri Rokhaeni, dkk, 2001).

B. Anatomi Sistem Pernapasan


a. Saluran Nafas Atas
1. Hidung
Terdiri atas bagian eksternal dan internal Bagian eksternal menonjol
dari wajah dan disangga oleh tulang hidung dan kartilago Bagian internal
hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi rongga hidung
kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang disebut septum
Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak
mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung.
Permukaan mukosa hidung dilapisi oleh sel-sel goblet yang
mensekresi lendir secara terus menerus dan bergerak ke belakang ke
nasofaring oleh gerakan silia. Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara
mengalir ke dan dari paru-paru.
Hidung juga berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan
sertamenghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru-paru• Hidung juga
bertanggung jawab terhadap olfaktori (penghidu) karena reseptor olfaktori
terletak dalam mukosa hidung, dan fungsi ini berkurang sejalan dengan
pertambahan usia.
2. Faring

3
Faring atau tenggorok merupakan struktur seperti tuba yang
menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring• Faring dibagi menjadi
tiga region : nasal (nasofaring), oral (orofaring), dan laring (laringofaring)•
Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorius
dan digestif.
3. Laring
Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang
menghubungkan faring dan trakea. Laring sering disebut sebagai kotak suara
dan terdiri atas :
 Epiglotis : daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring
selama menelan.
 Glotis : ostium antara pita suara dalam laring.
 Kartilago tiroid : kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago
ini membentuk jakun (Adam's apple).
 Kartilago krikoid : satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam
laring (terletak di bawah kartilago tiroid).
 Kartilago aritenoid : digunakan dalam gerakan pita suara dengan
kartilago tiroid.
 Pita suara : ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan
bunyi suara (pita suara melekat pada lumen laring).
Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya
vokalisasi. Laring juga berfungsi melindungi jalan nafas bawah dari
obstruksi benda asing dan memudahkan batu.
4. Trakea
Disebut juga batang tenggorok. Ujung trakea bercabang menjadi dua
bronkus yang disebut karina.

b. Saluran Nafas Bawah


1. Bronkus
Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri. Disebut bronkus lobaris
kanan (3 lobus) dan bronkus lobaris kiri (2 bronkus). Bronkus lobaris kanan
terbagi menjadi 10 bronkus segmental dan bronkus lobaris kiri terbagi
menjadi 9 bronkus segmental. Bronkus segmentalis ini kemudian terbagi lagi

4
menjadi bronkus subsegmental yang dikelilingi oleh jaringan ikat yang
memiliki : arteri, limfatik dan saraf.
2. Bronkiolus
Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus.
Bronkiolus mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang
membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan napas
3. Bronkiolus Terminalis
Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis
(yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia).
4. Bronkiolus Respiratori
Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori.
Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara jalan
napas konduksi dan jalan udara pertukaran gas.
5. Duktus Alveolar dan Sakus alveolar
Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar
dan sakus alveolar dan kemudian menjadi alveoli.
6. Alveoli
Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2. Terdapat sekitar 300 juta
yang jika bersatu membentuk satu lembar akan seluas 70 m2. Terdiri atas 3
tipe :
- Sel-sel alveolar tipe I : adalah sel epitel yang membentuk dinding alveoli.
- Sel-sel alveolar tipe II : adalah sel yang aktif secara metabolik dan
mensekresi surfaktan (suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan
mencegah alveolar agar tidak kolaps).
- Sel-sel alveolar tipe III : adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagotosis
dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan.
7. Paru
Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut. Terletak dalam
rongga dada atau toraks. Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral
yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar. Setiap paru
mempunyai apeks dan basis. Paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3
lobus oleh fisura interlobaris. Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2
lobus. Lobos-lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai
dengan segmen bronkusnya.

5
8. Pleura
Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan
elastis. Terbagi mejadi 2 yaitu pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga
dada dan pleura viseralis yaitu yang menyelubingi setiap paru-paru.
Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura
yang berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama
pernapasan, juga untuk mencegah pemisahan toraks dengan paru-paru.
Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, hal
ini untuk mencegah kolap paru-paru.

C. Fisiologi Sistem Pernapasan


Bernafas / pernafasan merupkan proses pertukaran udara diantara individu dan
lingkungannya dimana O2 yang dihirup (inspirasi) dan CO2 yang dibuang (ekspirasi).
Proses bernafas terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1. Ventilasi yaitu masuk dan keluarnya udara atmosfir dari alveolus ke paru-paru
atau sebaliknya. Proses keluar masuknya udara paru-paru tergantung pada
perbedaan tekanan antara udara atmosfir dengan alveoli. Pada inspirasi, dada
,mengembang, diafragma turun dan volume paru bertambah. Sedangkan ekspirasi
merupakan gerakan pasif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ventilasi :
a. Tekanan udara atmosfir
b. Jalan nafas yang bersih
c. Pengembangan paru yang adekuat
2. Difusi yaitu pertukaran gas-gas (oksigen dan karbondioksida) antara alveolus dan
kapiler paru-paru. Proses keluar masuknya udara yaitu dari darah yang
bertekanan/konsentrasi lebih besar ke darah dengan tekanan/konsentrasi yang lebih
rendah. Karena dinding alveoli sangat tipis dan dikelilingi oleh jaringan pembuluh
darah kapiler yang sangat rapat, membran ini kadang disebut membran respirasi.
Perbedaan tekanan pada gas-gas yang terdapat pada masing-masing sisi membran
respirasi sangat mempengaruhi proses difusi. Secara normal gradien tekanan
oksigen antara alveoli dan darah yang memasuki kapiler pulmonal sekitar 40
mmHg. Faktor-faktor yang mempengaruhi difusi :
a. Luas permukaan paru.
b. Tebal membran respiras

6
c. Jumlah darah
d. Keadaan/jumlah kapiler darah
e. Afinitas
f. Waktu adanya udara di alveoli.
3. Transpor yaitu pengangkutan oksigen melalui darah ke sel-sel jaringan tubuh dan
sebaliknya karbondioksida dari jaringan tubuh ke kapiler.Oksigen perlu
ditransportasikan dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida harus
ditransportasikan dari jaringan kembali ke paru-paru. Secara normal 97 % oksigen
akan berikatan dengan hemoglobin di dalam sel darah merah dan dibawa ke
jaringan sebagai oksihemoglobin. Sisanya 3 % ditransportasikan ke dalam cairan
plasma dan sel-sel.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transportasi :
a. Curah jantung (cardiac Output / CO)
b. Jumlah sel darah merah
c. Hematokrit darah
d. Latihan (exercise)

D. Patofisiologi
Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik
dimana masing masing mempunyai pengertian yang bebrbeda.
Gagal nafas akut adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang
parunyanormal secara struktural maupun fungsional sebelum awitan penyakit timbul.
Sedangkan gagal nafas kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit paru
kronik seperti bronkitis kronik, emfisema dan penyakit paru hitam (penyakit
penambang batubara).Pasien mengalalmi toleransi terhadap hipoksia dan hiperkapnia
yang memburuk secara bertahap. Setelah gagal nafas akut biasanya paru-paru kembali
kekeasaan asalnya. Pada gagal nafas kronik struktur paru alami kerusakan yang
ireversibel.
Indikator gagal nafas telah frekuensi pernafasan dan kapasitas vital, frekuensi
penapasan normal ialah 16-20 x/mnt. Bila lebih dari 20x/menit tindakan yang
dilakukan memberi bantuan ventilator karena “kerja pernafasan” menjadi tinggi
sehingga timbul kelelahan. Kapasitasvital adalah ukuran ventilasi (normal 10-20
ml/kg).

7
Gagal nafas penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak adekuat dimana
terjadi obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan yang mengendalikan pernapasan
terletak di bawah batang otak (pons dan medulla). Pada kasus pasien dengan anestesi,
cidera kepala, stroke, tumor otak, ensefalitis, meningitis, hipoksia dan hiperkapnia
mempunyai kemampuan menekan pusat pernafasan. Sehingga pernafasan menjadi
lambat dan dangkal. Pada periode postoperatif dengan anestesi bisa terjadi pernafasan
tidak adekuat karena terdapat agen menekan pernafasan denganefek yang
dikeluarkanatau dengan meningkatkan efek dari analgetik opiood. Pnemonia atau
dengan penyakit paru-paru dapat mengarah ke gagal nafas akut.
Pada pernafasan spontan inspirasi terjadi karena diafragma dan otot
intercostalis berkontraksi, rongga dada mengembang dan terjadi tekanan negatif
sehingga aliran udara masuk ke paru, sedangkan fase ekspirasi berjalan secara pasif.
Pada pernafasan dengan ventilasi mekanik, ventilator mengirimkan udara
dengan memompakan ke paru pasien, sehingga tekanan selama inspirasi adalah positif
dan menyebabkan tekanan intra thorakal meningkat. Pada akhir inspirasi tekanan
dalam rongga thoraks paling positif.

E. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pernapasan


Faktor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi adalah :
1. Tahap Perkembangan
Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang
sebelumnya berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan
jalan nafas yang pendek. Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa kanak-
kanak, diameter dari depan ke belakang berkurang dengan proporsi terhadap
diameter transversal. Pada orang dewasa thorak diasumsikan berbentuk oval. Pada
lanjut usia juga terjadi perubahan pada bentuk thorak dan pola napas.
2. Lingkungan
Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi. Makin
tinggi daratan, makin rendah PaO2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup
individu. Sebagai akibatnya individu pada daerah ketinggian memiliki laju
pernapasan dan jantung yang meningkat, juga kedalaman pernapasan yang
meningkat.
Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi,
sehingga darah akan mengalir ke kulit. Meningkatnya jumlah panas yang hilang

8
dari permukaan tubuh akan mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga
kebutuhan oksigen juga akan meningkat. Pada lingkungan yang dingin sebaliknya
terjadi kontriksi pembuluh darah perifer, akibatnya meningkatkan tekanan darah
yang akan menurunkan kegiatan-kegiatan jantung sehingga mengurangi
kebutuhan akan oksigen.
3. Gaya Hidup
Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan
dan denyut jantung, demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Merokok dan
pekerjaan tertentu pada tempat yang berdebu dapat menjadi predisposisi penyakit
paru.
4. Status Kesehatan
Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat
menyediakan oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi
penyakit pada sistem kardiovaskuler kadang berakibat pada terganggunya
pengiriman oksigen ke sel-sel tubuh. Selain itu penyakit-penyakit pada sistem
pernapasan dapat mempunyai efek sebaliknya terhadap oksigen darah. Salah satu
contoh kondisi kardiovaskuler yang mempengaruhi oksigen adalah anemia, karena
hemoglobin berfungsi membawa oksigen dan karbondioksida maka anemia dapat
mempengaruhi transportasi gas-gas tersebut ke dan dari sel.
5. Narkotika
Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam
pernapasan ketika depresi pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila
memberikan obat-obat narkotik analgetik, perawat harus memantau laju dan
kedalaman pernapasan.
6. Perubahan Gangguan Pada Fungsi Pernapasan
Fungsi pernapasan dapat terganggu oleh kondisi-kondisi yang dapat
mempengarhi pernapasan yaitu :
a. Pergerakan udara ke dalam atau keluar paru.
b. Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru.
Transpor oksigen dan transpor dioksida melalui darah ke dan dari sel
jaringan. Gangguan pada respirasi yaitu hipoksia, perubahan pola napas dan
obstruksi sebagian jalan napas.
Hipoksia yaitu suatu kondisi ketika ketidakcukupan oksigen di dalam
tubuh yang diinspirasi sampai jaringan. Hal ini dapat berhubungan dengan

9
ventilasi, difusi gas atau transpor gas oleh darah yang dapat disebabkan oleh
kondisi yang dapat merubah satu atau lebih bagian-bagian dari proses respirasi.
Penyebab lain hipoksia adalah hipoventilasi alveolar yang tidak adekuat
sehubungan dengan menurunnya tidal volume, sehingga karbondioksida kadang
berakumulasi didalam darah.
Sianosis dapat ditandai dengan warna kebiruan pada kulit, dasar kuku dan
membran mukosa yang disebabkan oleh kekurangan kadar oksigen dalam
hemoglobin. Oksigenasi yang adekuat sangat penting untuk fungsi serebral.
Korteks serebral dapat mentoleransi hipoksia hanya selama 3 - 5 menit sebelum
terjadi kerusakan permanen. Wajah orang hipoksia akut biasanya terlihat cemas,
lelah dan pucat.
7. Perubahan Pola Napas
Pernapasan yang normal dilakukan tanpa usaha dan pernapasan ini sama
jaraknya dan sedikit perbedaan kedalamannya. Bernapas yang sulit disebut
dyspnoe (sesak). Kadang-kadang terdapat napas cuping hidung karena usaha
inspirasi yang meningkat, denyut jantung meningkat. Orthopneo yaitu
ketidakmampuan untuk bernapas kecuali pada posisi duduk dan berdiri seperti
pada penderita asma.
8. Obstruksi Jalan Napas
Obstruksi jalan napas lengkap atau sebagaian dapat terjadi di sepanjang
saluran pernapasan di sebelah atas atau bawah. Obstruksi jalan napas bagian atas
meliputi : hidung, pharing, laring atau trakhea, dapat terjadi karena adanya benda
asing seperti makanan, karena lidah yang jatuh kebelakang (otrhopharing) bila
individu tidak sadar atau bila sekresi menumpuk disaluran napas.
Obstruksi jalan napas di bagian bawah melibatkan oklusi sebagian atau
lengkap dari saluran napas ke bronkhus dan paru-paru. Mempertahankan jalan
napas yang terbuka merupakan intervensi keperawatan yang kadang-kadang
membutuhkan tindakan yang tepat. Obstruksi sebagian jalan napas ditandai
dengan adanya suara mengorok selama inhalasi (inspirasi).

F. Penyebab Gagal Nafas


1. Penyebab Sentral
a. Trauma kepala : contusio cerebri
b. Radang otak : encephalitis

10
c. Gangguan vaskuler : perdarahan otak , infark otak
d. Obat-obatan : narkotika, anestesi
2. Penyebab Perifer
a. Kelainan neuromuskuler : GBS, tetanus, trauma cervical, muscle relaxans
b. Kelainan jalan nafas : obstruksi jalan nafas, asma bronchiale
c. Kelainan di paru : edema paru, atelektasis, ARDS
d. Kelainan tulang iga/thoraks: fraktur costae, pneumo thorax, haematothoraks
e. Kelainan jantung : kegagalan jantung kiri
f. Kerusakan atau depresi pada system saraf pengontrol pernafasan :
g. Luka di kepala
h. Perdarahan / trombus di serebral
i. Obat yang menekan pernafasan
j. Gangguan muskular yang disebabkan
k. Tetanus
l. Obat-obatan
m. Kelainan neurologis primer. Penyakit pada saraf seperti medula spinalis, otot-
otot pernafasan atau pertemuan neuromuskular yang terjadi pada pernafasa
sehingga mempengaruhi ventilasi.
n. Efusi pleura, hemathorak, pneumothorak Kondisi ini dapat mengganggu dalam
ekspansi paru.
o. Trauma. Kecelakaan yang mengakibatkan cedera kepala, ketidaksadaran dan
perdarahan hidung, mulut dapat mengarah pada obstruksi jalan nafas dan
depresi pernafasan.
p. Penyakit akut paru. Pneumonia yang disebabkan bakteri dan virus, asma
bronchiale, atelektasis, embolisme paru dan edema paru.
3. Faktor Predisposisi
Terjadinya gagal nafas pada bayi dan anak dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
berbeda dengan orang dewasa, yaitu :
a. Struktur anatomi
 Dinding dada
Dinding dada pada bayi dan anak masih lunak disertai insersi
tulang iga yang kurang kokoh, letak iga lebih horisontal dan pertumbahan
otot interkostal yang belum sempurna, menyebabkan pergerakan dinding
dada terbatas.

11
 Saluran pernapasan
Pada bayi dan anak relatif lebih besar dibandingkan dengan
dewasa.Besar trakea neonatus 1/3 dewasa dan diameter bronkiolus ½
dewasa, sedangkan ukuran tubuh dewasa 20 kali neonatus. Akan tetapi bila
terjadi sumbatan atau pembengkakan 1 mm saja, pada bayi akan
menurunkan luas saluran pernafasan 75 %. 
 Alveoli
Jaringan elastis pada septum alveoli merupakan ‘elastic recoil’
untuk mempertahankan alveoli tetap terbuka. Pada neonatus alveoli relatif
lebih besar dan mudah kolaps. Dengan makin besarnya bayi, jumlah
alveoli akan bertambah sehingga akan menambah ‘ elastic recoil’.
b. Kerentangan terhadap infeksi
Bayi kecil mudah terkena infeksi berat seperti pneumonia, pada anak
kerentangan terhadap infeksi traktus respiratorius merupakan faktor
predisposisi gagal nafas.
c. Kelainan konginetal
Kelainan ini dapat mengenai semua bagian sistem pernafasan atau
organ lain yang berhubungan dengan alat pernafasan.
d. Faktor fisiologis dan metabolik
Kebutuhan oksigen dan tahanan jalan nafas pada bayi lebih besar
daripada dewasa. Bila terjadi infeksi, metabolisme akan meningkat
mengakibatkan kebutuhan oksigen meningkat. Kebutuhan oksigen tersebut di
capai dengan menaikkan usaha pernafasan, dengan akibat pertama adalah
kehilangan kalori dan air; Kedua dibutuhkan kontraksi otot pernafasan yang
sempurna. Karena pada bayi dan anak kadar glikogen rendah, maka dengan
cepat akan terjadi penimbunan asam organik sebagai hasil metabolisme
anaerob akibatnya terjadi asidosis.
e. Sebab gagal nafas
Jenis penyakit penyebab gagal nafas pada bayi / anak
Penyebab Bayi / Anak
Jalan nafas bagian atas :
Faring Makroglosis
Hipertropi tonsil

12
Laring Laringotrakeobronkitis
Epiglotis akut
Laringitis difterika
Edema/stenosis pasca intubasi

Trakea Benda asing

Jalan nafas bagian bawah

Bronkus/bronkiolus Bronkiolitis
Status asmatikus

 Alveoli Pneumonia
Kelainan jantung bawaan
Trauma
Luka bakar

 Kompresi pulmonal Pneumonia


Trauma dada

Susunan saraf Trauma


Ensefalitis
Takaran obat berlebihan
Status epileptikus
Sindrom Guillain-Barre
Dikutip dari Brown dan Fisk, Anesthesia for Children, Intensive Care
aspeect, Blackwell Scientific Publ (1979).

G. Pathways

13
H. Tanda dan Gejala
Tanda :
a. Gagal nafas total
1. Aliran udara di mulut, hidung tidak terdengar / dirasakan
2. Pada gerakan nafas spontan terlihat retraksi supra klavikula dan sela iga
serta tidak ada pengemabngan dada pada inspirasi
b. Gagal nafas partial
1. Terdengar suara nafas tambahan gargling, snoring, growing dan wheezing.
2. Ada retraksi dada.
Gejala :

14
a. Hiperkapnia yaitu peningkatan kadar CO2 dalam tubuh lebih dari 45 mmHg.
b. Hipoksemia terjadi takikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis atau PO2
menurun.

I. Komplikasi
 Kerusakan Paru-Paru 
Salah satu organ yang hampir pasti akan mengalami kerusakan akibat gagal
napas adalah paru-paru. Kondisi ini bisa menyebabkan kerusakan pada organ tersebut,
misalnya muncul emboli maupun fibrosis paru, penyumbatan pembuluh paru, hingga
penebalan jaringan.
 Kerusakan Jantung 
Selain paru-paru, organ jantung juga rentan mengalami kerusakan saat
seseorang mengalami gagal napas. Kondisi ini bisa menyebabkan terjadinya gangguan
pada irama jantung. Dalam kondisi yang lebih parah, gagal napas juga bisa
menyebabkan serangan jantung serta penyakit gagal jantung. 
 Kerusakan Ginjal 
Gagal napas bisa berkembang dan menyebabkan kerusakan pada ginjal.
Kondisi ini bisa memicu terjadinya penyakit gagal ginjal akut. Kalau ini yang terjadi,
fungsi ginjal akan mengalami gangguan terutama pada keseimbangan elektrolit dan
keseimbangan asam-basa
 Masalah Pencernaan 
Masalah pada pencernaan juga bisa dialami pengidap gagal napas. Kondisi ini
menyebabkan terjadinya pendarahan serta gangguan pada usus dan lambung. 
 Kerusakan Otak 
Oksigen sangat dibutuhkan oleh sel-sel otak. Saat seseorang mengalami gagal
napas akibat kekurangan asupan oksigen, maka akan berdampak pula pada otak.
Kurangnya asupan oksigen pada otak bisa menyebabkan seseorang mengalami
gangguan neurologis hingga kematian. 

BAB III

15
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

I. PENGKAJIAN
1. Identitas
Identitas pasien, nama, umur  , suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, status perkawinan.
2. Riwayat Kesehatan
A. Riwayat Kesehatan Dahulu
Apakah klien dulu pernah mengalami penyakit yang menyangkut tentang
system pernafasan misalnya asma. Infeksi pada paru dll.
B. Riwayat Kesehatan Sekarang
Yaitu meliputi alasan klien masuk kerumah sakit dan yang dialami klien saat
ini misalnya aliran udara dimulut klien tidak terdengar/diraakan, terdengar
suara tambahan, adanta retraksi dada, penurunan kesadaran,sianosis,
takikardia, geliah dll.
C. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang menderita penyakit yang
sama dengan klien atau penyakitb yang menyangkut dengan system
pernafasan.
3. Pengkajian ABC
A. Airway
 Terdapat secret di jalan nafas (sumbatan jalan nafas).
 Bunyi nafas krekels, ronchi, dan wheezing.
B. Breathing
 Distress pernafasan: pernafasan cuping hidung, takhipnea / bradipnea.
 Menggunakan otot asesoris pernafasan.
 Kesulitan bernafas: lapar udara, diaforesis, dan sianoasis.
 Pernafasan memakai alat bantu nafas.
C. Circulation
 Penurunan curah jantung, gelisah, letargi, takikardi.
 Sakit kepala.
 Gangguan tingkat kesadaran: gelisah, mengantuk, gangguan mental
(ansietas, cemas).
4. Pemeriksaan Fisik

16
A. Tanda-Tanda Vital
 Tekanan darah : Normal/turun ( kurang dari 90-100 mmHg)
 Nadi : Normal/meningkat ( 100-120x/menit)
 RR : Normal/ meningkat ( 28-34x/menit )
 Suhu : Normal/ meningkat
 Kesadaran : composmentis / kesadaran menurun
 Berat badan : menurun
 Keadaan umum : lemah, pucat, bedrest
 Mata : konjungtiva pucat, pandangan berkunang-kunang
 Mulut : mukosa anemis
 Leher : normal
 Thorak dan paru-paru : sesak nafas, nafas pendek, ada suara tambahan, ada
retraksi dada
 Kardiovaskular: TD turun, nadi cepat dan kecil, akral dingin dan pucat.
 Abdomen : kandung kemih, konstipasi.
 Genitalia : sedikit miksi
 Muskuloskeletal dan integument :Kelemahan tubuh, kulit pucat, dingin,
berkeringat, kering
B. Pemeriksaan Khusus
1. Sirkulasi
- Tanda : Takikardia, irama ireguler
- S3S4/Irama gallop
- Daerah PMI bergeser ke daerah mediastinal
- Hamman’s sign (bunyi udara beriringan dengan denyut jantung menandakan
udara di mediastinum)
- TD : hipertensi/hipotensi
2. Nyeri/Kenyamanan
- Gejala : nyeri pada satu sisi, nyeri tajam saat napas dalam, dapat menjalar ke
leher, bahu dan abdomen, serangan tiba-tiba saat batuk
- Tanda : Melindungi bagian nyeri, perilaku distraksi, ekspresi meringis
3. Pernapasan
- Gejala : riwayat trauma dada, penyakit paru kronis, inflamasi paru,
keganasan, “lapar udara”, batuk
- Tanda : takipnea, peningkatan kerja pernapasan, penggunaan otot asesori,

17
penurunan bunyi napas, penurunan fremitus vokal, perkusi : hiperesonan di
atas area berisi udara (pneumotorak), dullnes di area berisi cairan (hemotorak);
perkusi : pergerakan dada tidak seimbang, reduksi ekskursi thorak. Kulit :
cyanosis, pucat, krepitasi sub kutan; mental: cemas, gelisah, bingung, stupor
4. Keamanan
Gejala : riwayat terjadi fraktur, keganasan paru, riwayat radiasi/kemoterapi
5. Penyuluhan / pembelajaran
Gejala : riwayat faktor resiko keluarga dengan tuberkulosis, kanker
5. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemerikasan Gas-Gas Darah Arteri
Hipoksemia :
Ringan : PaO2 < 80 mmHg
Sedang : PaO2 < 60 mmHg
Berat : PaO2 < 40 mmHg
2. Pemeriksaan Rontgen Dada
Melihat keadaan patologik dan atau kemajuan proses penyakit yang tidak
diketahui.
3. Hemodinamik
Tipe I : peningkatan PCWP
4. EKG
 Mungkin memperlihatkan bukti-bukti regangan jantung di sisi kanan.
 Disritmia
6. Pemeriksaan Diagnostik
 Hb   : dibawah 12 gr %
 Analisa gas darah :
 pH dibawah 7,35 atau di atas  7,45
 paO2 di bawah 80 atau di atas  100 mmHg
 pCO2 di bawah 35 atau di atas  45 mmHg
 BE di bawah -2 atau di atas  +2
 Saturasi O2 kurang dari 90 %
 Ro” : terdapat gambaran akumulasi udara/cairan , dapat terlihat
perpindahan letak mediastinum
7. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi oksigen : pemberian oksigen rendah nasal atau masker
b. Ventilator mekanik dengan memberikan tekanan positif kontinu

18
c. Inhalasi nebulizer
d. Fisioterapi dada
e. Pemantauan hemodinamik / jantung
f. Pengobatan: bronkodilator, steroid
g. Dukungan nutrisi sesuai kebutuhan

II. KEMUNGKINAN DIAGNOSA YANG AKAN MUNCUL


1. Pola nafas tidak efektif b.d. penurunan ekspansi paru.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan abnormalitas
ventilasi-perfusi sekunder terhadap hipoventilasi.
3. Kelebihan volume cairan b.d. edema pulmo

III. INTERVENSI KEPERAWATAN


1. Pola nafas tidak efektif b.d. penurunan ekspansi paru
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien dapat mempertahankan pola
pernapasan yang efektif
Kriteria Hasil :
Pasien menunjukkan
• Frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan normal
• Adanya penurunan dispneu
• Gas-gas darah dalam batas normal
Intervensi :
• Kaji frekuensi, kedalaman dan kualitas pernapasan serta pola pernapasan.
• Kaji tanda vital dan tingkat kesasdaran setaiap jam dan prn
• Monitor pemberian trakeostomi bila PaCo2 50 mmHg atau PaO2< 60 mmHg
• Berikan oksigen dalam bantuan ventilasi dan humidifier sesuai dengan pesanan
• Pantau dan catat gas-gas darah sesuai indikasi : kaji kecenderungan kenaikan
PaCO2 atau kecendurungan penurunan PaO2
• Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi nafas setiap 1 jam
• Pertahankan tirah baring dengan kepala tempat tidur ditinggikan 30 sampai 45
derajat untuk mengoptimalkan pernapasan
• Berikan dorongan utnuk batuk dan napas dalam, bantu pasien untuk mebebat
dada selama batuk

19
• Instruksikan pasien untuk melakukan pernapasan diagpragma atau bibir
• Berikan bantuan ventilasi mekanik bila PaCO > 60 mmHg. PaO2 dan PCO2
meningkat dengan frekuensi 5 mmHg/jam. PaO2 tidak dapat dipertahankan pada
60 mmHg atau lebih, atau pasien memperlihatkan keletihan atau depresi mental
atau sekresi menjadi sulit untuk diatasi.

2. Gangguan pertukaran gas b.d. abnormalitas ventilasi-


perfusi sekunder terhadap hipoventilasi
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan keperawatan pasien dapat mempertahankan pertukaran
gas yang adekuat
Kriteria Hasil :
Pasien mampu menunjukkan :
• Bunyi paru bersih
• Warna kulit normal
• Gas-gas darah dalam batas normal untuk usia yang diperkirakan
Intervensi :
• Kaji terhadap tanda dan gejala hipoksia dan hiperkapnia
• Kaji TD, nadi apikal dan tingkat kesadaran setiap[ jam dan prn, laporkan
perubahan tinmgkat kesadaran pada dokter.
• Pantau dan catat pemeriksaan gas darah, kaji adanya kecenderungan kenaikan
dalam PaCO2 atau penurunan dalam PaO2
• Bantu dengan pemberian ventilasi mekanik sesuai indikasi, kaji perlunya CPAP
atau PEEP.
• Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi nafas setiap jam
• Tinjau kembali pemeriksaan sinar X dada harian, perhatikan peningkatan atau
penyimpangan
• Pantau irama jantung
• Berikan cairan parenteral sesuai pesanan
• Berikan obat-obatan sesuai pesanan : bronkodilator, antibiotik, steroid.
• Evaluasi AKS dalam hubungannya dengan penurunan kebutuhan oksigen.

3. Kelebihan volume cairan b.d. edema pulmo

20
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan perawatan pasien tidak terjadi kelebihan volume cairan
Kriteria Hasil :
Pasien mampu menunjukkan:
• TTV normal
• Balance cairan dalam batas normal
• Tidak terjadi edema
Intervensi :
• Timbang BB tiap hari
• Monitor input dan output pasien tiap 1 jam
• Kaji tanda dan gejala penurunan curah jantung
• Kaji tanda-tanda kelebihan volume : edema, BB , CVP
• Monitor parameter hemodinamik
• Kolaburasi untuk pemberian cairandan elektrolit.

IV. IMPLEMENTASI
Implementasi dilaksanakan setelah direncanakan guna memenuhi bobot secara
optimal, pelaksanaan ini dapat dilakukan secara langsung dalam melakukan
keperawatan dan mengawasi, mendiskusikan serta memberi tahu klien tentang
tindakan yang akan dilakkukan.

V. EVALUASI
Evaluasi merupakan kegiatan akhir dari asuhan keperawatan dimana perawat
melihat sejauh mana ia mampu menerapkan asuhan keperawatan dan mencapai
kriteria  yang telah ditetapkan dalam tujuan    

BAB IV

21
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gagal napas adalah kondisi gawat darurat yang harus segera ditangani.
Kondisi ini terjadi karena adanya kegagalan pada proses pertukaran gas sistem
pernapasan yaitu oksigenasi atau eliminasi karbondioksida atau keduanya, sehingga
menyebabkan kadar oksigen dalam darah rendah dan karbon dioksida tidak dapat
tersingkir dari darah. 
Rendahnya kadar oksigen yang masuk ke dalam darah melalui paru-paru
menjadi penyebab terjadinya gagal napas. Padahal, organ tubuh seperti jantung dan
otak membutuhkan darah yang kaya akan kandungan oksigen untuk dapat bekerja
dengan baik. Selain kurang muatan oksigen, karbon dioksida yang tidak bisa lepas
dari darah juga harus diwaspadai. Kondisi tersebut menyebabkan kadar karbon
dioksida dalam darah lebih tinggi dari oksigen. 
Jika itu yang terjadi, risiko gagal napas akan semakin tinggi, karena ada
kegagalan dalam proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida di dalam tubuh.
Dalam keadaan normal, paru-paru berguna untuk mengatur proses pertukaran gas,
yaitu proses mengirim oksigen dari udara yang dihirup ke dalam darah. 
Dalam proses itu juga, karbon dioksida akan disingkirkan dari darah melalui
hembusan napas. Gagal napas juga bisa terjadi karena ada gangguan pada pusat
pernapasan di otak. Kegagalan otot-ototo pernapasan untuk mengembangka paru-paru
juga bisa menjadi penyebab penyakit ini.

B. Saran
Penulis berharap dengan makalah ini, semoga mahasiswa dapat mengerti
bagaiman cara memberikan asuhan keperawatan yang baik pada pasien dengan gagal
napas.

DAFTAR PUSTAKA

22
Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. Nursing care plans: Guidelines for
planning and documenting patients care. Alih bahasa: Kariasa,I.M, Jakarta: EGC; 1999
(Buku asli diterbitkan tahun 1993.

Suprihatin, Titin (2000), Bahan Kuliah Keperawatan Gawat Darurat PSIK Angkatan I,
Universitas Airlangga, Surabaya.

Corwin, Elizabeth J, (2001), Buku saku Patofisiologi, Edisi bahasa Indonesia, EGC, Jakarta.

Carpenito, Lynda Juall (2000), Buku saku Diagnosa Keperawatan,  Edisi 8, EGC, Jakarta.

Hudak and Gallo, (1994), Critical Care Nursing, A Holistic Approach, JB Lippincott
company, Philadelpia.

Marilynn E Doengoes, et all, alih bahasa Kariasa IM, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan,
pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, EGC, Jakarta.

https://www.halodoc.com/artikel/kerusakan-organ-akibat-gagal-napas

23

Anda mungkin juga menyukai